Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA 3
“ PENGUKURAN KEHIJAUAN DAUN ”

Disusun oleh :

Nama : Widya Ningsih.Ramli


Nim : 2011201007
Hari, Tanggal : Selasa, 6 April 2021
Program Studi : S1- Bioteknologi
Fakultas : Sains Dan Teknologi

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI S-1


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
ACARA 2
PENGUKURAN KEHIJAUAN DAUN

A. TUJUAN
Mengetahui cara mengukur kehijauan daun

B. LANDASAN TEORI
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan
organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan
adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri
melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia (Latifa, 2015).
Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang
gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun
juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna
kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi
kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang telah gugur) (Latifa,
2015).
Kandungan klorofil pada daun bervariasi dari satu jenis tanaman dengan
tanaman lainnya. Selain umur dan varietas daun, kandungan klorofil juga bervariasi
dilihat dari posisi daun dalam satu tanaman (Mustafa et al., 2015). Fotosintesis,
yang terjadi di daun membutuhkan dua bahan utama yaitu CO2 dan H2O. Reaksi
utama fotosintesis terjadi di kloroplas dengan agen utamanya yakni klorofil.
Pembentukan klorofil pada daun paling banyak dipengaruhi oleh cahaya matahari,
namun umur daun juga mempengaruhi kadar klorofil yang terdapat pada suatu
daun. Padahal pada awal perkembangan daun, aktivitas meristem daun
menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi
sebagai akibat aktivitas meristem interkalar, berarti bagian pangkal daun
seharusnya lebih tua dibanding ujung daun yang berakibat juga pada klorofil yang
dikandungnya. Pada tumbuhan tingkat tinggi, klorofil a dan klorofil b merupakan
pigmen utama fotosintetik, yang berperan menyerap cahaya violet, biru, merah dan
memantulkan cahaya hijau (Nurcahyani et al., 2020).
Klorofil a dan klorofil b memiliki struktur dan fungsi yang berbeda
Klorofil juga dapat diekstraksi dari jaringan tumbuhan menggunakan pelarut
organik. Beberapa jenis pelarut dapat digunakan, antara lain aseton, metanol,
etanol, etil asetat, piridin, dan dimetil formamid. Umumnya pelarut yang sering
digunakan adalah etanol, karena etanol sudah banyak digunakan sebagai pelarut di
bidang pangan dan obat-obatan dan cenderung lebih aman dibandingkan eter dan
aseton (Rizky & habibillah, 2017).
Faktor utama yang membentuk klrofil yaitu nitrogen (N). Unsur N
merupakan unsur hara makro dan tanaman yang berjumlah banyak membutuhkan 2
unsur N. Beberapa faktor pembentuk klorofil adalah lingkungan. Cahaya matahari
merupakan faktor utama pembentuk klorofil. Daun tanaman yang kekurangan
cahaya matahari cenderung memiliki kandungan klorofil sedikit. Air juga
mempengaruhi pembentukan klorofil. Kekurangan air juga berakibat pada
sedikitnya klorofil pada suatu daun tanaman. Selain faktor diatas praktikum ini
bertujuan untuk mengukur kadar klorofil pada setiap daun yang berbeda beda
berdasarkan letak daun, jenis spesies daun dan kadungan lain didalamnya (Rizky &
habibillah, 2017).
Kandungan klorofil pada daun akan mempengaruhi reaksi fotosintesis.
Kadar klorofil yang sedikit tentu tidak akan menjadikan reaksi fotosintesis
maksimal. Ketika reaksi fotosintesis tidak maksimal, senyawa karbohidrat yang
dihasilkan juga tidak bisa maksimal (Nurcahyani et al., 2020).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap
sinar dengan panjang gelombang antara 400- 700 nm, terutama sinar merah dan
biru. Sifat kimia klorofil, antara lain (1) tidak larut dalam air, melainkan larut
dalam pelarut organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg
akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu
persenyawaan yang disebut feofitin yang berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994
dalam Ai & Yunia Banyo, 2011).
Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan
H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya
matahari. Kloroplas adalah organel sel tanaman yang mempunyai membran luar,
membran dalam, ruang antar membran dan stroma. Permukaan membran internal
yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu akan
bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut granum (Pratama &
Ainun, 2015).
Tiga fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah memanfaatkan
energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan
menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang
dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan
molekul organik lainnya. Klorofil menyerap cahaya yang berupa radiasi
elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Cahaya matahari mengandung
semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua
panjang gelombang diserap dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung
cahaya yang diserap oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil
disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis (Bahri, 2010 dalam Ai & Yunia
Banyo, 2011).
Bagan Warna Daun (BWD) merupakan standar level warna daun yang
dikeluarkan oleh International Rice Research Institute (IRRI) Untuk mengetahui
kecukupan N pada tanaman padi. Dua jenis BWD yng digunakan petani dan
penyuluh, yaitu BWD dengan enam panel yang menggambarkan enam pita warna
dari hijau kekuningan (skala 1) sampai hijau tua (skala 6) dan BWD dengan empat
panel (skala 2- 5). BWD empat panel mulai diperkenalkan pada tahun 2001 dengan
menghilangkan dua panel di dua sisi ekstrem, yaitu skala 1 dan skala 6. Bagan
warna daun dapat membantu petani untuk mengetahui waktu dan frekuensi
pemberian serta takaran pupuk N. Pemberian pupuk N berdasarkan hasil
pengukuran warna daun dengan BWD skala 4 dapat menghemat pemakaian pupuk
15-20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. Untuk
menggunakan BWD, dipilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan
yang seragam, kemudian dipilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu
rumpun. Bagian tengah daun diletakkan di atas BWD dan dibandingkan antara
warna daun dan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara 2 skala
warna maka digunakan nilai rata-ratanya, misalnya 3,5 untuk warna antara 3 dan 4.
Pada waktu mengukur warna daun dengan BWD, perlu dihindari menghadap sinar
matahari karena pantulan sinar matahari dari daun padi dapat memengaruhi
pengukuran warna daun. Waktu pembacaan adalah pagi atau sore hari. Sebaiknya
pengukuran dilakukan pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama. Jika 6
atau lebih dari 10 daun yang diamati warnanya berada dalam batas kritis, yaitu di
bawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan
tingkat hasil di tempat bersangkutan (Eryhrina, 2016).

C. METODOLOGI
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu beberapa helai daun
tanaman kangkong dan BWD.
2. Cara kerja
Siapkan 5 helai daun kangkung yang meliputi 1 helai dari bagian atas daun
(tunas), 3 helai dari bagian tengah (jangan berurutan), dan 1 helai dari bagian
pangkal bawah daun. Selanjutnya Ukur kehijauan tiap-tiap daun kangkung
dengan menggunakan BWD. Pengukuran kehijauan daun menggunakan BWD
dilakukan dengan membandingkan warna daun terhadap warna masing-masing
skor kehijauan yang ada pada BWD. Setelah itu, tentukan warna pada BWD
yang paling sesuai dengan warna daun kemudian catatlah skor kehijauannya.
D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil pengamatan warna daun

Hasil Skala BWD Warna Daun Skor BWD Rekomendasi


Takaran Pupuk
Urea (Kg/Ha)

Hijau 3 150

Hijau 3 150

Hijau 3 150

Hijau tua 4 125


Hijau tua 4 125

E. PEMBAHASAN
Klorofil merupakan pigmen hijau yang ditemukan pada kebanyakan
tumbuhan, alga, dan juga cyanobacteria. Setiap jenis daun pada setiap tumbuhan
memiliki kandungan klorofil yang berbeda. Klorofil sangat vital dalam proses
fotosintesis, karena membuat tanaman mendapatkan energi dari cahaya (Zakiyah et
al., 2018). Klorofil adalah zat pemberi warna hijau pada proses fotosintesis yang
terdapat dalam organisme fotoautotrof seperti tumbuhan, Algae dan Cynobacteria.
Fungsi klorofil pada tanaman yaitu untuk menyerap cahaya matahari yang
digunakan untuk reaksi fotosintesis terutama pada fase terang. Pada umumnya
klorofil disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari. Setiap klorofil
memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam menangkap gelombang cahaya
matahari bergantung pada lingkungan dan faktor genetiknya (Nurcahyani et al.,
2020).
Fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah memanfaatkan
energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat dan
menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. (Bahri, 2010 dalam Ai &
Yunia Banyo, 2011).
Warna hijau pada klorofil terjadi karena saat membuat makanan klorofil
memerlukan energi dari cahaya. Cahaya yang di serap oleh klorofil adalah cahaya
merah dan biru. Cahaya yang tersisa yaitu cahaya hijau, dipantulkan sehingga daun
terlihat hijau (Hasidah et al., 2017).
Bagan Warna Daun (BWD) merupakan standar level warna daun yang
dikeluarkan oleh International Rice Research Institute (IRRI) Untuk mengetahui
kecukupan N pada tanaman padi. Alat ini berbentuk persegi Panjang (6x13 cm)
dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda (skala 2) hingga hijau tua (skala
5). BWD biasa digunakan untuk menentukan kandungan nitrogen dari sebuah
tanaman sehingga nantinya dapat diketahui kapan waktu pemupukan dan panen
yang tepat. Penggunaan kamera smartphone dalam pengambilan gambar daun akan
membantu para petani untuk menentukan level warna tanaman secara otomatis
berdasarkan BWD. Secara manual petani biasa menggunakan BWD dengan cara
membandingkan warna daun tanaman dengan masing-masing level warna yang
terdapat pada BWD. Penentuan level BWD dapat dilakukan secara otomatis
dengan memanfaatkan kamera smartphone. Citra daun di ambil dengan kamera dan
diharapkan petani dapat mengetahui informasi citra daun terletak di level berapa
pada BWD (Revindra et al., 2017).
Pada praktikum kali ini menggunakan tanaman kangkung darat (Ipomea
reptans poir) tanaman ini merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Tanaman ini
termasuk kelompok tanaman semusim dan berumur pendek dan tidak memerlukan
areal yang luas untuk membudidayakannya sehingga memungkinkan
dibudidayakan di kota yang pada umumnya lahannya terbatas.
Bagian kangkung yang di jadikan bahan pengamatan adalah 1 helai daun
bagian atas (tunas), 3 helai dari bagian tengah, dan 1 helai dari bagian pangkal
bawah. Berdasarkan pengukuran BWD, pada bagian atas daun (tunas) memiliki
skor 3, untuk 3 helai dari bagian tengah yang di ambil secara acak memiliki skor 3 ;
3 ; 4, dan pada pangkal bawah memiliki skor 4. Perbedaan dari skor tersebut di
karenakan pada daun tua lebih banyak mengandung klorofil yang lebih besar dari
pada daun muda. Adanya perbedaan klorofil antara daun muda dan daun tua
nampaknya sangat berkaitan dengan umur daun tersebut. Perbedaan kandungan
klorofil pada beberapa spesies tanaman dapat di pengaruhi oleh beberapa factor dan
adanya perbedaan massa jenis tanaman, varietas, status nutrisi, musim serta stress
biotik dan abiotic. Selain itu tipe tanaman, jenis tanah, keadaan iklim setempat,
stress dan penyakit tanaman serta nutrisi yang di milikinya juga berpengaruh
terhadap besarnya kandungan klorofil suatu tanaman (Rendi, 2015). Menurut
Hakim, dkk (1986) dalam Napitupulu, (2015) pupuk organik mempunyai kelebihan
secara fisik dapat menggemburkan konsistensi atau kepadatan tanah, membantu
melarutkan unsur-unsur, mengurangi kebutuhan pupuk dengan menciptakan sistem
aerasi tanah, meningkatkan daya simpan air dan memperbaiki struktur tanah.
Rosita, dkk (2007) dalam Napitupulu, (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Meningkatnya
pertumbuhan tanaman ini diduga karena adanya penambahan unsur hara dengan
penambahan bahan organik. Jumin (2002) dalam Napitupulu, (2015) menjelaskan
bahwa nitrogen berfungsi untuk merangsang penambahan tinggi tanaman. Lingga
(2001) dalam Napitupulu, (2015) menyatakan bahwa nitrogen dalam jumlah yang
cukup,berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
khususnya batang dan daun. Selain itu, Yuliarti dan Redaksi Agromedia (2007)
dalam Napitupulu, (2015) menambahkan bahwa nitrogen berfungsi sebagai bahan
sintesis klorofil, protein dan asam amino, serta bersama fosfor nitrogen digunakan
untuk mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Salah satu pupuk yang
mengandung nitrogen adalah pupuk urea. Pupuk urea adalah pupuk buatan
senyawa kimia organik dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil
(diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar N 45%- 46%. Urea
terlarut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah. Untuk dapat diserap
oleh akar tanaman urea harus mengalami proses ammonifikasi dan nitrifikasi lebih
dahulu, cepat lambatnya perubahan bentuk dari urea ke bentuk senyawa N yang
dapat diserap oleh tanaman sangat bergantung pada beberapa faktor ialah keadaan
populasi, aktivitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan
banyaknya pupuk urea yang diberikan. Pada pemungutan hasil tanaman secara
besar-besaran akan banyak sekali N yang terangkut dari dalam tanah. Pemberian N
yang banyak bagi tanaman penghasil daun (rumput-rumputan) akan sangat
menguntungkan tanaman tersebut (Damanik et al., 2010; Sutedjo, 2002 dalam
Napitupulu, 2015) ). Perbedaan dosis pupuk urea berpengaruh nyata terhadap tinggi
batang, Panjang helaian daun dan lebar helaian daun, tetapi tidak berpengaruh
nyata terhadap diameter batang kangkung darat, dosis optimum pupuk urea untuk
tanaman kangkung adalah 1,5 gram per 10 kg tanah (Napitupulu, 2015).

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa klorofil
merupakan pigmen hijau yang ditemukan pada kebanyakan tumbuhan, alga, dan
juga cyanobacteria. Setiap jenis daun pada setiap tumbuhan memiliki kandungan
klorofil yang berbeda. Klorofil sangat vital dalam proses fotosintesis, karena
membuat tanaman mendapatkan energi dari cahaya. Perbedaan warna pada daun di
karenakan pada daun tua lebih banyak mengandung klorofil yang lebih besar dari
pada daun muda. Adanya perbedaan klorofil antara daun muda dan daun tua
nampaknya sangat berkaitan dengan umur daun tersebut.

G. DAFTAR PUSTAKA

Ai, Nia Song, Yunia Banyo. (2011). Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains, 11 (2), 167-173.
Hasidah, mukralina, diah wulandari rousdy. (2017). Kandungan pigmen klorofil,
karotenoid dan antosianin daun caladium. Protobiont, 6 (2), 29-37.
Latifa, Roimil. (2015). Karakter morfologi dan daun beberapa jenis pohon
penghijauan hutan kota malang. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi.
Napitupulu, Yosep Marthin Sibarani, J.A. , Ratna Rosanty Lahay. (2015). Pengaruh
pupuk urea dan interval panen terhadap pertumbuhan dan produksi
kangkung air (Ipomea Aquatica Forsk). Jurnal Online Agroekoteaknologi. 3
(2), 649-656.
Nurcahyani, Endang, Desti Deria Rahmadani, Sri Wahyuningsih, Mahfut. (2020).
Analisis kadar klorofil pada buncis (Phaseolus vulgaris L.) terinduksi
indole acetic (IAA) secara in vitro. Analitycal And Environmental
Chemistry, 5 (01), 15-23.
P. Aditiya, rizki, habibillah putra l. (2017). Pengukuran kandungan klorofil.
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
Pratama, Andi Jaya, Ainun Nikmati Laily. (2015). Analisis kandungan klorofil
gandasuli (Hedychium gardnerianum shephard ex ker-gawl) pada tiga
daerah perkembangan daun yang berbeda. Pendidan Biologi, Pendidikan
Geografi, Pendidikan Sains.
Rendy, r.m. (2015). Kadar total pimen klorofil dan senyawa antosianin ekstrak
kastuba (Euphorbia Pulcherrima) berdasarkan umur daun. Jurnal fkip, 1
(2).
Revindra, reza, fitri marisa, dwi Purnomo. (2017). Identifikasi pemberian pupuk
pada tanaman padi berdasarkan tingkat kehijauan daun menggunakan
metode Local Binary Pattern berbasis android. Jurnal Informatika
Merdeka Pasuruan, 2 (1), 28-43.
Zakiyah, Milfathul, Togar Fernando Manurung, Reine Suci Wulandari. (2018).
Kandungan klorofil daun pada empat jenis pohon di arboretum sylva
Indonesia PC. Universitas Tanjungpura. Jurnal Hutan Lestari, 6 (1), 48-55.

Anda mungkin juga menyukai