Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN KONSORSIUM MIKROBA CACING TANAH SEBAGAI

INOKULAN SUPLEMEN BERPROBIOTIK DALAM PENGEMBANGAN


PETERNAKAN ITIK BALI RAKYAT BERBASIS LIMBAH TANAMAN PANGAN

Desnawati R.S Mautakai


Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan, Politeknik
Pembangunan Pertanian ( Polbangtan ) Malang – Jawa Timur
Email : desnawatisr@gmail.com

ABSTRAK

This research aims to optimize the development of people's Balinese duck farms which
have been developed integrated with agricultural land by utilizing food plant waste and
weeds as feed, which is one of the efforts to diversify and increase the supply of local
poultry meat on the island of Bali, especially in overcoming the reduced supply of poultry
meat from outside as a consequence of the prohibition on the distribution of poultry
between islands as a result of the outbreak of bird flu cases since 2004. Utilization of food
crop waste (including weeds) as feed for ducks on the one hand will reduce production
costs. However, on the other hand, feed ingredients from waste have various weaknesses
related to low quality, especially the available nutrient content due to the high crude fiber
content. So that the application of feed technology is absolutely necessary. The
development of fermentation and supplementation technology absolutely must be carried
out in optimizing the people's duck farming business integrated with agricultural land.

Keywords: earthworms, livestock waste

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi pengembangan peternakan itik bali


rakyat yang selama ini dikembangkan terintegrasi lahan pertanian dengan
memanfaatkan limbah dan gulma tanaman pangan sebagai pakan merupakan salah
satu upaya diversifikasi dan peningkatan pasokan daging unggas lokal di Pulau Bali
khususnya dalam mengatasi berkurangnya pasokan daging unggas dari luar sebagai
konsekuensi pelarangan distribusi unggas antar pulau sebagai akibat merebaknya
kasus flu burung sejak tahun 2004. Pemanfaatan limbah tanaman pangan (termasuk
gulma) menjadi pakan itik disatu sisi akan mengurangi biaya produksi. Namun disisi
lain bahan pakan asal limbah mempunyai berbagai kelemahan terkait rendahnya
kualitas khususnya kandungan nutrient available akibat kandungan serat kasar yang
tinggi. Sehingga aplikasi teknologi pakan mutlak diperlukan. Pengembangan teknologi
fermentasi dan suplementasi mutlak harus dilakukan dalam optimalisasi usaha
peternakan itik rakyat terintegrasi lahan pertanian.

Kata Kunci : cacing tanah, limbah peternakan

Cacing tanah merupakan binatang


PENDAHULUAN yang mampu mendegradasi
berbagai bahan organik karena
dalam saluran pencernaannya
mengandung berbagai konsorsium biosuplemen bnerprobiotik serta
mikroba sinergis seperti bakteri, pengambilan data lapangan pada
protozoa dan mikro fungi serta produktivitas itik bali dan fase
berbagai enzim seperti amilase, produksi luaran penelitian.
protease, selulase, lipase, chitinase, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan urease. Disamping itu, mukus
dalam saluran pencernaan cacing Kandungan Nutrien
tanah mengandung berbagai Biouinokulon
nutrien (karbohidrat, protein, bahan
mineral dan bahan organik, serta Hasil penelitian menunjukkan
berbagai asam amino) serta hormon bahwa bioinokulan yang
(Pathma dan Sakthivel, 2012). diproduksidenganmemanfaatkan
Lebih lanjut diungkapkan cacing cacing tanah dengan level 0,1 –
tanah mampu mendegradasi 0,4% mampu menghasilkan
lignoselulosa, memproduksi bioinokulan dengan kandungan
antibiotika, pigmen fluorescent, Fosfor/P, Kalsium/Ca, Zinc/Zn,
chitinase dan glucanase serta Belerang/S, dan Protein terlarut
berbagai growth promotor melalui yang berbeda tidak nyata
pelarutan mineral, memproduksi (P>0,05) yaitu masing-masing
hormon 1-aminocyclopropane- sebesar 132,21 – 151,29 mg/l,
1carboxylate (ACC) deaminase, 1155,83 – 1281 mg/l, 7,29 –
dan menekan mikroba patogen. 7,76 mg/l, 227,33 – 236,00 mg/l,
Pemanfaatan cacing tanah sebagai 4,03 – 4,39% dan 0,77 – 0,84% .
sumber inokulan konsorsium Dihasilkannya kandungan
mikroba dalam produksi mineral seperti Ca, P, S dan Zn
bioinokulan feed suplemen yang tinggi serta protein terlarut
berprobiotik diyakini akan yang juga tinggi dari keempat
menghasilkan produk berkualitas bioinokulan (Tabel 5.1), selain
tinggi mengingat adanya disebabkan oleh bahan penyusun
kandungan berbagai nutrien dan medium juga merupakan
growth promotor serta berbagai sumbangan dari mikroba
mikroba simbion. Namun inokulan. Hal ini mengingat sel
informasi pemanfaatan cacing tubuh mikroba tersusun atas
tanah sebagai konsorsium mikroba berbagai protein/asam amino
bioinokulan feed supplemen belum terutama asam amino
banyak diperoleh. Sehingga mengandung sulfur (metionin,
penelitian ini sangat penting untuk sistein dan sistin) serta berbagai
dikembangkan dalam upaya mineral pembangun tubuh (Ca,
optimalisasi pemanfaatan berbagai P, dan S) serta mineral
limbah dan gulma tanaman pangan fungsional seperti Zn sehingga
dalam optimalisasi pengembangan kandungan nutrien bioinokulan
usaha peternakan itik bali rakyat. menjadi tinggi.
METODE PENELITIAN :
Metode yang digunakan dalam Populasi Mikroba dan
kegiatan ini yaitu menggunakan Derajat Keasaman
fase persiapan penelitian, fase Bioinokulan Konsorsium
kegiatan produksi dan evaluasi Cacing Tanah
bioinokulan dan biosuplemen
berprobiotik, fase evaluasi Pemanfaatan cacing tanah
efektivitas bioinokulan dan sebagai sumber konsorsium
mikroba mampu menghasilkan mempunyai kemampuan
bioinokulan dengan populasi degradasi substrat asam tanat
mikroba baik bakteri maupun (sumber lignin), CMC dan xylan
fungi yang cukup tinggi dan masing-masing dengan diameter
dengan derajat keasaman yang zone bening sebesar 0,2 cm,
cukup rendah (Tabel 5.2). 0,58 cm dan 0,71 cm, sedangkan
Penggunaan cacing tanah penggunaan 0,2 – 0,4% cacing
sebanyak 0,1 – 0,4% (10 – 40 tanah (BC2, BC3 dan BC4)
ml larutan cacing tanah 10% mampu menghasilkan
dalam 1 liter bioinokulan) bioinokulan yang mempunyai
mampu menghasilkan kemampuan degradasi substrat
bioinokulan dengan kandungan asam tanat (sumber lignin) dan
