Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

INDEKS DAN TOTAL KHLOROFIL DAUN BEBERAPA TANAMAN

Nama : Fransiska Rosari Noko


NIM : G011181088
Kelas : Fisiologi Tumbuhan B
Kelompok :5
Asisten : Nurul Qadriani Yushar

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain sebagai sumber karbohidrat dan protein, tumbuhan juga kaya
akan serat, antioksidan, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh manusia. Daun tumbuhan mengandung berbagai zat gizi
maupun non gizi (metabolit sekunder), seperti vitamin, mineral, serat pangan, beta
karoten, dan klorofil. Klorofil yang banyak terkandung dalam daun memiliki
kemampuan sebagai anti-oksidan, anti-peradangan, dan zat yang bersifat untuk
menyembuhkan luka-luka (Sumenda, 2011).
Klorofil atau zat hijau daun merupakan suatu molekul kimia yang terdapat
dalam tumbuhan yang aktivitas utamanya adalah membantu reaksi fotosintesis.
Semua tumbuhan hijau dan tumbuhan yang berwarna selain hijau memilki
klorofil. Klorofil tidak hanya terdapat di bagian daun, tetapi juga pada bagian
batang, buah, biji, bahkan umbi. Selain tumbuhan, klorofil juga dapat ditemukan
pada ganggang dan bakteri fotosintetik. Contoh bakteri yang melakukan
fotosintetik adalah Rhodobacter sphaeroides. Klorofil tersusun membentuk
kompleks antena. Pigmen yang paling dominan di dalam kompleks antenna ini
adalah klorofil a, klorofil b, serta karetenoid (Setiawati, 2016).
Klorofil dapat melindungi tubuh dari senyawa-senyawa karsinogen. Klorofil
bertindak menguatkan sel-sel, melepaskan zat racun dari hati dan aliran darah dan
secara kimiawi menetralisasi polutan-polutan. Klorofil menjaga kestabilan dan
menghalangi kemusnahan DNA dalam sel, karena klorofil kaya dengan nutrisi dan
penyumbang oksigen yang dapat menetralkan dan menggagalkan aktivitas radikal
bebas dalam merusak sel-sel tersebut. Perbedaan warna pada daun dapat
menunjukkan adanya perbedaan kandungan pigmen daun termasuk pigmen yang
terdapat pada klorofil (Madha, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum indeks dan total
khlorofil daun beberapa tanaman untuk mengetahui bagaimana peran klorofil pada
tanaman, pigmen apa saja yang terdapat pada tanaman dan agar kita dapat
menghitung indeks klorofil dengan CCM-200 plus.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kandungan khlorofil
daun tanaman tanpa dekstruksi, untuk menemukan fakta tentang perbedaan
kandungan khlorofil daun setiap jenis tanaman, untuk menemukan fakta
perbedaan kandungan khlorofil daun muda, daun dewasa, dan daun tua, serta
dapat menghitung total khlorofil daun tanaman dengan menggunakan alat
elektronik.
Kegunaannya agar kita dapat memahami bagaimana perbedaan kandungan
khlorofil daun setiap jenis tanaman, perbedaan kandungan khlorofil daun muda,
daun dewasa, dan daun tua yang berguna untuk proses fotosintesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klorofil
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu kata chloros yang artinya
hijau dan phyllos artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan
pigmen tersebut diekstrak dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik.
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik. Pigmen klorofil ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan
dengan cara menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.
Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi fitol
(C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol
primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O 2 dalam proses
mereduksi suatu klorofil (Erma, 2010).
Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan
panjang gelombang yang berlainan. Klorofil banyak menyerap sinar dengan
panjang gelombang antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat
kimia klorofil, antara lain tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut
organik yang lebih polar, seperti etanol dan kloroform, inti Mg akan tergeser oleh
2 atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan
yang disebut feofitin yang berwarna coklat. Kandungan klorofil bersifat tidak
stabil dan lebih mudah rusak apabila terkena sinar, panas, asam dan basa (Maulid,
2015).
Klorofil berasal dari proplastida yaitu plastida yang belum dewasa, kecil dan
hampir tidak berwarna dan sedikit atau tanpa membran dalam. Proplastida
membelah saat embrio berkembang, dan menjadi kloroplas ketika daun dan
batang terbentuk. Pada organ yang terkena cahaya matahari, kloroplas muda akan
aktif membelah. Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi
fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO 2
dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya
matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas.
Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan xantofil terdapat
pada membran tilakoid (Yelni, 2016).
2.2 Peran Klorofil
Dalam proses fotosintesis, terdapat 3 (tiga) fungsi utama dari klorofil yaitu
memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan
menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat
yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein,
lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya. Misalnya, cahaya matahari
mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi
seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap oleh pigmen cahaya atau
pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen
pusat reaksi fotosintesis (Hasidah, 2017).
Klorofil merupakan salah satu metabolisme sekunder yang potensial. Zat
hijau daun ini tak hanya penting, dalam proses fotosintesis tumbuhan saja, tetapi
juga sangat berguna untuk menunjang kesehatan bagi yang mengkonsumsinya.
Seorang penelitian bernama Franz Miller menganjurkan menggunakan klorofil
sebagai obat istimewa kerena keberadaannya dapat memperbaiki kondisi
kesehatan yang buruk. Selain itu klorofil juga merupakan zat pewarna hijau bagi
tumbuhan yang berfungsi untuk fotosintesis (Madha, 2010).
Klorofil sangat berfungsi bagi tanaman, jika tanaman kekurangan klorofil
maka daun-daun akan berguguran. Misalnya, tanaman atau pohon tersebut akan
mengalami kehilangan daun atau gugur pada musimnya. Tumbuhan
menggugurkan daun dengan tujuan mengurangi penguapan berlebihan pada
musim kering. Sebelum daun-daun gugur banyak zat-zat nutrisi dialirkan ke
jaringan penyimpanan dalam batang untuk didaur ulang kembali membentuk daun
pada musim semi berikutnya. Pada musim gugur daun akan berhenti membuat
klorofil yang baru sehingga daun akan kehilangan warna hijaunya dan gugur.
Warna pada musim daun gugur adalah kombinasi dari pigmen yang baru dibuat
selama musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan
tetapi diikuti oleh klorofil yang berwarna hijau gelap sehingga warna yang
dihasilkan daun gugur berwarna coklat (Haryanti, 2010).
2.3 Pigmen Warna Pada Tanaman
Menurut Maulid (2015) pigmen warna pada tumbuhan antara lain sebagai
berikut :
1. Klorofil
Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim
palisade dan parenkim spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil
serta karotenoid dan xantofil terdapat pada membran tilakoid. Korofil adalah
kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap
cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang
menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Semua jenis plastida
termasuk klorofil berasal dari protoplastida, yakni suatu organel tidak
berwarna yang dijumpai pada sel tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap dan
terang.
2. Karotenoid
Karotenoid menunjukkan absorpsi kuat untuk panjang gelombang biru dan
ungu; memantulkan dan mentransmisikan panjang gelombang hijau, kuning,
lembayung, merah (kombinasi warna-warna tersebut tampak kuning).
Karotenoid merupakan rantai polyene panjang yang memiliki 35-40 atom
karbon, rantai polyene tersebut yang bertanggung jawab dalam fungsinya
sebagai antioksidan pada karotenoid . Karotenoid juga memiliki sifat yang
mudah rusak atau terdegradasi yang disebabkan oleh cahaya, panas, dan
oksigen sehingga kandungan karotenoid dalam bahan akan menurun
3. Antosianin
Antosianin adalah pigmen yang larut dalam air yang menyebabkan warna
merah, ungu, dan biru serta banyak ditemukan pada buah dan bunga.
Antosianin ini merupakan zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan
baik pada pelarut pelarut polar. Faktor fakor yang mempengaruhi kestabilan
antosianin non enzimatik adalah pengaruh dari pH, suhu, dan juga cahaya.
Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid, merupakan kelompok
terbesar pigmen alami pada tumbuhan yang larut dalam air yang bertanggung
jawab untuk memberikan warna pada bunga, buah dan sayuran. Antosianin
dapat juga bermanfaat bagi kesehatan sebagai sumber antioksidan. Hal ini
disebabkan senyawa polifenolik ini merupakan glikosida turunan polihidroksi
dan polimetoksi dari 2- phenilbenzopiriliumat atau garam flavilium.
2.4 Mekanisme Pembentukan Klorofil Pada Tanaman
Klorofil disintesis di daun dan berperan untuk menangkap cahaya matahari
yang jumlahnya berbeda untuk tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor
genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O. Sintesis
klorofil terjadi melalui fotoreduksi protoklorofilid menjadi klorofilid a dan diikuti
dengan esterifikasi fitol untuk membentuk klorofil a yang dikatalisis enzim
klorofilase. Perubahan protoklorofilid menjadi klorofilid a pada tumbuhan
angiospermae mutlak membutuhkan cahaya. Selanjutnya klorofil jenis yang lain
disintesis dari klorofil a (Erma, 2010).
Proses pembentukan klorofil dimulai dari senyawa glutamat yang akan
diubah menjadi α-ketoglutarat melalui proses deaminasi. α-ketoglutaratdiubah
menjadi asam amino laevulinat melalui proses transaminase yang dibantu oleh
ATP dan NADPH. Pada asam amino laevulinat berturut-turut terjadi pelepasan air,
NH3 dan CO2 yang akan membentuk Protophyrinogen. Proses pembentukan
klorofil berlanjut pada proses penambahan Mg+ yang akan menghasilkan Mg-
protophyrin monomethylester. Mg yang akan menyebabkan klorofil dapat
berfungsi sebagai penyerap cahaya. Klorofil a akan terbentuk ketika Mg-
protophyrin monomethylester ditambahkan dengan ion H+. Proses pembentukan
klorofil ini sangat dipengaruhi oleh adanya cahaya (Sumenda, 2011).
Proses pembentukan klorofil b dimulai dari adanya sintesis pada oksidasi
metil yang ada pada klorofil a. Pembentukan klorofil b dibantu oleh enzim
Chlorophyll a Oxygenase (CAO). Enzim tersebut berfungsi untuk memindahkan
electron yang terdapat pada gugus metil yang ada pada klorofil a sehingga
terbentuk klorofil b (Suharja, 2009).
2.5 Macam-Macam Klorofil Serta Fungsinya
Menurut Suharja (2009) klorofil terdiri atas tiga macam antara lain :
1. Klorofil a
Umumnya klorofil a terdapat pada tanaman tingkat tinggi (C55H72O5N4Mg)
yang berwarna hijau tua. Klorofil a paling kuat menyerap cahaya di bagian
merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600
nm). Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sedangkan Klorofil
b paling banyak terdapat pada Fotosistem I. Klorofil a paling banyak terdapat
pada Fotosistem II. Klorofil a menghasilkan warna hijau biru
2. Klorofil b
Tanaman tingkat tinggi mempunyai klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna
hijau muda. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid diteruskan
kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase I (reaksi
terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan klorofil-b.
Klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I. Klorofil b adalah hasil
biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam reorganisasi fotosistem
selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya.
3. Klorofil c
Klorofil c terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome
Bacillariophyta. Klorofil c dimiliki alga pirang, alga keemasan, serta diatom
(Bacillariophyta). Klorofil c1 ( C35H30O5N4Mg ) dan Klorofil c2
( C35H28O5N4Mg ).
4. Klorofil d
Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Selain berbeda rumus
kimia, jenis-jenis klorofil ini juga berbeda pada panjang gelombang cahaya
yang diserapnya. Klorofil d ( C54H70O6N4Mg )
2.6 Faktor Penunjang Pembentukan Klorofil
Menurut Erma (2010), pembentukan pigmen dalam tumbuhan dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suhu, intensitas cahaya, oksigen, unsur
N, Mg, Fe dan air. Faktor internal seperti gen dan karbohidrat. Berikut penjelasan
faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan klorofil sebagai berikut :
1. Faktor Gen
Apabila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil. Pembentukan klorofil seperti halnya dengan pembentukan pigmen-
pigmen lain pada hewan dan manusia dibawakan oleh suatu gen tertentu di
dalam kromosom. Jika gen ini tidak ada, maka tanaman akan tampak putih
karena tidak dapat membentuk klorofil. Biasanya tanaman ini tidak dapat
hidup lama.
2. Cahaya
Beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya,
sedangkan tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Terdapat proto klorofil
yang mirip dengan klorofil a dalam kloroplas. Proto klorofil mengandung
kurang dua atom H daripada klorofil a. reduksi proto klorofil untuk menjadi
klorofil a memerlukan cahaya efektif yaitu pada panjang gelombang 450 nm
dan 650 nm, yang akan diserap oleh protoklorofil untuk mengubah dirinya
menjadi klorofil a. Peristiwa ini disebut autotransformasi. Tetapi, bila terlalu
banyak cahaya yang berpengaruh buruk pada klorofil. Pada daun-daun yang
terus-menerus terkena cahaya matahari secara langsung akan menjadi hijau
kekuning-kuningan
3. Suhu
Semakin tinggi suhu maka reaksi akan semakin cepat hingga batas optimum
suhu tersebut sebelum terjadi kerusakan berbagai senyawa akibat perubahan
suhu yang signifikan.
4. Karbohidrat
Karbohidrat terutama dalam bentuk gula dapat mempengaruhi pembentukan
klorofil pada daun-daun yang tumbuh dalam keadaan gelap (etiolasi). Tanpa
pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mempu menghasilkan klorofil
meskipun faktor-faktor lain sudah mencukupi.
5. Oksigen
Dimana pada proses perkecambahan yang ditumbuhkan pada tempat gelap
maupun terang, tidak akan mampu membentuk klorofil jika tidak ada oksigen
6. Unsur N, Mg, dan Fe
Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam
sintesis klorofil. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur
N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai
penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan
gejala antara lain klorosis pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan N2
secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia
(NH3)
7. Air
Air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil.
Bila tanaman kekurangan air akan mengakibatkan kerusakan pada klorofil.
Ketersediaan air yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun yang
mengakibatkan sintesis klorofil menurun pula. Kekurangan air juga
menyebabkan kenaikan temperatur dan transpirasi sehingga menyebabkan
desintegrasi klorofil
2.7 Hubungan Klorofil Dan Fotosintesis
Proses fotosintesis berlangsung dengan bantuan sinar matahari di daun yang
memiliki klorofil. Kadar klorofil yang rendah akan menurunkan laju fotoisntesis.
Klorofil menyerap cahaya yang berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum
kasat mata (visible). Cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat
mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang gelombang diserap
dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung cahaya yang diserap oleh
pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen
pusat reaksi fotosintesis (Maulid, 2015).
Kloroplas berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, pigmen-
pigmen pada membran tilakoid akan menyerap cahaya matahari atau sumber
cahaya lainnya dan mengubah energi cahaya tersebut menjadi energi kimia dalam
bentuk adenosin trifosfat (ATP). Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan
anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi
cahaya matahari disebut fotosintesis. CO2 dan H2O merupakan substrat dalam
reaksi fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis
(berupa klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan
melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum
tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari
spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis (Setiawarti, 2016).
Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang
terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah
klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat
untuk panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan
menunjukkan absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan
kuning hijau (500-600 nm). Kompleks protein-klorofil merupakan komponen
fotosintesis yang penting. Radiasi cahaya yang diterima oleh tanaman dalam
fotosintesis diabsorbsi oleh klorofil dan pigmen tambahan yang merupakan
kompleks protein-klorofil. Selanjutnya energi radiasi akan ditransfer ke pusat
reaksi fotosistem I dan II yang merupakan tempat terjadinya perubahan energi
cahaya menjadi energi kimia (Haryanti, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum indeks dan total khlorofil daun beberapa tanaman dilaksanakan di
Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar, pada hari Sabtu, 12 Oktober 2019 pukul 09.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lap kasar, lap halus, dan
Conten Chlorofil Meter-200 plus (CCM-200 plus) .
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun tanaman tebu
meliputi daun muda, daun dewasa, dan daun tua.
3.3 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggunakan 3 daun setiap tanaman masing-masing daun muda (daun ketiga
dari pucuk), daun dewasa (daun pada pertengahan tajuk tanaman) dan daun
tua (daun paling bawah).
3. Membersihkan daun yang akan diamati menggunakan alat dengan
menggunakan lap kasar dan lap halus.
4. Menyiapkan alat CCM-200 plus
5. Menghidupkan alat dengan menekan tombol merah (tombol kanan bawah)
6. Menekan Ran (tombol hijau kiri atas)
7. Menekan setup (tombol hijau kanan atas)
8. Menekan exit (tombol hijau tengah atas)
9. Menekan Measure (tombol hijau kiri atas)
10. Menekan Back (tombol hijau tengah atas)
11. Menekan System (tombol hijau kanan atas), akan muncul pada layar Setup
Back Diag, alat siap dioperasikan.
12. Memasukkan alat kalibrasi sampai menutp ruang pengukuran, kemudian
tekan kepala silinder sampai berbunyi “Bip” dan segera dilepaskan.
13. Mengulangi sampai 10 kali
14. Melepaskan alat kalibrasi dari tombol uji
15. Memasukkan atau jepit daun pada tombol uji, tekan kepala silinder sampai
berbunyi “Bip” dan segera dilepaskan.
16. Mencatat data “I” dan Standar Deviasi dari data yang sudah diperoleh
17. Menentukan nilai Indeks Khlorofil Daun (IKD) menggunakan rumus :
IKD = rata-rata “I” + nilai Standar Deviasi
18. Menghitung Total Khlorofil daun pada setiap jenis tanaman yang diukur
dengan menggunakan rumus :

Y = a + b (CCI) c
Parameter
a b c
Chl a -421.35 375.02 0.1863
Chl b 38.23 4.03 0.88
Chltot -283.20 269.96 0.277
A -3.50 3.96 0.027
Sumber : Goncalves, 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil penjumlahan data klorofil daun muda, dewasa, dan tua
padatanaman Singkong

Tanaman Indeks Klorofil Klorofil a Klorofil b Total Klorofil


Muda 481.277 293.775 713.515
Singkong Dewasa 471.474 280.901 697.467
Tua 471.12 280.284 696.642
Muda 156.584 69.311 230.329
Tebu Dewasa 69.568 52.610 119.697
Tua 422.451 223.957 618.259
Muda 506.21 328.65 754.47
Kedelai Dewasa 495.38 312.97 736.50
Tua 520.26 350.02 777.92
Muda 483.75 296.90 717.33
Kakao Dewasa 484.08 297.35 717.88
Tua 482.84 295.67 715.83
Muda 480.623 292.702 712.196
Cabai Dewasa 494.933 312.344 735.668
Tua 471.639 281.999 598.823
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan indeks klorofil
pada beberapa daun tanaman seperti singkong, tebu, kedelai, kakao, dan cabai.
Dimana perubahan indeks dan total klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor
eksternal seperti cahaya, suhu, air, unsur N, Mg, Fe, oksigen dan karbohidrat.
Selain itu, faktor internalnya seperti gen, hormon, struktur anatomi dan morfologi
organ tumbuhan serta kandungan klorofil juga dapat mempengaruhi perbedaan
indeks dan total klorofil. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati (2016) bahwa
salah satu bagian organ tumbuhan yang mengalami perkembangan adalah bagian
daun. Perbedaan warna daun menunjukkan adanya perbedaan kandungan pigmen
daun termasuk pigmen klorofil. Yang dipengaruhi oleh faktor eksternal meliputi
kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan
kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dan cahaya. Sedangkan
faktor internal adalah gen individu tersebut.
Pada tabel menunjukkan total klorofil daun muda lebih besar daripada daun
tua, kecuali pada tanaman tebu dan kedelai dimana total klorofil daun tua lebih
besar dari daun muda. Ini disebabkan daun muda yang berada pada pucuk
tanaman, mendapatkan cahaya yang lebih optimal untuk membentuk klorofil
daripada daun dewasa dan daun tua selain itu selain itu umur daun dan luas daun
juga mempengaruhi dimana semakin tua daun maka kegiatan fotosintesis semakin
berkurang tetapi pertambahan luas daun tetap bertambah hal ini sesuai dengan
pendapat Sumenda (2011) bahwa semakin tua umur daun, maka kemampuan
fotosintesisnya juga akan semakin berkurang sehingga menyebabkan kerusakan
pada klorofil karena fungsinya tidak dapat berjalan dengan baik. Kemampuan
daun untuk berfotosintesis meningkat sampai daun berkembang penuh, dan
kemudian mulai menurun secara perlahan. Daun tua yang hampir mati, menjadi
kuning dan tidak mampu berfotosintesis karena klorofil rusak dan fungsi kloroplas
hilang.
Pada perbandingan klorofil a dan klorofil b setiap daun tanaman seperti
singkong, tebu, kedelai, kakao, dan cabai memiliki klorofil a yang lebih besar ini
dibutktikan dengan warna kelima jenis daun tanaman tersebut berwarna hijau. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nio (2011) bahwa perubahan warna daun dari kuning
kehijauan menjadi hijau muda lalu menjadi hijau tua pada tingkat perkembangan
daun yang berbeda menunjukkan adanya perubahan kandungan pigmen klorofil
pada daun tersebut. Hal ini berhubungan dengan adanya perbedaan kadar klorofil
pada setiap tingkat perkembangan daun. Perbedaan warna daun juga menunjukkan
perbedaan jenis pigmen yang dikandung dari daun tersebut. Klorofil pada daun
yang masih muda masih berupa protoklorofil dan daun menjadi berwarna hijau
setelah transformasi protoklorofil. Warna daun kuning kehijauan pada pucuk
(daun muda) disebabkan oleh adanya kandungan pigmen karotenoid, yang
merupakan pigmen dominan pada perkembangan tersebut. Karotenoid biasanya
memberikan warna merah, coklat, oranye, dan kuning.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kandungan klorofil
dapat ditentukan tanpa melalui destruksi yaitu dengan menggunakan alat Conten
Chlorofil Meter-200 plus (CCM-200 plus). Kandungan klorofil pada setiap
tanaman itu berbeda-beda tergantung dari faktor gennya dan lingkungannya.
Perbedaan kandungan klorofil pada daun muda, dewasa dan tua dipengaruhi oleh
pigmen klorofilnya dan umur daun dimana warna daun kuning kehijauan pada
pucuk disebabkan oleh adanya kandungan pigmen karotenoid, yang merupakan
pigmen dominan pada perkembangan tersebut dan semakin tua umur daun, maka
kemampuan untuk berfotosintesisnya juga akan semakin berkurang sehingga
menyebabkan kerusakan pada klorofil karena fungsinya tidak dapat berjalan
dengan baik walaupun luas daunnya semakin meningkat.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam bertani salah satu faktor penting yang diperhatikan adalah
pigmen pada daun tanaman karena jika dalam tanaman tersebut pigmen
klorofilnnya berkurang karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (cahaya,
suhu, air) dan maka akan terjadi klorosis pada tanaman tersebut dan menghambat
fungsi kerja fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang berguna untuk
sumber pangan.
DAFTAR PUSTAKA

Erma Prihastanti. 2010. Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan Semai Kakao


(Theobroma cacao L.) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan Yang Berbeda.
Bioma, Vol. 12 (2) :35-39.

Haryanti, Sri. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 18
(2) : 21-28.

Hasidah, Mukarlina, Diah Wulandari Rousdy. 2017. Kandungan Pigmen Klorofil,


Karotenoid dan Antosianin Daun Caladium. Protobiont . Vol. 6 (2) : 29-37.

Madha Kurniawan, Munifatul Izzati, Yulita Nurchayati. 2010. Kandungan


Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan
Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 18 (1) : 28-40.

Maulid, Rendy Rohmatul, Ainun Nikmati Laily. 2015. Kadar Total Pigmen
Klorofil dan Senyawa Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia
pulcherrima) Berdasarkan Umur Daun. Malang: Seminar Nasional
Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

Nio Song Ai & Yunia Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11 (2) : 167-173.

Setiawati, Tia; Irene Afrylylya Saragih; Mohamad Nurzaman; Asep Zainal


Mutaqin. 2016. Analisis Kadar Klorofil dan Luas Daun Lampeni (Ardisia
humilis Thunberg) pada Tingkat Perkembangan yang Berbeda di Cagar
Alam Pangandaran. Bandung. Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016.

Suharja, Sutarno. 2009. Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua
Varietas Cabai (Capsicum annum) pada Berbagai Perlakuan Pemupukan.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sumenda, Lusia; Henny L. Rampe; Feky R. Mantiri. 2011. Analisis Kandungan


Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.) pada Tingkat Perkembangan
Daun yang Berbeda. Jurnal Bioslogos, Vol. 1(1) : 21-24.

Yelni, Gogahu; Nio Song Ai; Parluhutan Siahaan. 2016. Konsentrasi Klorofil pada
Beberapa Varietas Tanaman Puring (Codiaeum varigatum L.) Jurnal Mipa
Unsrat Online, Vol. 5 (2) : 76-80.
LAMPIRAN

Gambar Perhitungan Klorofil Daun Tanaman Tebu Dengan CCM

Gambar 26. Pada daun muda

Gambar 27. Pada daun dewasa


Gambar 28. Pada daun tua
LAMPIRAN

Tabel 8. Data Pengamatan Klorofil Tanaman Singkong

Tabel 9. Data Pengamatan Klorofil Tanaman Cabai

Tabel 10. Data Pengamatan Klorofil Tanaman Kakao


Tabel 11. Data Pengamatan Klorofil Tanaman Kedelai

Tabel 12. Data Pengamatan Klorofil Tanaman Tebu

Anda mungkin juga menyukai