Anda di halaman 1dari 7

BIOMA, Juni 2011 ISSN: 1410-8801

Vol. 13, No. 1

Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.) Secara In Vitro Pada


Media Murashige & Skoog Dengan Konsentrasi
Sukrosa Yang Berbeda

Ertina Novaria Sitorus, Endah Dwi Hastuti dan Nintya Setiari


Laboratorium Biologi dan Struktur Fungsi Tumbuhan FMIPA Undip

Abstract

Binahong (Basella rubra L.) is a plant medicine consisting secondary metabolites which have virtue as
medicines for several diseases that could also be used as coloring agent. The medicine compounds in secondary
metabolites could be extracted from callus. Sucrose is one of the components that build MS (Murashige & Skoog)
medium. Sucrose is important in in vitro culture, it functions as carbon and energy source for explant to grow. The
purposes of this research are to study the effect of sucrose in MS medium towards B. rubra L callus formation and
growth; to find the optimum sucrose concentration for callus B. rubra L formation; and also to find the fastest
initiation time to produce callus crumb. This research uses Complete Random Design (CRD) single factor method,
i.e., sucrose concentration of 0 g/l, 10g/l, 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l with five repetitions. The data is analysed with
Analysis of Varian (Anova) and if a real difference is found the analysis is continued with Duncan Multiple Range
Test (DMRT) with significancy level of 95%. The results show that various sucrose concentrations in MS medium
influences callus B. rubra L induction. The highest sucrose concentration, i.e. 40 g/l, which was added into MS
medium, could induce the maximum callus wet-weight of 1,69 g and the fastest callus initiation time of 4,8 day.

Keywords:Binahong (Basella rubra L.), sucrose, callus.

Abstrak
Binahong (Basella rubra L.) merupakan tanaman obat yang mengandung metabolit sekunder, yang
mempunyai khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit dan juga sebagai pewarna. Senyawa obat dalam
metabolit sekunder ini dapat diperoleh dari kalus. Sukrosa merupakan salah satu komponen penyusun media MS
(Murashige & Skoog) yang penting dalam kultur in vitro yang berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi
eksplan untuk dapat tumbuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh sukrosa dalam media MS terhadap
pembentukan dan pertumbuhan kalus B. rubra L., juga untuk mengetahui konsentrasi sukrosa yang optimal
untuk pembentukan kalus B. rubra L., serta menghasilkan kalus remah dengan waktu inisiasi paling cepat. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu konsentrasi sukrosa 0 g/l, 10g/l, 20 g/l, 30
g/l, 40 g/l dengan 5 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Varian (Anova) dan apabila
terdapat perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikan
95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda dalam media
Murashige & Skoog, dapat mempengaruhi induksi kalus B. rubra L. Konsentrasi sukrosa paling tinggi yaitu 40 g/L,
yang ditambahkan kedalam media MS, dapat menginduksi berat basah kalus maksimal (1,69 g) dan waktu inisiasi
kalus paling cepat (4,8 hari).

Kata kunci:Binahong (Basella rubra L.), sukrosa, kalus.

PENDAHULUAN setelah operasi, mengatasi pembengkakan dan


Binahong (Basella rubra L.) mengandung pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah
metabolit sekunder yang berkhasiat obat. Tanaman setelah sakit, serta mencegah stroke. Semua bagian
ini dapat digunakan untuk meningkatkan vitalitas tanaman binahong seperti umbi, batang dan daun
pria, menyembuhkan penyakit tipus, maag, radang dapat digunakan dalam terapi herbal (Anonim,
usus, rematik, luka memar terpukul, asam urat, dan 2004). Binahong mengandung berbagai senyawa
ambeien, menyembuhkan luka dalam dan luar kimia antara lain: anthosianin, glukan, karoten,
Ertina Novaria Sitorus, Endah Dwi Hastuti, Nintya Setiari

asam organik, mukopolisakarida seperti L- namun pada induksi kalus rimpang jahe
arabinosa, D-galaktosa, L-rhamnosa, asam aldonat, konsentrasi sukrosa diatas 60 g/L dapat
juga mengandung saponin, vitamin A, B, dan C ( menghambat (Marlin, 2005 & Srilestari, 2005).
Ozella et al., 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu
Peningkatan penggunaan bahan alam dikaji beberapa konsentrasi sukrosa, untuk
sebagai obat menyebabkan kebutuhan bahan untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan
obat yang berasal dari tumbuhan semakin kalus B. rubra. yang optimal pada media MS.
bertambah dari waktu ke waktu. Kebutuhan
senyawa obat semakin tinggi, sementara lahan dan BAHAN DAN METODE
plasma nutfah semakin menyusut, oleh karena itu Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
diperlukan alternatif pemecahan. Teknik kultur ini adalah: labu Erlenmeyer, gelas ukur, gelas
jaringan tumbuhan atau kultur in vitro dapat beker, cawan petri, botol kultur, pipet, spatula,
dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah skalpel, pinset, alumunium foil, neraca analitik,
bagi perbanyakan bibit dan perolehan metabolit autoklaf, hot plate dan magnetic stirrer, kertas
sekunder dari tanaman ini. Teknik ini dapat saring, pH meter, Laminar Air Flow (LAF), rak
menghasilkan metabolit sekunder dalam jaringan botol kultur, dan lampu bunsen.
tanaman dan juga dalam sel-sel yang dipelihara Bahan-bahan yang digunakan adalah:
pada media buatan secara aseptik (Fitriani, 2003). media MS yang terdiri dari makro nutrien
Metabolit sekunder bisa diperoleh melalui (NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, KH2PO4,
kultur kalus. Metabolit yang dihasilkan dari kalus MgSO4.7H2O), mikronutrien (H3BO3, KI,
sering kali kadarnya lebih tinggi dari pada MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O, Na2MoO4.7H2O,
metabolit yang diambil langsung dari tanamannya. CuSO4.5H2O, CoCl2.6H2O), Vitamin, zat besi
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk (Fe), serbuk agar, sukrosa, BAP, IBA, akuades,
meningkatkan pertumbuhan kalus adalah dengan larutan bayclin, alkohol, daun Binahong (B.
menambahkan pra zat ke dalam media. Media rubra.).
kultur jaringan tumbuhan berisi garam-garam Cara membuat media yaitu bahan-bahan
mineral, hormon, vitamin, sumber karbon, dan dimasukkan ke dalam gelas bekker mulai dari
asam amino. Smith (1992) menyatakan pemilihan makro nutrien, mikro nutrien, besi, vitamin, ZPT
media kultur jaringan merupakan kunci sukses berupa 0,5 ppm IBA dan 0,4 ppm BAP serta
dalam kultur jaringan. Hal ini menyebabkan akuades sebanyak 100 ml, kemudian media diaduk
banyak diadakan penelitian untuk memodifikasi dengan menggunakan stirer di atas hot plate
media-media yang memberikan respon berbeda sampai mendidih. Pemberian sukrosa pada media
terhadap berbagai macam tanaman. sesuai dengan perlakuan konsentrasi: 0 g/l, 10 g/l,
Sumber karbon merupakan salah satu 20 g/l, 30 g/l dan 40 g/l. Pengaturan pH
faktor yang sangat penting untuk menentukan dilakukan setelah pemberian sukrosa. Apabila pH
keberhasilan kultur jaringan selain kombinasi zat kurang dari 5,7-5,8 maka dapat ditambah dengan
tumbuh (ZPT). Sumber karbon berfungsi sebagai NaOH, sedangkan bila pH lebih dari kisaran
sumber energi yang dibutuhkan oleh sel untuk tersebut maka ditambah dengan HCl. Akuades
dapat melakukan pertumbuhan (Kimball, 1994). ditambahkan sampai 500 ml, kemudian
Glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis dimasukkan serbuk agar ke dalam labu Erlermeyer
sukrosa dapat merangsang pertumbuhan beberapa dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirer
jaringan. Konsentrasi sukrosa berpengaruh sampai mendidih. Media selanjutnya dituang ke
terhadap pertumbuhan kalus (Srilestari, 2005). dalam botol kultur dan ditutup dengan alumunium
Induksi kalus embrio somatik kacang tanah pada foil.
media MS dengan konsentrasi sukrosa 20 g/L, 30 Botol-botol eksplan yang sudah berisi
g/L dan 40 g/L menunjukkan hasil bahwa, pada media ditutup dengan alumunium foil, kemudian
media yang mengandung sukrosa 40 g/L, embrio disterilisasi dengan otoklaf. Teknik sterilisasi
tumbuh lebih cepat dibandingkan pada media media sama seperti sterilisasi alat.
dengan konsentrasi sukrosa 20 g/L dan 30 g/L,
Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.)

Laminar Air Flow (LAF) dan alat yang Penelitian ini menggunakan rancangan
digunakan disterilkan dengan cara disemprot acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu
dengan alkohol 70%. Alat yang akan digunakan konsentrasi sukrosa dalam media MS dengan 5
diletakkan di dalam LAF, kemudian Fan dan perlakuan yaitu: 0 g/l, 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l dan 40
Lampu UV pada LAF dinyalakan selama 30 menit. g/l. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5
Eksplan daun B. rubra. dicuci dengan kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan
air mengalir kemudian dicuci dengan larutan Analysis of varian (ANOVA) dan apabila terdapat
deterjen selama 15 menit untuk menghilangkan perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan
spora jamur dan larva serangga. Eksplan dibilas dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
dan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer yang (Trigiono & Gray, 2000). Uji normalitas dan
berisi akuades, selanjutnya dimasukkan dalam DMRT dilakukan dengan program komputer SPSS
LAF. Setelah 5 menit, air dibuang dan eksplan versi 12 (Pratisto, 2005).
dimasukkan dalam alkohol 70%, selanjutnya
dimasukkan ke dalam larutan bayclin 10%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplan digojog dalam larutan ini selama 3 menit, Hasil pengamatan pertumbuhan kalus B rubra.
kemudian larutan bayclin dibuang, selanjutnya pada media MS dengan konsentrasi sukrosa yang
dibilas tiga kali dengan akuades steril sambil berbeda tersaji pada Tabel 1 berikut ini:
digojog selama 10 menit. Eksplan diambil dengan Tabel 1. Rerata waktu inisiasi kalus, persentase
pinset dan diletakkan dalam cawan petri yang telah terbentuknya kalus dan berat
diberi kertas saring, kemudian dipotong-potong basah kalus, B rubra . pada media
dengan ukuran 1 cm2. Potongan eksplan kemudian MS dengan konsentrasi sukrosa yang
dimasukkan ke dalam botol kultur yang telah berbeda.
berisi media tumbuh ditutup kembali dengan
Konsentrasi Waktu Inisiasi Persentase Terbentuknya Berat Basah
alumunium foil dan diinkubasi di dalam inkubator Sukrosa (g/L) Kalus (hari) Kalus (%) Kalus (g)
dengan suhu 250C, intensitas cahaya 1000 lux 0 Tidak terbentuk 0 0
(lampu TL 20 watt). kalus (30)e
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 11,4d 100 0,35cd
c
± 4 minggu. Parameter pada pengamatan 20 9,0 100 0,65bc
30 7,6b 100 1,08b
pertumbuhan kalus meliputi: 40 4,8 a
100 1,69a
a. Berat basah kalus
Berat basah kalus diukur dengan cara menimbang 1. Waktu Inisiasi Kalus
kalus yang terbentuk dengan Hasil analisis of varian (Anova)
menggunakan neraca analitik. pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan
b. Waktu inisiasi kalus bahwa perlakuan sukrosa dengan konsentrasi
Waktu inisiasi kalus ditentukan dengan cara yang berbeda pada media MS berpengaruh
mengamati eksplan sejak awal penanaman, nyata terhadap rata-rata waktu inisiasi
sampai muncul kalus pertama kali. terbentuknya kalus. Hasil uji lanjut Duncan
c. Persentase terbentuknya kalus Multiple Range Test pada parameter waktu
Cara menghitung persentase terbentuknya kalus inisiasi kalus B rubra . menunjukkan bahwa
yaitu: konsentrasi sukrosa 40 g/l, 30 g/l, 20 g/l, 10
g/l dan 0 g/l berbeda nyata antar perlakuan
Jumlah kalusYangTumbuh Tiap Perlakuan (Gambar 1. ).
x
Jumlah Ulangan Tiap Perlakuan
100%
d. Morfologi kalus
Morfologi kalus yang diamati meliputi: tekstur
kalus yaitu kalus remah atau kalus kompak,
dan juga warna kalus.
Ertina Novaria Sitorus, Endah Dwi Hastuti, Nintya Setiari

35
Persentase kalus yang terbentuk pada semua
e
perlakuan, tidak menunjukkan adanya perbedaan
Waktu Inisiasi Kalus (Hari)

30,0
30
25
(Gambar 2).
20 100 100 100 100

Persentase Kalus Yang


15 11,4
d
c

Terbentuk (%)
9,0 b
10 7,6
a
4,8
5
0
0 10 20 30 40
Konsentrasi Sukrosa (g/L) 0

Gambar 1. Histogram rerata waktu inisiasi kalus (hari) 0 10 20 30 40


Konsentrasi Sukrosa (g/L)
B rubra. pada media MS dengan
konsentrasi sukrosa yang berbeda
Gambar 2. Histogram persentase (%) terbentuknya
kalus B rubra pada media MS dengan
Gambar 1 menunjukkan bahwa kalus B. konsentrasi sukrosa yang berbeda
rubra. paling cepat tumbuh pada media MS
dengan perlakuan konsentrasi sukrosa 40 g/l yaitu Masing-masing konsentrasi sukrosa yang
kalus sudah terbentuk rata-rata pada hari ke 4,8. diberikan pada media MS dapat menginduksi
Sukrosa konsentrasi 30 g/l yang ditambahkan pada terbentuknya kalus B. rubra ., sebesar 100%.
media MS dapat membentuk kalus dalam waktu Media tanpa penambahan sukrosa (0 g/l) tidak
yang lebih singkat yaitu pada hari ke 7,6; diikuti mampu untuk menginduksi terbentuknya kalus
sukrosa 20 g/l pada hari ke 9 dan sukrosa 10 g/L (0%) karena tidak terdapat sumber energi dan
pada hari ke 11,4. Media tanpa penambahan sumber karbon yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk
sukrosa (0 g/l) sampai akhir pengamatan tidak dapat tumbuh. Konsentrasi sukrosa 10% - 40%
mampu menginisiasi terbentuknya kalus. mampu untuk menginduksi terbentuknya kalus B.
Pemberian sukrosa dalam media akan rubra L. karena sukrosa merupakan sumber
menjadi sumber energi dan sumber karbon bagi karbon yang terbaik sebagai bahan baku dalam
sel-sel eksplan untuk dapat tumbuh. Peningkatan proses respirasi (Srilestari, 2005).
konsentrasi sukrosa yang diberikan akan Pembentukan kalus terjadi karena adanya
menyebabkan eksplan memperoleh sumber energi pelukaan yang diberikan pada eksplan, sehingga
dan sumber karbon yang lebih banyak, sehingga sel-sel pada eksplan akan memperbaiki sel-sel
akan dapat mempercepat pertumbuhan eksplan. yang rusak tersebut. Pada awalnya terjadi
Sumber energi yang semakin banyak pembentangan dinding sel dan penyerapan air,
mengakibatkan pembelahan sel yang lebih cepat sehingga sel akan membengkak selanjutnya terjadi
sehingga pertumbuhan kalus akan lebih cepat. pembelahan sel. Sel dapat melakukan aktivitas
Sukrosa juga dapat menjaga tekanan metabolik tersebut membutuhkan energi. Sukrosa
osmotik media. Pada media yang mengandung yang ditambahkan dalam media, akan menjadi
sukrosa lebih banyak akan mengakibatkan gradien sumber energi sel-sel eksplan, sehingga sel dapat
konsentrasi yang lebih tinggi antara media dengan mengalami pembentangan dan pembelahan
sel eksplan. Media dengan gradien konsentrasi selanjutnya akan membentuk kalus.
yang lebih tinggi ini akan mengakibatkan gerakan Kultur kalus merupakan budidaya secara
difusi lebih cepat ke dalam sel yang mempunyai heterotrof. Sel tidak dapat melakukan fotosintesis
konsentrasi yang lebih rendah (Salisbury & Ross, untuk menghasilkan karbon seperti halnya
1995). Keadaan ini menyebabkan sel-sel eksplan tanaman autotrof, sehingga sumber karbon harus
pada konsentrasi sukrosa 40 g/l dapat lebih cepat diperoleh dalam bentuk karbohidrat yang
menyerap nutrisi dalam media untuk ditambahkan dari luar. Gula merupakan sumber
pertumbuhannya. karbon sebagai pengganti karbon yang biasanya
2. Persentase Terbentuknya Kalus
Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.)

diperoleh tanaman dari atmosfer dalam bentuk cara membentuk kalus. Pemberian sukrosa dengan
CO2 untuk bahan fotosintesis. Jika tidak ada konsentrasi yang semakin meningkat akan
sukrosa, maka aktivitas dan pertumbuhan kalus menjamin ketersedian sumber energi bagi sel
tidak dapat berlangsung dan pada akhirnya sel-sel untuk dapat tumbuh. Pada media dengan sukrosa
tersebut akan mati, karena tidak ada sumber yang konsentrasinya lebih kecil, sumber energinya
energi. Hal tersebut membuktikan bahwa sukrosa akan lebih cepat habis seiring dengan pertumbuhan
merupakan komponen penting yang harus tersedia sel, sehingga sel tidak dapat melakukan
dalam media kultur jaringan tumbuhan. pertumbuhan lagi.
Karbon merupakan komponen penting bagi
3. Berat Basah Kalus senyawa-senyawa penyusun sel seperti
Rata-rata berat basah kalus B. rubra. karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat
paling tinggi dihasilkan pada konsentrasi sukrosa (Campbell et al., 2003). Jika sumber karbon
40 g/l selanjutnya 30 g/l, 20 g/l, dan 10 g/l mencukupi maka komponen-komponen sel ini
berturut-turut dengan berat basah kalus yaitu 1,69 akan terbentuk cepat, waktu inisiasi kaluspun akan
g; 1,08 g; 0,65 g dan 0,35 g, sementara hasil lebih cepat sehingga sel akan mempunyai
terendah terdapat pada konsentrasi sukrosa 0 g/l kesempatan untuk membelah lebih optimal.
karena tidak mampu untuk menginduksi Pembelahan sel yang optimal akan menyebabkan
terbentuknya kalus (gambar 3). pertumbuhan kalus yang optimal dan akan
1,8 1,69 a
meningkatkan berat basah kalus. Pada penelitian
1,6 ini konsentrasi sukrosa 40 g/l mampu menginisiasi
Berat Basah Kalus (g)

1,4 kalus paling cepat dan juga menghasilkan berat


1,2 1,08 b basah kalus paling tinggi. Hal ini juga sejalan
1
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaul &
0,8 0,65 bc
0,6
Shabarwal (1971) bahwa konsentrasi sukrosa 40
0,35 cd g/l sampai 60 g/l merupakan konsentrasi paling
0,4
0,2
0e
optimum dalam menginduksi kalus tembakau,
0 sementara konsentrasi sukrosa diatas 60 g/l dapat
0 10 20 30 40
menghambat pertumbuhan kalus.
Konsentrasi Sukrosa (g/L)

4. Morfologi Kalus
Gambar 3. Histogram rerata berat basah kalus (g) Morfologi kalus B. rubra L. yang dihasilkan
B rubra. pada media MS dengan pada tiap konsentrasi sukrosa menunjukkan
konsentrasi sukrosa yang berbeda bentuk, warna dan tekstur kalus yang berbeda
Pemberian sukrosa 40 g/L mampu (Gambar 4 dan Tabel 2)
menghasilkan berat basah kalus paling tinggi
karena semakin banyak sukrosa, maka sumber a b c d e
karbon dan energi yang diperoleh oleh sel eksplan
semakin banyak sehingga pembelahan sel,
pembesaran sel, serta diferensiasi sel akan semakin
baik. Sukrosa yang ditambahkan dalam media
akan berfungsi sebagai bahan baku dalam proses
respirasi oleh sel-sel eksplan untuk dapat Gambar 4. Morfologi kalus B rubra. Pada perlakuan
melakukan aktivitas sel (Kimbal, 1994 & sukrosa yang berbeda
Wirahadikusumah, 1985). Sukrosa dalam media Keterangan :
a : Eksplan pada perlakuan 0 g/l
akan dihidrolis menjadi glukosa dan fruktosa.
b : Kalus pada perlakuan 10 g/l
Glukosa akan mengalami penguraian melalui c : Kalus pada perlakuan 20 g/l
respirasi sel yang akan menghasilkan karbon dan d : Kalus pada perlakuan 30 g/l
energi. Energi ini akan digunakan oleh sel-sel e : Kalus pada perlakuan 40 g/l
eksplan untuk menutupi luka yang terjadi dengan
Ertina Novaria Sitorus, Endah Dwi Hastuti, Nintya Setiari

paling tinggi yaitu 40 g/L dapat menghasilkan


berat basah kalus Basella rubra L. maksimal dan
Tabel 2. Tekstur kalus B rubra pada media MS waktu inisiasi kalus paling cepat
dengan pemberian sukrosa dengan
konsentrasi yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
Konsentrasi Sukrosa (g/L) Tekstur Abidin, Z. 1985. Pengetahuan Tentang Zat
0 - Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung
10 Remah Anonim. 2004. Kultur Jaringan Alternatif
20 Remah Pengadaan Bibit Unggul.
30 Remah http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SET
40 Remah JEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/misi_11.ht
m. 20 September 2006.
Kalus yang dihasilkan pada perlakuan konsentrasi _______2007. Budidaya Tanaman Semusim.
sukrosa 10 g/L sampai 40 g/L mempunyai tekstur .
kalus remah (tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa http://www.
untuk inisiasi kalus B. rubra L. konsentrasi ditjenbun.Deptan.go.id/web/semusim/index
sukrosa 10 g/L sudah mampu untuk membentuk 2.php? option = content & do pdf=1&
tekstur kalus yang remah. Kalus remah merupakan id=39. 25 september 2006.
kalus yang paling baik. Kalus remah ialah kalus _______ 2008. Metabolisme karbohidrat.
yang tumbuh terpisah-pisah menjadi bagian-bagian http://www. Rumah
yang kecil, mudah lepas dan mengandung banyak madu.com/uploaded_images/fruktosa-
air (Zakiah dkk, 2003 & Anonim, 2007). 794720.png.18 agustus 2008.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa pada Campbell. N.A, Reece. J.B, and Mitchell. L.W.
media yang ditambah sukrosa 10 g/L dan 20 g/L, 2003. Biologi. Alih Bahasa: Wasmen
kalus terbentuk hanya pada bagian eksplan yang Manalu.. Erlangga. Jakarta.
luka saja, tidak semua permukaan eksplan Dixon, R & Gonzales, R.A.1994. Plant Cell
membentuk kalus. Hal ini diduga karena pada Culture A practical Approach second
media dengan konsentrasi sukrosa 10 g/L dan 20 edition. Oxford University Press. New
g/L sumber karbon dan energi yang tersedia York.
terbatas sehingga proses pembelahan sel–sel Endress, R. 1994. Plant Cell Biotechnology.
eksplan dan pembentukan kalus tidak optimal. Berlin Heidelberg. New York.
Pada sukrosa 30 g/L dan 40 g/L kalus yang Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin Pada
terbentuk merata pada semua permukaan eksplan. Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G.
Hal ini diduga karena pada media dengan sukrosa Don Setelah dielisitasi Homogenat Jamur
30 g/L dan 40 g/L sumber karbon dan energi yang Pythium aphanidermatum Edson Fitzp.
terdapat lebih banyak sehingga proses pembelahan Makalah Pengantar Falsafah Sains
sel-sel eksplan dan pembentukan kalus optimal. PS702).
Pada konsentrasi sukrosa 0 g/L eksplan tidak dapat Hanafi. 2006. Grafting Tanaman Rambutan (
tumbuh dan eksplan berwarna coklat serta mulai Nephelium lappaceum L) Pada Berbagai
membusuk. Hal ini karena tidak ada sukrosa, Varietas Entris Dan Tinggi Batang
sehingga sel-sel pada eksplan tidak mendapat Bawah. Jurnal Sinergis Ilmu Pengetahuan
sumber energi dan karbon untuk dapat tumbuh dan dan Teknologi februari 2006 Vol.1.No 1
membentuk komponen-komponen sel, sehingga Seri Agropolitan 10-17
sel-sel pada eksplan menjadi mati atau membusuk. Hendaryono, D.P & Ari, W.1994. Teknik Kultur
Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetativ
KESIMPULAN Modern. Kanisius. Yogyakarta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Media MS Kaul, K & Shabarwal, P. 1971. Effect of Sukrosa
(Murashige & Skoog) dengan konsentrasi sukrosa and Kinetin on Growth and chlorophyll
Induksi Kalus Binahong (Basella rubra L.)

Synthesisin Tobacco Tissu Culture. Secara Enkapsulasi-Vitrivikasi. Balai


Department of Botany. University of penelitian bioteknologi dan sumber daya
Kentucky. Lexington. Plant Physol. 691- Genetik. Penelitian Pertanian Tanaman
695 Pangan Vol 22. No. 3
Kimball, J.W. 1994. Biologi. Erlangga. Bogor Salisbury, F.B & Ross, C.W. 1995. Fisiologi
Krishnamoorty, H.N.1981. Plant Growth Tumbuhan. Alih Bahasa: Lukman, D.R &
Substances. Tata McGraw-Hill Publishing Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.
Company Limited. New Delhi. Sitorus, E.N. 2007. Induksi Kalus Binahong
Mariska, I & Purnamaningsih, R. 2001. (Basella rubra) Pada Medium MS
Perbanyakan Vegetatif Tanaman (Murashige & Skoog) dengan kombinasi
Tahunan Melalui Kultur Invitro. Jurnal ZPT IBA dan BAP. Laporan kerja praktek.
Litbang Pertanian No 21 (1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Marlin. 2005. Pembentukan Rimpang Mikro Alam. UNDIP .Semarang.
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Secara in- Smith, R.S. 1992. Plant Tissue Culture
vitro dengan pemberian Benzyl Amino Techniques and Experiments. Academic
Purin dan Sukrosa. Jurnal Akta Agrosia Press. USA.
Vol. 8. No 2. Hlm. 70-73 Srilestari, R. 2005. Induksi Embrio Somatik
Narayanaswamy, S. 1994. Plant Cell and Tissue Kacang tanah Pada Berbagai Macam
Culture. Tata Mc Graw-Hill Publishing Vitamin dan Sukrosa. Ilmu pertanian Vol
Company Limited. New Delhi. 12. No. 1. Hal 43-51.
Nisa, C dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Steenis, K.R. 2003. Flora Alih bahasa: Moeso S;
Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa Soenarno H; Soerjo S. A; Wibisono;
Paradisiciaca L) Dengan Pemberian Margono P dan Soemantri W. Pradya
Campuran Kinetin Dan NAA. Paramita, Jakarta
Bioscientiae Vol 2. No 2. Hal 23-36. Suryowinoto, M. 1989. Totipotency of The
Ozella. E.F., Stringheta. P.C.& Chauca.M.C. 2007. Pollentrads Dendrobium Tommy White.
Stability of Anthocyanin of Spinach vine Asean Orchid Conference. Manila.
(Basella rubra) Fruits. Cienciae Trigiono, R & Gray, J.D. 2000. Plant Tissu
Investigacion Agraria. Culture Concepts and Laboratory
Pierik, R.L.M.1987. In Vitro Culture of Higher Exercise CRC. Press. Amerika.
Plants. Martinus Nijhoff Publishers, Winata. L. 1988. Tehnik Kultur Jaringan
Netherlands. Tumbuhan. Pusat Antar Universitas.
Pratisto, A. 2005. Cara Mudah Mengatasi Biotehnologi. IPB. Bogor.
Masalah Statistik dan Rancangan Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia:
Percobaan dengan SPSS 12. PT. Elex Metabolisme Energi, Karbohidrat dan
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Lipid. Penerbit ITB. Bandung.
Jakarta. Zakiah. Z, Marwani. E, Siregar. A. 2003.
Purbadi & Widiastoety, D, 2003. Pengaruh ubi Peningkatan Produksi Azadirahtin dalam
kayu dan Ubi Jalar Terhadap kultur suspensi sel Azadiractha indica A.
Pertumbuhan Planlet Anggrek juss melalui penambahan Skualen. Jurnal
Dendrobium. Balai Penelitian Tanaman matematika dan sains Vol 8. No. 4. Hal
Hias Cianjur. Jurnal Hortikultura 13(1): 1-6 141-146.
Roostika, Mariska, Wattimena, Sunarlim &
Kosmiatin. 2003. Kriopreservasi Ubi Jalar

Anda mungkin juga menyukai