Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Hari,tanggal : Rabu, 22 September 2021

Agro-Eko Biologi Tanah Dosen : Indri Hapsari Fitriyani, S.P, M.Si


Asisten Praktikum :
1. Angelin Septitania Sirait (A14170005)
2. Dede Risna Ayu Ajhari (A14180013)
3. Anra Talpa (A14190065)

PENETAPAN JUMLAH NITROSOMONAS DAN ALGAE


TANAH MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE
NUMBER (MPN)

Nama : SHAFA SALSABILA LESMANA


NIM : A1401201024
Kelompok :1
Hari Praktikum : Rabu

DIVISI BIOTEKNOLOGI TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
2021
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah umumya tersusun dari senyawa organik, senyawa anorganik, udara, H2O,
dan jasad hidup yang secara umum terdiri atas mikroorganisme. Kesuburan tanah
tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawi, melainkan pada ciri alami
mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme tanah dapat dijadikan indeks
kesuburan tanah subur. Tingginya jumlah populasi mikroorganisme dalam tanah
menandakan bahwa, tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Hal ini
dikarenakan, bahan organik di dalam tanah hanya dapat didekomposisikan oleh
mikroorganisme yang menyumbangkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
sebagai sumber energi serta dapat memperbaiki keadaan tanah. Populasi
mikroorganisme yang tinggi juga dapat menandakan tersedianya suplai makanan
dan energi yang cukup serta kondisi ekologi yang mendukung perkembangan
mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme tanah terutama biomassa yang hidup
dari bahan organik tanah berpengaruh terhadap siklus hara, ketersediaan unsur hara
serta stabilitas tanah. Mikroorganisme dalam tanah berperan sebagai dekomposer
atau zat perngurai.
Kesuburan tanah dapat ditentukan oleh banyaknya mikroorganisme di tanah,
seperti fungi, bakteri, dan algae. Akan tetapi, dalam melalukan pengamatan bakteri
dan algae dalam keadaan masih hidup, cukup sulit untuk dilakukan, karena selain
ukurannya yang sangat kecil, mikroorganisme ini juga tidak dapat dilihat
populasinya dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat dikatakan sebagai
pengendali nitrogen karena sebagian besar sumber utama tanaman berasal dari N₂
yang terkandung di atmosfer. Nitrogen dapat digunakan secara langsung oleh
tanaman dalam bentuk nitrat maupun ammonia. Selain itu, bakteri memegang
peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini
berkaitan dengan kemampuannya dalam mengikat nitrogen di udara dan mengubah
amonium menjadi nitrat, salah satu bakterinya yaitu Nitrosomonas. Bakteri
Nitrosomonas berperan penting dalam siklus nitrogen dalam proses nitrifikasi yang
menghasilkan nitrat.
Selain bakteri Nitrosomonas, terdapat algae tanah yang dijadikan indeks dalam
menentukan kesuburan tanah. Algae tanah dapat memfiksasi N₂ di udara saat
bersimbiosis dengan ganggang lain dalam mereduksi nitrogen menjadi bentuk
ammonia. Algae tanah juga dapat menyediakan unsur hara dari mineral tanah
karena sumber energi utamanya yaitu sinar matahari. Jumlah dan aktivitas
Nitrosomonas dan algae dalam tanah penting untuk diketahui secara kuantitatif
melalui koloni yang terbentuk, hal tersebut dapat dilakukan percobaan penetapan
populasi Nitrosomonas dan algae dengan metode Most Probable Number (MPN).
Metode ini sebagai penduga jumlah populasi mikrob tanpa perlu melakukan
perhitungan jumlah sel atau koloni.

1.2 Tujuan:
Praktikum ini bertujuan menghitung dan menetapkan jumlah bakteri
Nitrosomonas dan algae tanah menggunakan metode Most Probable number
(MPN).
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Nitrosomonas
Keberadaan mikroorganisme dalam tanah dapat menunjukan tingkat kesuburan
tanah, dalam tanah yang subur mengandung sekitar 100 juta lebih mikroorganisme,
salah satu mikroorganismenya yaitu Nitrosomonas. Bakteri Nitrosomonas termasuk
golongan bakteri gram negatif dengan morfologi selnya yang bulat, tepian licin,
elevasi cembung, bersifat aerob, motil, katalase urea, dan memiliki reaksi positif.
Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi yang menghasilkan ion nitrat.
Nitrosomonas tergolong ke dalam bakteri kemoautotrof obligat (Budhisurya et al.
2013). Bakteri Nitrosomonas merupakan bakteri yang mampu menambat nitrogen
dari udara. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji
seperti uji kualitatif koliform secara lengkap. Pengujian ini terdiri dari tiga tahap
yaitu, uji penduga (metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap (Widiyawati et al.
2014).

2.2 Ganggang tanah


Secara umum, alga terbagi kedalam dua jenis, yaitu makroalga dan mikroalga.
Mikroalga adalah organisme mikroskopis dan dapat diklasifikasikan ke dalam
ganggang biru-hijau (Cyanophyta). Nutrien yang paling penting untuk
pertumbuhan alga antara lain nitrogen dan fosfor (Rahmaningsih et al. 2013). Algae
memiliki habitat mulai dari perairan, baik air tawar maupun air laut, sampai dengan
daratan yang lembab atau basah. Algae yang hidup di air ada yang bergerak aktif
ada yang tidak, dengan pertumbuhan dan reproduksi yang dipengaruhi kandungan
nutrien dalam perairan. Kebutuhan kandungan dan jenis nutrient. Algae sangat
tergantung pada kelas atau jenisnya pada habitat tersebut. Nutrien yang paling
penting untuk pertumbuhan algae antara lain adalah nitrogen dan fosfor
(Tjitrosoepomo 2003 dalam Lukitasari et al. 2015).

2.3 Habitat algae


Alga merupakan organisme yang hidup di habitat perairan baik di perairan air
tawar ataupun air laut. Sebagian dari spesies alga hidup di suhu yang sangat dingin
seperti perairan dingin ataupun di puncak gunung. Namun ada juga spesies alga
yang hidup perairan bersuhu tinggi pada batu-batuan dan sumber air panas. Selain
di perairan, alga juga dapat hidup pada tanah yang lembab, pohon dan permukaan
batuan (Rizki 2020)

2.4 Metode Most Probable Number (MPN)


Metode Most Probable Number merupakan metode perhitungan sel terutama
untuk perhitungan bakteri koliform berdasarkan jumlah perkiraan terdekat dan
dihitung sebagai nilai duga dengan merujuk pada tabel hasil pengamatan (Harti
2015). Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan pendekatan
pengenceran berganda hingga punah, yang telah dibuktikan sangat baik untuk
memperkirakan populasi mikroba, terutama jika mikroba ada dalam jumlah yang
sangat sedikit. Metode MPN didasarkan pada pembagian sampel menjadi 3 macam
pengenceran. Akurasi dari satu kali pengujian tergantung dari jumlah tabung yang
digunakan untuk tiap pengenceran, biasanya digunakan 3 tabung atau 5 tabung
untuk setiap kali pengenceran. Informasi yang sangat memuaskan akan diperoleh
apabila semua tabung dengan pengenceran rendah menunjukkan pertumbuhan dan
tabung-tabung dengan pengenceran tinggi menunjukkan bahwa tidak terdapat
pertumbuhan (Syahputri 2016).

2.5 Fenol-red
Menurut Yayan (2014), indikator asam-basa (disebut indikator pH) adalah
senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel,
umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna yang sesuai dengan
kondisi pH larutan tersebut tersebut. Fenol merah merupakan indikator pH yang
menghasilkan warna jingga antara pH 6.8 dan pH 8.4. Rentang transisi mungkin
berbeda sedikit bergantung pada konsentrasi konsentrasi indikator dalam larutan
dan pada suhu di mana indikator tersebut digunakan.

2.6 Kemoautotrof
Bakteri kemoautotrof adalah baketri yang mampu mengubah zat anorganik
menjadi energi kimia. Bakteri kemoautotrof yang memperoleh energi dari hasil
reaksi kimia. Reaksi kimia ini, misalnya ammonia (NH3), nitrit (HNO2), belerang
(S), besi (Fe). Contoh dari bakteri ini yaitu, Nitrosomonas sp. yang memecah
amoniak menjadi nitrit, air dan energi), Nitrosococcus sp dan Nitrobacter sp,
Thiobacillus ferroaxidans, Cladothrix, Leptotthrix achracea, Methanomonas,
Hydrogenomonas, dan Thiobacillus thiooxidans (Irnaningtyas 2013).

