Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan Artikel 2. (Polleman et al.

, 2012)
1. Guna mengevaluasi gangguan manusia terutama dalam kegiatan pertanian,
biasanya dilakukan dengan mengukur bio-indikator. Apa yang dimaksud dengan
bio-indikator? mengapa kegiatan monitoring kualitas tanah dilakukan
berdasarkan bio-indikatornya Penilaian kualitas tanah lebih banyak dilakukan
dengan menilai respon dan resiko lingkungan terhadap adanya pengelolaan
lahan pertanian (missal pengolahan tanah, pembakaran, pemupukan, dan
pengairan). Pengamatan dilakukan terhadap respon organisma tanah tertentu
terhadap fungsi tanah yang yang terganggu oleh adanya perubahan proses-
proses dalam tanah. Sebutkan proses-proses dalam tanah yang terganggu oleh
ada kegiatan pengelolaan lahan pertanian tersebut? Dan organisma fungsional
apa saja yang menunjukkan responnya?
Jawaban :
Bioindikator merupakan kelompok atau komunitas organisme yang
berinteraksi satu sama lain dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
tertentu. Mereka dapat digunakan sebagai indikator atau uji kuantitatif untuk
menilai kesehatan lingkungan, terutama dalam konteks pengelolaan lahan
pertanian. Dalam kegiatan pengelolaan lahan pertanian, beberapa proses
lingkungan dapat terganggu, seperti dekomposisi bahan organik, pemeliharaan
struktur tanah, pengendalian erosi, dan pembentukan siklus nutrisi. Organisme-
organisme seperti nematoda (termasuk cacing tanah), jamur, bakteri, serta
invertebrata kecil seperti nematoda, springtail, dan semut memiliki peran penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menjalankan proses-proses tersebut.
Contoh konkretnya adalah ketika aktivitas pertanian menyebabkan penurunan
kualitas tanah dan merusak struktur tanah, komunitas nematoda dan invertebrata
kecil dapat menjadi indikator penting. Perubahan dalam kelimpahan atau
keragaman spesies ini dapat mencerminkan dampak negatif dari praktik pertanian
tertentu. Begitu pula dengan aktivitas seperti penggunaan pestisida atau pupuk
yang berlebihan, dapat mempengaruhi mikroorganisme tanah seperti bakteri dan
jamur. Dengan memahami peran bioindikator, para petani atau pengelola lahan
pertanian dapat menggunakan informasi ini untuk memonitor dan mengevaluasi
dampak praktik pertanian mereka terhadap lingkungan. Pemahaman ini juga dapat
membantu dalam mengembangkan praktik pertanian berkelanjutan yang lebih
ramah lingkungan, dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan fungsi
organisme dalam menjaga produktivitas tanah.
2. Organisma tanah banyak macam dan fungsinya dalam tanah. Coba kelompokkan
peran organisme tanah dan jelaskan perannya sebagai berikut dengan
memasukkannya ke dalam Tabel di bawah ini:
Kelompok Peran/Fungsi Contoh
No. Fungsional Organisme Organisme
Dekomposer
memainkan peran
penting dalam setiap
ekosistem. Mereka Mikroorganisme
membantu mengurai (bakteri, jamur,
1. Dekomposer organisme mati cacing tanah)
menjadi bahan organik
yang dapat digunakan
kembali oleh tanaman
dan hewan lainnya
Berfungsi sebagai
pengendalian
organisme pengganggu Nematoda, springtail,
2. Biokontrol tumbuhan (OPT) oleh tungau
musuh alami atau agen
pengendali hayati
Berperan dalam
menstabilkan pH dalam Jamur yang
3. Chemical engineers tanah dan menjaga mencakup
tanah dari defisiensi (Rhizobium,
zat unsur hara sehingga azobacter, bacillus)
tanah bekerja optimal
Menciptakan
keanekaragaman,
4. Ecosystem engineers sehingga sumber daya Rayap, cacing
alam terdiri dari fauna tanah, semut
dan flora yang
beranekaragam
RANGKUMAN ARTIKEL 2
Tanah merupakan habitat yang kaya akan kehidupan, dengan biota tanah yang
terdiri dari beragam makhluk hidup yang menjalani sebagian atau seluruh siklus hidupnya
di bawah permukaan tanah. Organisme-organisme ini melibatkan mikroba tak terlihat
seperti bakteri, jamur, dan protozoa, serta fauna makro seperti cacing tanah, semut, dan
rayap. CBD (Convention on Biological Diversity) menggarisbawahi bahwa
keanekaragaman hayati tanah mencakup gen, komunitas, dan ekologi habitat mikro tanah
hingga lanskap.
Sumber utama karbon dan energi bagi biota tanah heterotrofik adalah eksudat akar
tanaman dan sisa-sisa tanaman. Organisme tanah dikelompokkan ke dalam kelompok
fungsional berdasarkan peran mereka dalam skala yang berbeda, termasuk penguraian
nutrisi oleh mikroorganisme tanah, pengendalian biologis oleh invertebrata kecil, dan
makrofauna tanah. Indikator biologis menjadi kunci dalam pemantauan lingkungan,
memberikan informasi tentang kondisi habitat atau ekosistem berdasarkan respons mereka
terhadap faktor lingkungan.
Program Bio-Indikator nasional di Perancis menjadi contoh nyata upaya
pemantauan tanah dengan melibatkan evaluasi 47 parameter biologis di berbagai lokasi.
Tantangan utama dalam pemantauan tanah adalah menangkap perubahan dalam skala
ruang dan waktu yang sesuai, karena organisme tanah bereaksi berbeda terhadap
perubahan tergantung pada karakteristik mereka. Pemantauan ini bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi sumber daya tanah dan kapasitasnya untuk mendukung khidupan.
Tanah biota tidak hanya memiliki peran penting dalam proses dan fungsi tanah,
tetapi juga menghadapi tekanan yang meningkat terhadap keanekaragaman hayati dan
masalah degradasi tanah. Sejak 1990-an, peningkatan evaluasi parameter tanah biologis
telah terjadi di seluruh Eropa, namun pengembangan indikator biologis yang bermakna
dan aplikatif tetap menjadi tantangan. Integrasi pendekatan pemantauan dan data dianggap
krusial untuk memajukan teori ekologi dan mendukung pengelolaan tanah yang
berkelanjutan.
Meskipun telah terjadi kemajuan dalam pemilihan indikator dan standarisasi
metode, masih ada tantangan ilmiah dan praktis yang harus diatasi. Evaluasi mendalam
dalam uji coba jangka panjang di seluruh Eropa tetap menjadi hal penting, termasuk
pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara gangguan antropogenik,
keanekaragaman hayati tanah, dan layanan ekosistem. Pengembangan konsep ekologis dan
pemodelan layanan ekosistem dapat diperoleh melalui integrasi data lintas batas negara.
Kesimpulannya, diperlukan pemantauan dan komunikasi indikator tanah biologis untuk
mendukung pengambilan keputusan yang mengarah pada pengelolaan tanah yang
berkelanjutan di seluruh Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Pulleman, M., Creamer, R., Hamer, U., Helder, J., Pelosi, C., Peres, G., & Rutgers, M.
(2012). Soil biodiversity, biological indicators and soil ecosystem services—an
overview of European approaches. Current Opinion in Environmental
Sustainability, 4(5), 529-538.

Anda mungkin juga menyukai