PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan konfigurasi selular
prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi
membran di dalam sitoplasmanya. Ciri ciri dasar yang memiliki sel prokariotik
seperti, tidak ada membran internal yang memisahkan nukleus dari sitoplasma.
Juga tidak ada membran internal yang melingdungi struktur atau tubuh lain di
dalam sel. Pembelahan nukleus dengan proses pembagian aseksual yang
sederhana dan tidak melalui mitosis atau proses pembagian nukleus yang rumit
Universitas Sriwijaya
yang umum dijumpai pada eukariota. Dinding sel mengandung semacam molekul
kompleks yang disebut mukopeptide, yang memberikan kekuatan pada struktur
selnya (Setiawati dan Paniman, 2008).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
Selanjutnya dihomogenkan dengan cara menggerakkan cawan petri membentuk
angka 8. Lalu kultur diinkubasi pada suhu ruang dan diamati sampai tumbuh
koloni. Masing-masing koloni yang dikelilingi zona jernih diamati dan tentukan
apakah termasuk koloni jamur atau koloni bakteri. Pengamatan dilakukan
terhadap koloni mikroba yang menunjukkan zona bening disekitar koloninya,
tentukan termasuk jamur atau bakteri, diukur diameter zona bening, dan digambar
serta dilaporkan pada asisten.
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1. Tanah Rhizosfer
Jumlah koloni Hasil Seleksi Dari Sumber P
yang positif Berbeda Luas Zona
Pengenceran
CaPO4 AlPO4 FePO4 Bening
Bakteri Fungi
B F B F B F
0,01 cm2
0,07 cm2
10 -5
4 - + - - - - -
0,05 cm2
0,07 cm2
Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri
Universitas Sriwijaya
Tabel 4.1.2. Tanah Non-Rhizosfer
Jumlah koloni Hasil Seleksi Dari Sumber P
yang positif Berbeda Luas Zona
Pengenceran
CaPO4 AlPO4 FePO4 Bening
Bakteri Fungi
B F B F B F
10-5 TBUD - - - - - + -
0,166 cm2
0,07 cm2
0,0314 cm2
10-5 7 - + - - - - - 0,062 cm2
0,02 cm2
0,07 cm2
0,012 cm2
Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri
Keterangan:
1. Medium
2. Koloni Bakteri
4.2. Pembahasan
Universitas Sriwijaya
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil bahwa pada
tanah yang dekat dengan perakaran atau Rhizosfer pada pengenceran 10 -5 terdapat
jumlah koloni bakteri yang positif berjumlah 4 koloni pada sumber P CaPO 4 dan
pada tanah non-Rhizosfer pada pengenceran yang sama terdapat jumlah koloni
bakteri yang positif, yang mana jumlahnya tidak bisa dihitung dikarenakan begitu
banyak koloni bakteri pada sumber P FePO4, dan pada sumber P CaPO4 jumlah
koloni bakteri yang positif berjumlah 7 koloni. Menurut Fatmala et al. (2015),
mikroorganisme pelarut fosfat berupa mikroorganisme yang mampu melarutkan
ikatan fosfat menjadi bentuk tersedia. Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berupa
bakteri, jamur, dan aktinomisetes atau khamir.
Mekanisme dalam pelarutan P sukar larut oleh mikroba yang banyak
dikaitkan dengan produksi asam-asam organik. Asam-asam organik ini mampu
membentuk kompleks dengan Fe atau Al sehingga melepaskan P yang tersedia
bagi tanaman. Asam organik juga mampu meningkatkan ketersedian P dengan
cara menutupi daerah absorpsi P pada partikel tanah atau dengan cara membentuk
kompleks dengan kation pada permukaan mineral tanah. Menurut
Baehaki et al. (2016), kinerja mikroba penyedia nutrisi tanaman sangat penting
dan dapat meningkat dengan penambahan bahan organik sebagai mediator dan
bahan batuan sebagai starternya, karena itu bahan organik dianggap sebagai
parameter yang sangat penting dari produktivitas tanah.
