Anda di halaman 1dari 59

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341540009

BAB 3 - FUNGSI UNSUR HARA

Book · May 2020

CITATIONS READS

0 1,239

1 author:

Sufardi Sufardi
Syiah Kuala University
65 PUBLICATIONS   137 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

EFEKTIVITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN FUNGI SELULOLITIK TAHAN KEKERINGAN SEBAGAI PUPUK HAYATI SPESIFIK LOKASI TERHADAP KUALITAS BIOLOGI
TANAH DAN HASIL JAGUNG View project

Genetic Improvement View project

All content following this page was uploaded by Sufardi Sufardi on 28 October 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB III

FUNGSI UNSUR HARA

B ab ini membahas tentang berbagai bentuk dan fungsi unsur hara di


dalam tanaman serta gejala defisiensi yang akan ditimbulkannya jika
terjadi kekurangan dan gejala keracunan jika terjadi kelebihan. Dengan
membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan berbagai
bentuk dan fungsi serta gejala defisiensi dari setiap unsur hara. Pertumbuhan
dan perkembangan suatu tanaman tidak akan berjalan dengan baik tanpa
tersedianya unsur hara yang cukup di dalam tanah dan dari udara. Setiap
unsur hara memiliki peran dan fungsi masing-masing yang kekurangannya
tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain sebagai asas dari kaedah
esensialitas unsur hara yang dikemukakan oleh Arnon dan Stout. Kekurangan
unsur hara biasanya akan ditandai dengan munculnya gejala-gejala yang
spesifik yang dikenal sebagai gejala defisiensi hara (nutrient deficiency
sympton). Sebaliknya, jika terjadi kelebihan suatu unsur hara, maka tanaman
juga akan memperlihatkan gejala yang disebut dengan gejala keracunan
(toxicity).
Walapun gejala defisiensi unsur hara bersifat spesifik, tetapi kondisi di
lapangan kadangkal tidak mudah untuk menentukan penyebabnya, karena
banyak faktor yang mempengaruhi dinamika hara di dalam tanah. Tentang
hal ini akan diuraikan lebih lanjut dalam dalam dinamika hara tanaman. Ada
sedikit perbedaan bahwa jika gejala defisiensi (kahat) bersifat unik, maka
gejala keracunan tidak demikian. Gejala keracunan akibat berlebihan suatu
unsur tidak mutlak karena pengaruh unsur tersebut melainkan justru karena
ada kaitannya dengan unsur yang lain. Gejala defisiensi dan mungkin juga
gejala keracunan yang timbul pada suatu tanaman, jika diidentifikasi dengan
tepat maka akan diketahui unsur hara mana yang menjadi masalah bagi
tanaman tersebut. Oleh karena itu, memahami peran dan fungsi unsur hara
sangat penting.

39
40 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3.1. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen (C, H, O)

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan


bahwa unsur-unsur hara penyususun tanaman terdiri dari air yang porsinya
mencapai ± 90% dan bahan kering (dry matter) sekitar 10%. Bahan kering
terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan organik tanaman
umumnya dibentuk dari tiga unsur utama yaitu C, H, O, dan ditambah dengan
unsur N, S, dan P (Mengel dan Kikrby, 1987). Bahan anorganik adalah
merupakan bagian-bagian mineral atau disebut juga dengan abu tanaman
yang jika dianalisis, komposisi penyusun abu ini adalah unsur-unsur Ca, Mg,
K, Na, Fe, Zn, Cu, dan lain-lain.
Karbon terdiri dari 56 – 58% dari bobot kering banyak tanaman, H
berkisar antara 7 – 10%, sedangkan O berkisar antara 25 – 44% dan N
berkisar antara 0,2-5,0 %. Indikator C, H, dan O di dalam tanah tidak
dipertimbangkan, karena ketiga unsur ini diambil dari udara bebas. Unsur C
diserap dalam bentuk gas CO2 yang tersedia di dalam atmosfer dan larutan
tanah. Unsur H dan O biasanya diserap melaui molekul air (H2O). Unsur-
unsur ini disebut sebagai penyusun utama tubuh tanaman karena sebagai
konstituen senyawa organik tanaman dan penyusun protoplasma sel. Unsur-
unsur ini umumnya tersedia bebas di udara (atmosfir), sehingga tidak perlu
diberi lewat pemupukan kecuali untuk air tanaman (Tisdale et al., 1987).
Oleh karena ketiga unsur tersebut tersedia bebas di alam, maka kadang-
kadang jarang sekali dibicarakan di dalam kontek pemupukan.

Fungsi dan Kebutuhan


1. Unsur C, H, dan O bersama dengan nitrogen dan kadang-kadang S dapat
membentuk berbagai senyawa organik non-karbohidrat seperti asam
amino, enzim-enzim amino, asam nukleat, alkaloida, dan basa-basa
purin serta klorofil tanamannya (Jones et al., 1991).
2. Unsur-unsur C, H, O ini mempunyai peranan dalam proses fotosintesis
(asimilasi karbon) yang diambil dalam bentuk CO2 dari udara, dan H2O
dari dalam tanah. Ketiga unsur tersebut juga berperan dalam proses
respirasi tanaman.
3. Air merupakan komponen utama yang mengisi sel tanaman, sehingga
jika terjadi kekurangan air berakibat fatal pada tumbuhan, yaitu
menyebabkan tumbuhan menjadi layu, kering dan mati (Marschner’s,
2011).
4. Defisiensi C, H, dan O jarang terjadi karena ketiga unsur ini tersedia
berlebih di udara (atmosfer). Namun juka terjadi sesuatu kondisi yang
menyebabkan unsur ini tidak tersedia, maka proses hidup tanaman dapat
berlangsung.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 41

5. Kelebihan ketiga unsur ini tampaknya tidak memberikan respon negatif,


kecuali jika konsentrasi CO2 terlalu banyak bisa menghambat laju
fotosintesis karena kelebihan substrat. Selanjutnya jika tanaman
mengandung molekul air berlebihan, maka tanaman cenderung akan
menjadi lemah.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Illinois dan
Departemen Pertanian Amerika Serikat, menunjukkan bahwa tumbuhan
mengambil CO2 dari atmosfer dan menggunakannya untuk menghasilkan
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Tetapi tumbuhan juga melepaskan
CO2 selama respirasi yang dipakai sebagai senyawa gula untuk pembentukan
energi untuk pertumbuhan dan pertahanan diri (Salisburry dan Ross, 2005).
Bagaimana peranh CO2 terhadap respirasi akan menentukan pula terhadap
penyediaan pangan di masa mendatang. Dalam hal ini, tumbuhan akan
menangkap CO2 dari udara dan menyimpannya sebagai karbon dalam
jaringannya. Kemampuan tumbuhan speperti ini, telah menjadi salah satu isu
menarik untuk mengatasi masalah pencemaran udara yaitu dengan
melibatkan tumbuhan untuk penyerapan gas tersebut (Science News, 2009).
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman menyerap C dari karbon dioksida dan
menggunakannya sebagai komponen senyawa organik berupa tubuh tanaman.
Hidrogen (H) yang menyusun senyawa organik tanaman berasal dari
molekul air. Molekul air yang diserap tanaman dipecah menjadi ion hidrogen
dan gas oksigen (O2). Oksigen merupakan senyawa gas yang dihasilkan
tumbuhan selama proses fotosintesis yang selanjutnya dimanfaatkan oleh
organisme konsumen (Salisburry dan Ross, 2005). Air adalah salah satu
komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % dari bobot
segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Hale dan Orcott, 2010).
Noggle dan Frizt (1983) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu :
1. Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,
2. Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan
tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut
dari satu bagian sel ke bagian sel lain,
3. Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik,
4. Sebagai reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam
trikarboksilat,
5. Sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis,
6. Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam
pembesaran sel,

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


42 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

7. Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan


menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya
daun-daun tanaman tertentu,
8. Berperan dalam perpanjangan sel,
9. Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi, serta
10. Digunakan dalam proses respirasi.
Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel,
meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan
berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas
kimia air dalam tanaman Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan
konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada
tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat
menurunkan pertumbuhan tanaman (Effendi, 2010).

3.2. Nitrogen (N)


Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro esensial yang utama
bagi tanaman. Kandungan N dalam tanaman bervariasi antar jenis tanaman,
namun konsentrasi berkisar dari 1,50 – 6,00 % dari bobot kering banyak
tanaman dengan nilai kecukupan dari 2,50 hingga 3,5 % dalam jaringan daun
(Jones et al., 1991). Batas terendah N tanaman berkisar antara 1,80 – 2,20 %
untuk tanaman buah-buahan dan kisaran lebih tinggi berada antara 4,80 –
5,50 % ditemukan pada spesies legum. Nilai kritis sangat bervariasi
tergantung pada spesies tanaman, tingkat pertumbuhan dan bagian tanaman.
Konsentrasi N paling tinggi ditemukan pada daun muda dengan total
kandungan N biasanya menurun dengan bertambahnya umur tanaman
(Maschner’s, 2011).
Nitrogen sebagai nitrat akan berakumulasi pada konsentrasi-
konsentrasi substansial (> 1000 ppm) dalam jaringan pengangkut (tulang
daun dan pucuk) selama periode vegetatif tanaman. Tanaman yang dipupuk
amonium biasanya mengandung N lebih tinggi dari tanaman yang menyerap
N dalam bentuk nitrat tersedia. Tanaman-tanaman berdaya hasil tinggi akan
mengandung nitrogen berkisar dari 56 – 560 kg N ha-1 (Jones et al., 1991)

Fungsi dan Kebutuhan


Fungsi nitrogen pada tanaman sangat penting sehingga jika tanaman
mengalami kekurangan unsur utama ini, maka kelangsungan hidup tanaman
akan terganggu dan responnya sangat cepat. Menurut Datnoff et al. (2007)
fungsi nitrogen pada tanaman antara lain :
1. Nitrogen merupakan unsur utama esensial yang ditemukan di dalam
bentuk-bentuk senyawa organik dan anorganik tanaman.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 43

2. Nitrogen bersama dengan C, H, O dan kadang-kadang S dapat


membentuk asam amino, anzim-enzim amino, asam nukleat, alkaloida,
dan basa-basa purin
3. Nitrogen juga sebagai penyusun dari klorofil tanaman
4. Walaupun N anorganik dapat juga terdapat dalam bentuk nitrat, tetapi
bentuk N organik di dalam tanah ternyata lebih banyak terdapat sebagai
protein bermolekul tinggi
5. Secara morfologi N berperan, dalam pembentukan daun dan batang
tanaman (pembentukan vegetatif tanaman).
Lebih lanjut Bennett (1994) mengemukakan bahwa nitrogen diserap
tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Telah diketahui
umum bahwa amonium diserap dan digunakan terutama oleh tanaman-
tanaman muda, sedangkan nitrat merupakan bentuk utama yang digunakan
selama periode pertumbuhan. Tanaman bervariasi dalam penggunaan
amonium atau nitrat. Beberapa tanaman seperti padi, menyerap nitrogen
dalam bentuk amonium sementara tanaman-tanaman yang lain terutama yang
ditanam pada lahan kering cenderung akan menyerap N dalam bentuk nitrat.
Nitrat di dalam tanaman akan direduksi menjadi bentuk amina (NH2-)
kemudian digunakan untuk membentuk asam amino (Dris et al., 2002).
Menurut Bennett (1994), ada 20 asam amino merupakan prekusor dari
rantai polipeptida yang menyusun semua protein. Dua asam amino lainnya
yaitu glysin dan glutamat merupakan prekusor basa nitrogen. Asam-asam
amino merupakan senyawa yang sangat penting pada pembentukan
pembentukan protein dan diperkirakan berperan sebagai pembentuk satuan
polimer. Ada bagian dari asam-asam amino (RNA dan DNA) yang berperan
dalam informasi genetik dan langsung berkaitan dengan sintesis protein
(Bould et al., 1987). Selanjutnya, asam amino, basa nitrogen, asam nukleat,
yang mengandung N juga menjadi penyusun dari senyawa-senyawa tanaman
termasuk nukeleotida, amida, dan amina. Banyak enzim yang berbentuk
protein sehingga N memainkan peranan kunci dalam reaksi-reaksi
metabolisme (Epstein dan Bloom, 2004).

Defisiensi (Kekurangan) Nitrogen


1. Tanaman-tanaman yang mengalami defisiensi N akan mengalami
pertumbuhan yang lambat, lemah, dan kurus. Secara spesifik, daun
tanaman akan berwarna hijau pucat hingga kuning.
2. Gejala daun menguning ini biasanya dimulai pada daun lebih tua karena
sifat N di dalam tanaman yang sangat mobil yang mudah bergerak pada
bagian-bagian yang aktif tumbuh.
3. Keguguran daun lebih cepat dari biasanya, dan hasil akan menurun cepat

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


44 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

4. Defisiensi N, tanaman akan cepat mengalami penuaan dengan hasil dan


kualitas tanaman akan menurun nyata
Kelebihan Nitrogen
1. Tanaman-tanaman dengan kelebihan N, berwarna hijau gelap dan terjadi
sekulen sehingga mudah terserang penyakit dan serangan hama.
2. Tanaman mudah rebah dan peka terhadap cekaman lingkungan
3. Buah dan biji dari tanaman biasanya akan gagal dihasilkan (gagal
panen).
4. Kualitas buah dan biji akan jelek.
5. Jika amonium hanya bentuk utama N tersedia yang diambil tanaman,
kondisi keracunan ini dapat berkembang menghasilkan jaringan vaskular
(akar) yang rusak, sehingga menghambat penyerapan air.
6. Buah dari tanaman buah-buahan biasanya akan terlihat seperti gejala
kingsut (tidak normal). Gejala-gejala kekurangan Ca dapat terjadi jika
amonium merupakan sumber utama N.
7. Kelebihan N terutama amonium, dapat menurunkan karbohidrat karena
terhambat pertumbuhan.

Bentuk-bentuk N larut
Menurut Jones et al (1991), nitrogen terdapat sebagai anion nitrat di
dalam kebanyakan pucuk dan tulang daun tanaman dengan konsentrasi
bervariasi dari 8000-12000 ppm (0,80-1,20 %) selama pertumbuhan awal,
dan cenderung menurun menjadi 3000-8000 ppm pada masa menjelang
dewasa. Nilai-nilai ini kebanyakan terkonsentrasi pada pucuk utama dan
tulang daun yang berkembang penuh. Asam-asam amino juga ditemukan di
dalam tanaman.

Bentuk-bentuk Tersedia Tanah


Nitrogen terdapat di dalam tanah sebagai anion nitrat (NO3-) dan kation
amonium (NH4+). Pengambilan bentuk-bentuk tersebut di pengaruhi oleh pH
tanah, temperatur, dan kehadiran ion-ion yang lain di dalam larutan tanah.
Kation amonium berperan serta dalam pertukaran kation tanah. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa nitrit (NO2-) mungkin terdapat di dalam larutan
tanah di bawah kondisi-kondisi anaerobik akan menjadi racun terhadap
tanaman pada konsentrasi yang sangat rendah (kurang dari 5ppm) (Fageria et
al., 1991; Jones et al., 1991).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 45

Interaksi N dengan Unsur Lainnya


1. Hubungan antara N dan P di dalam tanaman telah diketahui dengan baik
sama seperti hubungan antara N dan K. Rasio N dan P dan rasio N dan
K biasa dipakai sebagai aturan DRIS (diagnosis and recommendation
intergrated system) (Chapman dan Brown, 1950 dalam Jones et al.,
1991).
2. Pengambilan nitrat dapat merangsang penyerapan kation-kation,
sedangkan khlor (Cl) dan anion hidroksi (OH-) dapat menghambat
pengambilan nitrat.
3. Status karbohidrat tinggi dapat memacu pengambilan amonium, dan
pengambilan penyerapan amonium dapat menghambat kation-kation
yang dapat mengarah terjadinya defisiensi Ca sebagai akibat
berkurangnya level K di dalam tanaman.

3.3. Fosfor (P)


Fosfor merupakan unsur hara yang mutlak diperlukan oleh tanaman
setelah nitrogen. Di dalam tanaman, kandungan fosfor berkisar dari 0,15 –
1,00 % dari bobot kering tanaman dengan nilai kecukupan dari 0,20 hingga
0,40% dalam jaringan daun yang baru berkembang penuh, sedangkan nilai
kritis untuk P biasanya kurang dari 0,20% (defisien) dan berlebihan jika
lebih besar dari 1,00 % (Jones et al., 1991). Konsentrasi P tinggi ditemukan
dalam daun muda dan tangkai daunnya. Tanaman-tanaman berdaya hasil
tinggi mengandung fosfor antara 17 – 84 kg P ha-1 (Tisdale et al., 1987).
Jumlah fosfor rata-rata di dalam tanah mineral relatif lebih banyak daripada
jumlah nitrogen, namun lebih rendah daripada jumlah kalium, magnesium,
dan kalsium (Buckman dan Brady, 2004). Kendati demikian, sebagian besar
fosfor di dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman karena terdapat dalam
bentuk-bentuk yang tidak larut atau dalam bentuk yang terikat oleh partikel-
partikel tanah yang dikenal sebagai P yang terfiksasi (Prassad dan Power,
1997).
Pengangkutan fosfor oleh tanaman lebih rendah jika dibandingkan
dengan angkutan nitrogen dan kalium. Menurut hasil-hasil penelitian
diketahui bahwa pengangkutan fosfor oleh tanaman hanya berkisar antara 1/3
atau 1/4 dari unsur nitrogen dan kalium, meskipun di dalam pemupukan
kadang-kadang dosisnya dianjurkan untuk diberikan lebih tinggi (Buckman
dan Brady, 2004). Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi fosfat yang
rendah dari pupuk dan serapan yang rendah pula. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ada tiga persoalan yang berkaitan dengan unsur fosfor yaitu
: (1) jumlah total dalam tanah yang rendah, (2) fosfor asli tanah yang tidak
mudah tersedia, dan (3) terjadinya pengikatan (fiksasi) sebagian besar fosfat

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


46 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

larut yang mengakibatkan unsur ini tidak tersedia bagi tanaman (Sufardi,
1999). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa fiksasi fosfat di dalam
tanah bisa mencapai 80-87 % pada Ultisol (Sufardi, 1999), dan bisa
mencapai lebih dari 90 % pada tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi-
fraksi amorf seperti pada Andisol (Mizota dan van Reuuwijk, 1989).
Berdasarkan hal tersebut, maka persoalan yang amat penting adalah
bagaimana upaya untuk meningkatkan ketersediaan fosfor tanah (Buckman
dan Brady, 2004).

Fungsi dan Kebutuhan


Baik secara fisiologis maupun morfologis, fosfor merupakan unsur
hara makro yang sangat penting pada tanaman. Di antara fungsi fosfor adalah
sebagai berikut :
1. Fosfor merupakan unsur makro esensial yang merupakan komponen dari
enzim-enzim tertentu dan protein. Adenosin trifosfat (ATP), asam-asam
ribonukleat (RNA), asam-asam deoksiribonukleat (DNA), fitin, gula
fosfat, dan fosfolipida. ATP terlibat di dalam berbagai reaksi transfer
energi, sedangkan RNA dan DNA adalah komponen-komponen dari
informasi genetik (Jones et al., 1991).
2. Penyusun senyawa sel tanaman dan sebagai sumber energi untuk
asimilasi dan respirasi (Mengel dan Kikrby, 1987).
3. Fosfor juga terlibat di dalam pembelahan sel dan pembentukan lemak
serta albumin (Buckman dan Brady, 2004).
4. Secara morfologi, pada tanaman budidaya fosfor berperan dalam
mendorong pertumbuhan generatif tanaman, seperti merangsang bunga dan
pembentukan buah, meningkatkan kualitas hasil biji, dan merangsang
perakaran yang penting untuk penyerapan hara secara aktif (Fageria et al.,
1991; Foth, 1997).
5. Fosfor juga berkaitan dengan mutu tanaman khususnya pada makanan
ternak dan sayuran, bahkan dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit
yang miripdengan fungsi kalium (Buckman dan Brady, 2004).

Bentuk-bentuk P larut dan Tersedia


Menurut Jones et al. (1991), P larut (dalam asam sitrat 2%) terdapat
sebagai orthofosfat di dalam pucuk utama dan tulang-tulang daun dari
bagian-bagian tanaman yang aktif tumbuh. Konsentrasinya, berkisar dari
100-5000 ppm dari berat kering, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
status P tanaman. Konsentrasi kritis terjadi pada nilai 2500 ppm P (Mengel
dan Kikrby, 1987). Fosfor yang terdapat di dalam kebanyakan tanah hampir
sama jumlahnya antara bentuk organik dan anorganik. Ada beberapa bentuk
P tersedia di dalam tanah, yaitu :

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 47

1. Bentuk dehidrogen fosfat (H2PO4-) yang disebut juga orthofosfat primer


dan monohidrogen fosfat (HPO4=) atau orthofosfat sekunder merupakan
dua bentuk anion P yang tergantung dari pH tanah.
2. Bentuk kombinasi dari Al-P, Fe-P, atau Ca-P yang merupakan sumber
utama dari P anorganik dan bentuk-bentuk ini juga sangat tergantung
pada pH tanah.
3. Pada pH rendah, bentuk Fe-P, dan Al-P lebih dominan dibandingkan
dengan bentuk Ca-P demikian juga sebaliknya.
Menurut Buckman dan Brady (2004), tersedianya fosfor anorganik
sebagian besar ditentukan oleh faktor : (1) pH tanah, (2) kandungan besi,
aluminium, dan mangan, (3) ada tidaknya mineral yang mengandung besi,
aluminium dan mangan, (4) kalsium tersedia dan mineral kalsium, (5) jumlah
dekomposisi bahan organik, dan (6) kegiatan mikroorganisme. Empat faktor
pertama saling berhubungan karena pengaruhnya sebagian besar bergantung
pada pH tanah.
Defisiensi dan Kelebihan P
Tanaman yang mengalami defisiensi P akan tumbuh lambat, dan warna
tanaman menjadi hijau gelap yang kemudian diikuti dengan daun yang lebih
tua berwarna keunguan (purple) karena meningkatnya pigmen antosianin
(Salisburry dan Ross, 2005). Karena P merupakan unsur yang mobil di dalam
tanaman, gejala defisiensi pada mulanya terjadi dalam jaringan yang lebih tua
(Mengel dan Kikrby, 1987). Secara morfologi, kekurangan P juga akan
menyebabkan mudah rontoknya bunga dan gagal dalam pembuahan.
Kelebihan P umumnya tampak dalam bentuk defisiensi unsur mikro. Unsur
Fe dan Zn merupakan unsur-unsur pertama yang terpengaruh. Kelebihan P
jarang terjadi karena kebanyakan tanah mengalami kahat P, namun jika di
dalam tanaman terdapat P yang berlebihan, maka tanaman mungkin akan
tampak seperti kering dan terbakar. Hal ini karena meningkatnya garam
fosfat di dalam tanaman sehingga terjadi semacam plasmolisis. Secara
morfologi, gejala kekurangan P lebih lanjut akan diuraikan pada bagian
berikutnya.

Interaksi P dengan unsur lainnya


Hubungan antara N dan P di dalam tanaman telah diketahui dengan
baik sama seperti hubungan antara P dengan Cu, Fe, Mn , dan Zn. Rasio 3 : 1
antara N dan P, dan 200 : 1 antara P dan Zn dianggap sebagai nilai yang
kritis. Rasio N terhadap P juga telah digunakan sebagai aturan DRIS yaitu
suatu pertimbangan kebutuhan hara berdasarkan rasio-rasio antar unsur
(Jones et al., 1991).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


48 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3.4. Kalium (K)


Kalium merupakan unsur utama yang juga berperan penting bagi
tanaman. Di dalam tanaman, kandungan K berkisar dari 1,00 – 5,00 % dari
bobot kering jaringan daun tanaman dengan nilai kecukupan untuk
kebanyakan tanaman berada antara 1,50 hingga 3,0 % dalam jaringan daun
baru yang berkembang penuh dan kadar kalium dianggap defisien atau
berlebihan jika nilai kritis K berturut-turut kurang dari 1,00 % (deficient) atau
lebih besar dari 3,00 % (excess) (Jones et al., 1991). Lebih lanjut Jones et al.
(1991) menguraikan bahwa level K dapat melebihi batas kecukupan hingga
2-3 kali. Kecukupan K dapat melebihi 6,00- 8,00 % di dalam jaringan pucuk
dari beberapa tanaman sayuran. Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam daun
muda, tangkai daun muda, dan pucuk tanaman. Tanaman berhasil tinggi
dapat mengandung kalium antara 56 – 560 kg K ha-1. Banyak tanaman seperti
pisang yang mengandung K sampai 1.680 kg K ha-1. Kebanyakan tanaman
akan menyerap lebih banyak K daripada kebutuhannya. Kelebihan ini sering
dikenal dengan konsumsi mewah (luxury consumption). Panen kebanyakan
buah-buahan dapat mengangkut sejumlah dari tanah.
Di dalam tanah terdapat kisaran perbedaan yang luas antara kandungan
K tanah dengan K tersedia tanaman. Beberapa tanah sering terjadi defsiensi
dalam ketersediaan K namun pada tanah yang lain terdapat berlebihan. Hal
ini terjadi karena sebagian besar K terdapat dalam bentuk mineral asli tanah
yang komposisinya berbeda antara satu tanah dengan tanah lainnya
tergantung dari bahan induk (Foth, 1997).

Fungsi dan Kebutuhan


Secara umum kalium sering dijuluki sebagai unsur pengimbang dari
unsur hara lain terutama nitrogen dan fosfor. Fungsi kalium pada tanaman
adalah sebagai berikut :
1. Kalium merupakan unsur makro esensial yang telibat di dalam
mempertahankan status air dari tanaman dan tekanan turgor dari sel-sel
serta berperan dalam membuka dan menutupnya stomata daun. Regulasi
osmotik ini ditunjukkan oleh peran K dalam mengatur hubungan antara
air dan tanaman. Bennett (1994), mengemukakan bahwa ada tiga hal
peran K dalam pengaturan air tanaman yaitu : (1) terlibat dalam
pengangkutan air dari tanah ke tanaman, (2) retensi air di dalam jaringan
tanaman, dan (3) pergerakan air untuk asimilasi di dalam jaringan xylem
dan floem.
2. Kalium diperlukan dalam akumulasi dan traslokasi bentuk baru dari
karbohidrat, nutrisi dan air

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 49

3. Berperan sebagai katalisator beberapa reaksi biokimia. Tidak kurang ada


sekitar 60 enzim pada jaringan miristem membutuhkan K untuk
melancarkan reaksi-reaksi enzimatis tersebut (Suelter, 1985).
4. Berperan dalam proses sintesis karbohidrat dan lemak, dan fotosintesis
(Tisdale et al., 1987).
5. K ikut juga terlibat di dalam menjaga stabilitas pH di dalam sel serta
dibutuhkan untuk produksi senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP) yang
diperlukan di dalam sintesis pati dan protein (Bennette, 1994).
6. Secara morfologi berperan dalam meningkatkan resistensi tanaman
terhadap serangan hama, penyakit, dan kekeringan dan meningkatkan
kualitas hasil tanaman (Soepardi, 1983). Kalium sering dikenal sebagai
unsur kualitas karena banyak buah-buahan dan sayuran yang
mengandung cukup K memperlihatkan kualitasnya lebih baik dan lebih
tahan lama (Boild et al., 1984; Usherwood, 1985).

Bentuk K Larut dan Tersedia

Ketika K tidak terdapat dalam bentuk terkombinasi di dalam tanaman,


maka K dapat diekstrak dengan mudah dari jaringan basah atau jaringan
kering, dan konsentrasi ekstrak secara esensial akan sama dengan yang
diukur dari analisis total. Beberapa tanaman sayuran dianggap kekurangan K
manakala hasil ekstrak pucuk segar dan tulang daun, mengandung K kurang
dari 2000 ppm (0,2 %) dan dianggap mencukupi jika kadar K lebih besar dari
3000 ppm (0,3 %). Kalium di dalam tanah terdapat dalam 4 bentuk, yaitu :
1. Sebagai ion K+ dalam larutan tanah
2. Sebagai K dapat dipertukarkan pada koloid tanah
3. Sebagai K yang berada dalam kisi mineral liatt tipe 2:1
4. Sebagai komponen K dari mineral asli tanah
Di dalam tanah, keseimbangan akan terjadi antara K dalam larutan, K dapat
ditukar, dan K terfiksasi. Jika pupuk K diberikan ke dalam tanah, tempat
keseimbangan akan mengarah ke bentuk dapat ditukar dan terfiksasi, dan
dinamika ini akan menyebabkan K berpindah ke bentuk K larutan yang
diserap oleh akar tanaman.

Defisiensi dan Kelebihan K


1. Tanaman yang mengalami defisiensi K akan mudah rebah dan sensitif
terhadap serangan penyakit
2. Pada daun lebih tua akan terlihat seperti terbakar di sekitar pinggiran
daun. Defisiensi ini dikenal sebagai scorch atau nekrosis (mati jaringan)
3. Tanaman akan menjadi sensitif terhadap keberadaan amonium dan
memacu terjadinya gejala keracunan amonium. Karena K merupakan

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


50 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

unsur yang mobil di dalam tanaman, gejala defisiensi pada mulanya


akan terjadi dalam jaringan yang lebih tua
4. Secara morfologi, kekurangan K akan menyebabkan hasil buah dan
kualitasnya akan berkurang.
Tanaman yang kelebihan K akan menjadi kekurangan unsur Mg, dan
mungkin juga kekurangan Ca akibat ketidak seimbangan. Defisiensi Mg
merupakan gejala pertama yang akan terjadi

Interaksi K dengan Unsur Lainnya


Hubungan antara K dan Mg di dalam tanaman telah diketahui dengan
sebagaimana hubungan antara K dengan Ca. Konsentrasi K tinggi pada tahap
awal akan terjadi defisiensi Mg dan jika ketidakseimbangan K semakin besar
akan menyebabkan defisiensi Ca. Rasio K : Mg dan K : Ca sering dipakai
sebagai aturan DRIS. Amonium (NH4+) dapat juga berperan dalam
perimbangan dari ketiga kation K, Ca, dan Mg

3.5. Kalsium (Ca)


Kalsium bersama dengan magnesium dan sulfur sering juga disebut
sebagai unsur hara sekunder karena perhatiannya diberikan setelah unsur
utama N, P, dan K. Kalsium di dalam tanaman terdapat sebagai bentuk
kalsium pektat yang merupakan penyusun utama dari dinding sel (Bennett,
1994). Kalsium terlibat disini berhubungan langsung dengan pembelahan dan
perpanjangan sel tanaman. Kandungan kalsium dalam tanaman berkisar
antara 0,20 hingga 3,00 % dari bobot kering jaringan daun, dengan nilai
kecukupan dari 0,30 % hingga 1,00 % di dalam jaringan daun dari
kebanyakan tanaman (Mengel dan Kikrby, 1987).
Nilai kritis untuk Ca bervariasi tergantung antar spesies tanaman, dan
terendah untuk tanaman bijidan terbesar untuk beberapa tanaman sayuran dan
buah-buahan. Konsentrasi tinggi ditemukan dalam daun-daun yang lebih tua.
Telah diduga bahwa kandungan Ca total tidak secara efektif berhubungan
dengan kecukupan Ca, jika akumulasi Ca di dalam tanaman sebagai kalsium
oksalat. Oleh karena itu, Ca terekstrak mungkin akan menjadi indikator yang
lebih baik untuk menyatakan kecukupan Ca (Chapman, 1978; Jones et al.,
1991).
Tanaman dengan daya hasil tinggi mengandung Ca antara 11-196 kg
ha-1 Ca (Jones et al., 1991). Kalsium yang terangkut diperkirakan kecil untuk
tanaman biji-bijian dan kebanyakan tanaman buah jiha hanya biji atau buah
yang dipanen, sehingga sisa tanaman akan mengandung lebih banyak Ca.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 51

Bentuk-bentuk Larut
Kalsium larut (terekstrak dalam asam asetat) mungkin menjadi
indikator yang baik tehadap status Ca tanaman daripada kandungan Ca total
yang kebanyakan terdapat dalam bentuk kristal-kristal oksalat kalsium.
Konsentrasi kritis untuk Ca larut adalah sekitar 800 ppm yang merupakan
konsentrasi Ca yang terbukti menjadi nilai kritis yang sebenarnya untuk
kebanyakan tanaman.

Fungsi dan Kebutuhan

Di dalam tanaman, secara fisiologis unsur hara kalsium (Ca) berfungsi


sebagai berikut :
1. Kalsium merupakan unsur makro esensial sekunder yang memainkan
peranan penting dalam menjaga keutuhan sel dan permeabilitas
membran (Bennette, 1994; Mengel dan Kikrby, 2007), serta sebagai
bagian dari senyawa kalsium oksalat dan kalsium pektat (Bould et al.,
1984).
2. Berperan dalam mengaktifkan sejumlah enzim untuk proses mitosis,
pembelahan dan perpanjangan sel (Larcher, 2003).
3. Kalsium juga penting dalam sintesis protein dan translokasi karbohidrat
melalui sel dan lapisan antar sel (Bennete, 1994) dan secara struktural,
kalsium juga terdapat di dalam lamella tengah (middle lamella) (Gardner
et al., 1991).
4. Beberapa tanaman seperti jenis buah-buahan, kalsium diduga berperan
terhadap cita rasa buah dan jika kekurangan unsur ini, buah akan
mengalami pecah-pecah atau mudah rusak (Fageria et al., 2010).
5. Kalsium diperlukan untuk menjaga pembuahan serbuk sari dan
pertumbuhan dan juga terlibat dalam memperkuat jerami dan juga pada
biji sebagai pembentukan benih (Bennette, 1994).
6. Kalsium dapat mengimbangi pengaruh buruk dari kelebihan logam-
logam berat di dalam tanaman (Foth dan Ellis, 1997; Havlin et al., 1998;
Buckman dan Brady, 2004).
7. Secara morfologi Ca berperan dalam pembentukan akar dan
memperkuat tulang daun tanaman serealia (Soepardi, 1983).

Interaksi Ca dengan Unsur Lainnya


Hubungan antara Ca dan K diketahui sama seperti hubungan antara Ca
dan Mg, dan rasio ini biasa digunakan sebagai aturan DRIS. Rasio Ca
tehadap N di dalam tanaman-tanaman buah dan seperti rasio antara Ca dan B
mungkin berhubungan dengan kualitas. Hara amonium dapat menciptakan
defisiensi Ca karena pengambilannya berkurang.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


52 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Defisiensi dan Kelebihan Ca


Gejala defisiensi atau kekurangan kalsium ditandai dengan
pertumbuhan titik-titik tumbuh dari akar dan daun berubah menjadi cokelat
dan jika berlanjut maka tanaman akan mati (Jones, 1998; Jones 2012). Daun-
daun melengkung atau menggulung (curling), tepi daun akan menjadi coklat
(seperti terbakar) dan akhirnya menjalar ke seluruh daun (Marschner’s,
2011). Kekurangan Ca juga dapat menghambat pertumbuhan tunas dan akar
dan kualitas buah akan berkurang dan mengalami kerusakan di dalamnya
(Bennette, 1994; Fageria et al., 1991). Oleh karena Ca merupakan unsur yang
tidak mobil di dalam tanaman, maka gejala defisiensi bermula terjadi pada
pertumbuhan terakhir (pucuk) atau daun termuda (Mengel dan Kirkby, 1987).
Bersamaan dengan itu, perkembangan dari tanaman (reproduksi) mungkin
akan terhenti. Jaringan pengangkut pada tanaman akan rusak yang
mengakibatkan berkurangnya pengambilan air, sehingga akan layu pada
cuaca terik, serta berkurangnya penyerapan unsur-unsur hara esensial lainnya
(Sanchez, 2002; Pfeiffer, 2011).
Sebaliknya, tanaman yang kelebihan Ca akan menjadi kekurangan
unsur Mg dan K, dan hal ini tergantung pada konsentrasi dari kedua unsur ini
di dalam tanaman (Jones, 1998).
Bentuk-bentuk Tersedia Tanah
Kalsium terdapat sebagai kation Ca++ di dalam larutan tanah dan juga
terdapat sebagai Ca dapat ditukar (Ca-dd) pada koloid tanah. Biasanya, Ca
merupakan kation yang paling tinggi konsentrasinya di dalam tanah dalam
bentuk larut dan tertukar pada tanah-tanah dengan nilai pH tinggi (> 8,0), dan
dapat mengandung sejumlah Ca yang terdapat dalam bentuk kalsium
karbonat (CaCO3) dan kalsium sulfat (CaSO4).

3.6. Magnesium (Mg)


Kandungan Mg dalam tanaman berkisar antara 0,15 hingga 1,00 % dari
bobot kering jaringan daun, dengan nilai kecukupan sekitar 0,25% di dalam
jaringan daun dari kebanyakan tanaman. Nilai kritis Mg bervariasi tergantung
antar spesies tanaman, dan terndah untuk tanaman biji dan terbesar untuk
beberapa tanaman legum dan beberapa tanaman sayuran dan buah-buahan.
Konsentrasi tinggi ditemukan dalam daun-daun yang lebih tua. Tanaman
dengan hasil tinggi mengandung Mg antara 11-196 kg Mg ha-1 (Jones et al.,
1991) yang hampir sama dengan Ca. Menurut Fageria (2008), kandungan Mg
yang terangkut diperkirakan kecil untuk tanaman biji-bijian dan kebanyakan
tanaman buah jika yang dipanen hanya biji atau buah, sisa tanaman akan
mengandung lebih banyak Mg. Kebanyakan Mg di dalam tanaman dapat

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 53

diekstrak dengan menggunakan asam asetat 2% atau asam klorida encer


(Jones et at., 1991).

Fungsi dan Kebutuhan


Jones et al. (1991) mengemukakan ada beberapa fungsi penting unsur
hara magnesium pada tanaman, antara lain :
1. Magnesium juga merupakan unsur utama sebagai komponen penyusun
molekul klorofil.
2. Unsur Mg ini berperan sebagai kofaktor di dalam kebanyakan enzim
sebagai pemacu proses-prosess fosforilasi, dan terlibat sebagai
penghubung (penjembatani) antara struktur-struktur pirofosfat dari ATP
atau ADP dan molekul enzim.
3. Berperan sebagai pengimbang partikel ribosom di dalam konfigurasi
pada sintesis protein.
4. Berperan pada sintesis lemak atau minyak.
Havlin et al. (1998), menambahkan bahwa magnesium (Mg) juga berperan
dalam pembentukan gula dan pembentukan rantai polipetida dari asam-asam
amino. Keterlibatan Mg sebagai ko-faktor dalam berbagai reaksi enzimatis
antara lain terdapat pada enzim transfosforilasi, dehidrogenase, dan
karboksilase (Bennette, 1994).

Defisiensi dan Kelebihan


Tanaman yang defisiensi Mg akan memperlihatkan daun-daun
berwarna kekuningan atau terjadi klorosis pada tulang daun (intervenal
chlorosis), yang dimulai pada daun-daun tertua sebagai sifat dari Mg yang
mobil di dalam tanaman.Jika defisiensi Mg makin parah, gejala akan tampak
pada daun-daun termuda dengan membentuk gejala nekrosis (mati jaringan)
(Jones et al., 1991). Pada beberapa tanaman graminae seperti jagung terlihat
garis-garis kuning pada daun. Bennette (1994) mengemukakan bahwa
tanaman-tanaman yang kekurangan Mg daya tumbuhnya berkurang dan
sering tumbuh dengan kerdil dan biasanya mempunyai tingkat reproduktif
yang terhambat. Pada tanaman yang lain kadang akan memperlihatkan daun
berwarna pucat dan kadang berwarna hijau gelap, coklat, merah muda, dan
kuning oranye (Chapman, 1978). Defisiensi unsur ini kadang sulit dibedakan
dengan dari defisiensi K atau karena kelebihan P (Goetz dan Fergus, 2003).
Prassad dan Power (1997) menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan Mg
pertumbuhan akar menurun lebih besar daripada pertumbuhan pucuk (tajuk)
sehingga rasio antara pucuk dan akar akan meningkat.
Gejala keracunan Mg tidak spesifik karena didalam jaringan tanaman, Mg
umumnya tinggi (>1%) selama tidak terjadi defisiensi Mg atau K. oleh

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


54 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

karena itu, jika antara unsur ini tidak seimbang, kelebihan Mg mungkin akan
menghambat pertumbuhan.

Bentuk-bentuk Tersedia Tanah


Magnesium terdapat sebagai kation Mg++ di dalam larutan tanah dan
juga terdapat sebagai Mg dan ditukar (Mg-dd) pada koloid tanah. Biasanya,
konsentrasi Mg larut dan Mg tertukar tertinggi terdapat pada tanah dengan
pH sedikit agak masam hingga netral.
Interaksi-Interaksi
Hubungan antara Mg dan K diketahui sama seperti hubungan antara
Mg dan Ca, dan rasio ini biasa digunakan sebagai aturan DRIS. Defisiensi
Mg dapat terjadi oleh tingginya konsentrasinya NH4, K, atau Ca dalam
medium perakaran jika Mg kemampuan kompetisi Mg dengan kation-kation
tersebut sangat buruk.

3.7. Sulfur (S)


Sulfur merupakan unsur hara makro sekunder namun memiliki arti
penting sebagai bagian dari penyusun protein dan zat organik lainnya di
dalam tanaman. Mengel dan Kikrby (1987), menjelaskan bahwa kandungan S
dalam tanaman berkisar antara 0,15 hingga 0,50 % dari bobot kering
tanaman. Rasio N terhadap S mungkin sama pentingnyadengan kandungan S
total sendiri, atau rasio S-sulfat terhadap S total (Jones et al., 1991). Nilai
kandungan S total bervariasi dengan spesies tanaman dan tingkat
pertumbuhan. Di dalam famili Crucifera akumulasi S lebih banyak hingga 3
kali dari P. Pada Leguminosae akumulasi S dan P sama (Fageria et al., 2010).
Bennette (1994) mengemukakan bahwa tanaman jenis serelia, akumulasi S
sepertiga lebih rendah daripada P dan mengandung dari 11-90 kg S ha-1.
Jumlah S yang terangkut pada tanaman jenis serelia, rerumputan, dan kentang
sekitar 11 kg S ha-1, sementara gula beet, kol, alfalfa, dan kapas akan
mengangkut S dari 17 hingga 45 kg S ha-1 (Jonet et al., 2010).
Sulfur di dalam tanaman bisa terdapat dalam bentuk anion sulfat (SO4=),
dan bentuk ini menjadi indikator yang lebih baik terhadap kecukupan hara S
daripada bentuk S total tanaman. Di dalam tanah S terdapat dalam beberapa
mineral dan bahan organik. Mineral yang mengalami pelapukan akan
melepaskan sulfur dalam bentuk SO4= yang tersedia bagi tanaman dan bentuk
ini juga dapat dijerap oleh koloid liat dan mikroorganime tanah (Foth, 1997).
Sebagai bentuk organik, S terdapat dalam bentuk residu tanaman dan bentuk
sulfat yang dimineralisasi oleh mikrobia.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 55

Fungsi dan Kebutuhan


Sulfur merupakan unsur esensial yang utama yang kedudukannya
sangat penting bagi tanaman. Peran sulfur pada tanaman antara lain (Jones et
al., 1991) :
1. Sulfur merupakan unsur yang terlibat dalam sintesis protein dan sebagai
bagian dari asam amino cystine dan thiamine.
2. Sulfur terdapat di dalam peptide glutathione, koenzim A, dan vitamin
B1, dan di dalam glukosida sebagai minyak dan thiols yang berperan
sebagai penciri terhadap bau (ordor) dan rasa (taste) dari tanaman-
tanaman famili Crucifera dan Liliaceae.
3. Sulfur juga dapat mengurangi insiden dari penyakit.
4. Ada juga dugaan kuat bahwa sulfur berperan di dalam fotosintesis.

Defisiensi dan Kelebihan S


Menurt (Chapman, 1978), tanaman yang defisiensi sulfur akan
memperlihatkan daun berwarna hijau kekuningan dan hal ini terjadi terutama
pada daun yang lebih muda karena S bersifat tidak mobil di dalam tanaman.
Buah-buahan berwarna hijau terang dan cenderung menjadi sekulen (lemah).
Hal ini terjadi karena S terlibat di dalam sintesis protein, sintesis klorofil,
proses fotosintesis, sistem enzim, dan pembentukan minyak (Bennett, 1994).
Akar-akar terlihat lebih panjang dari keadaan normalnya dan pucuk mengeras
(berkayu). Nodulasi akar tanaman leguminosa akan berkurang dan biji
menjadi cepat menua. Gejala defisiensi S dapat terjadi dalam sesaat pada
tanaman yang baru tumbuh, dan akan hilang setelah akar mencapai subsoil.
Pengambilan S mungkin akan berkurang pada kondisi-kondisi kemarau.
Defisiensi S umum terjadi pada tanah-tanah masam, tanah pasir dan tanah
yang miskin bahan organik dan juga pada tanah-tanah dingin dan basah
karena menghambat peleasan S dari senyawa organik (Mengel dan Kikrby,
2007).
Kelebihan sulfur dapat menyebabkan daun-daun menjadi tua sebelum
masanya (prematur). Kelebihan S umumnya terjadi pada daerah-daerah yang
megalamai polusi (pencemaran), namun pengaruhnya pada tanaman jarang
yang menjadi persoalan. Pada beberapa tanaman sayuran seperti kubis,
kelebihan sulfur dapat merusak daun dan daun muda lebih toleran terhadap
abu sulfur dibandingkan dengan daun tua dan kelebihan S sering terjadi jika
kadar dalam SO2 dalam udara melampau 0,7 mg m-3 (Bennett, 1994).

Bentuk-bentuk Tersedia Tanah


Lebih 90% S tersedia yang terdapat di dalam bahan organik
mempunyai rasio N/S sekitar 10:1. Anion sulfat (SO4=) merupakan bentuk
tersedia utama yang ditemukan di dalam larutan tanah. Umumnya, banyak

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


56 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

sulfat tersedia ditemukan da dalam subsoil. Pada pH tinggi (>7,0), S dapat


mengendap sebagai kalsium sulfat (CaSO4) sedangkan pada pH yang lebih
rendah (<4,0) sulfat dapat diadsorpsi oleh alumunium dan besi oksida.

Interaksi-interaksi
Sulfur bersifat sinergistik dengan N dan F, sedangkan hubungan
antagonistik terjadi antara S dengan As, B, Mo, Pb, Se, dan Fe.

3.8. Boron (B)


Tergantung pada spesies tanaman, kebutuhan B dipisahkan menjadi tiga
kelompok, yaitu : (1) kandungan daun monokotil berkisar 1 – 6 ppm B, (2)
tanaman dikotil berkisar antara 20 – 70 ppm B, (3) dikotil dengan sistem
lateks sekitar 80 – 100 ppm B (Jones et al., 1991). Lebih lanjut dinyatakan
bahwa boron cenderung berakumulasi di dalam tepi-tepi daun pada
konsentrasi 5 sampai 10 kali daripada yang terdapat. Boron dapat berada di
dalam tanaman sebagai anion borat (BO33-). Namun menurut Bennett (1994),
tanaman menyerap boron sebagai B(OH)3 dan merupakan satu di antara dua
unsur hara esensial yang terdapat di dalam larutan tanah sebagai molekul
yang tidak terdisosiasi.
Fungsi dan Kebutuhan
1. Boron merupakan unsur mikro esensial yang penting dalam sintesis
salah satu basa untuk pembentukan RNA (uracil), dan penting dalam
aktivitas sel seperti pembelahan, differensiasi, maturisasi, respirasi,
pertumbuhan, dan lain-lain.
2. Boron sering berasosiasi dengan penyerbukan sari dan pertumbuhan,
serta terlibat dalam stabilitas tabung-tabung sari.
3. Boron relatif tidak mobil (immobile) di dalam tanaman dan B umumnya
diangkut ke dalam xylem.
4. Boron terlibat dalam transporrtasi gula (karbohidrat) melewati membran
sel dan juga dalam sintesis bahan dinding sel (Bennett, 1994).

Defisiensi dan Kelebihan B


Tanaman yang mengalami defesiensi B, pertumbuhan titik-titik tumbuh
(jaringan meristematik) menjadi tidak normal dan lama – kelamaan akan
terhenti dan mati. Kekurangan B akan terjadi akumulasi auksin pada titik-
titik tumbuh dan daun serta pucuk menjadi rapuh. Sensitivitas tanaman
terhadap B bervariasi tergantung pada spesies tanaman.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 57

Kelebihan B dapat menyebabkan ujung-ujung daun menjadi kuning,


yang diikuti oleh nekrosis. Daun-daun akhirnya akan memperlihatkan seperti
gosong (terbakar) dan rontok sebelum waktunya.

Bentuk-bentuk Tersedia
Boron banyak terdapat di dalam bahan organik tanah, yang di dalam
larutan tanah berada dalam bentuk anion borat (BO33-). Jika Boron terdapat
dalam bentuk uyang tidak berasosiasi dan bermuatan netral, umumnya akan
mudah hilang melalui pencucian. Pencucian merupakan teknik yang umum
untuk memindahkan kelebihan boron. Umumnya, B total di dalam tanah
dapat berkisar 20 – 200 ppm, sedangkan bentuk tersedia untuk tanaman di
dalam larutan tanah berkisar dari 1 – 5 ppm B. Kisaran yang dapat diterima
(normal) untuk B adalah sempit. Level defisiensi akan terjadi jika hasil
ekstrak air panas mengandung 1 ppm B, dan keracunan akan terjadi pada
level di atas 5 ppm B.
Interaksi-interaksi
Kadar Ca tinggi di dalam tanaman akan memerlukan B yang tinggi pula,
sedangkan kadar K tanaman tinggi akan menekan pengaruh negatif akibat
rendahnya konsentrasi B dalam jaringan.

