Anda di halaman 1dari 10

BIO

Kualitas Tanah
INDIKATOR
MK Analisis Pencemaran Lingkungan (STL 3110)
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
Kemampuan akhir tiap tahapan belajar

Sub-CPMK 3 : Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria dan aplikasi bioindikator


1. Mahasiswa mampu menjelaskan bioindikator kualitas air

2. Mahasiswa mampu menjelaskan bioindikator kualitas tanah

3. Mahasiswa mampu menjelaskan bioindikator kualitas udara


Tanah
Tanah adalah sumber daya penting bagi manusia dan ekosistem.
Tanah merupakan rumah bagi banyak organisme yang saling bergantung yang
masing-masing memainkan peran penting dalam fungsi tanah dan siklus
biogeokimia. Namun, meskipun kita telah mengetahui peran dan fungsi tersebut,
masih sangat sedikit penelitian tentang apa sebenarnya kehidupan tanah tersebut
dan bagaimana mengukur dan mengetahui kondisinya berdasarkan
indikatorindikator yang ada.
Pemantauan jenis dan jumlah zat beracun yang masuk ke tanah merupakan
pekerjaan yang melelahkan dan rumit, karena kompleksitas, waktu, dan biaya yang
butuhkan, terutama bila proses identifikasi mengarah pada bahan kimia.
Faktor biologis dapat menunjukkan keseimbangan lingkungan yang lebih baik
melalui indeks biotik, yang berasal dari pengamatan spesies bioindikator.
Bioindikator mampu menghadirkan perubahan yang memungkinkan generalisasi
informasi tentang kualitas lingkungan, misalnya, akumulasi zat dalam konsentrasi
lebih tinggi dibanding yang dianggap normal atau esensial untuk metabolisme
tubuh atau menghadirkan perubahan dalam hal jumlah organisme.
Bioindikator kualitas tanah
● Organisme yang karena karakteristiknya toleran terhadap beberapa zat kimia,
dapat menghadirkan beberapa perubahan, apakah itu fisiologis, morfologis,
dan perilaku ketika terpapar polutan tertentu.
● Kehidupan beberapa hewan dan tumbuhan sangat bergantung pada tanah, baik
makro, meso, maupun makro seperti, Isopoda, Collembola, Oligochaeta dan
Diplopoda, telah diusulkan sebagai organisme bioindikator. Selain itu, tanaman
tingkat tinggi juga biasa digunakan dalam penilaian tanah (Magalhães & Ferrão-
Filho, 2008).
● Analisis morfologis organ target, yang dilakukan melalui ultra-morfologi,
histologi, dan ultrastruktur, telah banyak digunakan dalam penelitian
menggunakan invertebrata, yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai
kerusakan yang disebabkan oleh zat berbahaya bagi organisme (Fontanetti et
al., 2010; Fontanetti et al., 2011).
Biomarker molekuler
Teknik lain yang banyak digunakan dan dianggap efisien dalam penilaian
polusi tanah pada organisme adalah penggunaan biomarker molekuler.
Studi terbaru menunjukkan minat besar dalam penggunaan biomarker
enzimatik untuk memantau lingkungan, karena peningkatan atau penghambatan
aktivitas enzim tertentu dapat menjelaskan kemungkinan respons terhadap
tekanan lingkungan. Karena pentingnya untuk memastikan integritas genetic
organisme, biomarker genotoksisitas mendapatkan perhatian dalam evaluasi
potensi toksik sampel tanah. Uji yang digunakan dalam penilaian genotoksik
suatu agen (tes genotoksisitas dan mutagenisitas), meliputi tes Ames, uji
penyimpangan kromosom, uji mikronukleus, uji komet, uji SMART, uji Mutasi
dan Rekombinasi, mikroarray dan mikroskop, menggunakan teknik seluler,
biologi molekuler dan genetik baik in vitro dan in vivo, in situ dan ex situ
(Fontanetti et al., 2011; Misik et al., 2011).
Hewan Tanah - Invertebrata
Fitur utama yang diperlukan untuk menjadi bioindikator yang baik adalah sensitivitas,
keterwakilan yang baik dan kepentingan fungsional dalam ekosistem, serta
pengumpulan, identifikasi, dananalisis yang mudah. Dalam konteks ini, menurut
Fontanetti et al (2011) beberapa kelompok taksonomi invertebrata tanah dan tanaman
tingkat tinggi telah diusulkan sebagai organisme bioindikator, yaitu:

a. Isopoda, Collembola dan Diplopoda

Artropoda tanah dari kelompok hewan saprofag, yaitu Isopoda, Collembola dan Diplopoda
adalah di antara organisme yang dianggap paling tepat untuk mengevaluasi efek
akumulasi zat beracun yangada di tanah, karena kontak langsung dengan kontaminan
yang ada di dalamnya. Annelida, khususnya Oligochaeta, juga sering digunakan dalam tes
toksisitas. Invertebrata ini melakukan kontak dengan sejumlah besar polutan yang ada di
kompartemen ini dengan gerakan dan konsumsi tanah atau serasah daun yang
terkontaminasi. Oligochaeta dianggap sebagai salah satu refresentasi terpenting dari
makro-fauna edafik.

b. Nematoda

Nematoda banyak dimanfaatkan sebagai bioindikator. Nematoda bebas maupun tanah


menjadi indikator karena memberikan gambaran taksonomi dan pakannya melimpah.
Nematoda memiliki peran penting dalam food webs.
Tumbuhan
Tumbuhan menunjukkan hasil yang memuaskan, menunjukkan bahwa tanaman cukup sensitif untuk
mendeteksi efek buruk dari sampel lingkungan. Tumbuhan dapat langsung terkena kontaminan, tanpa
pengenceran atau penyaringan sampel.
Keuntungan lain dari penggunaan tumbuhan, yaitu
(1)tumbuhan tinggi adalah eukariota, dengan demikian, struktur dan organisasi selulernya mirip
dengan manusia dan dimungkinkan untuk membuat perbandingan dengan hewan;
(2)teknik yang digunakan untuk penelitian ini relative sederhana dan dapat dilakukan dengan gesit;
(3)budidaya organisme memiliki biaya rendah dan perawatan yang mudah;
(4)Pengujian dapat dilakukan di bawah berbagai kondisi lingkungan, pH dan suhu;
(5)tumbuhan tingkat tinggi dapat regenerasi dengan mudah;
(6)pengujian dengan tumbuhan tingkat tinggi dapat digunakan untuk menilai potensi genotoksik zat
sederhana atau bahkan campuran kompleks;
(7)dapat digunakan untuk pemantauan in situ;
(8)Dapat digunakan untuk pemantauan selama beberapa tahun dan sangat andal;
(9)penelitian telah menunjukkan korelasi dengan uji sitogenetik pada mamalia;
(10)dapat digunakan bersama dengan uji mikroba untuk mendeteksi metabolit mutagenik (pro-
mutagen);
(11)studigenotoksisitas dengan tanaman menunjukkan sensitivitas tinggi dalam tes dengan agen
Tumbuhan
Di sisi lain, salah satu keterbatasan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator
adalah kurangnya sensitivitas untuk kelas promutagen tertentu seperti nitrosamin,
amina heterosiklik dan
beberapa kelas PAH. Ventura (2009) menunjukkan bahwa system A. cepa (bawang)
rentan terhadap nitro aminobenzene, sementara Mazzeo (2009) mengamati efek
yang sama untuk benzena, toluena, etilbenzena dan xilene (BTEX).
Di antara tanaman yang lebih tinggi, bawang (A. cepa) adalah tanaman yang paling
banyak digunakan untuk menentukan efek sitotoksik, genotoksik dan mutagenik
dari banyak zat yang ada di tanah. Karakteristik kinetik selulernya mendukung
pertumbuhan akar yang cepat, karena banyaknya sel yang mengalami pembelahan.
Oleh karena itu, catatan aktivitas mitosis dan kelainan dalam siklus sel sel-sel
meristematik akarnya dapat dengan mudah divisualisasikan.

Mitosis meristem akar A. cepa


(400x)
Diskusikan !
1. “Deteksi dini kesuburan tanah salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan
bioindikator yang ada di suatu ekosistem atau habitat yang memberikan respon
terhadap perubahan tersebut. Penggunaan bioindikator sangat penting untuk
memperlihatkan hubungan antara lingkungan biotik dengan abiotik. Kelompok
organisme yang sensitif dapat dijadikan petunjuk bahwa mereka dipengaruhi oleh
tekanan lingkungan akibat berbagai macam faktor”. Terkait dengan hal itu,
Collembola berfungsi sebagai bioindikator tanah. Jelaskan potensi Collembola
sebagai bioindikator tanah!
2. “Bahan organik tanah sangat menentukan kelimpahan hewan tanah. Materi organik
tanah merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan organisme tanah, baik yang telah
terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi.” Dalam implementasi
pertanian, cara/ teknik apa yang dapat dilakukan para petani untuk memastikan
tersedianya bahan organik tanah? Jelaskan pendapat Anda!
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai