ACARA 4
PENGARUH PUPUK NITROGEN TERHADAP KEHIJAUAN DAUN
Disusun oleh:
Nama : Evrilia Ciptaningrum
NIM : 17/409588/PN/14976
Golongan : A1
Nama Asisten : Edwin Pradana
Penggunaan pupuk anorganik yang praktis, mampu meningkatkan rasa puas dalam
melakukan budidaya karena hasilnya dapat langsung terlihat pada tanaman. Namun, pupuk
anorganik jika digunakan dalam jangka panjang dapat mengeraskan tanah dan menurunkan
stabilitas agregat tanah (Neoriky et al., 2017). Sebenarnya, pupuk anorganik boleh digunakan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman, akan tetapi harus dalam dosis yang tepat
dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Selain itu juga harus diimbangi dengan
penggunaan pupuk organik. Sebisa mungkin proporsi penggunaan pupuk organik lebih
banyak daripada pupuk anorganik. Pupuk organik memiliki kelebihan dalam menambah unsur
hara makro dan unsur hara mikro yang ada di dalam tanah dan kualitas pupuk organik
bergantung dari bahan baku atau proses dekomposisi. Pupuk organik yang diperkaya bahan
lainnya diharapkan dapat meningkatkan nutrisi pupuk (Neoriky et al., 2017).
Nitrogen merupakan anasir penting dalam pembentukan klorofil, protoplasma, protein,
dan asam-asam nukleat. Unsur ini mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan semua jaringan hidup. N adalah unsur yang mobile, mudah sekali terlindi dan
mudah menguap, sehingga tanaman seringkali mengalami defisiensi. Pada umumnya
tanggapan tanaman terhadap suatu unsur hara bisa berubah-ubah tergantung pada status
ketersediaan unsur hara lainnya. Apabila pada suatu tanaman mengalami kekurangan dan
kelebihan unsur N ini maka gejalanya akan sangat tampak terlihat. Tanaman yang mengalami
defisiensi unsur N menunjukkan pertumbuhan yang lambat, tanaman akan terlihat lemah,
daunnya berwarna hijau terang hingga kuning. Tanaman cenderung mudah stress terhadap
kekeringan. Apabila ammonium merupakan sumber N satu-satunya, kondisi toksik dapat
berkembang yang ditunjukkan dengan patahnya batang sehingga akan menyebabkan
terhambatnya proses penyerapan air (Fahmi et al., 2010).
Berbagai komponen dalam tanah, seperti unsur hara bergerak melalui proses aliran
masa dan difusi. Begitu juga dengan, mekanisme penyerapan nitrogen oleh tanaman. Nitrogen
dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang bermuatan. Selain sangat mutlak di
butuhkan, nitrogen dengan mudah dapat menghilang atau menjadi tidak tersedia bagi
tanaman. Ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi
(leaching) NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3, terfiksasi
oleh mineralliat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Bentuk NO3- lah yang selalu
terlindi dan mudah larut. Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, bahwa larutan hara
yang di dalam tanah bergerak melalui proses difusi dan aliran massa (konveksi). Walaupun
mekanismenya berbeda, namun berlangsung secara bersama-sama (Mukhlis dan Fauzi, 2003).
Apabila pada suatu tanaman mengalami kekurangan dan kelebihan unsur N ini maka
gejalanya akan sangat tampak terlihat. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur N
menunjukkan pertumbuhan yang lambat, tanaman akan terlihat lemah, daunnya berwarna
hijau terang hingga kuning. Tanaman cenderung mudah stress terhadap kekeringan. Apabila
ammonium merupakan sumber N satu-satunya, kondisi toksik dapat berkembang yang
ditunjukkan dengan patahnya batang sehingga akan menyebabkan terhambatnya proses
penyerapan air (Fahmi et al., 2010). Sedangkan, jika suatu tanaman mengalami kelebihan
unsur N, maka tanaman tersebut akan mudah sekali rebah dan mengalami penebalan dinding
sel sehingga menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras. Gejala
kenampakan daun juga dapat menjadi kriteria yang penting terhadap ketercukupan N dalam
jaringan tanaman (Fahmi et al., 2010). Unsur N memegang peranan penting sebagai penyusun
klorofil, sehingga tanaman akan tampak berwarna hijau, selain itu daun tanaman akan tumbuh
besar sehingga dapat memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis.
Pemupukan berimbang menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi pada budidaya
pertanian, informasi hasil penelitian terbaru tentang pengelolaan hara pada tanaman sangat
penting diketahui oleh petani guna meningkatkan produktivitas. Di dalam budidaya pertanian,
penting untuk mengetahui lima tepat pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu,
tepat tempat, dan tepat cara. Nutrisi utama yang dibutuhkan oleh tanaman adalah nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K). Pasokan tidak memadai dari setiap nutrisi selama
pertumbuhan tanaman akan memiliki dampak negatif pada kemampuan reproduksi,
pertumbuhan, dan hasil tanaman. Nitrogen, P, dan K merupakan faktor penting dan harus
selalu tersedia bagi tanaman, karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel
tanaman. Nitrogen sebagai pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil, selian
itu juga berfungsi untuk produksi protein, pertumbuhan daun, dan metabolisme, seperti
fotosintesis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ketersediaan nitrogen yang dibutuhkan
tanaman harus sesuai, tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi penyerapan nitrogen secara optimum, salah satunya luas
permukaan daun. Semakin luas permukaan daun maka daya serap tanaman terhadap nitrogen
juga semakin tinggi (Firmansyah et al., 2017). Sehingga perlu dilakukan upaya yang tepat
agar penyerapan nitrogen oleh tanaman dapat maksimal. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara manajemen pupuk yang tepat yaitu dengan memperhatikan takaran pemberian
pupuk N, waktu dan cara pemberian, keseimbangan N dengan hara lain, penggunaan bahan
organik dan pengembalian biomassa tanaman (daur ulang hara), serta pemanfaatan tanaman
legum untuk menambat N dalam sistem rotasi tanaman.
Takaran pemberian pupuk N, dapat disesuaikan dengan hasil analisis tanah yang
dikaitkan dengan potensi hasil dari tanaman yang dibudidayakan, kondisi lingkungan serta
kebutuhan tanaman. Kecukupan hara N pada tanaman dapat dipantau melalui warna daun.
Jika tanaman kekurangan N, daun akan berwarna hijau kekuningan, sebaliknya bila kelebihan
N akan berwarna hijau tua. Tingkat kehijauan daun dapat diukur dengan menggunakan BWD
yang mempunyai skala 2–5, dari warna kuning kehijauan hingga hijau tua. Bagan Warna
Daun (BWD) merupakan alat skala warna yang terbuat dari plastik dan terdiri atas enam skala
warna mulai dari skala 1 dengan warna hijau kekuningan hingga skala 6 dengan warna hijau
tua. Skala tersebut diperhitungkan berdasarkan skala pada alat SPAD yang efektif digunalam
sebagai petunjuk untuk pemupukan N pada tanaman. Alat ini dapat mendeteksi status
kandungan N pada tanaman. Batas kritis skala warna daun dipengaruhi oleh varietas, cara
tanam dan status hara tanah (Wahid, 2003). Adapun waktu yang tepat untuk memberikan
pupuk nitrogen pada tanaman yaitu saat akumulasi bahan kering tanaman pada periode
pertumbuhan vegetatif, karena pada saat tersebut dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
nitrogen (Syafruddin, 2015).
Sedangkan, cara pemberian pupuk nitrogen yang tepat yaitu dengan cara tugal atau
diletakkan di atas permukaan tanah lalu ditutup/ditimbun. Hal tersebut memberikan hasil
lebih tinggi dibanding pemberian N dengan diletakkan di atas permukaan tanah tanpa ditutup/
ditimbun. Pemberian pupuk N juga dapat dilakukan dengan cara semprot. Akan tetapi, juga
harus memperhatikan konsentrasi dari nitrogen sehingga tidak menyebabkan daun mudah
terbakar. Adapun waktu yang tepat dalam penyemprotan yaitu saat stomata terbuka yaitu pada
sore hari atau pagi hari. Penggunaan pupuk anorganik yang terlalu berlebihan dapat
menyebabkan degradasi kesuburan lahan. Maka dari itu, dalam pemupukan juga harus
diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Analisis kandungan hara N pada pupuk organik
sangat diperlukan untuk menentukan takaran pupuk kandang untuk dikombinasikan dengan
pupuk N anorganik. Pemberian pupuk N dengan takaran yang tepat dan seimbang dengan
unsur hara lain, terutama P dan K adalah hal utama untuk memperoleh hasil tinggi dan
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N. Penanaman kacang-kacangan (tanaman penutup
tanah atau tanaman produksi) sebelum jagung ditanam berdampak positif terhadap efisiensi
penggunaan pupuk N karena tanaman kacang-kacangan meningkatkan kadar N tanah melalui
bintil akar yang tertinggal di dalam tanah. Tanaman jagung yang ditanam secara rotasi dengan
kacang-kacangan mempunyai total serapan, efisiensi serapan, dan efisiensi penggunaan N
lebih tinggi (Syafruddin, 2015).
Kandungan Klorofil vs Dosis Pupuk N
1.400
1.200
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara kandungan klorofil dengan dosis
pupuk N. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai probabilitas t yang diperoleh sebesar
0.00365, sehingga nilai tersebut lebih kecil dari alpha (0.05), sehingga H0 tidak tertolak.
Apabila H0 tidak tertolak, maka dosis pupuk N berpengaruh terhadap kandungan klorofil. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahid (2003), di mana pemberian pupuk N
yang didasarkan pada skala BWD dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N 10-
53%, sehingga kandungan klorofil sebanding dengan kandungan N. Akan tetapi pada titik
tertentu, penambahan dosis pupuk N menyebabkan penurunan jumlah. Maka, diperoleh
persamaan kuadratik :
Y = 0.0004X + 1.0446
0 = 0.0004X + 1.0446
X = - 1.0446/0.0004
X = -2611.5 (harga mutlak)
Jadi, dosis pupuk N yang optimal untuk tanaman jagung yaitu sebesar 2611.5
Kandungan Klorofil vs
Skor Kehijauan Daun
1.400
Kandungan Klorofil
1.000
y = 0.0823x + 0.8695
0.800
R² = 0.7709
0.600 Prob t =0.00415
0.400
0.200
0.000
0 1 2 3 4 5 6
Skor Kehijauan Daun BWD
A. PERHITUNGAN
B. DOKUMENTASI