Anda di halaman 1dari 7

MIKROBIOTA FUNGSIONAL DAN LAYANAN

AGROFUNGSIONAL BAKTERI PELARUT P DAN BAKTERI


PENAMBAT N SIMBIOTIK
A; Pendahuluan
1; Latar Belakang
Praktik budidaya pertanian konvensional berorientasi pada produktivitas
yang tinggi dan kurang memperhatikan aspek konservasi tanah, air, dan
lingkungan. Tanah yang merupakan kuit terluar bumi yang terdiri dari
pelapukan dari batuan dan bahan oragnik dan organik lainnya merupakan
habitat dari para mikroorganisme tanah yang berperan sangat besar terhadap
kelangsungan hidup tanaman yang berdiri di atasnya.
Bakteri Pelarut Fosfat (BPN) adalah mikroorganisme dalam tanah yang
III;

hidup bebas yang dapat melarutkan fosfat anorganik tanah dari bentuk tidak
tersedia menjadi bentuk fosfat yang tersedia bagi tanaman. BPF merupakan
salah melarutkan fosfat dengan cara mengekskresikan sejumlah asam
organik berbobot molekul rendah seperti oksalat, suksinat, fumarat dan
malat. Contoh beberapa bakteri pelarut fosfat yaitu Pseudomonas, Bacillus
dan lainnya. Mikroorganisme ini biasanya ditemukan di lapisan tanah paling
atas atau top soil. Populasi bakteri ini paling banyak ditemukan terutama
pada zona rhizosfer.
Bakteri Penambat N simbiotik adalah mikroorganisme yang berperan
dalam pengikatan nitrogen (terutama N2) di udara. Bakteri penambat
nitrogen akan menambat N2 yang terdapat di udara kemudian mereduksinya
menjadi senyawa ammonia (NH4) dan ion nitrat (NO3) oleh bantuan enzim
yang bernama nitrogenase. Bakteri penambat N simbiotik biasanya
bersimbiosis dengan tanaman tertentu sebagai inangnya. Simbiosis ini
bersifat sangat spesifik karena bakteri hanya dapat bersimbiosis dengan 1
jenis tanaman tertentu saja. Contoh bakteri penambat N yang paling sering
dikenal yaitu bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman legume yaitu
Rhizobium leguminosarum .
2; Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan teknik


isolasi dan identifikasi bakteri yang dapat melarutkan fosfat dan bakteri
yang mampu menambat nitrogen secara simbiotik.

B; Tinjauan Pustaka

Aktifitas dari bakteri pelarut fosfat adalah yang pertama kali dinilai secara
kualitatif oleh pembentukan cahaya (zona bebas) disekitar koloni-koloni yang
berkembang pada media padat yang mengandung tribasik kalsium fosfat
sebagai satu-satunya sumber fosforus (Vasquez et al 2000). Mikroorganisme
pelarut fosfat secara rutin di lindungi oleh metode petridish menggunakan
Pikovskaya (PVK) agar. Ketahanan uji dari teknik berdasar cahaya masih
diragukan sebanyak isolat yang mana tidak memproduksi tipe anorganik fosfat
yang dapat terlihat di medium yang cair (Hemalatha et al 2013).
Salah satu alternatif untuk mengatasi rendahnya P tersedia tanah adalah
dengan bioteknologi tanah, yaitu memanfaatkan mikrobia tanah yang hidup
bebas dan memiliki kemampuan untuk melarutkan P pupuk maupun P tanah,
serta dapat membantu jangkauan daam menyerap P tanah seperti bakteri
pelarut fosfat (BPF) dan spora mikoriza asburkular (MA) sehingga tanaman
mampu
menyerap
P
tanah
untuk
mencukupi
kebutuhannya
(Hasanuddin dan Gonggo 2004).
Ketersediaan P dalam tanah pada umumnya rendah. Hal ini disebabkan P
terikat menjadi Fe-fosfat dan Al-fosfat pada tanah masam atau Ca3(PO4)2.
pada tanah basa. Tanaman tidak dapat menyerap P dalam bentuk terikat dan
harus diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Mikroba tanah
berperan dalam beberapa aktivitas dalam tanah seperti pelarutan P terikat oleh
sekresi asam, dan mineralisasi komponen fosfat organik dengan mengubahnya
menjadi bentuk anorganik (Rahmat et al 2006).
Bakteri yang hidup di daerah perakaran tertentu mempunyai jenis yang
berbeda antara satu sama lain. Maka dari itu dilakukan eksplorasi daerah
rhizosfer untuk mengetahui bakteri yang hidup di rhizosfer tersebut. Daerah
rizosfer merupakan bagian dari tanah yang memiliki aktivitas metabolisme
tertinggi yang langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan dan metabolisme akar
tanaman. Tanaman dan mikroorganisme berinteraksi dan saling menstimulasi
yang disebabkan oleh adanya eksudat akar. Sedangkan eksudat akar akan
mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme di daerah rizosfer,
rizoplan dan sekitarnya (Purwaningsih 2012).
Rhizobium merupakan kelompok bakteri berkemampuan sebagai penyedia
hara bagi tanaman kedelai. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum,

kelompok bakteri ini mampu menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil
akar. Bintil akar berfungsi mengambil nitrogen di atmosfer dan
menyalurkannya sebagai unsur hara yang diperlukan tanaman inang.
Rhizobium mampu menyumbangkan N dalam bentuk asam amino kepada
tanaman kedelai (Novriani 2011).
Produksi inokulan pertama kali memulai dengan pemilihan individu strain
rhizobium. Hal itu adalah yang efektif pada penambatan nitrogen secara
biologis dengan tanaman kacang-kacangan tertentu. Strain-strain ini
ditumbuhkan menjadi populasi yang banyak dalam medium cair yaitu YEMA
(Yeast Extract Mannitol Extract) di sebuah cawan petri dan kemudian dipindah
ke tabung fermentasi yang lebih besar pada level yang lebih besar
(Bhatt et al 2013).
Tanaman kacang-kacangan yang berbeda membutuhkan rhizobia yang
berbeda-beda pula untuk menghasilkan simbiosis yang efektif. Inokulum di
siapkan di laboratorium dengan mengkultur nodul yanng menghasilkan bakteri
dan secara umum di campur dengan pembawa bahan yang cocok sseperti peat
atau lignit untuk membuat inokulum. Proses menambahkan inokuluminokulum ke dalam benih dinamakan inokulasi. Rhizobia adalah bakteri tanah
yang dapat mempengaruhi akar tanaman kacang-kacangan untuk membentuk
nocul penambat nitrogen yang bekerja secara efektif (Bhatt et al 2013).
Nitrifikasi adalah suatu proses oksidasi enzimatik yakni perubahan
senyawa ammonium menjadi senyawa nitrat yang dilakukan oleh bakteribakteri tertentu. Proses ini berlangsug dalam dua tahap dan masing-masing
dilakukan oleh grup bakteri yang berbeda. Tahap pertama adalah proses
oksidasi ammonium menjadi nitrit yang dilaksanakan oleh bakteri
Nitrosomonas dan tahap kedua adalah proses oksidasi enzimatik nitrit menjadi
nitrat yang dilaksanakan oleh bakteri Nitrobakter (Damanik et al. 2011).
Penggunaan bakteri ini berpotensi mengurangi kebutuhan N sintetik,
meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan masukan yang lebih
murah (Sugiyanta et al 2014).

C; Metodologi Praktikum
1; Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah acara 3 yang berjudul


Mikrobiota Fungsional dan Layanan Agrofungsional Bakteri Pelarut Fosfat
dan Bakteri Penambat N Simbiotik dilaksanakan di Laboratorium Biologi
dan Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2; Alat
a; Botol garfis
b; Tabung reaksi
c; Mikropipet
d; Chip
e; Timbangan analitik
f; Vortex
g; Erlenmeyer 200, 250, dan 500 mL
h; Petridish
i; Dryglasky
j; Autoklaf
k; Bunsen
l; Nampan plastik
3; Bahan
a; Sampel tanah rhizosfer singkong
b; Larutan garam fisiologis
c; Medium pelarut fosfat: Medium Pikovskaya
d; Medium penambat nitrogen: Medium YEMA (Yeast Extract Mannitol
Agar)
4; Cara Kerja
a; Mengambil tanah rhizosfer singkong
b; Menimbang tanah seberat 5 gram kemudian melarutkan tanah di garam
fisiologis sebanyak 45 mL sebagai pengenceran 1.
c; Melakukan penggojogan campuran tanah rhizosfer dan garam fisiologis
selama 5 menit.

d; Mengambil menggunakan mikropipet 1000 mikron (1 mL) untuk

mengencerkan bertingkat dari segi pengenceran 1 sampai 6 tabung reaksi


yang sudah disapkan dan berisi larutan garam fisiologis sebanyak 9 mL.
e; Menanam/ mengisolasi pengenceran 3 dan 4 ke dalam medium spesifik.
BPF: medium Pikovskaya, BPN simbiotik: medium YEMA (Yeast
Extract Mannitol Agar)
f; Menginkubasi selama 3 hari.
g; Melakukan pengamatan setelah 4 hari koloni yang tumbuh, menghitung
jumlahnya, dan mengidentifikasi morfologi koloni tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bhatt et al. 2013. Isolation and Identification of Rot Nodule Bacteria of Mug Bean
(Vigna radiata L.) for Biofertilizer Production. International Journal of
Research in Pure and Applied Microbiology. 3(4): 127-133
Damanik M M B, B E Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H Hanum. 2011. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Hasanudin dan M. B. Gonggo. 2004. Pemanfaatan Mikrobia Pelarut Fosfat dan
Mikoriza untuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor Tanah
(Ultisol) dan Hasil Jagung (pada Ultisol). Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.
6(1): 8-13.
Hemalatha et al. 2013. Isolation and Chacterization of Phosphate Solubilizing
Bacteria and Analizing Their Effect In Capsisum annum L. International
Journal of Biological & Pharmaceutical Research. 4(3): 159-167
Hesti N 2006. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penambat Nitrogen Non Sibiotik dari
Lahan Kering Masam. Malang: Universitas Islam Negri Malang.
Purwaningsih. 2012. Isolasi, Populasi dan Karakterisasi Bakteri Pelarut Fosfat
pada Daerah Perakaran dan Tanah dari Bengkulu, Sumatera. Jurnal
Tekonologi Lingkungan. 13(1): 101-108.
Rahmat et al 2006. Aktivitas Fosfatase dan Pelarutan Kalsium Fosfat oleh
beberapa Bakteri Pelarut Fosfat. Biodiversitas. Vol 8, No 1 hlm.23-26.
Sugiyanta et al 2014. Peran Bakteri Penambat Nitrogen untuk Mengurangi Dosis
Pupuk Nitrogen Anorganik pada Padi Sawah. Jurnal Agronomi Indonesia
Vol. 42 No. 2: 96-102.

Anda mungkin juga menyukai