2.7 Fotoautotrof
Irnaningtyas (2013) menyatakan bahwa, bakteri fotoautotrof mampu mengubah
zat anorganik dengan bantuan cahaya melalui fotosintesis. Bakteri fotoautotrof
adalah bakteri yang memakai sumber energi cahaya untuk menyusun bahan
organik. Bakteri ini memiliki pigmen-pigmen fotosintetik. Contoh dari bakteri ini
yaitu, Rhodopseudomonas, Rhodopspirillum, Thicystis, Thiospirillum, dan
Chlorobium.

2.8 Nitrifikasi
Menurut Hastuti (2011) menyatakan, kelompok bakteri autotrofik yang
berperan dalam proses nitrifikasi adalah Nitrobacteriaceae, diantaranya adalah
Nitrosomonas (bakteri pengoksidasi amonium) dan Nitrobacter (bakteri
pengoksidasi nitrit). Beberapa mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga
dilaporkan mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi nitrit.
bakteri nitrifikasi yang bersifat autotrofik sangat sensitif terhadap faktor lingkungan
dan tumbuh sangat lambat sehingga populasinya di dalam lumpur aktif seringkali
terkompetisi oleh mikroorganisme heterotrofik. Mikroba nitrifikasi pada umumnya
bersifat autotrofik atau miksotrofik. Pada proses nitrifikasi terjadi dua tahapan
reaksi, yaitu oksidasi amonium menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
III METODE

3.1 Alat dan Bahan :


A. Populasi bakteri Nitrosomonas

Alat

1. Tabung reaksi 2. Pipet 3. Bunsen 4. Kapas

5. Corong 6. Autoklaf 7. Kertas saring 8. Erlenmeyer

9. Lemari es 10. Shaker 11. Cawan petri 12. Inkubator

Bahan (komposisi medium)


1. (NH4)2SO4 0.5 gram
2. K2HPO4 0.2 gram
3. CaCl2 . 2H2O 0.04 gram
4. MgSO4 . 7H2O 0.04 gram
5. Fe-Sitrat 0.5 mg
6. Fenol-red (pH 6.8 – 8.4) 0.5 mg
7. Aquades 1000 ml
8. pH sampai 7.4 dengan menambahkan KOH
atau NaOH cair
B. Populasi Ganggang

Alat

1. Tabung reaksi 2. Pipet 3. Bunsen 4. Kapas

5. Corong 6. Autoklaf 7. Kertas saring 8. Erlenmeyer

9. Lemari es 10. Shaker 11. Cawan petri 12. Inkubator

Bahan (komposisi medium)


1. NaNO3 0.25 gram
2. CaCl2 . 2H2O 0.025 gram
3. MnSO4 . 7H2O 0.075 gram
4. K2HPO4 0.070 gram
5. KH2PO4 0.018 gram
6. NaCl 0.025 gram
7. FeCl3 . 6H2O 0.005 gram
8. Aquades 1000 ml
3.2 Prosedur
3.2.1 Prosedur Populasi bakteri Nitrosomonas

Tutup tabung reaksi dengan baik,


Masukkan sebanyak 9 ml
dan sterilkan tabung reaksi dalam
larutan medium ke dalam
autoklaf selama 20 menit pada
tabung reaksi
temperatur 120℃

Timbang sebanyak 1
Larutan selanjutnya gram tanah, kemudian
dikocok menggunakan pindahkan ke dalam
shaker selama 30 menit tabung erlenmeyer yang
berisi aquades

Buatlah seri pengenceran Selanjutnya, diinkubasi di


yaitu, pengenceran 10-3, dalam inkubator selama 4
10-4, dan 10-5 minggu

Amati dan catatlah


perubahan warna yang
terjadi
3.2.2 Prosedur Populasi Ganggang

Pertama-tama, timbang
sebanyak 1 gram tanah,
kemudian pindahkan ke Tambahkan sebanyak 5 ml
dalam labu erlenmeyer medium ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi aquades

Lalu, buatlah seri


pengenceran (10-3, 10-4,
dan penegnceran 10-5) Selanjutnya, dikocok
menggunakan shaker
selama 30 menit

Amati dan catat


perubahannya Masukkan ke dalam mesin
inkubator dan diinkubasi
selama 4 minggu ditempat
yang terkena cahaya
matahari
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Nitrosomonas sebagai bakteri nitrifikasi
Kusmawati (2013), koloni bakteri nitrifikasi yang tumbuh pada media NA
menampakkan permukaan koloni yang berbeda, serta warna yang beragam mulai
dari bening, putih, putih susu, kuning, sampai merah muda kecoklatan, sedang
bentuk koloninya mulai dari circular, spindle dan irregular. Sementara itu, bentuk
tepi koloni terlihat berupa entire dan lobate. Elevasi koloni berbentuk flat, raised,
sampai convex. Selain itu, ukuran kolonipun terlihat beragam mulai dari pinpoint
(titik), small (kecil), moderate (sedang), sampai large (besar). Perbedaan
kenampakan morfologi ini mengindikasikan terdapat beberapa spesies yang
berbeda yang terdapat pada lokasi pengambilan sampel tanah. Adanya bakteri
pengoksidasi amonium diindikasikan dengan terjadinya perubahan warna media
dari merah menjadi kuning yang disebabkan perubahan pH media akibat oksidasi
amonium menjadi nitrit, sedangkan adanya bakteri penghasil nitrat diindikasikan
dengan perubahan warna media dari bening menjadi keruh (Pratiwi et al. 2011).
Keberadaan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
kandungan bahan organik dan kondisi lingkungan. Kandungan bahan organik tanah
akan mempengaruhi kadar nitrogen dalam tanah yang tersedia untuk tanaman,
sedangkan kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh tipe penggunaan lahan akan
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Setiap penggunaan jenis tanah memiliki
kondisi lingkungan dan karakteristik tanah yang berbeda-beda. Setiap penggunaan
jenis tanah memiliki masukan bahan organik dan kondisi iklim yang berbeda yang
dapat mempengaruhi keberadaan bakteri nitrifikasi dalam ketersediaannya untuk
tanaman (Rosalynda et al. 2020). Menurut Kiding et al. (2015) menyatakan bahwa,
Nitrosomonas penting dalam siklus nitrogen dengan meningkatkan ketersediaan
nitrogen untuk tanaman sementara membatasi fiksasi CO2. Habitat Nitrosomonas
dapat ditemukan di tanah, air laut, limbah, air tawar, dan pada daerah dengan tingkat
pencemaran nitrat yang tinggi. Tumbuh baik pada kondisi lingkungan memiliki
suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 5-30℃ dan pH 5,8-8,5.

4.2 Media biakkan


Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari
sel tunggal. Terdapat berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni,
yaitu cara pengenceran, penuangan, penggoresan, penyebaran, pengucilan satu sel
dan okulasi pada hewan. Biakan murni bakteri merupakan biakan yang terdiri atas
spesies bakteri yang ditumbuhkan di atas medium buatan. Medium terdiri atas
bahan agar-gar yang mengandung air, gula, nitrogen dan mineral. Metode
pengenceran bertujuan untuk memperkecil jumlah mikroba yang tersuspensi dalam
cairan dengan cara pengenceran bertingkat (Nasution et al. 2020).

4.3 Hasil dari Metode Most Probable Number (MPN)


Zulkarnain (2015), hasil dari metode Most Probable Number (MPN) adalah
nilai MPN. Nilai MPN merupakan nilai yang dijadikan perkiraan jumlah unit sel
yang tumbuh dalam sampel pengamatan. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga
diartikan sebagai perkiraan dri jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan
biasanya per 100 ml atau per gram. Metode ini memiliki limit kepercayaan hingga
95% sehingga terdapat jangkauan nilai terendah dan nilai tertinggi.
Tabel 1 Jumlah sel Nitrosomonas
Ulangan
Jenis Tanah Pengenceran 1 2 3 Nilai MPN ∑ sel

10-3 + - -
Tanah Sampah 10-4 + - - 0.7 7 × 102

10-5 - - -

10-3 + + -
Tanah Rumput 10-4 - + - 2.0 2 × 103

10-5 + - -

10-3 + + +
Tanah Kebun 10-4 + + + 140.0 140 × 103

10-5 + + +
Pada praktikum kali ini membahas mengenai penetapan jumlah
Nitrosomonas dan algae tanah dengan metode Most Probable Number (MPN).
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
ulangan dengan 3 buah sesi pengenceran yaitu, 10-3, 10-4 dan 10-5. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2015), percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan sesi pengenceran 10-3 bertujuan mengantisipasi munculnya TNTC
(Too Numerous To Count) atau TBUD (tidak dapat untuk dihitung). Terdapat
prosedur dalam metode MPN ini salah satu prosedurnya yaitu, sampel suspensi sel
diinokulasi ke dalam media biakkan, kemudian jumlah koloni yang terbentuk
dihitung. Satu koloni yang terbentuk dari satu sel, menunjukkan jumlah sel dalam
larutan asalnya (Kurniagung et al. 2012). Jumlah sel bakteri didapatkan dari
1
perhitungan menggunakan rumus 𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝 . Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, jumlah sel Nitrosomonas tertinggi terdapat pada jenis tanah
kebun yaitu sebesar 140 × 103 dan paling rendah terdapat pada jenis tanah rumput
dengan jumlah sel sebesar 2 × 103. Widodo dan Kusuma (2018) menyatakan
bahwa, tanah kebun memiliki ketersediaan hara atau C organik yang baik, sehingga
dapat mempengaruhi jumlah sel Nitrosomonas dan rendahnya ketersediaan bahan
organik dalam tanah mencerminkan rendahnya kesuburan tanah sehingga
keberadaan Nitrosomonas pada tanah sampah cenderung rendah. Selain itu, pada
tanah kebun belum pernah mengalami praktik pengelolaan lahan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Susilawati et al. (2013), konsep penggunaan
lahan mampu mempengaruhi total mikroorganisme tanah. Jumlah dan jenis bakteri
dipengaruhi oleh praktik pengelolaan lahan. Selain itu, diperkuat dengan hasil
penelitian (Rosalynda et al. 2020), jumlah bakteri terbanyak terdapat pada jenis
tanah kebun karena kandungan bahan organik tanah banyak, tanaman berdaur hidup
pendek dapat mengembalikan bahan organik ke tanah dengan waktu yang
berlangsung cepat jika dibandingkan dengan penggunaan jenis tanah yang lain .
Perbedaan jumlah populasi Nitrosomonas pada setiap jenis tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kelembaban, cahaya dan konsentrasi
NO2 (Suriani et al. 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sapta
et al. (2014) yang menyatakan bahwa, terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri Nitrosomonas yaitu, DO (Dissolvid Oxygen),
suhu (T), cahaya, pH dan konsentrasi nitrogen. Indikator munculnya Nitrosomonas
jika terjadi pembentukan NO3, media mengalami perubahan warna dari merah
menjadi kuning karena secara serentak menghasilkan ion H+ sehingga pH dari
media mengalami penurunan. Selain itu, terdapat faktor yang memicu pertumbuhan
Nitrosomonas yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energinya adalah
suhu dan pH yang optimal terhadap pertumbuhan bakteri ini. Nitrosomonas dapat
hidup pada kondisi yang sesuai yaitu, pada temperatur 5-30℃ dengan pH optimum
sebesar 5,8-8,5. Jenis tanah kebun dapat menjadi habitat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ini (Kiding et al. 2015). Rendahnya jumlah sel Nitrosomonas
pada jenis tanah sampah dikarenakan salah faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri Nitrosomonas ini adalah suhu dan pH yang sesuai (Istiqomah
2019).

Tabel 2 Jumlah sel Ganggang Tanah


Ulangan
Jenis Tanah Pengenceran 1 2 3 Nilai MPN ∑ sel

10-3 - - -
Tanah Sampah 10-4 - - - 0 0

10-5 - - -

10-3 + - -
Tanah Rumput 10-4 - + - 0.7 7 × 102

10-5 - - -

10-3 + + -
Tanah Kebun 10-4 - - - 0.9 9 × 102

10-5 - - -

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 2, pada metode Most Probable Number


(MPN), jumlah sel ganggang tanah yang ditemukan lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah sel bakteri Nitrosomonas. Hal ini disebabkan oleh salah satu faktor
habitat optimal untuk ganggang tanah adalah di perairan baik air tawar maupun air
laut, sampai dengan daratan yang lembab atau basah. Jumlah sel ganggang tertinggi
terdapat pada jenis tanah kebun dengan jumlah sel sebesar 9 × 102 dan sangat
minim pada jenis tanah sampah dengan jumlah sel bernilai nol. Hal ini dapat terjadi
karena pada tanah kebun, cahaya matahari dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh
ganggang tanah untuk melakukan proses inkubasi yang membutuhkan cahaya
matahari sebagai sumber energinya (Nurrohman et al. 2015). Hal ini sesuai dengan
literatur, alga memiliki habitat mulai dari perairan, baik air laut maupun air tawar,
sampai dengan daratan yang lembab atau basah. Alga berkembang karena
kemelimpahan nutrisi serta cahaya matahari (Lukitasari et al. 2015). Selain itu,
intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan alga di dalam proses
fotosintesis. Pada umumnya, intentisitas cahaya yang lebih besar akan lebih efektif,
namun, tidak bagi alga karena pada tingkat cahaya yang tinggi atau melampaui
batas dapat mengurangi laju fotosintesis (Muchammad et al. 2013). Oleh karena
itu, jumlah sel ganggang tanah pada jenis tanah sampah sangat jarang ditemukan
karena minim tertutup oleh tutupan lahan serta intensitas sinar matahari yang sangat
tinggi. Kehadiran ganggang tanah dapat ditunjukkan dengan adanya cincin atau
pelikel pada bagian dinding tabung reaksi dan berwarna putih (zona bening). Selain
itu terdapat faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga
diantaranya adalah suhu, cahaya, pH, dan konsentrasi elemen-elemen esensial atau
nutrien yang dipakai untuk proses fotosintesis (Fitriyani 2019).
V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, prinsip
dari metode MPN (Most Probable Number) yaitu menduga jumlah mikroorganisme
dalam tanah. Jumlah sel bakteri Nitrosomonas paling banyak ditemukan pada jenis
tanah kebun, karena kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
Nitrosomonas yaitu, suhu, pH, cahaya, dan konsentrasi nitrogen. Indikasi adanya
pertumbuhan bakteri Nitrosomonas dapat ditandai dengan perubahan warna media
dari merah menjadi kuning. Populasi ganggang tanah banyak ditemukan pada tanah
kebun karena ketersediaan cahaya matahari sebagai sumber energi dalam
melakukan fotosintesis. Faktor yang mempengaruhi perkembangan ganggang tanah
yaitu, suhu, cahaya, pH, dan konsentrasi elemen-elemen esensial atau nutrien yang
dipakai untuk proses fotosintesis. Adanya keberadaan ganggang ditandai dengan
munculnya zona bening pada tabung reaksi yang berbentuk cincin atau pelikel.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini semoga kita dapat memahami atau mengerti
mengenai pengetahuan mendalam tentang biologi tanah. Sehingga kita
mendapatkan pengetahuan yang luas. Harapan saya dapat terjun langsung untuk
melakukan praktikum di laboratorium. Namun, jika tidak memungkinkan dapat
melaksanakannya secara offline melalui video tutorial yang disampaikan oleh
kakak asisten praktikum untuk menunjang perkuliahan serta mewakili informasi
yang seharusnya didapatkan saat praktikum langsung. Jika melakukan praktikum
secara langsung yaitu dalam melakukan prosedur praktikum alangkah baiknya
untuk mempertimbangkan hal-hal kecil yang mungkin akan menimbulkan
ketidakpastian dan ketidakakuratan dalam proses perhitungan. Supaya
mendapatkan hasil dan data yang akurat, maka diperlukan ketelitian dalam
praktikum dan harus steril sehingga tidak terkontaminasi alat dan bahan yang akan
digunakan. Jika dilakukan kuliah online seperti ini, maka dibutuhkan fokus dalam
praktikum yang disampaikan oleh kaka asisten praktikum, sehingga dapat dengan
mudah untuk dipahami dan mempermudah dalam pembuatan laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Budhisurya, Eriandra, R. C. W. Anggono, Bistok Hasiholan Simanjuntak. 2013.


Analisis kesuburan tanah dengan indikator mikroorganisme tanah pada
berbagai sistem penggunaan lahan di Plateau Dieng. Jurnal Agric [diunduh
2021.09.22]; 25 (1): 64-72.
DOI: https://doi.org/10.24246/agric.2013.v25.i1.p64-72.
Fitriyani S, Atmaja IWD, Soniari NN. 2019. Genus alga pada lahan sawah organik
yang ditanami padi local dan inhibrida di Subak Jatiluwih, Tabanan. Jurnal
Agrotrop [diunduh 2021.09.26]; 9 (2): 112-114.
DOI: https://doi.org/10.24843/AJoAS.2019.v09.i02.p02.
Harti A. S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta (ID): Andi.
Hastuti YP. 2011. Nitrifikasi dan denitrifikasi. Jurnal Akuakultur Indonesia
[diunduh 2021.09.24]; 10 (1): 89-98.
DOI: https://doi.org/10.19027/jai.10.89-98.
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta (ID: Erlangga.
Istiqomah S. 2019. Pengaruh konsorsium bakteri Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp.,
dan Bacillus subtilis terhadap kadar ammonia, nitrit, nitrat, dan fosfat air
biofilter serta pertumbuhan pak choi (Brassica chinensis L.) pada sistem
akuaponik [tesis]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Kiding A, Khotimah S, Linda R. 2015. Karakteristik dan kepadatan bakteri
nitrifikasi pada tingkat kematangan tanah gambut yang berbeda di Kawasan
Hutan Lindung Gunung Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal
Probiotint [diunduh 2021.09.26]; 4 (1): 17-21.
DOI: http://dx.doi.org/10.26418/protobiont.v4i1.8708.
Kusmawati I. 2013. Isolasi bakteri nitrifikasi pada daerah rizosfer tanaman padi
lokal Pulu Mandoti (Oryza sativa L.) di Desa Salukanan, Kabupaten
Enrekang [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Kurniagung, Fajar, Vitus Dwi Yunianto Budi Ismadi, and Ismari Estiningdriati.
2012. Pengaruh penambahan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam ransum
terhadap total bakteri asam laktat dan bakteri coliform pada saluran
pencernaan itik magelang jantan. Animal Agriculture Journal 1 (1): 417-
425.
Lukitasari M, Purwati E, Pujiati. 2015. Analisis keanekaragaman dan identifikasi
algae mikroskopis persawahan di manguharjo kota Madiun. Jurnal Biologi
Sains [diunduh 2021.09.22]; 16 (7): 754-760.
Nasution, Muhammad Arif, T. Amarullah, Muhammad Agam Thahir. 2020.
Analisis sifat fisika, kimia dan biologi air sumur bor di lingkungan
universitas teuku umar. Jurnal Perikanan Tropis. 7 (2): 121-134.
DOI: https://doi.org/10.35308/jpt.v7i2.2594.
Pratiwi YR, Anas I, Widyastuti R, Rosmimik. 2011. Isolasi dan
seleksi bakteri penitrifikasi dari sampel tanah di sekitar kandang ternak di
Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahmaningsih, Sri Wilis, Achmad Mulyana. 2017. Bakteri patogen dari
perairan pantai dan kawasan tambak di Kecamatan Jenu KabupatenTuban.
Ekologia: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup [diunduh
2021.09.22]; 12 (1): 1-5. DOI: 10.33751/ekol.v12i1.248.
Rizki P. 2020. Kenaekaragaman jenis makroalga yang terdapat di Kawasan Pantai
Ujoeng Kareung Aceh Besar sebagai referensi mata kuliah Botani
Tumbuhan Rendah [skripsi]. Banda Aceh (ID): Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry.
Rosalynda EN. 2020. Eksplorasi bakteri nitrifikasi dalam tanah pada berbagai
penggunaan lahan di dataran tinggi yang Kecamatan Krucil Kabupaten
Probolinggo [tesis]. Jawa Timur (ID): Universitas Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Sapta D Y, Mega M. 2014. Efektivitas teknik biofiltrasi dengan media bio-ball
terhadap penurunan kadar nitrogen total. Jurnal Ilmiah Teknik LIMIT
[diunduh 2021.09.24]; 9 (1): 45-60.
Sari RM, Sri Ngabekti F, Putut Martin H. B. 2013. Keanekaragaman fitoplankton
di aliran sumber air panas Condrodimuko Gendongsongo Kabupaten
Semarang. Jurnal Unnes Journal of Life Science [diunduh 2021.09.27]; 2
-(1).
Syahputri FA. 2016. Pemeriksaan bakteri koliform menggunakan metode Most
Probable Number (MPN) pada air bersih di laboratorium kesehatan provinsi
Sumatera Utara. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Widiyawati, Ida, Ahmad Junaedi, Rahayu Widyastuti. 2014. Peran bakteri
penambat nitrogen untuk mengurangi dosis pupuk nitrogen anorganik pada
padi sawah. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy)
[diunduh 2021.09.22]; 42 (2): 139-178. DOI:
https://doi.org/10.24831/jai.v42i2.8424.
Widodo KH, Kusuma Z. 2018. Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah dan
pertumbuhan tanaman jagung di inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan [diunduh 2021.09.26]; 5 (2): 959-967.
Yayan S. 2014. Kimia Dasar 1 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini.
Bandung (ID): Yrama Widya.
Zulkarnain K. 2015. Metode Most Probable Number (MPN) untuk menghitung
Nitrosomonas. Lampung (ID): Universitas Lampung.
LAMPIRAN