3.9. Klour (Cl)


Kandungan Cl di dalam daun berkisar antara beberapa ppm (20 ppm),
sedangkan dalan bahan kering mencapai konsentrasi persen. Defisiensi
terjadi pada gandum jika level Cl tanaman kurang dari 0,15% (Rengel, 1999).
Di dalam tanaman, klour terdapat sebagai anion Cl. Distribusi Cl dalam
kebanyakan tanaman tidak terdapat di dalam molekul organik atau bahan
kering tetapi ditahan dalam larutan sebagai klorida dan lepas dari molekul
organik (Mengel dan Kikrby, 2007). Konsentrasi Cl dalam jaringan tanaman
berkisar dari 50-150 mm L-1 (Fageria et al., 1991). Hasil percobaan dengan
melakukan analisis Cl pada jaringan tanaman jagung setelah 25 hari tanam
yang diberi pupuk KCl diperoleh kadar Cl sebesar 66 mm L-1 atau 1,83 g kg-1
bahan kering) sedangkan pada jagung yang tidak dipupuk diperoleh kadar Cl
sebanyak 10 mm L-1 (Bennett, 1994).
Secara umum, konsentrasi Cl lebih tinggi di dalam jaringan yang
mengandung molekul air tinggi. Jaringan yang berkembang cepat seperti akar
dan pucuk, konsentrasi Cl biasanya lebih tinggi daripada jaringan tidak aktif
(bulk tissue). Rengel (1999) menambahkan bahwa jaringan-jaringan vegetatif
tanaman biasanya akan terakumulasi konsentrasi Cl yang lebih tinggi jika
diberikan Cl, tetapi bagian-bagian tanaman dapat juga mengeluarkan Cl.
Benih jagung dapat mengandung hanya 0,44 g Cl kg-1 terhadap berat kering,

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


58 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

dan akumulasi Cl dalam biji tidak terpengaruh oleh suplai Cl (Larcher, 2003).
Pada kebanyakan tanaman, transportasi Cl dari akar ke pucuk dihambat oleh
mekanisme yang terdapat di akar (Adewuyi dan Chukwu, 2012).

Fungsi dan Kebutuhan


1. Klour (Cl) merupakan unsur mikro esensial yang terlibat di dalam
evolusi oksigen di dalam fotosistem II dari proses fotosintesis.
2. Klour berfungsi menaikkan tekanan osmotik sel, mempengaruhi
pengaturan stomata, dan meningkatkan hidrasi dari jaringan tanaman.
3. Pada tanaman gandum diketahui klour dapat menekan penyakit bercak
daun
4. Berperan dalam beberapa aktivitas enzim dan (Cl) metabolisme tanaman
5. Secara morfologi berperan dalam pembentukan akar dan tanaman akan
terhambat jika tidak ada Cl

Defisiensi dan Kelebihan Cl


Tanaman yang mengalami defisiensi Cl, akan terjadi klorosis pada
daun lebih muda dan tanaman akan layu. Di dalam gandum, defisiensi Cl
berhubungan dengan ketahanan terhadap penyakit. Kelebihan Cl dapat
menyebabkan daun menguning lebih cepat dari normalnya (prematur). Ujung
dan tepi daun akan terbakar serta berwarna merah tua (bronzing) dan terjadi
pembengkakan (abscission).

Bentuk Tersedia Tanah


Bentuk klour tersedia di dalam tanah adalah bentuk anion Cl-. Klour
sebagai anion Cl- dapat berkompetisi dengan ion-ion yang lain seperti nitrat
(NO3-) dan sulfat (SO4=).

3.10. Tembaga (Cu)


Kecukupan Cu di dalam daun berkisar antara 3 sampai 7 ppm dari berat
kering, sedangkan kisaran beracun dimulai pada 20-30 ppm. Banyak nilai-
nilai lebih tinggi, 20-200 ppm dapat ditoleransi jika Cu diberikan sebagai
fungisida. Tembaga di dalam tanah umumnya terdapat dalam bentuk
kompleks sebagai senyawa organik molekul rendah seperti asam humat dan
asam fulvat. Kation Cu++ di dalam larutan tanah umumnya sangat kecil.

Fungsi dan Kebutuhan


1. Tembaga (Cu) merupakan unsurmikro esensial konstituen (penyusun)
dari plasticyanin protein kloroplast yang berperan sebagai pembawa
elektron pada sistem yang terkait dengan fotosistem I dan II.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 59

2. Unsur Cu terlibat dalam metabolisme protein dan karbohidrat serta


fiksasi N2.
3. Juga terlibat dari sebagian enzim (cytochrome oxidase, ascorbic acid
oxidase, dan polyphenol oxidase) yang mereduksi semua atom-atom dari
molekul O2.
4. Unsur Cu, juga terlibat dalam desaturasi dan hidrolisis dari asam-asam
lemak.
5. Berperan sebagai katalis respirasi.
6. Terlibat dalam pembentukan klorofil.

Defisiensi dan Kelebihan Cu


Defisiensi Cu, akan terhambat pertumbuhan dan daun muda terjadi
berkembang tidak normal (distorsi), serta nekrosis pada jaringan apikal (daun
pucuk). Pada pepohonan, defisiensi Cu dapat menyebabkan tepi daun muda
menjadi putih atau memutih (bleanching) dan melengkung. Kelebihan Cu
dapat menyebabkan defisiensi Fe dan klorosis. Pertumbuhan akar akan
tertekan, serta membatasi perpanjangan dan pembentukan akar lateral.

Interaksi-interaksi
Unsur Cu di dalam tanaman dapat berinterferensi dengan metabolisme
Fe yang menyebabkan terjadinya defisiensi Fe. Di dalam interaksi dengan
Mo, Cu akan berinterferensi dengan enzim pereduksi nitrat.

3.11. Besi (Fe)

Kadar Fe daun berkisar antara dari 10 sampai 1000 ppm di dalam


bahan kering, dengan kecukupan berada antara 50 sampai 75 ppm, walaupun
Fe total mungkin tidak berhubungan dengan kecukupan. Kebanyakan
tanaman, Fe terdapat di dalam bentuk ion ferri (Fe 3+) sebagai ferric
phosphoprotein, walaupun ion fero (Fe ++) dianggap bentuk aktif secara
metabolisme. Besi fero (Fe ++) yang terekstrak dalam asam asetat 2%
mungkin menjadi indikator yang baik bagi status Fe tanaman daripada Fe
total. Prosedur ekstraksi yang lain telah diusulkan untuk mendiagnosis
defisiensi Fe.

Fungsi dan Kebutuhan

1. Besi (Fe) merupakan unsurmikro esensial yang penting sebagai komponen


dari banyak sistem enzim tanaman, seperti cytrocome oxidase (transfer
elektron) dan cytrocome (langkah respirasi terakhir).
2. Besi merupakan komponen dari protein forredoxin dan diperlukan untuk
reduksi nitrat dan sulfat, asimilasi N2, dan produksi energi (NADP).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


60 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3. Besi juga berfungsi sebagai katalis atau bagian dari sistem enzim yang
berasosiasi di dalam pembentukan klorofil.
4. Juga dipertimbangakn bahwa Fe terlibat di dalam sintesis protein dan
pertumbuhan jaringan tumbuh (meristem) yaitu akar-ujung.

Interaksi-interaksi
P tanaman tinggi, menurunkan kelarutan Fe di dalam tanaman.
Rata-rata rasio P/Fe adalah 29:1 untuk kebanyakan tanaman. Kalium
meningkatkan mobilitas dan kelarutan dari Fe, sedangkan N menekan
defisiensi Fe akibat meningkatnya pertumbuhan. Anion bikarbonat
dianggap dapat berinterferensi dengan translokasi Fe.

Defisiensi dan Kelebihan Fe


Terjadi klorosis antar tulang daun dari daun yang lebih muda
merupakan gejala khas defisiensi Fe. Jika defisiensi makin parah, maka
klorosis akan menyebar ke daun-daun yang lebih tua. Besi dapat
terakumulasi hingga beberapa ratus ppm tanpa menimbulkan gejala
keracunan. Keracunan menghasilkan daun menjadi kemerahan (bronzing)
dengan bercak-bercak coklat pada daun, dan gejala khas ini sering terjadi
pada padi.

Bentuk-bentuk tersedia
Besi berada di dalam tanah sebagai bentuk kation ferri (Fe3+) dan ferro
(Fe++). Bentuk ferro merupakan bentuk yang tersedia dan dipengaruhi oleh
tingkat aerasi tanah yang dianggap bentuk aktif yang diambil oleh tanaman.
Tanaman-tanaman yang cukup besi dapat mengasamkan rizosfir sama seperti
senyawan komplek Fe yangt mempertinggi ketersediaan dan pengambilan.
3.12. Mangan (Mn)
Daun dengan kecukupan Mn berkisar antara 10 – 50 ppm di dalam
bahan kering daun. Level jaringan akan mencapai 200 ppm atau lebih tinggi
(kedelai sekitar 600 ppm, kapas 700 ppm, kentang manis 1380 ppm sebelum
gejala keracunan terjadi. Mangan terdapat di dalam larutan tanah sebagai
kation Mn++ dan Mn4+ serta sebagai Mn dapat ditukar. Ketersediaan Mn
dipengaruhi oleh pH tanah, dan menurun dengan meningkatnya pH.

Fungsi dan Kebutuhan


1. Mangan (Mn) merupakan unsurmikro esensial yang terlibat di dalam
proses oksidasi-reduksi di dalam sistem transpor elektron pada
fotosintetik.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 61

2. Unsur Mn esensial di dalam fotosistem II untuk fotolisis, dan bertindak


sebagai penjembatani untuk ATP dan enzim kompleks fosfokinase dan
fosfotransferase, serta aktivasi IAA oxidase (Mengel dan Kirkby, 1987).

Defisiensi dan Kelebihan Mn


Defisiensi Mn akan menimbulkan gejala khas berupa berkurangnya
pertumbuhan pucuk dan terjadi klorosis antara tulang daun pada daun lebih
muda. Tanaman sereal akan menimbulkan bercak abu-abu pada daun yang
lebih rendah dan pada daun legum akan muncul nekrosis pada kotiledonnya.
Kelebihan Mn dapat menyebabkan daun-daun tua memperlihatkan bercak
coklat dengan daerah klorosis berbentuk membulat (melingkar). Pada apel
dan buah-buahan akan kehilangan daging buahnya dan seperti bercak hitam
yang diduga akibat keracunan Mn.

Interaksi-interaksi
Mangan sekarang diketahui dapat berinterferensi dengan metabolisme atau
pengambilan dari unsur-unsur esensial yang lain.

3.13. Molibdenum (Mo)

Daun dengan kecukupan Mo berkisar antara 0,08 – 0,30 ppm di dalam


bahan kering daun. Defisiensi terjadi jika berada di bawah 0,1 ppm. Gejala
berlebihan jarang terjadi, tetapi beberapa tanaman masih memberikan
toleransi pada konsentrasi 702 ppm. Molibdenum terdapat di dalam larutan
tanah sebagai anion molibdat (MoO4). Ketersediaan Mo dipengaruhi oleh pH
tanah dan menurun dengan menurunnya pH sama seperti anion fosfat.

Fungsi dan Kebutuhan


1. Berperan dalam meningkatkan fiksasi N secara simbiotik.
2. Terlibat dalam pembentukan protein
3. Merupakan komponen dari enzim nitrat reduktase yaitu untuk mereduksi
nitrat menjadi amonia yang selanjutnya menjadi asam amino.
4. Sabagai komponen enzim nitrogenase yang penting pada penyematan N
pada pembentukan bintil akar.

Defisiensi dan Kelebihan Mo


Defisiensi Mo berbeda antar jenis tanaman. Pada tanaman legum dapat
menimbulkan klorosis mirip defisiensi N. Pada tanaman jeruk terjadi bercak
kuning (yellow spot). Pada tanaman kubis (Crussiferae) defisiensi ditandai
dengan ukuran lebar daun yang menyempit seperti ekor cambuk (whiptoil).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


62 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Pembentukan bunga juga terhambat. Pada leguminosa, kekurangan Mo dapat


menghambat pembentukan bintil akar. Gejala kelebihan Mo dapat
menyebabkan daun berwarna kuning keemasan. Pada tanaman tomat gejala
ini muncul pada konsentrasi 1000 – 2000 ppm. Yang ditemukan keracunan
Mo adalah pada ternak ruminansia yang disebut dengan molibdenosis.

3.14. Seng (Zn)

Daun dengan kecukupan Zn berkisar antara 25 – 150 ppm di dalam


bahan kering daun. Level jaringan akan mencapai 200 ppm dan berlebihan
jika >700 ppm. Defisiensi terjadi pada konsentrasi 20 – 25 ppm. Zn terdapat
di dalam larutan tanah sebagai kation Zn++ dan sebagai Zn dapat ditukar.
Ketersediaan Zn umumnya tinggi pada tanah masam.
Fungsi dan Kebutuhan
1. Sebagai penyusun sejumlah enzim metallo (metallo-enzyme) dan esensil
bagi semua makhluk hidup
2. Zn juga merupakan komponen esensial dari enzim carbonicanhydrase
yang berfungsi mengatur keseimbangan antara CO2 dan H2O dan asam
karbonat.
3. Berperan dalam produksi hormon dan auksin bagi pertumbuhan.
4. Secara morfologi berperan dalam perpanjangan sel pada ruas batang, dll.
5. Mobilitas Zn dalam tanaman sedang hingga kurang mobil.

Defisiensi dan Kelebihan Zn


Defisiensi Zn terjadi pemendekan dari ruas-ruas batang. Daun-daun
akan mengecil dan kadang-kadang mirip dengan tajuk bunga (rosetting).
Terjadi klorosis antar vena daun. Kelebihan Zn dapat menyebabkan daun-
daun tua memperlihatkan bercak coklat hingga kuning.

Interaksi-interaksi
Zn dapat berinteraksi dengan P membentuk presipitasi. Kelebihan P
bisa menekan ketersediaan Zn, demikian pula sebaliknya. Pada tanah-tanah
berkapur tinggi Zn bisa membentuk garam yang tidak larut.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 63

3.15. Identifikasi Gejala Defisiensi

Konsep Hara Minimum


Tanaman membutuhkan unsur hara esensial untuk menjalankan fungsi
secara normal bagi pertumbuhan dan produksinya. Kisaran kecukupan hara
didefinisikan sebagai rentang kebutuhan hara untuk mencapai gizi tanaman
agar diperoleh pertumbuhan yang maksimum (McCauley, 2009). Luas
kisaran ini tergantung kepada jenis tanaman secara individu dan terutama
unsur hara. Aras unsur hara yang berada di luar batas kecukupan akan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kesehatan akibat kekurangan
(defisiensi) atau keracunan.
Defisiensi hara terjadi jika unsur esensial tidak tersedia dalam jumlah
yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman,
sementara keracunan terjadi apabila unsur hara berada dalam jumlah yang
melebihi dari kebutuhan tanaman dan pertumbuhan tanaman serta kulaitasnya
akan menurun (Bennett, 1994). Di dalam tanah, secara umum tidak seluruh
unsur hara mengalami kekurangan atau kelebihan karena sebagaian unsur
hara telah tersedia di dalam tanah. Namun oleh karena sering digunakan
untuk produksi, maka beberapa unsur hara bisa ditemukan dalam keadaan
kurang. Umumnya, unsur hara yang sering mengalami defisien adalah unsur
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan sulfur (S), sedangkan unsur hara
lainnya umumnya jarang terjadi kekurangan, namun hal ini sangat tergantung
kepada jenis tanah dan pengelolaan tanaman. Pada tanah-tanah yang bereaksi
masam, unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Zn, Cu, dan Zn biasanya terdapat
berlebihan sehingga sering menimbulkan gejala keracunan, sedangkan unsur
hara seperti Ca, Mg, Mo, dan B justru terjadi kekurangan. Sebaliknya pada
tanah alkalis, Fe, dan Mn sering tejadi defisiensi sementara B dan Mo serta
Cl bisa ditemukan berlebihan (Marschner’s, 2011).
Meskipun di dalam praktek, mungkin tidak semua unsur hara berada
dalam keadaan defisiensi, tetapi jika terdapat salah satu atau lebih unsur
berada dalam keadaan kurang (minimum), maka tanaman tidak akan
memberikan hasil yang maksimum. Hal ini sesuai dengan kaidah minimum
unsur hara yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan dibatasi oleh
unsur-unsur yang berada dalam jumlah yang minimum (Mengel dan Kikrby,
1987). Tanaman akan tumbuh dan berproduksi hanya apabila unsur hara
tersedia sesuai yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, tidak dipersoalkan
banyaknya unsur dibutuhkan tetapi yang penting adalah unsur hara tersedia
yang mana yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman
tersebut. FAO (1999), telah mengilustrasikan hukum minimum hara ini

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


64 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

dalam bentuk diagram “Analogi Barrel” atau analogi tempayan air


sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 memperlihatkan


diagram ilustrasi tentang Hukum
Minimum. Dari gambar terlihat
bahwa permukaan air dianalogi
sebagai potensi hasil tanaman, di
mana hara nitrogen dimisalkan
sebagai lubang tempayan yang
paling rendah, yang disusul oleh
kalium dan fosfor. Di sini
menunjukkan bahwa air tidak akan
pernah bisa memenuhi tempayan
(barrel) jika lubang nitrogen, kalium,
dan fosfor tidak ditutup hingga
penuh.

Gambar 3.1. Ilustrasi Analogi Barrel menggunakan nitrogen sebagai unsur


yang tersedia paling rendah (FAO, 1999).

Pengertian ditutupi di sini adalah unsur-unsur yang berada dalam jumlah


minimum tersebut harus dibuat tersedia bagi tanaman agar tanaman dapat
tumbuh sengan baik (atau dalam analogi ini agar air bisa diisi hingga batas
unsur sulfur). Demikian seterusnya hingga semua unsur yang kurang dapat
dipenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi tanaman tidak akan dicapai
maksimum jika ketiga unsur hatra tersebut berada dalam keadaan minimum.
Jika dalam keadaan seperti tersebut di atas, maka jika persoalan ketiga hara
ini tidak diatasi, maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman.
Dalam konteks dengan defisiensi hara, maka jika salah satu atau tiga unsur
hara tersebut menjadi pembatas utama (tidak tersedia), maka biasanya
tanaman akan memperlihatkan gejala-gejala pada organ (daun) tanaman
sesuai fungsi dan spesifikasi masing-masing unsur yang berada dalam
kondisi kurang (defisien).

Mengenal Ciri Gejala Visual


Mengenal gejala defisiensi pada dasarnya bukan pekerjaan mudah,
walaupun gejala defisiensi setiap unsur hara bersifat spesifik. Hal ini
disebabkan karena gejala defisiensi hara yang terjadi pada daun tanaman atau
bagian lainnya tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 65

Bahkan antar unsur hara juga terjadi interaksi yang memberikan efek pada
tanaman yang kadang-kadang sulit dijelaskan apa yang menjadi
penyebabnya. Di sisi lain, gejala defisiensi hara kadang sulit dibedakan
dengan gejala kekurangan air, dan/atau gejala serangan hama dan penyakit.
Oleh karena itu, perlu dipisahkan antara gejala karena pengaruh serangan
hama dan penyakit dengan gejala defisiensi dan keracunan (Epstein dan
Bloom, 2004). Namun, jika identifikasi gejala dilakukan secara sistematis
dan cermat maka kesulitan tersebut dapat akan dapat diatasi. Salah satu alat
untuk mendiagnosa gejala defisiensi atau keracunan unsur hara pada tanaman
adalah dengan melakukan pengamatan secara visual pada daun tanaman yang
dikenal sebagai “visual symptom” (Chapman, 1978). Untuk membantu dalam
diagnosa status hara di dalam tanah dan tanaman, maka ada baiknya
dipahami betul gejala-gejala yang timbul pada tanaman dengan penyebabnya.
Greentrees (1992), telah membuat suatu diagram matriks yang menyatakan
hubungan antara gejala-gejala yang muncul pada tanaman dengan
kemungkinan kaitannya dengan unsur hara yang mengalami defisiensi atau.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa di antara berbagai gejala yang
mungkin terjadi atau ditemukan pada tanaman ada yang hanya dapat
dikaitkan dengan satu unsur hara (faktor) yang menjadi penyebabnya, dan
adapula yang disebabkan oleh banyak unsur hara sebagai penyebabnya.
Demikian juga dapat dilihat bahwa ada unsur hara tertentu, ternyata
memberikan satu atau dua macam gejala, namun ada pula satu unsur hara
yang mengalami defisiensi/toksik bisa menimbulkan banyak gejala yang
muncul pada tanaman. Namun secara garis besar menyatakan bahwa gejala
defisiensi satu unsur hara umumnya memberikan gejala yang banyak pada
tanaman, demikian pula sebaliknya. Keadaan ini membuat diagnosa hara
menjadi sulit, sehingga jika terjadi kasus seperti ini, maka perlu identifikasi
lanjutan.
Sebagai contoh, gejala defisiensi N bisa menimbulkan tujuh gejala
pada tanaman yaitu daun tua menguning, daun tua jatuh sebelum matang,
ujung daun tua menguning, pertumbuhan tanaman/daun kerdil, daun
berwarna hijau pucat, spindly dan pucuk menjadi lemah. Demikian juga
gejala defisiensi unsur yang lain. Oleh karena itu, cara yang relatif agak
mudah untuk menetapkan status hara adalah dengan melihat gejala tanaman
kemudian dikaitkan dengan unsur penyebabnya. Sebagai contoh, klorosis
pada daun merupakan ciri atau gejala tanaman yang dapat disebabkan oleh
banyak unsur hara seperti N, P, K, Mg, S, dan Fe. Untuk memilih unsur mana
yang paling berkaitan dengan gejala maka dapat dilihat lagi pada daun mana
awal mula terjadi klorosis, misalnya daun muda.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


66 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Tabel 3.2. Matriks hubungan antara gejala defisiensi/toksisitas dengan unsur


yang dicurigai sebagai penyebabnya
Gejala Defisiensi/Toksisitas N P K Ca Mg S Fe Cu Zn B Mo Mn Cl

Daun muda menguning


Daun tengah menguning
Daun tua menguning
Antar vena daun menguning
Daun tua jatuh
Daun menggulung ke atas
Daun menggulung ke bawah
Ujung daun muda
mengering
Ujung daun tua menguning
Daun-daun muda
menggulung
Nekrosis
Pertumbuhan daun kerdil
Daun dan pucuk berwarna
hijau tua atau keunguan
Daun berwarna hijau pucat
Molting (gugur daun)
Spindly
Pucuk-pucuk melemah
Pucuk daun mengeras
Pertumbuhan kerdil dan
mati
Pertumbuhan akar kerdil
Layu
Sumber : Greentrees (1992) (dimodifikasi moleh penulis)

Jika klorosis terjadi pada daun muda, maka kemungkinan unsur yang
mengalami defisiensi ialah unsur hara immobil yaitu S dan Fe. Untuk
memastikan apakah S atau Fe, maka dapat ditelusuri penyebaran gejalanya.
Jika gejala klorosis menyeluruh daun dan berkembang ke hampir seluruh
daun, berarti unsur yang berkaitan dengan gejala tersebut adalah sulfur (S).
Hal serupa juga gejala yang terjadi karena nekrosis yang mungkin melibatkan

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 67

delapan unsur hara yang berkaitan dengan gejala ini yaitu K, Ca, Mg, S, Fe,
Zn, Mn, dan Cl. Ada satu gejala tanaman yang sangat unik yang gejala daun
berwarna ungu atau merah. Gejala ini hanya disebabkan oleh defisiensi unsur
fosfor (P), dan kemungkinan disebabkan terkait dengan unsur lain adalah
kelebihan Zn, karena dengan kelebihan Zn maka akan terjadi defisiensi P
(Prassad dan Power, 1997; Marschner’s, 2011).
Jika melalui pengamatan visual ini masih mengalami kesulitan, maka
penuntasannya dapat dilakukan dengan analisis daun dan/atau dengan
melakukan analisis tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan McCauley et al.
(2009), yang mengemukakan bahwa interpretasi visual terhadap gejala
defisiensi di dalam tanaman boleh jadi sulit sehingga perlu dikonfirmasi
ulang dengan analisis tanaman dan tanah. Kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi gejala-gejala cekaman unsur hara mungkin disebabkan oleh
beberapa hal berikut :
1. Banyak gejala yang mirip, misalnya gejala defisiensi nitrogen (N) and
sulfur (S) dapat sangat mirip tergantung kepada tempat, tingkat
pertumbuhan, dan keparahan dari defisiensi.
2. Gejala-gejala defisiensi dan keracunan (toksisitas) yang bersifat majmuk
(ganda) dapat terjadi pada waktu yang bersamaan. Lebih dari satu
defisiensi atau toksisitas dapat menghasilkan gejala atau mungkin
defisiensi satu unsur hara dapat terjadi karena kelebihan unsur hara yang
lain. Sebagai contoh, kelebihan P dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi Zn.
3. Jenis tanaman, dan bahkan beberapa varietas dari jenis yang sama,
berbeda dalam kemampuan menampakkan gejala defisiensi dan
keracunan. Sebagai contoh, jagung lebih sensitif terhadap defsiensi Zn
daripada padi dan jenis tanaman lainnya.
4. Adanya gejala-gejala defisiensi yang bersifat semu (pseudo deficiency
symptoms). Gejala semu yang dimaksudkan di sini ialah gejala-gejala
visual yang memperlihatkan kemiripan terhadap gejala-gejala defisiensi
unsur hara. Faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan terjadinya
gejala semu meliputi penyakit, kekeringan, kelebihan air, genetik tidak
normal, residu herbisida dan pestisida, serangan hama, dan pengaruh
kompaksi tanah.
5. Gejala yang tersembunyi. Tanaman kadangkala terjadi kekurangan unsur
hara tanpa memnunjukkan gejala visualnya.
6. Gejala-gejala lapangan yang memperlihatkan berbeda dari gejala ideal
(sesungguhnya). Banyak tanaman yang ketika diuji di lapangan atau
dikontrol terhadap peran unsur tertentu, ternyata tidak memunculkan
gejala yang diharapkan.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


