1.2 Tujuan:
Praktikum ini bertujuan menghitung dan menetapkan jumlah bakteri
Nitrosomonas dan algae tanah menggunakan metode Most Probable number
(MPN).
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Nitrosomonas
Keberadaan mikroorganisme dalam tanah dapat menunjukan tingkat kesuburan
tanah, dalam tanah yang subur mengandung sekitar 100 juta lebih mikroorganisme,
salah satu mikroorganismenya yaitu Nitrosomonas. Bakteri Nitrosomonas termasuk
golongan bakteri gram negatif dengan morfologi selnya yang bulat, tepian licin,
elevasi cembung, bersifat aerob, motil, katalase urea, dan memiliki reaksi positif.
Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi yang menghasilkan ion nitrat.
Nitrosomonas tergolong ke dalam bakteri kemoautotrof obligat (Budhisurya et al.
2013). Bakteri Nitrosomonas merupakan bakteri yang mampu menambat nitrogen
dari udara. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji
seperti uji kualitatif koliform secara lengkap. Pengujian ini terdiri dari tiga tahap
yaitu, uji penduga (metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap (Widiyawati et al.
2014).
2.5 Fenol-red
Menurut Yayan (2014), indikator asam-basa (disebut indikator pH) adalah
senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel,
umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna yang sesuai dengan
kondisi pH larutan tersebut tersebut. Fenol merah merupakan indikator pH yang
menghasilkan warna jingga antara pH 6.8 dan pH 8.4. Rentang transisi mungkin
berbeda sedikit bergantung pada konsentrasi konsentrasi indikator dalam larutan
dan pada suhu di mana indikator tersebut digunakan.
2.6 Kemoautotrof
Bakteri kemoautotrof adalah baketri yang mampu mengubah zat anorganik
menjadi energi kimia. Bakteri kemoautotrof yang memperoleh energi dari hasil
reaksi kimia. Reaksi kimia ini, misalnya ammonia (NH3), nitrit (HNO2), belerang
(S), besi (Fe). Contoh dari bakteri ini yaitu, Nitrosomonas sp. yang memecah
amoniak menjadi nitrit, air dan energi), Nitrosococcus sp dan Nitrobacter sp,
Thiobacillus ferroaxidans, Cladothrix, Leptotthrix achracea, Methanomonas,
Hydrogenomonas, dan Thiobacillus thiooxidans (Irnaningtyas 2013).
2.7 Fotoautotrof
Irnaningtyas (2013) menyatakan bahwa, bakteri fotoautotrof mampu mengubah
zat anorganik dengan bantuan cahaya melalui fotosintesis. Bakteri fotoautotrof
adalah bakteri yang memakai sumber energi cahaya untuk menyusun bahan
organik. Bakteri ini memiliki pigmen-pigmen fotosintetik. Contoh dari bakteri ini
yaitu, Rhodopseudomonas, Rhodopspirillum, Thicystis, Thiospirillum, dan
Chlorobium.
2.8 Nitrifikasi
Menurut Hastuti (2011) menyatakan, kelompok bakteri autotrofik yang
berperan dalam proses nitrifikasi adalah Nitrobacteriaceae, diantaranya adalah
Nitrosomonas (bakteri pengoksidasi amonium) dan Nitrobacter (bakteri
pengoksidasi nitrit). Beberapa mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga
dilaporkan mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi nitrit.
bakteri nitrifikasi yang bersifat autotrofik sangat sensitif terhadap faktor lingkungan
dan tumbuh sangat lambat sehingga populasinya di dalam lumpur aktif seringkali
terkompetisi oleh mikroorganisme heterotrofik. Mikroba nitrifikasi pada umumnya
bersifat autotrofik atau miksotrofik. Pada proses nitrifikasi terjadi dua tahapan
reaksi, yaitu oksidasi amonium menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
III METODE
Alat
Alat
Timbang sebanyak 1
Larutan selanjutnya gram tanah, kemudian
dikocok menggunakan pindahkan ke dalam
shaker selama 30 menit tabung erlenmeyer yang
berisi aquades
Pertama-tama, timbang
sebanyak 1 gram tanah,
kemudian pindahkan ke Tambahkan sebanyak 5 ml
dalam labu erlenmeyer medium ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi aquades
10-3 + - -
Tanah Sampah 10-4 + - - 0.7 7 × 102
10-5 - - -
10-3 + + -
Tanah Rumput 10-4 - + - 2.0 2 × 103
10-5 + - -
10-3 + + +
Tanah Kebun 10-4 + + + 140.0 140 × 103
10-5 + + +
Pada praktikum kali ini membahas mengenai penetapan jumlah
Nitrosomonas dan algae tanah dengan metode Most Probable Number (MPN).
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
ulangan dengan 3 buah sesi pengenceran yaitu, 10-3, 10-4 dan 10-5. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2015), percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan sesi pengenceran 10-3 bertujuan mengantisipasi munculnya TNTC
(Too Numerous To Count) atau TBUD (tidak dapat untuk dihitung). Terdapat
prosedur dalam metode MPN ini salah satu prosedurnya yaitu, sampel suspensi sel
diinokulasi ke dalam media biakkan, kemudian jumlah koloni yang terbentuk
dihitung. Satu koloni yang terbentuk dari satu sel, menunjukkan jumlah sel dalam
larutan asalnya (Kurniagung et al. 2012). Jumlah sel bakteri didapatkan dari
1
perhitungan menggunakan rumus 𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝 . Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, jumlah sel Nitrosomonas tertinggi terdapat pada jenis tanah
kebun yaitu sebesar 140 × 103 dan paling rendah terdapat pada jenis tanah rumput
dengan jumlah sel sebesar 2 × 103. Widodo dan Kusuma (2018) menyatakan
bahwa, tanah kebun memiliki ketersediaan hara atau C organik yang baik, sehingga
dapat mempengaruhi jumlah sel Nitrosomonas dan rendahnya ketersediaan bahan
organik dalam tanah mencerminkan rendahnya kesuburan tanah sehingga
keberadaan Nitrosomonas pada tanah sampah cenderung rendah. Selain itu, pada
tanah kebun belum pernah mengalami praktik pengelolaan lahan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Susilawati et al. (2013), konsep penggunaan
lahan mampu mempengaruhi total mikroorganisme tanah. Jumlah dan jenis bakteri
dipengaruhi oleh praktik pengelolaan lahan. Selain itu, diperkuat dengan hasil
penelitian (Rosalynda et al. 2020), jumlah bakteri terbanyak terdapat pada jenis
tanah kebun karena kandungan bahan organik tanah banyak, tanaman berdaur hidup
pendek dapat mengembalikan bahan organik ke tanah dengan waktu yang
berlangsung cepat jika dibandingkan dengan penggunaan jenis tanah yang lain .
Perbedaan jumlah populasi Nitrosomonas pada setiap jenis tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kelembaban, cahaya dan konsentrasi
NO2 (Suriani et al. 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sapta
et al. (2014) yang menyatakan bahwa, terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri Nitrosomonas yaitu, DO (Dissolvid Oxygen),
suhu (T), cahaya, pH dan konsentrasi nitrogen. Indikator munculnya Nitrosomonas
jika terjadi pembentukan NO3, media mengalami perubahan warna dari merah
menjadi kuning karena secara serentak menghasilkan ion H+ sehingga pH dari
media mengalami penurunan. Selain itu, terdapat faktor yang memicu pertumbuhan
Nitrosomonas yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energinya adalah
suhu dan pH yang optimal terhadap pertumbuhan bakteri ini. Nitrosomonas dapat
hidup pada kondisi yang sesuai yaitu, pada temperatur 5-30℃ dengan pH optimum
sebesar 5,8-8,5. Jenis tanah kebun dapat menjadi habitat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ini (Kiding et al. 2015). Rendahnya jumlah sel Nitrosomonas
pada jenis tanah sampah dikarenakan salah faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri Nitrosomonas ini adalah suhu dan pH yang sesuai (Istiqomah
2019).
10-3 - - -
Tanah Sampah 10-4 - - - 0 0
10-5 - - -
10-3 + - -
Tanah Rumput 10-4 - + - 0.7 7 × 102
10-5 - - -
10-3 + + -
Tanah Kebun 10-4 - - - 0.9 9 × 102
10-5 - - -
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini semoga kita dapat memahami atau mengerti
mengenai pengetahuan mendalam tentang biologi tanah. Sehingga kita
mendapatkan pengetahuan yang luas. Harapan saya dapat terjun langsung untuk
melakukan praktikum di laboratorium. Namun, jika tidak memungkinkan dapat
melaksanakannya secara offline melalui video tutorial yang disampaikan oleh
kakak asisten praktikum untuk menunjang perkuliahan serta mewakili informasi
yang seharusnya didapatkan saat praktikum langsung. Jika melakukan praktikum
secara langsung yaitu dalam melakukan prosedur praktikum alangkah baiknya
untuk mempertimbangkan hal-hal kecil yang mungkin akan menimbulkan
ketidakpastian dan ketidakakuratan dalam proses perhitungan. Supaya
mendapatkan hasil dan data yang akurat, maka diperlukan ketelitian dalam
praktikum dan harus steril sehingga tidak terkontaminasi alat dan bahan yang akan
digunakan. Jika dilakukan kuliah online seperti ini, maka dibutuhkan fokus dalam
praktikum yang disampaikan oleh kaka asisten praktikum, sehingga dapat dengan
mudah untuk dipahami dan mempermudah dalam pembuatan laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
10-3 + - -
Tanah Sampah 10-4 + - - 0.7 7 × 102
10-5 - - -
10-3 + + -
Tanah Rumput 10-4 - + - 2.0 2 × 103
10-5 + - -
10-3 + + +
Tanah Kebun 10-4 + + + 140.0 140 × 103
10-5 + + +
1
= 0.7 ×
10−3
= 7 × 102
1
= 2.0 ×
10−3
= 2 × 103
1
= 140.0 ×
10−3
= 140 × 103
10-3 - - -
Tanah Sampah 10-4 - - - 0 0
10-5 - - -
10-3 + - -
Tanah Rumput 10-4 - + - 0.7 7 × 102
10-5 - - -
10-3 + + -
Tanah Kebun 10-4 - - - 0.9 9 × 102
10-5 - - -
Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah sampah
Diketahui : Hasil = 0
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 0, maka Nilai MPN sebesar 0
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝
1
=0 ×
10−3
=0
Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah kebun
Diketahui : Hasil = 110
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 110, maka Nilai MPN sebesar 0.7
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝
1
= 0.7 ×
10−3
= 7 × 102
Perhitungan jumlah sel ganggang tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) pada tanah kebun
Diketahui : Hasil = 200
Ditanya : Nilai MPN …. ?
𝛴 sel …………?
Jawab :
Hasil = 200, maka Nilai MPN sebesar 0.9
1
𝛴 sel = Nilai MPN × 𝑓𝑝
1
= 0.9 ×
10−3
= 9 × 102
Contoh ganggang tanah (algae)
Gambar 1. Algae tanah (Genus : Chroococcus) Gambar 2. Algae tanah (Genus : Pleurospora)
Sumber : (Sari et al. 2011) Sumber : (Sari et al. 2011)
Morfologi : sel bentuk baris yang tidak teratur,
sel tampak berupa butiran berwarna hijau dan Morfologi : Bentuk lurus, silindris, tak
kekuningan bercabang, warna koloni hijau biru