Tabel 1 Jumlah sel Nitrosomonas


Ulangan
Jenis Tanah Pengenceran 1 2 3 Nilai MPN ∑ sel

10-3 + - -
Tanah Sampah 10-4 + - - 0.7 7 × 102

10-5 - - -

10-3 + + -
Tanah Rumput 10-4 - + - 2.0 2 × 103

10-5 + - -

10-3 + + +
Tanah Kebun 10-4 + + + 140.0 140 × 103

10-5 + + +

Perhitungan jumlah sel Nitrosomonas dengan metode Most Probable Number


(MPN) pada tanah sampah
Diketahui : Hasil = 110
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 110, maka Nilai MPN sebesar 0.7
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
= 0.7 ×
10−3
= 7 × 102

Perhitungan jumlah sel Nitrosomonas dengan metode Most Probable Number


(MPN) pada tanah rumput
Diketahui : Hasil = 211
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 211, maka Nilai MPN sebesar 2.0
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
= 2.0 ×
10−3
= 2 × 103

Perhitungan jumlah sel Nitrosomonas dengan metode Most Probable Number


(MPN) pada tanah kebun
Diketahui : Hasil = 333
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 333, maka Nilai MPN sebesar 140.0
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
= 140.0 ×
10−3
= 140 × 103

Tabel 2 Jumlah sel Ganggang Tanah


Ulangan
Jenis Tanah Pengenceran 1 2 3 Nilai MPN ∑ sel

10-3 - - -
Tanah Sampah 10-4 - - - 0 0

10-5 - - -

10-3 + - -
Tanah Rumput 10-4 - + - 0.7 7 × 102

10-5 - - -

10-3 + + -
Tanah Kebun 10-4 - - - 0.9 9 × 102

10-5 - - -
Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah sampah
Diketahui : Hasil = 0
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 0, maka Nilai MPN sebesar 0
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
=0 ×
10−3
=0

Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah kebun
Diketahui : Hasil = 110
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 110, maka Nilai MPN sebesar 0.7
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
= 0.7 ×
10−3
= 7 × 102

Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah kebun
Diketahui : Hasil = 200
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 200, maka Nilai MPN sebesar 0.9
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝

1
= 0.9 ×
10−3
= 9 × 102
Contoh ganggang tanah (algae)

Gambar 1. Algae tanah (Genus : Chroococcus) Gambar 2. Algae tanah (Genus : Pleurospora)
Sumber : (Sari et al. 2011) Sumber : (Sari et al. 2011)
Morfologi : sel bentuk baris yang tidak teratur,
sel tampak berupa butiran berwarna hijau dan Morfologi : Bentuk lurus, silindris, tak
kekuningan bercabang, warna koloni hijau biru

Gambar 3. Algae tanah (Genus : Cocconeis)


Sumber : (Lukitasari et al. 2015)
Morfologi : Berbentuk persegi

Anda mungkin juga menyukai