Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mekanisme rhizobacteria yang bersifat antagonis terhadap patogen tanaman
antara lain, produksi antibiotik, kompetisi dan sifat parasitik. Interaksi antara
antagonis dengan patogen dikatakan bersifat antibiosis apabila antagonis dapat
menghasilkan sejenis antibiotik yang mudah menguap dan menyebabkan lisis
pada hifa patogen. Bakteri gram negatif khususnya strain Pseudomonas telah
banyak diteliti sebagai agen biokontrol karena kemampuannya memproduksi
metabolit antimikroba. Penggunaan bakteri pelarut fosfat atau BPF sebagai agen
untuk mengurangi serangan patogen mempunyai keunggulan karena selain
meningkatkan ketersediaan fosfat karena produksi asam organik dan enzim
fosfatase juga berfungsi sebagai agen biokontrol (Setiawati dan Paniman, 2008).
Penggunaan pupuk hayati atau biofertilizer merupakan salah satu upaya yang
potensial untuk dikembangkan pada lahan dengan salinitas tinggi. Keberadaan
pupuk hayati dalam lahan tersebut akan membantu dalam penyediaan unsur-unsur
hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Beberapa mikroba
nonpatogenik dan nonsimbiotik yang juga efektif menambat nitrogen dari udara
serta mampu melarutkan P terikat pada Ca, Al, dan Fe dalam tanah, dapat hidup di
berbagai ekosistem di alam (Widawati dan Muharam, 2012).
Penggunaan bakteri pelarut fosfat atau BPF sebagai agen untuk mengurangi
serangan patogen mempunyai keunggulan karena selain meningkatkan
ketersediaan fosfat karena produksi asam organik dan enzim fosfatase juga
berfungsi sebagai agen biokontrol. Kompetisi dapat terjadi apabila dua atau lebih
mikroorganisme membutuhkan substrat yang sama dalam bentuk nutrisi, ruangan
atau oksigen (Prastyowati, 2008).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri pelarut fosfat
pada berbagai jenis tanah.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroorganisme Tanah


Tanah merupakan tempat bermukimnya berbagai kehidupan tumbuhan,
hewan, dan jasad renik yang tidak terhitung banyaknya. Kehidupan di dalam tanah
sangat beranekaragam, berkisar dari organisme bersel tunggal yang mikrokopis
sampai hewan besar yang menggali liang. Masing masing ekosistem mempunyai
kombinasi makhluk hidup dan sumberdaya abiotik yang unik yang berfungsi
mempertahankan aliran energi dan hara yang berkesinambungan (Agus dan
Subiksa, 2008).
Setiap tanah mempunyai populasi organisme yang berbeda. Berbagai
populasi dan habitat dalam tanah bersama sama membentuk ekosistem. Dalam
suatu ekosistem tanah, berbagai mikroba hidup, bertahan hidup, dan berkompetisi
dalam memperoleh ruang, oksigen, air, hara, dan kebutuhan hidup lainnya, baik
secara simbiotik maupun nonsimbiotik sehingga menimbulkan berbagai bentuk
interaksi antar mikroba (Yulipriyanto, 2010).
Organisme tanah tinggal di lapisan seresah organik atau lapisan permukaan
tanah, dan horizon tanah yang lebih dalam. Distribusi vertikal dan horizon tanah
biasanya dibatasi oleh temperatur, kandungan air dan tekstur tanah. Dalam hal ini
kandungan bahan organik mengendalikan proses biotik tanah. Distribusi
organisme tanah mempunyai hubungan erat dengan pori tanah, pertikel tanah, dan
akar tanaman (Agus dan Subiksa, 2008).

2.2. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan konfigurasi selular
prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi
membran di dalam sitoplasmanya. Ciri ciri dasar yang memiliki sel prokariotik
seperti, tidak ada membran internal yang memisahkan nukleus dari sitoplasma.
Juga tidak ada membran internal yang melingdungi struktur atau tubuh lain di
dalam sel. Pembelahan nukleus dengan proses pembagian aseksual yang
sederhana dan tidak melalui mitosis atau proses pembagian nukleus yang rumit

Universitas Sriwijaya
yang umum dijumpai pada eukariota. Dinding sel mengandung semacam molekul
kompleks yang disebut mukopeptide, yang memberikan kekuatan pada struktur
selnya (Setiawati dan Paniman, 2008).

2.3. Organisme Tanah dan Bahan Organik


Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman. Oleh karena itu, jika BOT menurun, kemampuan
tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar
bahan organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum
terjadi. Tinggi rendahnya bahan organik juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas
metabolik organisme tanah. Meningkatnya kegiatan organisme tanah tersebut
akan mempercepat dekomposisi bahan organik (Nurmegawati et al., 2014).

2.4. Pengaruh Organisme Tanah terhadap Respirasi Tanah


Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat memberikan pengaruh
meningkatnya aktivitas mikroorganisme. Bahan organik dimanfaatkan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi dalam proses dekomposisi, aktivitas
mikroorganisme ditentukan oleh jumlah sumber energi atau bahan organik,
keadaan lingkungan seperti curah hujan dan suhu, jumlah dan jenis
mikroorganisme. Proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah
juga dipengaruhi oleh keadaan kadar air tanah. Apabila tanah dalam keadaan
tergenang, maka O2 didesak keluar dari proses dekomposisi berlangsung dalam
keadaan anaerob (Setiawati dan Paniman, 2008).

2.5. Keunggulan Penggunaan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)


Penggunaan bakteri pelarut fosfat atau BPF sebagai agen untuk mengurangi
serangan patogen mempunyai keunggulan karena selain meningkatkan
ketersediaan fosfat karena produksi asam organik dan enzim fosfatase juga
berfungsi sebagai agen biokontrol. Kompetisi dapat terjadi apabila dua atau lebih
mikroorganisme membutuhkan substrat yang sama dalam bentuk nutrisi, ruangan
atau oksigen. Proses antibiosis diduga terjadi apabila cukup nutrisi bagi antagonis
(Setiawati dan Paniman, 2008).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu danTempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 07 Februari 2018 pukul
10.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, rak, tabung reaksi,
pipet serologis, lampu bunsen, dan vortex. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
yaitu Picovskaya’s Agar, aquadest steril, kalsium fosfat, alumunium fosfat, feri
fosfat.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Pembuatan Medium Picovskaya’s Agar (PA)
Medium PA dibuat dengan komposisi glukosa 10,0 g; sumber P 5,0 g;
(NH4)SO4 0,5 g; KCl 0,2 g; MgSO 40,1 g; MnSO4 0,001 g; FeSO4 0,0001g;
ekstrak khamir 0,5 g; agar 15,0 g; akuades 1000 mL. Sumber P dimodifikasi
dengan mengganti sumber P dalam bentuk senyawa tidak larut yang
berbeda-beda yaitu P terikat oleh kalsium, P terikat oleh besi, dan P terikat oleh
alumunium. Semua komposisi dilarutkan dalam akuades dengan cara,
mendidihkan dan setelah mendidih didinginkan dan dimasukkan tabung reaksi
sebanyak 10 ml. Selanjutnya di autoklaf pada suhu 121 oC tekanan 15 lbs selama
15 menit.

3.3.2. Deteksi Bakteri Pelarut Fosfat


Timbang sampel tanah seberat 0,1 gram, dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi akuades steril 9,9 ml, dan dihomogenkan dengan vortex.
Selanjutnya diambil 1 ml dimasukkan kedalam cawan petri steril dan di tambah
10 ml medium Picovskaya’s Agar (PA) yang masih cair secara pour plate.

Universitas Sriwijaya
Selanjutnya dihomogenkan dengan cara menggerakkan cawan petri membentuk
angka 8. Lalu kultur diinkubasi pada suhu ruang dan diamati sampai tumbuh
koloni. Masing-masing koloni yang dikelilingi zona jernih diamati dan tentukan
apakah termasuk koloni jamur atau koloni bakteri. Pengamatan dilakukan
terhadap koloni mikroba yang menunjukkan zona bening disekitar koloninya,
tentukan termasuk jamur atau bakteri, diukur diameter zona bening, dan digambar
serta dilaporkan pada asisten.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1. Tanah Rhizosfer
Jumlah koloni Hasil Seleksi Dari Sumber P
yang positif Berbeda Luas Zona
Pengenceran
CaPO4 AlPO4 FePO4 Bening
Bakteri Fungi
B F B F B F
0,01 cm2
0,07 cm2
10 -5
4 - + - - - - -
0,05 cm2
0,07 cm2

Gambar 4.1.1. Tanah Rhizosfer CaPO4

Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri

Universitas Sriwijaya
Tabel 4.1.2. Tanah Non-Rhizosfer
Jumlah koloni Hasil Seleksi Dari Sumber P
yang positif Berbeda Luas Zona
Pengenceran
CaPO4 AlPO4 FePO4 Bening
Bakteri Fungi
B F B F B F

10-5 TBUD - - - - - + -
0,166 cm2
0,07 cm2
0,0314 cm2
10-5 7 - + - - - - - 0,062 cm2
0,02 cm2
0,07 cm2
0,012 cm2

Gambar 4.1.2. Tanah Non-Rhizosfer CaPO4

Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri

Gambar 4.1.3. Tanah Non-Rhizosfer FePO4

Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri

4.2. Pembahasan

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa pada
tanah yang dekat dengan perakaran atau Rhizosfer pada pengenceran 10 -5 terdapat
jumlah koloni bakteri yang positif berjumlah 4 koloni pada sumber P CaPO 4 dan
pada tanah non-Rhizosfer pada pengenceran yang sama terdapat jumlah koloni
bakteri yang positif, yang mana jumlahnya tidak bisa dihitung dikarenakan begitu
banyak koloni bakteri pada sumber P FePO4, dan pada sumber P CaPO4 jumlah
koloni bakteri yang positif berjumlah 7 koloni. Menurut Fatmala et al. (2015),
mikroorganisme pelarut fosfat berupa mikroorganisme yang mampu melarutkan
ikatan fosfat menjadi bentuk tersedia. Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berupa
bakteri, jamur, dan aktinomisetes atau khamir.
Mekanisme dalam pelarutan P sukar larut oleh mikroba yang banyak
dikaitkan dengan produksi asam-asam organik. Asam-asam organik ini mampu
membentuk kompleks dengan Fe atau Al sehingga melepaskan P yang tersedia
bagi tanaman. Asam organik juga mampu meningkatkan ketersedian P dengan
cara menutupi daerah absorpsi P pada partikel tanah atau dengan cara membentuk
kompleks dengan kation pada permukaan mineral tanah. Menurut
Baehaki et al. (2016), kinerja mikroba penyedia nutrisi tanaman sangat penting
dan dapat meningkat dengan penambahan bahan organik sebagai mediator dan
bahan batuan sebagai starternya, karena itu bahan organik dianggap sebagai
parameter yang sangat penting dari produktivitas tanah.
Mekanisme kimia pelarutan fosfat dimulai saat mikroba pelarut fosfat
mengekresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah hasil
metabolisme. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan
penurunan pH. Penurunan pH dapat pula disebabkan oleh pembebasan asam sulfat
dan nitrat pada oksidasi kemoautotrofik sulfur dan amonium. Menurut
Ritonga et al. (2015), mikroorganisme dan bahan organik, masing-masing dapat
menghasilkan asam organik yang mengkhelat logam dalam tanah sehingga fosfat
menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba pelarut fosfat melakukan mekanisme biologis pelarutan fosfat
dengan memproduksi enzim fosfatase dan enzim fitase dan meningkatkan
ketersediaan unsur P melalui aktivitas enzim. Enzim fosfatase dihasilkan saat
ketersediaan fosfat rendah yang diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroba.

Universitas Sriwijaya
Dalam tanah enzim tersebut dominan dihasilkan oleh mikroba. Enzim ini dapat
memutuskan ikatan fosfat dari senyawa organik pengikatnya menjadi bentuk
tersedia sehingga dapat dimanfaatkan tumbuhan. Menurut
Sembiring et al. (2015), mikroorganisme pelarut fosfat berupa mikroorganisme
yang mempunyai kemampuan mengekstrak fosfat dari bentuk yang tidak larut
menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.
Keberadaan bakteri pelarut fosfat berkaitan dengan jumlah bahan organik
yang akan mempengaruhi populasi serta aktivitasnya dalam tanah. Mikroba yang
hidup dekat daerah perakaran secara fisiologis lebih aktif dibanding mikroba yang
hidup jauh dari daerah perakaran. Keberadaan mikroba pelarut fosfat beragam dari
satu tempat ke tempat lainnya karena perbedaan sifat biologis mikroba itu sendiri.
Terdapat mikroba yang hidup pada kondisi asam dan ada pula yang hidup pada
kondisi netral dan basa. Menurut Sodiq et al. (2014), mikroba tanah diketahui
dapat memproduksi fitohormon yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
perakaran, pertumbuhan tajuk dan kesehatan tanaman.
Menurut Dewanti et al. (2016), kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh
dan melakukan aktivitas enzimatis dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan.
Suhu tinggi umumnya menurunkan viabilitas dan aktivitas enzim serta produksi
asam organik pada mikroba yang ada di dalam pupuk hayati. Pada jenis-jenis
tertentu, mikroba ini dapat memacu pertumbuhan tanaman sebab, menghasilkan
zat pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba
yang cepat mengolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik.
Kesalahan pada praktikum yang telah dilaksanakan dapat berupa ketidak
aseptisan praktikan pada saat melakukan percobaan sehingga pada hasil yang di
dapatkan terdapat kontaminan yang berupa jamur. Dan adapun kesalahan pada
praktikum dikarenan kurangnya media agar dalam pembuatan medium. Menurut
Dewanti et al. (2016), untuk setiap enzim dengan alasan bahwa selama
pertumbuhan aktivitas atau respons diukur sebagai aktivitas total yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bila semua enzim dan sistem enzim berfungsi secara harmonis
di dalam sel.

BAB 5

Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut.

1. Tanah yang dekat dengan perakaran atau Rhizosfer pada pengenceran 10 -5


terdapat jumlah koloni bakteri yang positif berjumlah 4 koloni pada sumber P
CaPO4.
2. Pada tanah non-Rhizosfer pada pengenceran 10 -5 terdapat jumlah koloni bakteri
yang positif, yang mana jumlahnya tidak bisa dihitung dikarenakan begitu
banyak koloni bakteri pada sumber P FePO 4, dan pada sumber P CaPO4 jumlah
koloni bakteri yang positif berjumlah 7 koloni.
3. Mekanisme kimia pelarutan fosfat dimulai saat mikroba pelarut fosfat
mengekresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah hasil
metabolisme.
4. Mekanisme biologis pelarutan fosfat dengan memproduksi enzim fosfatase dan
enzim fitase dan meningkatkan ketersediaan unsur P melalui aktivitas enzim.
5. Mikroba yang hidup dekat daerah perakaran secara fisiologis lebih aktif
dibanding mikroba yang hidup jauh dari daerah perakaran.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah: Bogor.

Baehaki, S.E., Nugraha B. E. I., dan Surachmad W. W. 2016. Rekayasa Ekologi


dalam Perspektif Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu. Jurnal Iptek
Tanaman Pangan.11(1): 19-34.

Dewanti, A. W., Etty P., Dan Yulia N. 2016. Viabilitas Dan Aktivitas Enzim
Fosfatase Serta Produksi Asam Organik Bakteri Pelarut Fosfat Pada
Beberapa Suhu Simpan. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan.
3(1): 311-318.

Fatmala, V., Mariani S., dan Jamilah. 2015. Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut
Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan
Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(3): 1164-1168.

Nurmegawati, Afrizon dan Sugandi D. 2014. Kajian Kesuburan Tanah


Perkebunan Karet Rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Littri. 20(1): 17-26.

Ritonga, M. Bintang, dan Mariani S. 2015. Perubahan Bentuk P Oleh Mikroba


Pelarut Fosfat dan Bahan Organik Terhadap P-tersedia dan Produksi
Kentang (Solanum tuberosum L.) pada Tanah Andisol Terdampak Erupsi
Gunung Sinabung. Jurnal Agroekoteknologi. 4(1): 1641-1650.

Sembiring, M. Deni E., Edi S. Sutarta3 Dan Sabrina, T. 2015. Peningkatan


Ketersediaan Fosfat Dan Produksi Tanaman Kentang
(Solanum Tuberosum L) Dengan Menggunakan Talaromyces Pinophilus
Indigenous Dan Pupuk Sp36 Pada Andisol Terdampak Erupsi Gunung
Sinabung. Jurnal Pertanian Tropik. 2(3): 323-329.

Universitas Sriwijaya
Setiawati, T. C. dan Paniman A. M. 2008. Identifikasi dan Kuantifikasi Metabolit
Bakteri Pelarut Fosfat dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Rhizoctonia
solani pada Tanaman Kedelai. Jurnal Tanah Trop. 13(3): 233-240.

Widawati, S. dan Muharam, A. 2012. Uji Laboratorium Azospirillum sp. yang


Diisolasi dari Beberapa Ekosistem. Journal Hort. 22(3): 258-267

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu:


Yogyakarta

LAMPIRAN

1. Tanah Non-Rhizosfer medium Fe 2. Tanah Non-Rhizosfer medium Ca

( Sumber :
Dokumen
Pribadi 2018) (Sumber : Dokumen Pribadi 2018)

3. Tanah Rhizosfer medium Ca

(Sumber : Dokumen Pribadi 2018)

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai