NIM. 2011201013
2023
HALAMAN PENGESAHAN
“AKLIMATISASI PLANLET PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.) HASIL
KULTUR JARINGAN DENGAN KOMBINASI MEDIA TANAM TANAH, PUPUK KASCING,
DAN PASIR DI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARYA”
Diajukan oleh :
Syahdina Hissa Aditama
NIM : 2011201013
Ketua
Program Studi Bioteknologi
Fakultas Sains dan Teknologi
ii
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II ....................................................................................................................................... 8
BAB III.....................................................................................................................................12
BAB IV......................................................................................................................................14
iii
4.4. Panjang Daun Pisang Ambon............................................................................................18
4.5. Lebar Daun Pisang Ambon................................................................................................19
BAB V..........................................................................................................................................22
KESIMPULAN...........................................................................................................................22
SARAN.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pisang adalah buah yang banyak digemari masyarakat dunia karena memiliki
kandungan gizi serta vitamin yang mampu mencukupi kebutuhan tubuh manusia dan
memiliki potensi cukup tinggi untuk dikelola. Produksi buah tertinggi di Indonesia adalah
buah pisang. Pada tahun 2018 produksi buah ini mencapai 7.264.833 ton (Badan Pusat
Statistik, 2019).
Komoditas buah yang potensial untuk dibudidayakan salah satunya adalah pisang
(Musa paradisiaca L.) karena memiliki peminat yang banyak di Indonesia. Tanaman pisang
yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan salah satunya adalah pisang ambon.
Menurut Zain (2017) pisang ambon merupakan salah satu tanaman yang paling banyak
tumbuh seperti di Indonesia. Pisang ini memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat dan
dapat menghasilkan buah yang banyak, satu pohon dapat menghasilkan 7-10 sisir dengan
jumlah 100-150 buah. Bentuk buah pisang ambon yaitu pangkal melengkung dan daging
buahnya bewarna kekuningan. Pisang ambon banyak dikonsumsi masyarakat karena
mengandung senyawa yang disebut asam lemak rantai pendek yang berfungsi sebagai
memelihara lapisan sel jaringan dari usus kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
menyerap nutrisi.
Pisang Ambon (Musa Paradisiaca var. Sapientum L.) adalah jenis pisang dengan
nama lain pisang cavendish. Pisang Ambon terdiri dari beragam jenis misalnya pisang
Ambon lumut, pisang Ambon putih, pisang Ambon kuning, dan sebagainya. Pisang
Ambon merupakan hasil perkembangbiakkan genetis dengan kultur jaringan. Pisang
Ambon yang umum ditemui memiliki kulit yang halus berwarna hijau atau kuning
dengan daging putih dan manis serta tidak berbiji atau berbiji sangat halus. Pisang Ambon
berukuran cukup besar dengan jumlah hingga belasan pada satu sisir. Pisang Ambon
banyak disediakan untuk kudapan atau makanan pencuci mulut di meja makan. Pisang
Ambon diklaim lebih tahan dari penyakit yang menyebabkan pohon pisang layu. Pisang
Ambon mudah ditemui di manapun, bahkan kemasan sekali makan pun tersedia di mini
market. Pisang ambon memiliki kandungan kalium yang tinggi. Kandungan kalium
4
pada pisang ambon dapat membantu mengatur keseimbangan cairan danelektrolit
sehingga tekanan darah terkendali. Kandungan pisang ambon mampu mengikat lemak
sehingga dapat mencegah terbentuknya plak penyebab hipertensi (Andarita, 2014).
Salah satu cara untuk memperoleh tanaman bebas penyakit dan meningkatkan
produksi persatuan lahan yaitu dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, organ
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Sel, jaringan dan
organ tanaman ditumbuhkan dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan
aseptik atau bebas mikroorganisme (Gaikwad et al, 2017).
Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan terbagi atas beberapa tahapan yaitu
inokulasi, multiplikasi, aklimatisasi, dan terakhir adalah transplanting eksplan. Tahap
inokulasi eksplan adalah penanaman eksplan (bahan tanam) pada media (Rina
Kurnianingsih, 2020). Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar air flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit
karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara
luar (Yan Piter B. Ziraluo, 2021). Lestari dan Ni (2015) menyatakan bahwa transplanting
adalah perpindahan tanaman dari satu media ke media yang baru dikarenakan media lama
telah habis nutrisinya.
5
Teknik kultur jaringan sudah terbukti mampu meningkatkan jumlah produksi bibit
pisang. Namun, penanaman bibit pisang kultur jaringan membutuhkan teknik khusus, yaitu
bibit pisang kultur jaringan harus mengalami fase aklimatisasi. Masalah yang banyak
muncul pada fase aklimatisasi adalah resiko kegagalan yang sangat tinggi apabila kondisi
lingkungan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada fase aklimatisasi (Syaiful Anwar, et al., 2019).
Pemilihan media tanam yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
dalam aklimatisasi karena media berperan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Media tanam yang baik dapat memberikan cukup hara, air, udara, dan tempat
bertumbuhnya akar dengan baik (Hardjowigeno, 2010). Kascing adalah bekas media
pemeliharaan cacing tanah beserta casting atau kotoran cacing tanah yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk karena merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Seprita Lidar et.al., 2021). Menurut Pankaj dan Kumari
(2015), selama pemupukan dengan pupuk kascing, unsur hara penting untuk tanaman
seperti N, P, K, dan Ca, yang ada dalam tanah dan sampah organik dilepaskan dan diubah
menjadi bentuk yang lebih mudah larut dan tersedia untuk tanaman. Selain itu, pupuk
kascing juga mengandung zat pengatur tumbuh bagi tanaman, seperti sitokinin yang
berfungsi mendorong pertumbuhan tunas dan daun.
Syarat media tanam selanjutnya yaitu memiliki ruang pori seimbang dan kapasitas
menahan air yang cukup optimal. Keadaan lingkungan mikro di dalam tanah yang
seimbang akan menunjang kehidupan organisme di dalam tanah. Aktivitas dan siklus hidup
organisme sangat berkaitan dengan kesuburan tanah. Media yang dapat memenuhi kriteria
tersebut yaitu termasuk tanah dan pasir, sehingga diduga dapatmendukung pertumbuhan
optimal bibit pisang (Asmah et al., 2015).
Kendala yang dihadapi dalam berbudidaya pisang yaitu penyediaan bibit yang baik
dan sehat. Bibit pisang yang diperbanyak menggunakan metode konvensional yaitu anakan
atau bonggol memerlukan waktu yang lebih lama. Alternatif yang dapat digunakan dalam
penyediaam bibit dalam waktu singkat yaitu metode perbanyakan bibit tanaman secara
kultur jaringan (Kasutjianingati et al. 2011). Teknik kultur jaringan dapat mengatasi
masalah ini karena teknik ini memiliki potensi untuk memproduksi benih tanaman secara
massal dan dalam waktu yang relatif lebih singkat (Fitramala et al., 2016).
6
1.2.Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Tujuan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta
adalah sebagai berikut:
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Dinas
Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :
7
BAB II
8
Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta (Gambar1)
9
Green House Tanaman Pisang (Gambar 2)
2.4.2. Ruangan Inkubasi
Ruangan ini merupakan ruangan yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman pisang secara in vitro.
10
Laminar Air Flow (LAF) yang digunakan untuk tahap sub kultur (Gambar 4)
11
BAB III
12
3.2.4. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor, yaitu kombinasi media tanam. Perlakuan yang diberikan
yaitu kombinasi media tanam yang terdiri dari 4 taraf dan 5 kali ulangan,
sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan kombinasi media tanam
yaitu:
P0 = tanah : pasir (1:1)
P1 = tanah : pupuk kascing (1:1)
P2 = pasir : pupuk kascing (1:1)
P3 = tanah : pasir : pupuk kascing (1:1:1). (Mohamad Alix, et al., 2021)
3.2.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada bibit pisang Ambon berumur 2 bulan setelah
aklimatisasi dan dilakukan setiap satu minggu sekali (Mohamad Alix, et al.,
2021).
3.2.6. Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh meliputi rata-rata tinggi tanaman (cm),
rata-rata jumlah daun (helai), rata- rata panjang daun (cm), rata-rata lebar daun
(cm), dan persentase tumbuh (%) dianalisis menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) (Mohamad Alix, et al., 2021).
13
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN
14
Tabel 1. Persentase Tumbuh Aklimatisasi Tanaman Pisang Ambon selama 3
MST dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam
15
4.2. Tinggi Pisang Ambon
Hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan kombinasi media tanam
selama 3 MST memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rata-rata tinggi
tanaman pisang Ambon pada 2 sampai 3 MST (Tabel 2). Perlakuan P1, P2, dan P3
yang merupakan kombinasi media tanam menggunakan campuran kascing
memberikan hasil yang signifikan untuk tinggi bibit dibandingkan P0, dengan nilai
masing-masing pada 3 MST secara berurutan yaitu P1 sebesar 11,72 cm, P2 sebesar
13,76 cm, dan P3 sebesar 14,98 cm. Sedangkan perlakuan P0 yang merupakan
perlakuan kombinasi media tanam tanah dan pasir, tanpa menggunakan kascing,
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman paling rendah yaitu 6,6 cm.
Menurut Mutryarny et al. (2014) tersedianya unsur hara pada media tanam
dalam jumlah yang cukup serta seimbang untuk proses pertumbuhan tanaman,
dapat membantu proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel, sehingga
beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat seiring dengan cepatnya proses
pertumbuhan sel tersebut. Menurut Sahrul (2017) semakin tinggi level pemberian
kascing maka akan semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.
16
Menurut Penelitian Suhaini (2019) yaitu pada aklimatisasi bibit pisang abaka
menunjukkan bahwa media tanam yang paling baik untuk aklimatisasi
bibit pisang abaka adalah campuran pasir: kascing (1:2) pada parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah akar, volume akar, bobot segar dan bobot kering
tanaman.
17
4.4. Panjang Daun Pisang Ambon
Hasil uji statistik panjang daun tanaman pisang Ambon dengan perlakuan
kombinasi media tanam selama 3 MST (Tabel 4) menunjukan bahwa perlakuan
kombinasi media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rata-
rata panjang daun tanaman pisang Ambon mulai 2 MST sampai diakhir
pengamatan. Perlakuan kombinasi media tanam menggunakan campuran kascing
memberikan hasil dengan nilai tertinggi.
Perlakuan dengan kombinasi media yang mengandung kascing, yaitu P1, P2,
dan P3 menghasilkan rata-rata panjang daun yaitu P1 : 7,12 cm. P2 : 8,06 cm, dan
P3 : 7,72 cm. Perlakuan kombinasi media tanpa kascing (P0) menunjukkan rata-
rata panjang daun dengan nilai terendah sampai diakhir pengamatan.
Menurut Soares dan Purwaningsih (2015), tanaman kedelai yang
menggunakan kascing dalam media tanamnya menghasilkan rata-rata panjang
dan lebar daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak
menggunakan media campuran kascing. Menurut Risu et al. (2015), kascing
mengandung unsur hara makro utama seperti N, P dan K. Unsur N diperlukan dalam
proses fotosintesis yang hasilnya akan digunakan untuk membentuk sel baru,
pemanjangan sel, serta penebalan jaringan selama fase pertumbuhan vegetatif
sehingga berpengaruh dalam pertambahan panjang daun.
18
4.5. Lebar Daun Pisang Ambon
Lebar daun tanaman pisang Ambon yang diberikan perlakuan kombinasi
media tanam selama 3 MST setelah diuji statistik (Tabel 5) menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi media tanam yang digunakan berpengaruh nyata terhadap
lebar daun bibit pisang Ambon. Lebar daun bibit pisang Ambon mulai
menunjukkan perbedaan pada 2 sampai 3 MST.
Perlakuan kombinasi media yang mengandung kascing memberikan
pengaruh yang lebih unggul berdasarkan lebar daun bibit pisang Ambon,
dibandingkan kombinasi media tanpa campuran kascing.
Tabel 5. Rata-Rata Lebar Daun Bibit Pisang Ambon pada Tahap Aklimatisasi
dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam selama 3 MST.
Nilai rata-rata lebar daun diakhir pengamatan pada perlakuan kombinasi media
dengan tambahan kascing yaitu P1, P2, dan P3 menghasilkan lebar daun masing-
masing yaitu 1.59, 2.22, dan 1.8 cm. Perlakuan tanpa kombinasi kascing (P0)
menghasilkan rata-rata lebar daun paling rendah yaitu sebesar 1.36 cm. Menurut
Triastuti et. al (2016) bahwa kascing mengandung Azotobacter sp yang merupakan
bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan tanaman. Menurut Lakitan (2012), unsur N merupakan suatu komponen
senyawa esensial yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Metabolisme
tanaman dan pertumbuhan organ tanaman seperti daun, batang, serta akar yang akan
berjalan dengan optimal jika unsur hara esensial dapat terpenuhi dengan baik dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Penelitian Soares dan Purwaningsih (2015) menunjukkan bahwa
pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman kedelai. Varietas
kedelai mempunyai luas daun tanaman yang berbeda nyata. Tanaman kedelai yang
19
diberi pupuk kascing mempunyai rerata luas daun lebih luas dan berbeda nyata
dengan tanaman kedelai tanpa pupuk kascing pada 14 MST.
20
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Perlakuan kombinasi media tanam yang digunakan dalam aklimatisasi bibit
pisang Ambon menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
berdasarkan variable tinggi bibit, panjang dan lebar daun. Bibit pisang Ambon yang
ditanam pada perlakuan dengan tambahan kascing menunjukkan respon
pertumbuhan yang paling cepat dan menghasilkan persentase tumbuh sebesar 100%
sampai diakhir pengamatan. Perlakuan P2 dengan kombinasi pasir : kascing (1:1)
dan perlakuan P3 dengan kombinasi tanah : pasir : pupuk kascing (1:1:1)
direkomendasikan untuk aklimatisasi bibit pisang Ambon karena menunjukkan hasil
tertinggi pada variable tinggi bibit dan lebar daun selama 3 MST dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.
5.2. Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan demi mendapatkan pertumbuhan bibit
pisang Ambon yang lebih tinggi dalam menghasilkan tunas dan akar pada bibit
pisang Ambon
21
DAFTAR PUSTAKA
Andarita, Ony, (2014). Dasyatnya 50 Buah dan Sayuran. Jakarta: Pustaka Agung Harapan.
Anny Widi Astuti. (2021). Pisang dan Tanaman Hias Mulai Dikembangkan Dengan Kultur
Jaringan. Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta.
Augustien, N., Sukendah, Triani, N., Rahayuningsih, NB. (2019). Aklimatisasi Plantlet
Pisang Cavendish (Musa acuminata) pada Perbedaan Komposisi Media Tanam.
Gontor AGROTECH Science Journal 5 (2) : 111-126.
Asmah, I., Suswati dan Deddi, P.P. (2015). Penapisan Limbah Pertanian (Sabut
Kelapa dan Arang Sekam) dalam Peningkatan Ketahanan Bibit Pisang
Barangan Bermikoriza terhadap Blood Disease Bacterium dan Fusarium
Oxysporum F.Sp. Cubunse. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus
Unand Limau Manis. Medan. Jurnal HPT Tropika. 15: 1411-7525.
Avivi, S., Soedarmo, SH., Prasetyo, PA. (2013). Multiplikasi Tunas dan Aklimatisasi Tiga
Varietas Pisang: Raja Nangka, Kepok, dan Mas. Journal Hortikultura Indonesia
4 (2): 83-89.
Dewanti, Parawita (2018). Teknik Kultur Jaringan Tanaman: Prinsip Umum Dan metode
Aplikasi Di Bidang Bioteknologi Pertanian. UPT Penerbitan dan Percetakan
Universitas Jember.
Dominiko, TA., Setyobudi, L., Herlina, N. (2018). Respon Tanaman Pakcoy terhadap
Penggunaan Pupuk Kascing dan Biourin Kambing. Jurnal Produksi Tanaman. 6
(1):186-195.
Efah Fitramala., Eva Khaerunisa., Nina Ratna Djuita., Hadi Sunarso & Diah Ratnadewi.
(2016). Kultur In Vitro Pisang (Musa paradisiaca L.) cv. Kepok Merah untuk
Mikropropagasi Cepat. Menara Perkebunan 84(2)69-75.
Fahrizal Hazra., Nabila Dianisa dan Rahayu Widyastuti. (2018). Kualitas dan Produksi
Vermikompos Menggunakan Cacing African Night (Eudrilus eugeniae). J. Il.
Tan. Lingk., 20 (2) Oktober 2018: 77-81 ISSN 1410-7333| e-ISSN 2549-2853.
22
Gaikwad, A.V., Dr.S.K. Singh., dan Dr. Ritu Gilhotra. (2017). Plant Tissue Culture A
Review. Journal of Pharmaceutical Research & Education. 2(1).217-220.
Manahan, S., Idwar, Wardati. (2016). Pengaruh Pupuk NPK dan Kascing terhadap
Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Fase Main Nursery. Jurnal
Online Mahasiswa Faperta 3(2): 1-10.
Mutryarny, E., Endriani., Lestari, US. 2014. Pemanfaatan Urine Kelinci untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Varietas Tosakan. Jurnal Ilmiah Pertanian 11 (2): 23-34.
Ramdani D, Abdullah L & Kumalasari NR. (2017). Analisis Potensi Hijauan Lokal pada
Sistem Integrasi Sawit dengan Ternak Ruminansia di Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Buletin Makan Ternak. 104 (1): 1-8.
Rina Kurnianingsih., Mursal Ghazali., Siti Rosidah., Aida Muspiah., Sri Puji Astuti., Aluh
Nikmatullah. (2020). Pelatihan Teknik Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol. 4, No. 5, hal. 888-896.
23
Risu K, Pata’dungan YS, Ramlan. (2015). Pengaruh Kascing terhadap Serapan Nitrogen
dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). e-J Agrotekbis 3 : 65-75.
Rodinah, Razie, F., Nisa, C., Hardarani, N. (2015). Efek Komposisi Media Tanam dan Jenis
Pupuk Daun terhadap Keberhasilan Aklimatisasi Pisang Talas (Musa
paradisiaca Var. Sapientum L.). Prosiding Seminar Nasional FKPTPI Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
Sahrul. (2017). Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bahan Kering (Sorghum bicolor (L.) Moench) Varietas Super 1. Skripsi,
Universitas Hasannudin Fakultas Peternakan. Makassar.
Seprita Lidar., Indra Purnama., Vonny Indah Sari. (2021). Aplikasi Kascing Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var.
rubrum). Jurnal Agrotela Vol: 1 No: 1.
Suhaini. (2019). Aklimatisasi Pisang Abaka (Musa textilis Nee.) pada Berbagai Konsentrasi
Pupuk Daun dan Komposisi Media Tanam. Tesis, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.
Sulastri, Fardani. (2012). Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos BioPa dan Mulsa
Jerami Terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di Kawasan Pantai
Pandansari Bantul. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Syaiful Anwar., Rosyida Rosyida., Florentina Kusmiyati., Budi Adi Kristanto., Karno
Karno., Bagus Herwibawa. (2019). Penerapan Teknologi Aklimatisasi Bibit
Pisang Hasil Kultur Jaringan di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Jurnal
DIANMAS, Volume 8, Nomor 1.
Triastuti, F., Wardati., Yulia, A, E. (2016). Pengaruh pupuk kascing dan pupuk npk terhadap
pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L). JOM Faperta 3 (1).
24
Yan Piter B Ziraluo. (2021). Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas Poiret) Dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2(3), 1037-1046.
Zain., Riska. (2017). Penentuan Indeks Glikemik Bonggol Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum), Kepok (Musa paradisiaca var. formatypica) dan
Raja (Musa paradisiaca var. raja) Terhadap Hewan Coba Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
25
LAMPIRAN
26
1.3. Penanaman Bibit Pisang Ambon (Transplanting)
Sebelum
27
Setelah
28
Lampiran 3. Mengeluarkan Ekspan Pisang dari Botol Kultur
29
Lampiran 5. Foto Bersama Mahasiswa PKL di Dinas Pertanian dan Pangan
Kota Yogyakarta
30