Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSAFETY

ACARA 4
PENGENALAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA IV

Disusun Oleh :

Nama : Widya Ningsih. Ramli


Nim : 2011201007
Hari, Tanggal : Selasa, 9 November 2021
Program Studi : S1- Bioteknologi
Fakultas : Sains Dan Teknologi

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI S-1


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
ACARA 4
PENGENALAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA IV

A. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menangani tumpahan bahan
kimia dan penanganan limbah bahan kimia yang tepat.

B. LANDASAN TEORI
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari
limbah B3 yang dihasilkan maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu
dikelola secara khusus (Sidik & Enri Damanhuri, 2012).
(Peraturan Pemerintah Nomor : 101 Tahun 2014). Jenis limbah B3
walaupun dalam jumlah atau konsentrasi yang sangat kecil akan tetapi tetap
mengandung bahan berbahaya beracun/B3. Jenis limbah ini antara lain adalah
batu baterai bekas, neon dan bohlam bekas, kemasan cat, kosmetik atau
pelumas kendaraan yang umumnya mengandung bahan-bahan yang
menyebabkan iritasi atau gangguan kesehatan lainnya contohnya seperti logam
merkuri yang terkandung di dalam batu baterai pada umumnya (Astuti, 2010
dalam Putra et al., 2019).
Limbah B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia
secara langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif, korosif) maupun tidak
langsung (toksik akut dan krosis). Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui
media air, tanah, udara, dan biota yang mempengaruhi secara kontinyu dan
tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak teratur. Limbah B3
meracuni mahluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan
organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun
(Putra et al.,2019).
Menurut PP No. 101 tahun 2014 Tentang Pengeloaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun
(B3) adalah zat, energy dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemari dan/atau merusak lingkungan hisup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain (Rizal & Indah Nurhayati, 2017).
Limbah B3 dapat berasal dari B3 kadaluwarsa, B3 tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, bekas kemasan B3 dan
limbah B3 dari sumber yang spesifik. Karakteristik limbah B3 adalah mudah
meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan/atau beracun (PP.No.
101, 2014). Proses penyimpanan sementara limbah B3 sampai pengangkutan
ke pengolah akhir harus mengikuti beberapa persyaratan penyimpanan dan
pengangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan proses penyimpanan dan pengangkutan mengingat besarnya
potensi bahaya dari beberapa limbah B3. Persyaratan penyimpanan dan
pengangkutan dapat diikuti dengan melihat dari karakteristik dan potensi
bahaya dari setiap limbah B3. Karakteristik limbah B3 dijadikan landasan yang
digunakan untuk menentukan perlakuan dalam proses penyimpanan sementara
dan pengemasan pada saat akan dilakukan proses pengangkutan (Kepmen.
Tenaga Kerja No. 187, 1999 dalam (Rizal & Indah Nurhayati, 2017).
C. METODOLOGI
1. Cara Kerja
Untuk cara kerjanya yaitu dengan menonton video terkait penanganan
tumpahan bahan kimia dan pembuangan limbah B3 yang benar, kemudian
lakukan analisis dari hasil video tersebut.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang cara menangani tumpahan
bahan kimia dan penanganan limbah bahan kimia yang tepat. Ketika terjadi
tumpahan chromium trioxide, maka langkah awal yang langsung dilakukan
adalah menjauh dari area yang terkena tumpahan dan gunakan APD yang sesuai
(kacamata pelindung, pakaian, sarung tangan berbahan butyl rubber dan face
shield). Bila terjadi tumpaha kecil, maka gunakan vermiculite atau pasir untuk
menyerap produk. Bila yang terjadi tumpahan besar, buatlah tanggul untuk
menampung tumpahan dan vermiculite untuk menyerap produk. Hindari disperi
debu akibat bahan yang ditutupi oleh pasir. Apabila serbuk bubuk terlepas ke
udara kenakan respirator, lalu diperlukan evakuasi dari tempat berbahaya, serta
tutup jendela dan pintu (untuk tempat berbahaya maupun tempat disekitarnya);
Dilarang membersihkan dengan menggunakan kuas atau udara bertekanan
apabila material berbentuk serbuk (Pasha et al., 2021).
Ketika terjadi tumpahan Asam Sulfat, maka langkah awal yang harus
dilakukan adalah segera menjauh dari area yang terkena tumpahan dan gunakan
APD yang sesuai (kacamata pelinfung, pakaian, sarung tangan berbahan butyl-
rubber dan face shield). Tandai area berbahaya, jauhkan dari bahan mudah
terbakar (kayu, kertas, minyak, dll). Gunakan semprotan air untuk mengurangi
uap, namun jangan arahkan air secara langsung dengan tumpahan. Tumpahan
dapat ditutupi dengan tanah kering atau pasir, kemudian dilapisi plastik tertutup
dan dimasukan ke dalam kontainer kosong. Hindari material masuk ke dalam
saluran air pembuangan atau ruang bawah tanah (Pasha et al., 2021).
Ketika terjadi tumpahan solar gunakan APD berbahan nitrile, neoprene
atau PVC; Jangan menyentuh atau berjalan pada material yang tumpah; Apabila
kondisi aman dan memungkinkan, hentikan kebocoran B3 dengan hati-hati;
Jauhkan semua sumber api; Tutupi menggunakan pasir kering atau tanah
kering; Tidak diperbolehkan untuk menyiram (flush) saluran pembuangan
maupun drainase (Pasha et al., 2021).
Adapun prinsip khusus dalam penanganan tumpahan B3. Prinsip ini
biasa disingkat dengan ABSB, yaitu 1) Amankan, Amankanlah diri anda dan
lokasi kejadian, untuk melakukan kegiatan pengamanan kita wajib tahu tentang
segala informasi mengenai Bahan kimia tersebut melalui MSDS. Misalkan
bahan kimia yang tumpah adalah bahan kimia mudah terbakar berarti di lokasi
kejadian tidak boleh ada sumber panas dan listrik. Gunakan safety
barricade untuk mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan memasuki
area kejadian. Melakukan netralisir bahan kimia (bila diperlukan) juga
merupakan salah satu kegiatan pengamanan. 2) bending, Kegiatan dilakukan
untuk menghentikan aliran dari tumpahan B3 dan mencegahnya semakin
meluas hingga memasuki saluran air. Apabila kebocoran terjadi pada pipa, hal
yang dapat kita lakukan adalah menutup valve atau mematikan pompa terlebih
dahulu sebelum membendung bahan kimia menggenang di lantai. 3) serap,
Kegiatan penyerapan dilakukan setelah pembendungan selesai dilakukan. Jika
kita meletakkan absorben di tengah-tengah genangan bahan kimia tanpa
melakukan pembendungan terlebih dahulu maka genangan tersebut akan
cenderung semakin melebar. Maka bendunglah terlebih dahulu sisi-sisi luar
genangan sebelum melakukan penyerapan. 4) Bersihkan, Membersihkan
absorben yang terkontaminasi bahan kimia adalah hal yang wajib dilakukan,
segera bersihkan TKP dan buanglah limbah tumpahan ke TPS B3. Untuk
mencegah bahan kimia tersebar ke mana-mana segera lakukan proses
pembersihan (dekontaminasi) terhadap seluruh peralatan yang terlibat dalam
kejadian tersebut misalkan APD, sapu, atau bahkan forklift (Indonesia
Environment & Energy Center).
Limbah B3 dapat berasal dari B3 kadaluwarsa, B3 tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, bekas kemasan B3 dan
limbah B3 dari sumber yang spesifik (PP.No. 101, 2014). Proses penyimpanan
sementara limbah B3 sampai pengangkutan ke pengolah akhir harus mengikuti
beberapa persyaratan penyimpanan dan pengangkutan. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin keamanan dan keselamatan proses penyimpanan dan
pengangkutan mengingat besarnya potensi bahaya dari beberapa limbah B3.
Persyaratan penyimpanan dan pengangkutan dapat diikuti dengan melihat dari
karakteristik dan potensi bahaya dari setiap limbah B3. Karakteristik limbah
B3 dijadikan landasan yang digunakan untuk menentukan perlakuan dalam
proses penyimpanan sementara dan pengemasan pada saat akan dilakukan
proses pengangkutan (Kepmen. Tenaga Kerja No. 187, 1999 dalam Rizal &
Indah Nurhayati, 2017).
Pembuangan sisa B3 tidak sama dengan pembuangan bahan buangan
lainnya. Bahan berbahaya dan beracun yang akan dibuang hendaknya diolah
terlebih dahulu, dikemas dalam drum, botol, kaleng, truk, tangki atau lainnya
dengan tanda dan label yang jelas. Berdasarkan PP RI. No. 18 tahun 1999,
tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi syarat lokasi tempat
penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan di luar kawasan
lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang dan memiliki rancangan
bangunan yang disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3 dan upaya
pengendalian pencemaran lingkungan. Selain itu, setiap kemasan limbah B3
wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah
B3 (Zahra et al., 2011).
Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya sifat bahaya dan/atau sifat racun (PP, 2014).
Pemilihan jenis pengolahan limbah B3 tergantung pada karakteristik dan
kandungan limbah tersebut. Menurut KEP-03/BAPEDAL/09/1995 bahwa
pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan
karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun
dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan
agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah
B3 dapat dilakuka secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi,
dan insenerasi. Menurut KEP-03/BAPEDAL/09/1995, proses pengolahan
secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3
dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi
tidak berbahaya. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan
untuk mengubah watak fisik dan kimia limbah B3 dengan cara penambahan
senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi
dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar. Proses pengolahan
secara insenerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang
terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3 (Rizal
& Indah Nurhayati, 2017).
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan beberapa proses yaitu;
(a) Proses secara kimia, meliputi proses redoks, elektrolisa, netralisasi,
pengendapan, stabilisasi, adsobsi, penukaran ion dan pirolisis, (b) Proses secara
fisika, meliputi proses pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen- komponen spesifik dengan metode adsobsi, kristalisasi, dialisa,
elektrodialisa, evaporasi, leaching, reverse osmosis, solvent extraction dan
stripping, (c) Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi
potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan
akhir. Bahan-bahan yang sering digunakan untuk proses stabilisasi /solidifikasi
(bahan aditif) antara lain gypsum, lempung, abu terbang sebagai bahan
pencampur dan semen, kapur dan tanah liat sebagai bahan perekat/pengikat,
(d) Proses insinerasi, dilakukan dengan cara melakukan pembakaran limbah
menggunakan alat khusus insinerator. Pengolahan limah B3 dengan cara
insenerasi, efisiensi pembakarannya harus mencapai 99,99% atau lebih.
Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat
100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
(Rizal & Indah Nurhayati, 2017).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pada praktikum ini dapat di simpulkan bahwa. Ketika
terjadi tumpahan, maka langkah awal yang langsung dilakukan adalah menjauh
dari area yang terkena tumpahan dan gunakan APD yang sesuai (kacamata
pelindung, pakaian, sarung tangan berbahan butyl rubber dan face shield). Bila
terjadi tumpaha kecil, maka gunakan vermiculite atau pasir untuk menyerap
produk. Bila yang terjadi tumpahan besar, buatlah tanggul untuk menampung
tumpahan dan vermiculite untuk menyerap produk. Pembuangan sisa B3 tidak
sama dengan pembuangan bahan buangan lainnya. Bahan berbahaya dan
beracun yang akan dibuang hendaknya diolah terlebih dahulu, dikemas dalam
drum, botol, kaleng, truk, tangki atau lainnya dengan tanda dan label yang jelas.
F. DAFTAR PUSTAKA
Nurwita Utami, 2021. Prinsip Penanganan Tumpahan B3. Indonesia
Environment & Energy Center.
Pasha, Mochamad Ulwan., Juli Soemitra, M Candra Nugraha Deni. 2021.
Analisis System Tanggap Darurat Tumpahan B3 Studi Kasus Di
Perusahaaan Manufaktur. Jurnal Reka Lingkungan. 10 (1): 23-34.
Putra, Terry Irwansyah, Ninik Setyowati, Anggar Apriyanto. 2019.
Identifikasi Jenis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Rumah Tangga: Studi Kasus Kelurahan Pasar Tais
Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. 8 (2): 49-61.
Rizal, Adi Moh Dan Indah Nurhayati. 2017. Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3) Dengan Incinerator Tipe
Reciprocating Crate Incinerator. Jurnal Teknik Waktu. 15 (2): 21-
27.
Sidik, Ari Abdurahman, Dan Enri Damanhuru. 2012. Study Of Management
Of Hazardous Waste In The Laboratories Of ITB. Jurnal Teknik
Lingkungan. 18 (1): 12-20.
Zahra, Yuliana., Rico Januar Sitorus, Hamzah Hasyim. 2011. PT. Sriwidjaja
Pelembang Manages The Hazardous Ans Toxic Material In Terms
Of Occupational Safety And Health Aspects. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat. 2 (3): 203-209.

Anda mungkin juga menyukai