total bakteri 7,77 – 9,40 x 109 CMC yang lebih tinggi yaitu
koloni/ml, bakteri selulolitik masing-masing dengan diameter
1,18 – 1,76 x 108 koloni/ml, zone bening sebesar 0,3 – 0,39
bakteri amilolitik 6,60 – 7,37 x cm, 0,59 – 0,71 cm, sedangkan
108 koloni/ml, bakteri Hasil penelitian menunjukkan
proteolitik 4,03 – 4,97 x 108 bioinokulan konsorsium
koloni/ml dan total fungi 2,92 – mikroba yang diproduksi
3,52 x 108 koloni/ml serta mempunyai kemampuan
dengan derajat keasaman (pH) degradasi komponen serat
3,53 – 3,81 lignoselulosa yang cukup tinggi
Adanya bakteri selulolitik pada (Tabel 5.3). Penggunaan 0,1%
keempat bioinokulan dengan cacing tanah (BC 1) mampu
populasi yang cukup tinggi yaitu menghasilkan bioinokulan yang
1,18 – 1,76 x 108 koloni/ml. Hal mempunyai kemampuan
ini menunjukkan bioinokulan degradasi substrat asam tanat
konsorsium bakteri cacing tanah (sumber lignin), CMC dan xylan
yang diproduksi mempunyai masing-masing dengan diameter
kemampuan untuk zone bening sebesar 0,2 cm,
mendegradasi senyawa selulosa 0,58 cm dan 0,71 cm, sedangkan
yang merupakan senyawa penggunaan 0,2 – 0,4% cacing
pembatas pemanfaatan berbagai tanah (BC2, BC3 dan BC4)
bahan pakan asal limbah mampu menghasilkan
pertanian menjadi pakan ternak. bioinokulan yang mempunyai
kemampuan degradasi substrat
Kemampuan Degradasi asam tanat (sumber lignin) dan
Substrat Bioinokulan CMC yang lebih tinggi yaitu
Konsorsium Mikroba Cacing masing-masing dengan diameter
Tanah zone bening sebesar 0,3 – 0,39
cm, 0,59 – 0,71 cm, sedangkan
Hasil penelitian menunjukkan
bioinokulan konsorsium
mikroba yang diproduksi
mempunyai kemampuan PENUTUP
degradasi komponen serat li
gnoselulosa yang cukup tinggi
(Tabel 5.3). Penggunaan 0,1% Simpulan
cacing tanah (BC 1) mampu Berdasarkan hasil penelitian, dapat
menghasilkan bioinokulan yang disimpulkan sebagai berikut:
1. Bioinokulan yang diproduksi dengan Bidura, I.G.N.G.. 2006. Bioteknologi
level cacing tanah 0,4 mg tiap liter Pakan Ternak. Bahan Ajar.
inokulan (BC4) mampu menghasilkan Fakultas Peternakan Universitas
bioinokulan dengan kualitas dan Udayana, Denpasar
efektivitas yang tinggi Bidura, I G. N. G. 2007. Limbah. Pakan
2. Biosuplemen yang diproduksi melalui Ternak alternatif dan Aplikasi
proses fermentasi bioinokulan BC4 Teknologi. Buku Ajar. Fakultas
(SBC4) mampu menghasilkan Peternakan Universitas Udayana,
biosuplemen berprobiotik unggul dan Denpasar
berkualitas Direktorat Jenderal Peternakan. 2007.
3. Pemberian ransum tersuplementasi Statistik Peternakan 2007.
biosuplemen SBC4 mampu menghasilkan Direktorat Jenderal Peternakan,
produktivitas ternak terbaik Departemen Pertanian, Republik
Indonesia Jakarta.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat


disarankan sebagai berikut:
1. Pengembangan usaaha peternakan itik
bali rakyat berbasis limbah dan gulma
tanaman pangan harus dibarengi dengan
aplikasi teknologi suplementasi dan
biofermentasi menggunakan bioinokulan
konsorsium mikroba cacing tanah
2. Perlu penelitian lanjutan untuk
mengetahui karakteristik ilmiah yang lebih
lengkap dari bioinokulan konsorsium
mikroba cacing serta respon aplikasinya
pada pengembangan berbagai usaha
peternakan itik bali rakyat dalam upaya
peningkatan kesejahteraan hidup ppetani
peternak rayat

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P.. 1995. Pencernaan Mikroba


Pada Ruminansia. Terjemahan dari
Microbial Digestion In Ruminants.
Oleh Retno Murwani. Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Association of Official Analytical Chemist
(A.O.A.C.). 1980. Official Method
of Analysis. 13th Ed., Washington,
DC.

Anda mungkin juga menyukai