Mekanisme kimia pelarutan fosfat dimulai saat mikroba pelarut fosfat
mengekresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah hasil
metabolisme. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan
penurunan pH. Penurunan pH dapat pula disebabkan oleh pembebasan asam sulfat
dan nitrat pada oksidasi kemoautotrofik sulfur dan amonium. Menurut
Ritonga et al. (2015), mikroorganisme dan bahan organik, masing-masing dapat
menghasilkan asam organik yang mengkhelat logam dalam tanah sehingga fosfat
menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikroba pelarut fosfat melakukan mekanisme biologis pelarutan fosfat
dengan memproduksi enzim fosfatase dan enzim fitase dan meningkatkan
ketersediaan unsur P melalui aktivitas enzim. Enzim fosfatase dihasilkan saat
ketersediaan fosfat rendah yang diekskresikan oleh akar tanaman dan mikroba.
Universitas Sriwijaya
Dalam tanah enzim tersebut dominan dihasilkan oleh mikroba. Enzim ini dapat
memutuskan ikatan fosfat dari senyawa organik pengikatnya menjadi bentuk
tersedia sehingga dapat dimanfaatkan tumbuhan. Menurut
Sembiring et al. (2015), mikroorganisme pelarut fosfat berupa mikroorganisme
yang mempunyai kemampuan mengekstrak fosfat dari bentuk yang tidak larut
menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.
Keberadaan bakteri pelarut fosfat berkaitan dengan jumlah bahan organik
yang akan mempengaruhi populasi serta aktivitasnya dalam tanah. Mikroba yang
hidup dekat daerah perakaran secara fisiologis lebih aktif dibanding mikroba yang
hidup jauh dari daerah perakaran. Keberadaan mikroba pelarut fosfat beragam dari
satu tempat ke tempat lainnya karena perbedaan sifat biologis mikroba itu sendiri.
Terdapat mikroba yang hidup pada kondisi asam dan ada pula yang hidup pada
kondisi netral dan basa. Menurut Sodiq et al. (2014), mikroba tanah diketahui
dapat memproduksi fitohormon yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
perakaran, pertumbuhan tajuk dan kesehatan tanaman.
Menurut Dewanti et al. (2016), kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh
dan melakukan aktivitas enzimatis dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan.
Suhu tinggi umumnya menurunkan viabilitas dan aktivitas enzim serta produksi
asam organik pada mikroba yang ada di dalam pupuk hayati. Pada jenis-jenis
tertentu, mikroba ini dapat memacu pertumbuhan tanaman sebab, menghasilkan
zat pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba
yang cepat mengolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik.
Kesalahan pada praktikum yang telah dilaksanakan dapat berupa ketidak
aseptisan praktikan pada saat melakukan percobaan sehingga pada hasil yang di
dapatkan terdapat kontaminan yang berupa jamur. Dan adapun kesalahan pada
praktikum dikarenan kurangnya media agar dalam pembuatan medium. Menurut
Dewanti et al. (2016), untuk setiap enzim dengan alasan bahwa selama
pertumbuhan aktivitas atau respons diukur sebagai aktivitas total yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bila semua enzim dan sistem enzim berfungsi secara harmonis
di dalam sel.
BAB 5
Universitas Sriwijaya
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. dan Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah: Bogor.
Dewanti, A. W., Etty P., Dan Yulia N. 2016. Viabilitas Dan Aktivitas Enzim
Fosfatase Serta Produksi Asam Organik Bakteri Pelarut Fosfat Pada
Beberapa Suhu Simpan. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan.
3(1): 311-318.
Fatmala, V., Mariani S., dan Jamilah. 2015. Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut
Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan
Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(3): 1164-1168.
Universitas Sriwijaya
Setiawati, T. C. dan Paniman A. M. 2008. Identifikasi dan Kuantifikasi Metabolit
Bakteri Pelarut Fosfat dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Rhizoctonia
solani pada Tanaman Kedelai. Jurnal Tanah Trop. 13(3): 233-240.
LAMPIRAN
( Sumber :
Dokumen
Pribadi 2018) (Sumber : Dokumen Pribadi 2018)
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya