Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“AKLIMATISASI PLANLET PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.)


HASIL KULTUR JARINGAN DENGAN KOMBINASI MEDIA TANAM TANAH,
PUPUK KASCING, DAN PASIR DI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA
YOGYAKARYA”

Diajukan oleh : Syahdina Hissa Aditama

NIM. 2011201013

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

“AKLIMATISASI PLANLET PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.) HASIL
KULTUR JARINGAN DENGAN KOMBINASI MEDIA TANAM TANAH, PUPUK KASCING,
DAN PASIR DI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARYA”
Diajukan oleh :
Syahdina Hissa Aditama
NIM : 2011201013

Telah disetujui pada Tanggal :

Dosen Pembimbing Dosen Penguji


Praktek Kerja Lapangan Praktek Kerja Lapangan

Dinar Mindrati Fardhani, Ph.D. Shafira Mutia Syarifah. B. EngTech


NIP. 861014150428 NIP. 9305202109578

Ketua
Program Studi Bioteknologi
Fakultas Sains dan Teknologi

Arif Bimantara, S.Pi., M.Biotech. 1


NIP.89021111609393

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... iv

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ............................................................................ 7

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) .......................................................................... 7

BAB II ....................................................................................................................................... 8

DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA ....................................... 8

2.1 Profil Instansi ................................................................................................................... 8


2.2 Kondisi Umum Instansi .................................................................................................... 8
2.3 Struktur Organisasi Instansi..............................................................................................9
2.4 Ruang Produksi Pisang Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta...........................9

BAB III.....................................................................................................................................12

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)........................................................12

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL..............................................................................12


3.2. Kegiatan Selama PKL......................................................................................................12

BAB IV......................................................................................................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................14

4.1. Presentase Tumbuh...........................................................................................................14


4.2. Tinggi Bibit Pisang Ambon..............................................................................................16
4.3. Jumlah Daun Pisang Ambon.............................................................................................17

iii
4.4. Panjang Daun Pisang Ambon............................................................................................18
4.5. Lebar Daun Pisang Ambon................................................................................................19

BAB V..........................................................................................................................................22

KESIMPULAN...........................................................................................................................22

SARAN.........................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta……………………………...9


Gambar 2 Ruang Green House Pisang…………………………………………………10
Gambar 3 Ruang Inkubasi……………………………………………………………...10

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta ........................ 26


Lampiran 2. Sterilisasi Botol Kultur ................................................................................ 28
Lampiran 3. Mengeluarkan Eksplan Pisang dari Botol Kultur ........................................ 29
Lampiran 4. Penanaman Eksplan Pisang ......................................................................... 29
Lampiran 5. Foto Bersama Mahasiswa PKL.................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pisang adalah buah yang banyak digemari masyarakat dunia karena memiliki
kandungan gizi serta vitamin yang mampu mencukupi kebutuhan tubuh manusia dan
memiliki potensi cukup tinggi untuk dikelola. Produksi buah tertinggi di Indonesia adalah
buah pisang. Pada tahun 2018 produksi buah ini mencapai 7.264.833 ton (Badan Pusat
Statistik, 2019).

Komoditas buah yang potensial untuk dibudidayakan salah satunya adalah pisang
(Musa paradisiaca L.) karena memiliki peminat yang banyak di Indonesia. Tanaman pisang
yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan salah satunya adalah pisang ambon.
Menurut Zain (2017) pisang ambon merupakan salah satu tanaman yang paling banyak
tumbuh seperti di Indonesia. Pisang ini memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat dan
dapat menghasilkan buah yang banyak, satu pohon dapat menghasilkan 7-10 sisir dengan
jumlah 100-150 buah. Bentuk buah pisang ambon yaitu pangkal melengkung dan daging
buahnya bewarna kekuningan. Pisang ambon banyak dikonsumsi masyarakat karena
mengandung senyawa yang disebut asam lemak rantai pendek yang berfungsi sebagai
memelihara lapisan sel jaringan dari usus kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
menyerap nutrisi.

Pisang Ambon (Musa Paradisiaca var. Sapientum L.) adalah jenis pisang dengan
nama lain pisang cavendish. Pisang Ambon terdiri dari beragam jenis misalnya pisang
Ambon lumut, pisang Ambon putih, pisang Ambon kuning, dan sebagainya. Pisang
Ambon merupakan hasil perkembangbiakkan genetis dengan kultur jaringan. Pisang
Ambon yang umum ditemui memiliki kulit yang halus berwarna hijau atau kuning
dengan daging putih dan manis serta tidak berbiji atau berbiji sangat halus. Pisang Ambon
berukuran cukup besar dengan jumlah hingga belasan pada satu sisir. Pisang Ambon
banyak disediakan untuk kudapan atau makanan pencuci mulut di meja makan. Pisang
Ambon diklaim lebih tahan dari penyakit yang menyebabkan pohon pisang layu. Pisang
Ambon mudah ditemui di manapun, bahkan kemasan sekali makan pun tersedia di mini
market. Pisang ambon memiliki kandungan kalium yang tinggi. Kandungan kalium

4
pada pisang ambon dapat membantu mengatur keseimbangan cairan danelektrolit
sehingga tekanan darah terkendali. Kandungan pisang ambon mampu mengikat lemak
sehingga dapat mencegah terbentuknya plak penyebab hipertensi (Andarita, 2014).

Salah satu cara untuk memperoleh tanaman bebas penyakit dan meningkatkan
produksi persatuan lahan yaitu dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, organ
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Sel, jaringan dan
organ tanaman ditumbuhkan dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan
aseptik atau bebas mikroorganisme (Gaikwad et al, 2017).

Beberapa kelebihan menggunakan kultur jaringan adalah untuk perbanyakan


masal, waktu yang dibutuhkan relatif singkat, tidak tergantung musim, bebas penyakit,
memudahkan transportasi, dapat digunakan untuk memproduksi senyawa metabolit
sekunder dan menyimpan plasma nutfah. Teknik ini dikenal dengan teknik
mikropropagasi. Teknologi kultur jaringan memberikan kontribusi dalam memproduksi
tanaman bebas penyakit (virus) (Dewanti., Paramita, 2018). Menurut Anny (2021)
kelemahan dari kultur jaringan adalah membutuhkan biaya operasional dan fasilitas
produksi yang mahal, membutuhkan tenaga kerja yang khusus dan terampil, dan harga bibit
kultur jaringan lebih mahal.

Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan terbagi atas beberapa tahapan yaitu
inokulasi, multiplikasi, aklimatisasi, dan terakhir adalah transplanting eksplan. Tahap
inokulasi eksplan adalah penanaman eksplan (bahan tanam) pada media (Rina
Kurnianingsih, 2020). Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar air flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit
karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara
luar (Yan Piter B. Ziraluo, 2021). Lestari dan Ni (2015) menyatakan bahwa transplanting
adalah perpindahan tanaman dari satu media ke media yang baru dikarenakan media lama
telah habis nutrisinya.

5
Teknik kultur jaringan sudah terbukti mampu meningkatkan jumlah produksi bibit
pisang. Namun, penanaman bibit pisang kultur jaringan membutuhkan teknik khusus, yaitu
bibit pisang kultur jaringan harus mengalami fase aklimatisasi. Masalah yang banyak
muncul pada fase aklimatisasi adalah resiko kegagalan yang sangat tinggi apabila kondisi
lingkungan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada fase aklimatisasi (Syaiful Anwar, et al., 2019).

Pemilihan media tanam yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
dalam aklimatisasi karena media berperan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Media tanam yang baik dapat memberikan cukup hara, air, udara, dan tempat
bertumbuhnya akar dengan baik (Hardjowigeno, 2010). Kascing adalah bekas media
pemeliharaan cacing tanah beserta casting atau kotoran cacing tanah yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk karena merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Seprita Lidar et.al., 2021). Menurut Pankaj dan Kumari
(2015), selama pemupukan dengan pupuk kascing, unsur hara penting untuk tanaman
seperti N, P, K, dan Ca, yang ada dalam tanah dan sampah organik dilepaskan dan diubah
menjadi bentuk yang lebih mudah larut dan tersedia untuk tanaman. Selain itu, pupuk
kascing juga mengandung zat pengatur tumbuh bagi tanaman, seperti sitokinin yang
berfungsi mendorong pertumbuhan tunas dan daun.

Syarat media tanam selanjutnya yaitu memiliki ruang pori seimbang dan kapasitas
menahan air yang cukup optimal. Keadaan lingkungan mikro di dalam tanah yang
seimbang akan menunjang kehidupan organisme di dalam tanah. Aktivitas dan siklus hidup
organisme sangat berkaitan dengan kesuburan tanah. Media yang dapat memenuhi kriteria
tersebut yaitu termasuk tanah dan pasir, sehingga diduga dapatmendukung pertumbuhan
optimal bibit pisang (Asmah et al., 2015).

Kendala yang dihadapi dalam berbudidaya pisang yaitu penyediaan bibit yang baik
dan sehat. Bibit pisang yang diperbanyak menggunakan metode konvensional yaitu anakan
atau bonggol memerlukan waktu yang lebih lama. Alternatif yang dapat digunakan dalam
penyediaam bibit dalam waktu singkat yaitu metode perbanyakan bibit tanaman secara
kultur jaringan (Kasutjianingati et al. 2011). Teknik kultur jaringan dapat mengatasi
masalah ini karena teknik ini memiliki potensi untuk memproduksi benih tanaman secara
massal dan dalam waktu yang relatif lebih singkat (Fitramala et al., 2016).

6
1.2.Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Tujuan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta
adalah sebagai berikut:

1.2.1. Tujuan umum:

1. Menambah pengalaman kerja, meningkatkan kemampuan, serta keterampilan


mahasiswa sehingga dapat beradaptasi di lingkungan kerja.

2. Mengetahui kegiatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan di Dinas Pertanian


dan Ketahanan Pangan Kota Yogyakarta.

1.2.2. Tujuan Khusus:

1. Untuk mempelajari pengaruh kombinasi media tanam terhadap pertumbuhan pisang


Ambon (Musa paradisiaca var.sapientum L.) pada tahap aklimatisasi.

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Dinas
Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara


nyata dalam dunia kerja.

2. Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengamatan pengaruh kombinasi media


tanam terhadap pertumbuhan pisang Ambon (Musa paradisiaca var.sapientum L.)
pada tahap aklimatisasi.

7
BAB II

DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

2.1. Profil Instansi


Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta terus berupaya
memenuhi kebutuhan pertanian untuk warga Kota Yogyakarta. Salah satunya
dengan mengembangkan induk buah pisang dan tanaman hias dengan metode kultur
jaringan. Sebanyak 80 jenis pisang sudah dikembangkan dengan metode tersebut.
Pengelola Laboraturium Kultur Jaringan Dinas Pertanian dan Pangan Kota
Yogyakarta, menjelaskan kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan
atau mengisolasi bagian dari tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar,
batang, tunas dan sebagainya) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang
terkendali (secara in vitro) dan aseptik. Sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri atau beregenerasi menjadi tanaman langka. Metode ini
dikembangkan melalui beberapa tahapan yang pertama inokulasi, kedua
multiplikasi atau subkultur, ketiga aklimatisasi dan yang terakhir transplanting.
Tanaman berada di dalam botol yang sudah disterilkan ini butuh jangka waktu
kurang lebih 10 sampai 12 bulan, baru siap di akliminasi. Tak hanya pisang, proses
aklimatisasi juga dilakukan untuk tanaman hias lainnya sebagai pendukung dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat perkotaan. Prosesnya lama yakni satu bulan agar
proses berkembangnya tanaman lebih sempurna. Hingga saat ini Dinas Pertanian
dan Pangan Kota Yogyakarta sudah berhasil mengembangkan kultur jaringan,
antara lain 80 jenis pisang. Untuk jenis pisang yang dikulturkan utamanya raja
bagus yang menjadi unggulan Kota Yogyakarta, pisang kepok, ambon, mas,
cavendish, genderuwo, dan aneka jenis pisang unik lainnya.

2.2. Kondisi Umum Instansi


Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta berlokasi di Jalan Lingkar
selatan, Malangan, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Dalam rangka
operasional Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta memiliki dukungan
sarana dan prasarana perkantoran yang meliputi tanah darat dengan luas 19.525
meter persegi, tanah bangunan kantor dengan luas 400 meter persegi, dan memiliki
balai penyuluhan pertanian dengan luas 250 meter persegi.

8
Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta (Gambar1)

2.3. Struktur Organisasi Instansi


Kekuasaan tertinggi di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta
dipegang pimpinan (Kepala Dinas). Pimpinan bertugas mengelola seluruh kegiatan
yang ada di perusahaan dengan dibantu manajemen, administrasi, dan pimpinan
laboraturium. Proses produksi tanaman pisang berada di bawah pimpinan
laboratorium selaku penanggung jawab produksi dan pengembangan, di mana di
dalam pelaksanaannya terjadi pembagian tugas antara seorang pimpinan
laboraturium dengan staff pelaksana. Pegawai pelaksana memegang peranan sangat
penting, karena merupakan implementasi dari semua perencanaan yang telah dibuat
oleh pimpinan laboratorium.
Di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta sendiri memiliki Green
House untuk tanaman pisang yang di aklimatisasi setelah dari proses kultur
jaringan, dan terdapat dua staff yang bertugas untuk proses aklimatisasi eksplan
pisang,
2.4. Ruang Produksi Pisang Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta
2.4.1. Green House Tanaman Pisang
Ruangan ini merupakan tempat budidaya tanaman pisang yang baru di
aklimatisasi dan juga tempat tanaman pisang yang baru berusia 3-4 bulan atau
1 tahun.

9
Green House Tanaman Pisang (Gambar 2)
2.4.2. Ruangan Inkubasi
Ruangan ini merupakan ruangan yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman pisang secara in vitro.

Ruang Inkubasi Tanaman Pisang (Gambar 3)


2.4.3. Ruangan Laboratorium Kultur
Labortorium kultur jaringan merupakan ruangan yang dijaga
kesterilannya sehingga dapat bekerja dengan baik dan dapat mengindari
terjadinya kontaminasi saat bekerja, di dalam ruangan ini terdapat beberapa alat
yang digunkan untuk menanam anggrek ke dalam media yang sudah dibuat, alat
yang ada berupa LAF (Laminar Air Flow)

10
Laminar Air Flow (LAF) yang digunakan untuk tahap sub kultur (Gambar 4)

Prinsip kerja di laminar air flow (LAF) adalah transfer atau


penanaman eksplan ke media dalam botol kultur secara steril, sebelum
bekerja menggunakan Laminar Air Flow perlu disterilkan terlebih dahulu
menggunakan alcohol 70%, setelah itu nyalakan blower dan atur kecepatannya
dan masukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penanaman anggrek,
dan nyalakan lampu biasanya Laminar Air Flow digunakan untuk menanam
eksplan pisang.

11
BAB III

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Dinas Pertanian dan
Pangan Kota Yogyakarta, Jl Lingkar Selatan, Malangan, Giwangan, Umbulharjo,
Yogyakarta 55163. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan pada tanggal 1
Februari 2023 s.d. 4 Maret 2023.
3.2. Kegiatan Selama PKL
3.2.1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah plastic polybag, wadah plastic, ember plastic,
handsprayer, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu planlet pisang Ambon
hasil kultur jaringan yang berumur 8 Minggu Setelah Kultur (MSK) yang sudah
memiliki 5-7 daun dan akar lengkap, media tanam tanah, pasir, kascing, air, dan
fungisida Propinep 70%, bakterisida Agrept 20%, dan Vitamin B1.
3.2.2. Sterilisasi
Sterilisasi media dengan fungisida Propinep 70% dan bakterisida
Streptomicyn sulfat 20%. Bibit direndam selama 10 menit dalam larutan 1 gL-
1 Propinep 70% dan 0.8 gL-1 bakterisida Streptomicyn sulfat 20% (Mohamad
Alix, et al., 2021)
3.2.3. Persiapan Media Tanam
Penanaman ke dalam pot seedling dan satu pot berisi satu bibit.
Pengamatan pertumbuhan bibit pisang dimulai pada umur 1 minggu setelah
tanam (MST) sampai 3 MST. Variabel yang diamati meliputi rata-rata tinggi
tanaman (cm) yang diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh, rata-
rata jumlah daun (helai) dengan menghitung total daun pada bibit pisang
Ambon, rata-rata panjang daun (cm) diukur dari pangkal daun sampai ujung
daun yang terpanjang, rata-rata lebar daun (cm) dengan mengukur daun yang
terlebar secara melintang, dan persentase tumbuh (%) dengan menggunakan
rumus: Persentase tumbuh (%) =

(Mohamad Alix, et al., 2021)

12
3.2.4. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor, yaitu kombinasi media tanam. Perlakuan yang diberikan
yaitu kombinasi media tanam yang terdiri dari 4 taraf dan 5 kali ulangan,
sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Perlakuan kombinasi media tanam
yaitu:
P0 = tanah : pasir (1:1)
P1 = tanah : pupuk kascing (1:1)
P2 = pasir : pupuk kascing (1:1)
P3 = tanah : pasir : pupuk kascing (1:1:1). (Mohamad Alix, et al., 2021)
3.2.5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada bibit pisang Ambon berumur 2 bulan setelah
aklimatisasi dan dilakukan setiap satu minggu sekali (Mohamad Alix, et al.,
2021).
3.2.6. Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh meliputi rata-rata tinggi tanaman (cm),
rata-rata jumlah daun (helai), rata- rata panjang daun (cm), rata-rata lebar daun
(cm), dan persentase tumbuh (%) dianalisis menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) (Mohamad Alix, et al., 2021).

13
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN

4.1. Presentase Tumbuh Pisang Ambon


Presentase tumbuh aklimatisasi tanaman pisang Ambun (Musa paradisiaca
var. sapientum L.) dengan perlakuan kombinasi media tanam selama 3 MST
(Minggu Setelah Tanam) pada Tabel 1 menunjukkan bahwa aklimatisasi tanaman
pisang Ambon yang dilakukan selama 3 MST dengan menggunakan perlakuan
kombinasi media tanam memiliki presentase tumbuh (survival rate) sebesar 100%
sampai akhir pengamatan pada P0, P1, P2, P3.
Presentase tumbuh yang tinggi dapat disebabkan karena iklim mikro di
Greenhouse Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta yang mendukung
pertumbuhan aklimatisasi pisang Ambon dengan suhu udara paling rendah 31,14⁰C
dan suhu tertingginya mencapai 36,64⁰C. Menurut Ramdani et al., (2017) tanaman
pisang akan tumbuh baik di daerah yang memiliki kelembaban media sekitar 60 %
– 70 % dan akan tumbuh optimum pada kisaran suhu 27°C – 38°C. Perlakuan P1,
P2, dan P3 dapat menghasilkan persentase tumbuh sebesar 100% dikarenakan
perlakuan tersebut menggunakan kascing dalam kombinasi media tanamnya,
sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanaman dapat terpenuhi sampai akhir
penanaman.
Hal tersebut sesuai dengan literature menurut Seprita et al., (2021) kascing
adalah yang didalamnya terdapat kotoran cacing tanah yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk karena merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah, karena selain mengandung unsur-unsur hara yang siap
diserap tanaman juga mengandung hormon pengatur tumbuh seperti auksin,
sehingga aplikasi kascing pada tanaman pisang Ambon dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Hazra (2018) menyatakan bahwa kascing kaya
nitrogen berasal dari perombakan bahan organik yang kaya nitrogen dan ekskresi
mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah.
Peningkatan kandungan nitrogen dalam bentuk kascing selain disebabkan adanya
proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin
yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya akan nitrogen.

14
Tabel 1. Persentase Tumbuh Aklimatisasi Tanaman Pisang Ambon selama 3
MST dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam

Perlakuan Presentase Tumbuh (%)


P0 100 %
P1 100 %
P2 100 %
P3 100 %

Kombinasi media tanam yang digunakan pada perlakuan P0 tersebut diduga


kurang mampu menyimpan air, kurang akan unsur hara sehingga kebutuhan nutrisi
tanaman tidak dapat terpenuhi dengan maksimal hingga akhir pegamatan, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan tidak jauh beda dengan ukuran awal
penanaman. Menurut Sulastri (2012) tanah pasir memiliki kemampuan rendah
dalam menahan air yang mengisi sebagian dan atau seluruh pori tanah karena sifat
tanah yang porus, sehingga sempitnya kisaran kandungan air yang tersedia.
Menurut Gunawan Budiyanto (2014) Dominasi fraksi pasir yang dimiliki
menyebabkan kandungan fraksi lempung rendah, dan dengan rendahnya kandungan
bahan 10 organik menyebabkan tanah ini tidak membentuk agregat serta berada
dalam kondisi berbutir tunggal. Akibatnya tanah-tanah pasir pada umumnya tidak
memiliki kandungan air yang cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Rodinah et al. (2015) komposisi media tanam pada aklimatisasi
pisang talas menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi media pasir : arang sekam :
kotoran ayam, dan media pasir : arang sekam : Hydrilla menunjukkan hasil terbaik
pada variable persentase tumbuh umur 4, 8, dan 12 MST. Menurut penelitian
Augustien et al. (2019) bahwa komposisi media tanam cocopeat, arang dan sekam
pasir dengan perbandingam 1:1:2 menunjukkan respon perlakuan paling baik pada
parameter persentase bibit tumbuh pisang Cavendish pada tahap aklimatisasi
selama 4 MST. Menurut hasil penelitian Avivi et al. (2013) bahwa tingkat
keberhasilan aklimatisasi pisang Raja Nangka, Kepok, dan Mas mencapai 90-100%
dengan menggunakan media campuran pasir dan arang sekam 1:1 selama 3 MST.

15
4.2. Tinggi Pisang Ambon
Hasil uji statistik menunjukan bahwa perlakuan kombinasi media tanam
selama 3 MST memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rata-rata tinggi
tanaman pisang Ambon pada 2 sampai 3 MST (Tabel 2). Perlakuan P1, P2, dan P3
yang merupakan kombinasi media tanam menggunakan campuran kascing
memberikan hasil yang signifikan untuk tinggi bibit dibandingkan P0, dengan nilai
masing-masing pada 3 MST secara berurutan yaitu P1 sebesar 11,72 cm, P2 sebesar
13,76 cm, dan P3 sebesar 14,98 cm. Sedangkan perlakuan P0 yang merupakan
perlakuan kombinasi media tanam tanah dan pasir, tanpa menggunakan kascing,
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman paling rendah yaitu 6,6 cm.

Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Bibit Pisang Cavendish pada Tahap Aklimatisasi


dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam selama 3 MS.

Perlakuan Minggu Setelah Tanam


0 1 2 3
P0 5,21 5,52 5,80 6,6
P1 8,77 10,0 11,44 11,72
P2 10,0 11,90 12,86 13,76
P3 8,0 10,06 11,98 14,98

Menurut Manahan et al. (2016), kascing memberikan manfaat bagi tanaman


antara lain menyuburkan dan menggemburkan tanah sehingga cocok sebagai media
tanam, merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun, merangsang
pertumbuhan bunga, mempercepat panen serta meningkatkan produktivitas. Media
tanam yang sesuai dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga tanaman tumbuh dengan baik.

Menurut Mutryarny et al. (2014) tersedianya unsur hara pada media tanam
dalam jumlah yang cukup serta seimbang untuk proses pertumbuhan tanaman,
dapat membantu proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel, sehingga
beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat seiring dengan cepatnya proses
pertumbuhan sel tersebut. Menurut Sahrul (2017) semakin tinggi level pemberian
kascing maka akan semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

16
Menurut Penelitian Suhaini (2019) yaitu pada aklimatisasi bibit pisang abaka
menunjukkan bahwa media tanam yang paling baik untuk aklimatisasi
bibit pisang abaka adalah campuran pasir: kascing (1:2) pada parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah akar, volume akar, bobot segar dan bobot kering
tanaman.

4.3. Jumlah Daun Pisang Ambon


Uji statistik rata-rata jumlah daun tanaman menunjukkan bahwa perlakuan
kombinasi media tanam P0, P1, P2, dan P3 tidak berbeda nyata terhadap jumlah
daun pada tanaman pisang Ambon. Namun, perlakuan P1, P2, dan P3 yang
merupakan perlakuan kombinasi media tanam menggunakan kascing menghasilkan
rata-rata jumlah daun yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
tanpa campuran kascing (P0). Jumlah daun pisang Ambon dengan perlakuan
kombinasi media tanam selama 12 MST tersebut dilakukan uji statistik dengan hasil
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Jumlah daun pisang Ambon pada tahap aklimatisasi mulai
menunjukkan pertambahan pada umur 2 MST hingga 3 MST. Penyebab hasil
ratarata jumlah daun dari perlakuan P0, P1, P2, dan P3 yang tidak berbeda nyata
diduga karena tanaman pisang membutuhkan waktu lebih dari 3 MST untuk
pertambahan jumlah daun yang berbeda nyata. Menurut penelitian Widiwurjani
(2020), jumlah daun pisang Cavendish pada tahap aklimatisasi mulai
menunjukkan pertambahan daun pada umur 14 MST hingga 60 MST. Penyebabnya
adalah pada rata-rata jumlah daun dari perlakuan P0, P1, P2, dan P3 tidak berbeda
nyata karena didiga tanaman pisang membutuhkan waktu lebih dari 12 MST untuk
pertambahan jumlah daun yang berbeda nyata.
Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Daun Bibit Pisang Ambon pada Tahap Aklimatisasi
dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam selama 3 MST.

Perlakuan Minggu Setelah Tanam


0 1 2 3
P0 2,8 2,6 3 3,4
P1 3 3,6 3,4 4,2
P2 3,6 3,6 4,2 4,6
P3 3,2 3,6 4 4,8

17
4.4. Panjang Daun Pisang Ambon
Hasil uji statistik panjang daun tanaman pisang Ambon dengan perlakuan
kombinasi media tanam selama 3 MST (Tabel 4) menunjukan bahwa perlakuan
kombinasi media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rata-
rata panjang daun tanaman pisang Ambon mulai 2 MST sampai diakhir
pengamatan. Perlakuan kombinasi media tanam menggunakan campuran kascing
memberikan hasil dengan nilai tertinggi.
Perlakuan dengan kombinasi media yang mengandung kascing, yaitu P1, P2,
dan P3 menghasilkan rata-rata panjang daun yaitu P1 : 7,12 cm. P2 : 8,06 cm, dan
P3 : 7,72 cm. Perlakuan kombinasi media tanpa kascing (P0) menunjukkan rata-
rata panjang daun dengan nilai terendah sampai diakhir pengamatan.
Menurut Soares dan Purwaningsih (2015), tanaman kedelai yang
menggunakan kascing dalam media tanamnya menghasilkan rata-rata panjang
dan lebar daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak
menggunakan media campuran kascing. Menurut Risu et al. (2015), kascing
mengandung unsur hara makro utama seperti N, P dan K. Unsur N diperlukan dalam
proses fotosintesis yang hasilnya akan digunakan untuk membentuk sel baru,
pemanjangan sel, serta penebalan jaringan selama fase pertumbuhan vegetatif
sehingga berpengaruh dalam pertambahan panjang daun.

Tabel 4. Rata-Rata Panjang Daun Bibit Pisang Ambon pada Tahap


Aklimatisasi dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam selama 3 MST

Perlakuan Minggu Setelah Tanam


0 1 2 3
P0 3,49 3,8 4,06 4,04
P1 4,66 5,5 7,02 7,12
P2 5,41 6,14 7,22 8,06
P3 5,04 5,84 6,42 7,72

Penelitian Dominiko, Setyobudi, dan Herlina (2018) menunjukkan bahwa


pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap parameter panjang daun
tanaman pakcoy pada umur 54 MST dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

18
4.5. Lebar Daun Pisang Ambon
Lebar daun tanaman pisang Ambon yang diberikan perlakuan kombinasi
media tanam selama 3 MST setelah diuji statistik (Tabel 5) menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi media tanam yang digunakan berpengaruh nyata terhadap
lebar daun bibit pisang Ambon. Lebar daun bibit pisang Ambon mulai
menunjukkan perbedaan pada 2 sampai 3 MST.
Perlakuan kombinasi media yang mengandung kascing memberikan
pengaruh yang lebih unggul berdasarkan lebar daun bibit pisang Ambon,
dibandingkan kombinasi media tanpa campuran kascing.

Tabel 5. Rata-Rata Lebar Daun Bibit Pisang Ambon pada Tahap Aklimatisasi
dengan Perlakuan Kombinasi Media Tanam selama 3 MST.

Perlakuan Minggu Setelah Tanam


0 1 2 3
P0 1,28 1,32 1,32 1,36
P1 1,4 1,58 1,82 1,59
P2 1,41 1,66 2,94 2,22
P3 1,3 1,42 1,2 1,8

Nilai rata-rata lebar daun diakhir pengamatan pada perlakuan kombinasi media
dengan tambahan kascing yaitu P1, P2, dan P3 menghasilkan lebar daun masing-
masing yaitu 1.59, 2.22, dan 1.8 cm. Perlakuan tanpa kombinasi kascing (P0)
menghasilkan rata-rata lebar daun paling rendah yaitu sebesar 1.36 cm. Menurut
Triastuti et. al (2016) bahwa kascing mengandung Azotobacter sp yang merupakan
bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan tanaman. Menurut Lakitan (2012), unsur N merupakan suatu komponen
senyawa esensial yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Metabolisme
tanaman dan pertumbuhan organ tanaman seperti daun, batang, serta akar yang akan
berjalan dengan optimal jika unsur hara esensial dapat terpenuhi dengan baik dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Penelitian Soares dan Purwaningsih (2015) menunjukkan bahwa
pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman kedelai. Varietas
kedelai mempunyai luas daun tanaman yang berbeda nyata. Tanaman kedelai yang

19
diberi pupuk kascing mempunyai rerata luas daun lebih luas dan berbeda nyata
dengan tanaman kedelai tanpa pupuk kascing pada 14 MST.

20
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Perlakuan kombinasi media tanam yang digunakan dalam aklimatisasi bibit
pisang Ambon menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
berdasarkan variable tinggi bibit, panjang dan lebar daun. Bibit pisang Ambon yang
ditanam pada perlakuan dengan tambahan kascing menunjukkan respon
pertumbuhan yang paling cepat dan menghasilkan persentase tumbuh sebesar 100%
sampai diakhir pengamatan. Perlakuan P2 dengan kombinasi pasir : kascing (1:1)
dan perlakuan P3 dengan kombinasi tanah : pasir : pupuk kascing (1:1:1)
direkomendasikan untuk aklimatisasi bibit pisang Ambon karena menunjukkan hasil
tertinggi pada variable tinggi bibit dan lebar daun selama 3 MST dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.

5.2. Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan demi mendapatkan pertumbuhan bibit
pisang Ambon yang lebih tinggi dalam menghasilkan tunas dan akar pada bibit
pisang Ambon

21
DAFTAR PUSTAKA

Andarita, Ony, (2014). Dasyatnya 50 Buah dan Sayuran. Jakarta: Pustaka Agung Harapan.

Anny Widi Astuti. (2021). Pisang dan Tanaman Hias Mulai Dikembangkan Dengan Kultur
Jaringan. Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta.

Augustien, N., Sukendah, Triani, N., Rahayuningsih, NB. (2019). Aklimatisasi Plantlet
Pisang Cavendish (Musa acuminata) pada Perbedaan Komposisi Media Tanam.
Gontor AGROTECH Science Journal 5 (2) : 111-126.

Asmah, I., Suswati dan Deddi, P.P. (2015). Penapisan Limbah Pertanian (Sabut
Kelapa dan Arang Sekam) dalam Peningkatan Ketahanan Bibit Pisang
Barangan Bermikoriza terhadap Blood Disease Bacterium dan Fusarium
Oxysporum F.Sp. Cubunse. Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus
Unand Limau Manis. Medan. Jurnal HPT Tropika. 15: 1411-7525.

Avivi, S., Soedarmo, SH., Prasetyo, PA. (2013). Multiplikasi Tunas dan Aklimatisasi Tiga
Varietas Pisang: Raja Nangka, Kepok, dan Mas. Journal Hortikultura Indonesia
4 (2): 83-89.

Badan Pusat Statistik. (2019). Produksi Tanaman Buah-Buahan Pisang.


https://www.bps.go.id/site/res ultTab.

Dewanti, Parawita (2018). Teknik Kultur Jaringan Tanaman: Prinsip Umum Dan metode
Aplikasi Di Bidang Bioteknologi Pertanian. UPT Penerbitan dan Percetakan
Universitas Jember.

Dominiko, TA., Setyobudi, L., Herlina, N. (2018). Respon Tanaman Pakcoy terhadap
Penggunaan Pupuk Kascing dan Biourin Kambing. Jurnal Produksi Tanaman. 6
(1):186-195.

Efah Fitramala., Eva Khaerunisa., Nina Ratna Djuita., Hadi Sunarso & Diah Ratnadewi.
(2016). Kultur In Vitro Pisang (Musa paradisiaca L.) cv. Kepok Merah untuk
Mikropropagasi Cepat. Menara Perkebunan 84(2)69-75.

Fahrizal Hazra., Nabila Dianisa dan Rahayu Widyastuti. (2018). Kualitas dan Produksi
Vermikompos Menggunakan Cacing African Night (Eudrilus eugeniae). J. Il.
Tan. Lingk., 20 (2) Oktober 2018: 77-81 ISSN 1410-7333| e-ISSN 2549-2853.

22
Gaikwad, A.V., Dr.S.K. Singh., dan Dr. Ritu Gilhotra. (2017). Plant Tissue Culture A
Review. Journal of Pharmaceutical Research & Education. 2(1).217-220.

Gunawan Budiyanto. (2014). Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian,


Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta. 253 h. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/6405.

Hardjowigeno, S. (2010). Ilmu Tanah Akademika Pressindo. Jakarta.

Kasutjianingati, R, Poerwanto, N, Khumaida, N, & Efendi, D. (2010). Kemampuan Pecah


Tunas dan Kemampuan Berbiak Mother Plant Pisang Raja Bulu (AAB) dan
Pisang Tanduk (AAB) dalam Medium Inisiasi in vitro. Agriplus. 20(1): 09-17.

Lakitan, B. (2012). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lestari, N, D. Ni, W, D. (2015). Perbanyakan Anggrek Hitam (Coeloegyne pandurata)


dengan Media Organik dan Vacin Went Secara in Vitro. Jurnal Virgin. 1(1), 30-
39.

Manahan, S., Idwar, Wardati. (2016). Pengaruh Pupuk NPK dan Kascing terhadap
Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Fase Main Nursery. Jurnal
Online Mahasiswa Faperta 3(2): 1-10.

Mutryarny, E., Endriani., Lestari, US. 2014. Pemanfaatan Urine Kelinci untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L)
Varietas Tosakan. Jurnal Ilmiah Pertanian 11 (2): 23-34.

Pankaj, P.P., A. Kumari. (2015). Vermiculture Technology: an Option for Organic


Recycling (Pp.167 -182). Postharvest Technology And Management. Manglam
Publishers, New Delhi, India.

Ramdani D, Abdullah L & Kumalasari NR. (2017). Analisis Potensi Hijauan Lokal pada
Sistem Integrasi Sawit dengan Ternak Ruminansia di Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Buletin Makan Ternak. 104 (1): 1-8.

Rina Kurnianingsih., Mursal Ghazali., Siti Rosidah., Aida Muspiah., Sri Puji Astuti., Aluh
Nikmatullah. (2020). Pelatihan Teknik Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol. 4, No. 5, hal. 888-896.

23
Risu K, Pata’dungan YS, Ramlan. (2015). Pengaruh Kascing terhadap Serapan Nitrogen
dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). e-J Agrotekbis 3 : 65-75.

Rodinah, Razie, F., Nisa, C., Hardarani, N. (2015). Efek Komposisi Media Tanam dan Jenis
Pupuk Daun terhadap Keberhasilan Aklimatisasi Pisang Talas (Musa
paradisiaca Var. Sapientum L.). Prosiding Seminar Nasional FKPTPI Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.

Sahrul. (2017). Pengaruh Tingkat Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bahan Kering (Sorghum bicolor (L.) Moench) Varietas Super 1. Skripsi,
Universitas Hasannudin Fakultas Peternakan. Makassar.

Seprita Lidar., Indra Purnama., Vonny Indah Sari. (2021). Aplikasi Kascing Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var.
rubrum). Jurnal Agrotela Vol: 1 No: 1.

Soares, A., Purwaningsih, O. (2015). Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Lahan
Pasir Pantai. Universitas PGRI Yogyakarta. http://repository.upy.ac.id/id/eprint
/117.

Suhaini. (2019). Aklimatisasi Pisang Abaka (Musa textilis Nee.) pada Berbagai Konsentrasi
Pupuk Daun dan Komposisi Media Tanam. Tesis, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.

Sulastri, Fardani. (2012). Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos BioPa dan Mulsa
Jerami Terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di Kawasan Pantai
Pandansari Bantul. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Syaiful Anwar., Rosyida Rosyida., Florentina Kusmiyati., Budi Adi Kristanto., Karno
Karno., Bagus Herwibawa. (2019). Penerapan Teknologi Aklimatisasi Bibit
Pisang Hasil Kultur Jaringan di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Jurnal
DIANMAS, Volume 8, Nomor 1.

Triastuti, F., Wardati., Yulia, A, E. (2016). Pengaruh pupuk kascing dan pupuk npk terhadap
pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L). JOM Faperta 3 (1).

24
Yan Piter B Ziraluo. (2021). Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas Poiret) Dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2(3), 1037-1046.

Zain., Riska. (2017). Penentuan Indeks Glikemik Bonggol Pisang Ambon (Musa
paradisiaca var. sapientum), Kepok (Musa paradisiaca var. formatypica) dan
Raja (Musa paradisiaca var. raja) Terhadap Hewan Coba Tikus Putih (Rattus
norvegicus). Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

25
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogykarta

1.1. Sterilisasi Bibit Pisang Ambon

1.2. Persiapan Media Tanam

26
1.3. Penanaman Bibit Pisang Ambon (Transplanting)

1.4. Pertumbuhan Bibit Pisang Ambon

Sebelum

27
Setelah

Lampiran 2. Sterilisasi Botol kultur

28
Lampiran 3. Mengeluarkan Ekspan Pisang dari Botol Kultur

Lampiran 4. Penanaman Eksplan Pisang

29
Lampiran 5. Foto Bersama Mahasiswa PKL di Dinas Pertanian dan Pangan
Kota Yogyakarta

30

Anda mungkin juga menyukai