68 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Gejala defisiensi unsur hara secara visual dapat bermanfaat sebagai


alat untuk evaluasi status unsur hara tanaman. Namun perlu diingat bahwa
apa yang diperoleh hasil pengamatan visual belum cukup untuk memberikan
diagnosis yang pasti terhadap status hara tanaman. Banyak gejala defisiensi
klasik seperti ujung daun yang terbakar, klorosis dan nekrosis terjadi
merupakan ciri dari defisiensi bberapa hara mineral dan juga karena
cekaman-cekaman lainnya sehingga menjadi tidak spesifik terhadap unsur
hara tertentu. Oleh karena itu, deteksi secara teratur terhadap gejala secara
ekstrim akan berguna untuk evaluasi status unsur hara (nutrisi) tanaman (Taiz
dan Zeiger, 2003).
Sebagai tambahan, pengamatan secara aktual terhadap morfologi dan
sifat gejala, pengetahuan lokasi, dan waktu kejadian gejala merupakan aspek
kritis dalam evaluasi status nutrisi tanaman. Tanaman tidak tumbuh terpisah
tetapi merupakan bagian dari lingkungan di mana ia ditanam sehingga
perubahan lingkungan tumbuh akan direspon oleh tanaman yang pada
gilirannya akan mempengaruhi ketersediaan hara. Perubahan status hara di
dalam tanah juga akan mempengaruhi pula status hara di dalam tanaman
(Mengel dan Kirkby, 1987).
Pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah lapangan akan sangat
membantu dalam menentukan penyebab cekaman hara pada tanaman.
Selanjutnya perlu dipahami bahwa gejala hara juga dipengaruhi dan dibatasi
oleh waktu. Ada kalanya, gejala muncul pada suatu ketika, namun kemudian
secara perlahan akan hilang dan kemungkinan muncul lagi gejala yang lain
lagi. Sehubungan dengan hal ini, maka pengamatan visual terhadap gejala
perlu dicatat waktu dan lama terjadi gejala serta ciri-ciri gejala yang
ditimbulkannya. Selain itu, uji tanah dan tanaman secara teratur sangat
dianjurkan untuk diagnosis dini dan pencegahan terhadap cekaman unsur
hara. Jika gejala visual diamati, maka perlu dilengkapi dengan data tentang
tanaman jenis apa yang terpengaruh, bagaimana keadaan topografi dan
lokasi, kondisi tanah, deskripsi detail dari gejala, dan waktu pertama kali
terjadi gejala. Lokasi yang terpengaruh sebaiknya digambarkan jelas dan
dimonitor misalnya dengan menggunakan bendera atau perlatan GPS
(Geographic Positional System). Informasi ini akan bermanfaat dalam
pencegahan cekaman hara untuk tahun-tahun selanjutnya.
Gejala Defisiensi Umum
Langkah pertama dalam diagnosa unsur hara tanaman adalah
menggambarkan seperti apa gejala yang terjadi. Setiap gejala defisiensi harus
berhubungan dengan beberapa fungsi dari unsur hara di dalam tanaman
(Havlin et al., 1998). Menurut McCauley (2009), gejala-gejala yang
disebabkan oleh defisiensi unsur hara secara umum dapat kelompokkan ke
dalam lima kategori, yaitu : (1) pertumbuhan yang kerdil, (2) klorosis, (3)

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 69

klorosis di antara tulang daun (interveinal chlorosis). (4) berwarna merah-


ungu, dan (5) nekrosis. Contoh-contoh dari ke lima gejala utama dari
tanaman akibat defisiensi dan keracunan hara atau sekaman karena faktor
lainnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Bentuk-bentuk gejala daun tanaman akibat defisiensi atau


keracunan unsur hara (modifikasi dari Bennett, 1994)

Kerdil merupakan gejala umum untuk kebanyakan unsur hara yang


mengalami defisiensi akibat peran mereka yang beragam di dalam tanaman.
Sebagai contoh, jika unsur hara terlibat dalam fungsi-fungsi tanaman seperti
perkembangan pucuk, fotosintesis, dan produksi protein mengalami
kekurangan, maka tanaman dicirkan dengan pertumbuhan yang lambat,
tanaman akan memperlihatkan ukuran yang kecil (kerdil). Klorosis dan
klorosis di antara tulang daun ditemukan dalam tanaman-tanaman yang
mengalami kekurangan hara yang diperlukan untuk proses fotosintesis dan
klorofil karena hijau daun merupakan pigmen yang terlibat dalam
fotosintesis. Klorosis dapat terjadi pada daun tanaman dengan
memperlihatkan warna daun hijau pucat hingga kuning atau muncul beberapa
tempat seperti bercak putih atau kuning (Marschner’s, 2011). Klorosis di
antara tulang daun merupakan warna kuning yang muncul antara tulang daun
sementara tulang daun masih tetap berwarna hijau.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


70 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Klorosis antara tulang daun terjadi apabila beberapa unsur hara seperti
B, Fe, (Mg), Mn, (Ni), dan Zn berada dalam keadaan kurang (kahat). Warna
merah-ungu pada pucuk tanaman dan daun terjadi akibat kelebihan dari
hormon anthosianin sebagai pigmen berwarna ungu yang terakumulasi jika
fungsi-fungsi tanaman berada dalam keadaan tertekan (cekaman). Gejala ini
agaknya sulit untuk didiagnosa karena temperatur dingin, penyakit,
kekeringan, dan penuaan dini dari beberapa tanaman dapat juga
menyebabkan terjadinya akumulasi anthosianin ini (Bennett, 1994). Varietas-
varietas tanaman lainnya juga dapat memunculkan warna ungu daun seperti
ini. Nekrosis umumnya terjadi pada tingkat akhir dari defisiensi dan
mengakibatkan bagian-bagian tanaman awal dipengaruhi oleh defisiensi
menjadi coklat dan mati. Beberapa unsur hara bisa menimbulkan gejala ini
terutama pada bentuk pola daun atau pada bagian-bagian tertentu yang
memerlukan diagnosis secara khusus.

Unsur Hara Mobil dan Immobil


Langkah yang lain untuk mengidentifikasi gejala-gejala defisiensi
adalah menentukan apakah defisiensi merupakan hasil dari unsur hara mobil
atau immobil yang didasarkan pada gejala mana yang diperlihatkan pada
tanaman. Unsur hara mobil (mobile nutrient) adalah unsur hara yang dapat
berpindah dari daun tertua ke daun termuda dari bagian tanaman apabila
suplai unsur tersebut tidak mencukupi, sebaliknya unsur hara immobil
(immobile nutrient) ialah unsur hara yang tidak dapat berpindah dari bagian
tanaman yang satu ke bagian tanaman yang lain (Mengel dan Kikrby, 1987).
Menurut McCauley (2009), unsur-unsur hara yang bersifat mobil meliputi N,
P, K, Cl, Mg, dan molibdenum (Mo). Oleh karena unusr-unsur ini bersifat
mobil, maka defisiensi visual akan terlihat pertama kali pada daun yang lebih
tua atau lebih rendah dan pengaruhnya dapat terjadi secara lokal (setempat)
atau umum (menyebar).
Sebaliknya, unsur hara immobil seperti B, (Ca), Cu, Fe, Mn, Ni, S, dan
Zn merupakan unsur yang tidak dapat berpindah dari satu bagian ke bagian
yang lain dan gejala defisiensi pada awalnya terjadi pada daun-daun yang
lebih muda atau daun yang teratas dan biasanya terjadi setempat. Zn
merupakan pengecualian di mana gejala defisiensi kadang terjadi pada daun
di bagian tengah dan kemudian pengaruhnya bisa menyebar pada daun
termuda atau tertua. Ilustrasi gejala defisiensi unsur hara berdasarkan sifat
mobilitas unsur hara dapat dilihat pada diagram Gambar 3.4.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 71

Gambar tersebut menunjukkan bahwa unsur mobil seperti N, P, K, dan Mg


dikelompokkan sebagai unsur yang yang gejala defisiensinya akan diawali
pada daun bagian bawah atau daun yang lebih tua, sedangkan kelompok
Cl unsur hara immobil seperti Ca, B, Mn, Mo, Fe, Zn, dan Cu akan terlihat
awalnya pada daun termuda atau daun bagian atas. Selanjutnya juga dari
gambar juga memperlihatkan bahwa ada unusr yang gejala defisiensinya bisa
terlihat pada daun termuda dan juga daun tertua yaitu N, S, dan Cl.

Gambar 3.4. Diagram Pembagian Unsur Hara Berdasarkan Asalmula Gejala


Terjadinya Defisiensi pada Daun Tanaman (McCauley, 2009).

Kunci Identifikasi Gejala Defisiensi


Agar pengenalan terhadap gejala defsiensi dan penyebabnya lebih
mudah maka dapat digunakan kunci identifikasi sebagaimana dikembangkan
oleh McCauley (2009) yang disajikan pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6.
Kunci identifikasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi defisiensi hara
yang didasarkan pada gejala-gejala umum. Kunci terdiri atas pernyataan-
pernyataan alternatif yang berbeda tentang struktur tanaman dan
penampilannya. Jika memungkinkan, kunci ini sangat membantu untuk
membandingkan kesehatan tanaman. Dimulai pada bagian atas (awal) kunci,
bacalah pernyataan dan tentukan pernyataan-pernuataan yang digunakan
terhadap keadaan tanaman yang dievaluasikan.
Jika pernyataan menggambarkan adanya gejala-gejala tanaman, maka
ikuti menurut tanda panah “Ya” untuk pernyataan berikutnya. Jika tidak,
maka ikuti tanda panah “Tdk” untuk pernyataan yang lain (alternatif

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


72 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

pernytaan). Lanjutkan proses ini hingga ditemukan gejala defisiensi yang


tepat diidentifikasi. Walaupun kebanyakan deskripsi di dalam kunci ini
secara umum dapat mengakomodasikan gejala-gejala umum yang yang
terjadi pada aneka tanaman budidaya, namun perlu diingat bahwa gejala-
gejala defisiensi untuk setiap jenis tanaman berbeda dan ada gejala defsiensi
khusus yang tidak ditampilkan pada diagram kunci ini.

Sumber : McCauley et al. (2009, dimodifikasi oleh penulis)

Gambar 3.5. Langkah-langkah identifikasi gejala defisiensi hara tanaman


untuk unsur yang bersifat mobil

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 73

Sumber : McCauley et al. (2009, dimodifikasi oleh penulis)

Gambar 3.6. Langkah-langkah identifikasi gejala defisiensi hara tanaman


untuk unsur yang bersifat tidak mobil

Gejala Defisiensi Unsur Hara Mobil

1. Nitrogen (N)
Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk produksi protein, asam
nukelat (DNA dan RNA), dan klorofil. Oleh karena itu, gejala-gejala
defisiensi N umumnya klorosis pada daun-daun yang lebih rendah yang
ditandai dengan warna hijau cerah hingga kuning, tanaman menjadi kerdil
dan pertumbuhan menjadi lambat, dan nekrosis pada daun-daun yang lebih
tua dalam beberapa kasus. Tanaman-tanaman yang mengalami defisiensi N
akan terjadi kematangan dini dan kualitas tanaman serta hasil biasanya akan
berkurang (Jones, 1998). Pada tanaman-tanaman biji (serealia) warna kuning

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


74 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

akibat diskolorasi terjadi pada ujung daun membentuk huruf “V” (Jacobsen
dan Jasper, 1991) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7. Jika N tidak
mencukupi, maka pada tanaman biji juga akan memperlihatkan gejala seperti
sedikitnya anakan, ranting mengecil, tanaman kerdil (pendek), dan biji akan
mengahasilkan kandungan protein yang rendah. Pada tanaman kentang,
defisiensi N bisa memperlihatkan daun menggulung atau keriting (curling)
dan memiliki umbi yang kecil (Bennett, 1994) dan defisiensi N di lapangan
kadang-kadang tidak seragam tergantung pada kondisi-kondisi dari tingkat
difisiensi.

Gambar 3.7. Gejala defisiensi N dalam bentuk klorosis dan diskolorasi daun
(bentuk ‘V’) (Jacobsen dan Jasper, 1991).

Defisiensi N pada kedelai akan menyebabkan daun tertua menjadi


hijau kekuningan atau hijau pucat (Bennett, 1994). Defisiensi N ini sangat
sering dan umum terjadi pada tanaman kedelai, karena proses nodulasi atau
pembentukan bintil akar terhambat yang akan menghasilkan inokulum yang
tidak cukup di dalam tanah yang basah atau bertemperatur dingin akibat tidak
aktifnya bakteri pengikat N. Pada tanaman kacang tanah, gejala defisiensi N
mirip dengan gejala pada kedelai tetapi gejala pda kedelai lebih sering terjadi
dibandingkan dengan pada kacang tanah karena toleransi kacang tanah
terhadap kekurangan N lebih baik. Pada tanaman yang lain, gejala defisiesni
umum adalah terjadinya klorosis pada daun akibat gagalnya pembentukan
klorofil yang sangat penting untuk fotosintesis (Marschner’s, 2011). Dengan
demikian dapat disimpulkan secara umum bahwa defisiensi N ditandai
dengan terjadi klorosis (daun berwarna kuning) ada pangkal daun tua hingga

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 75

menjalar ke seluruh daun. N merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman,


sehingga gejala awal akan muncul pada daun yang lebih tua.

2. Fosfor (P)
Tanaman membutuhkan P untuk pembentukan ATP atau energi,
karbohidrat, dan asam-asam nukleat. Defisiensi P akan menimbulkan gejala
pada tanaman-tanaman muda karena pada tahap ini biasanya relatif
memerlukan P lebih besar daripada tanaman-tanaman yang dewasa
(Grundon, 1987; McCauley et al., 2009; Maschner’s, 2011). Tanaman-
tanaman yang tumbuh di temperatur dingin, maka pada awal pertumbuhan
sering menjadi penyebab defisiensi P. Tanaman-tanaman yang kekurangan P
ini umumnya ditandai dengan daun-daun dan batang berwarna hijau tua dan
tampak kerdil (Gambar 3.8A). Daun lebih tua merupakan yang pertama kali
dipengaruhi akibat defisiensi P dan dapat berubah menjadi ungu (diskolorasi)
akibat akumulasi karbohidrat (gula). Hal ini tejadi karena kelebihan pigemn
anthosianin dan pada beberapa kasus ujung daun akan menjadi coklat dan
mati seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8B.

Gambar 3.21. Gejala defisiensi P pada tanaman (A: daun berwarna hijau
gelap; B: daun berwarna ungu atau diskolorasi (dari:
McCauley et al., 2009, dimodifikasi.

Tumbuhan yang yang mengalami kekurangan P nampak lemah dan


kedewasaan (kematangan) tertunda. Perkembangan daun dan area permukaan
daun dapat terhambat, dan menyebabkan daun-daun mengeriting dan kecil.
Pada tanaman gandum dan biji-bijian kecil yang mengalami kekurangan P
cenderung membuat pertumbuhan tertekan dan mudah menimbulkan

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


76 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

penyakit pada akar, dan beberapa varietas akan membuat daun menjadi
merah atau ungu. Pada tumbuhan makanan kuda (alfalfa), perkembangan
tanaman lambat (Bennett, 1994). Defisiensi P pada kentang, gejalanya antara
lain daun-daun akan mengeriting dan selanjutnya akan mempengaruhi
pertumbuhan umbi. Umbi biasanya akan keluar dari zona tumbuh dan
menjadi busuk atau mengecil. Pada tanaman jagung, defisiensi P secara
visual umumnya daun-daun pada tanaman muda akan terlihat berwarna ungu
(Sufardi, 1999) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.20b.
Dari perspektif lapangan, kekurangan P umumnya sering terjadi pada
bagian atas tanah atau pada wilayah yang telah mengalami erosi berat atau
tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut, atau tanah-tanah yang
telah diambil lapisan atasnya atau tanah-tanah yang mempunyai kadar zat
kapur karbonat (CaCO3) tinggi. Pertumbuhan tanaman pada tanah yang kaya
kalsium karbonat ini cenderung akan mengalami kekurangan P akibat
terjadinya presipitasi (pengendapan) mineral-mineral yang tidak larut dalam
bentuk Ca-P (McCauley et al., 2009).

3. Kalium (K)

Kalium digunakan oleh tanaman untuk aktivasi enzim-enzim dan co-


enzim khususnya pada protein-protein yang berfungsi sebagai katalisator dan
co-faktor (Havlin et al., 1998). Kalium juga sangat berperan dalam
fotosintesis, pembentukan protein, dan pengangkutan gula atau karbohidrat
(Jones et al., 1991). Menurut Mengel dan Kikrby (1987), kekurangan K tidak
segera menampakkan gejalanya dan kadang tidak terlihat. Pada tahap awal,
gejalanya hanya akan mengurangi tingkat pertumbuhan, tetapi jika berlanjut
maka akan terjadi klorosis dan nekrosis. Daun tua yang terpengaruh akan
terjadi bercak secara setempat atau terjadi klorosis pada bagian tepi daun
seperti terbakar (Gambar 3.9).
McCauley et al. (2009), menjelaskan bahwa gejala klorosis akibat
defisiensi K dicirikan mulai pada ujung daun, tetapi tidak seperti huruf ‘V”
akibat defisiensi N. Klorosis karena defisiensi K akan berkembang sepanjang
tepi daun hingga ke pangkal daun dan biasanya pada bagian tengahnya tetap
berwarna hijau dan hidup. Bintik-bintik berwarna putih atau kuning mungkin
bisa juga ditemukan sepanjang tepi daun. Indikasi lain dari defisiensi K
adalah berkurangnya kekuatan dari jerami atau batang pada tanaman biji-
bijian kecil dan jagung, bermasalah dengan penyimpanan, mengurangi daya
tahan terhadap penyakit, dan mengurangi ketahanan pada tanaman tahunan
dan tanaman semusim pada masa dingin (Jacobsen dan Jasper, 1991).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 77

Gambar 3.9. Gejala defisiensi kalium (K) pada tanaman (A: klorosis tepi
daun; B: binti-bintik pada daun (bercak putih dan kuning)

Akibat lain defisiensi K adalah produksi biji akan mengandung protein


yang rendah dan tampak layu. Pada tanaman Alfalfa, bintik-bintik putih akan
muncul pada sudut-sudut daun. Beberapa cultivar seperti barley, apabila
kekurangan K maka akan terjadi pembentukan anakan yang berlebihan.
Akibat K berperan dalam akumulasi gula atau karbohidrat, maka pada
tanaman-tanaman yang berumbi seperti kentang, bit gula, ketela akan
memiliki umbi yang kecil (Fageria et al., 1991; Bennett, 1994).

4. Klor (Cl)
Klor diperlukan oleh tanaman untuk turgor daun dan fotosintesis.
Hingga saat ini hanya sedikit informasi yang dapat didokumentasikan
terhadap defisiensi Cl sebagai gejala yang secara fisiologis sering
menimbulkan kesalahan diagnosis (misdiagnosis) pada bintik daun (Engel et
al., 2001). Namun, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilaporkan
menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami kekurangan Cl terjadi klorosis
dan menimbulkan bintik-bintik nekrosis sepanjang daun pada batas antara
jaringan hidup dan jaringan mati (Engel et al., 1998; Engel et al., 2001)
seperti dilihat pada Gambar 3.10. Mengel dan Kirkby (1987), menambahkan
bahwa defisiensi Cl juga bisa membuat daun-daun di bagian tepi menjadi
layu dan sistem akar akan bercabang sangat banyak dan gejala ini merupakan
penciri dari defisiensi Cl terutama sering ditemukan pada tanaman-tanaman
sereal (biji) seperti gandum, sorgum, dan sejenisnya. Defisiensi Cl pada

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


78 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

beberapa cultivar sangat banyak dan beragam sehingga mudah keliru dengan
penyakit-penyakit pada daun (Dris et al., 2002; Datnoff et al., 2007).

Gambar 3.10. Gejala defisiensi klor (Cl) pada tanaman (A: nekrosis pada
daun; B: bercak kuning dan coklat pada daun tomat)

5. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur sentral dalam molekul klorofil dan
penting sebagai co-faktor untuk produksi ATP. Pada tanah-tanah dengan
kandungan Mg yang cukup, gejala defisiensi jarang terjadi, tetapi pada tanah-
tanah yang kekurangan (kahat) Mg, gejala defisiensi biasanya akan terjadi
klorosis antara tulang daun yang disebut “interveinal chlorosis” sehingga dan
tepi daun menjadi berwarna kuning hingga merah-ungu sedangkan tengah
daun tetap berwarna hijau.
Pada tanaman gandum, gejala defisiensi terjadi seperti bercak hijau-
kuning pada daun, sedangkan pada alfalfa, daun akan mengeriting atau
menggulung dan berwarna kemerahan di bagiah sisi bawah (Bennett, 1994).
Daun dari tanaman bit gula dan kentang yang kekurangan Mg sering
berbentuk keras dan kaku dan tulang-tulang daun sering terbelit.
Pengurangan konsentrasi Mg dalam gandum untuk makanan ternak dapat
memacu terhadap rendahnya Mg dalam serum darah ternak perumput
(Jacobsen dan Jasper, 1991). Contoh gejala klorosis daun akibat defisiensi
magnesium dapat dilihat pada Gambar 3.11.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 79

Gambar 3.11. Gejala defisiensi magnesium (Mg) pada tanaman (A: klorosis
pada daun; B: klorosis antara tulang (vena) daun

6. Molybdenum (Mo)
Molibdenum merupakan unsur hara yang diperlukan untuk aktivitas
enzim di dalam tumbuhan dan untuk fiksasi nitrogen pada tanaman
leguminosa. Dalam kaitan ini, gejala defisiensi Mo sering menyerupai
dengan gejala kekurangan N yang ditandai dengan pertumbuhan kerdil dan
klorosis terjadi pada kacang polong atau legum. Gejala lain tentang defisiensi
Mo adalah daun-daun akan berwarna pucat yang kadang-kadang bisa hangus
(seperti terbakar), membentuk seperti mangkuk (menangkupkan) atau
menggulung. Daun-Daun mungkin juga tampak rapuh (kaku) atau menebal,
dan akan secepatnya menjadi layu dan hanya meninggalkan bagian yang di
tengah yang masih hijau atau segar.
Molibdenum merupakan unsur yang mobil dalam tanaman dan tanah.
Pada tanah yang pH di bawah 6 atau tanah-tanah yang mengalami pencucian
kuat dan tanah-tanah npasir umumnya sering terjadi defisiensi Mo. Unsur ini
juga penting dalam metabolisme nitrogen (Mengel dan Kikrby, 1987). Gejala
umum lainnya akibat defisiensi Mo adalah daun-daun yang sempit yang
ditandai dengan daun-daun tua terjadi klorosis antar tulang daun. Daun baru
pada awal akan berwarna hijau, namun selanjutnya menjadi berkarat (bercak-
bercak coklat). Pada tanaman tertentu daun berubah seperti mengkait
(whiptail). Gejala ini sering ditemukan pada tanaman sayuran terutama jenis
kubis dan bunga matahari (Bennett, 1994). Pada jeruk, defisiensi Mo daun
menjadi bintik-bintik kuning yang dimulai dari daun tertua hingga menyebar
ke seluruh daun, namun kadang-kadang gejalanya tercadi secara acak. Jika

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


80 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

terjdi pada musim kering, maka daun ini akan mudah keguguran. Contoh
gejala defisiensi Mg pada beberapa tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Gejala defisiensi molibdenum (Mo) pada tanaman (A: klorosis
pada daun; B: bintik-bintik dan bercak coklat)

Gejala Defisiensi Unsur Hara Immobil

7. Sulfur (S)
Sulfur merupakan unsur yang penting sebagai penyusun asam amino
dan protein, sehingga kekurangan S akan mengakibatkan terhambatnya
sintesis klorofil dan protein. Defisiensi S ditandai dengan terjadi klorosis
menyeluruh pada daun terutama muncul pada daun lebih muda hingga
akhirnya menjalar ke seluruh daun. S adalah unsur yang bersifat immobil di
dalam tanaman, sehingga gejala awal akan tampak dulu pada daun termuda.
Gejala kekurangan S mungkin sulit untuk dilakukan diagnosis karena
pengaruhnya menyerupai gejala defisiensi N dan Mo. Berlawanan dengan N
atau Mo, gejala kekurangan S pada awalnya terjadi pada daun-daun lebih
muda berubah menjadi hijau cerah hingga menguning (klorosis) seperti
disajikan pada Gambar 3.13 (McCauley et al., 2009). Pada akhir
pertumbuhan, keseluruhan ntanaman mungkin akan berwarna hijau pucat.
Ciri seperti bintik-bintik atau belang umumnya tidak terjadi akibat defisiensi
S dan jika kekurang terus berlanjut, maka batang dan cabang akan mengecil
lemah dan tipis (Chapman, 1978).

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 81

Gambar 3.13. Gejala defisiensi sulfur (S) pada tanaman (A: klorosis terjadi
menyeluruh daun; B: klorosis pada daun muda)

Defisiensi S umumnya dijumpai pada tanah-tanah berpasir dan tanah


yang sedikit bahan organik. Pada jagung, defisiensi ditunjukkan pada daun
termuda atau daun bagian teratas sedangkan pada rerumputan gejalanya
hampir menyeluruh tanaman menguning. Beberapa tanaman juga terjadi
gejala pada daun muda dan juga daun tua terutama jika defisiensi S juga
dibarengi dengan dengan defisiensi N karena kedua unsur ini saling berfungsi
dalam fotosintesis. Bila berlanjut, maka tanaman akan kerdil dan mati. Pada
tumbuhan pinus (conifers), gejala defisiensi serupa dengan defisiensi N yaitu
tanaman akan mengalami bercak dan menguning pada ujung daun dan
terutama pada daun yang lebih tua yang diikuti oleh gejala nekrosis (Hosier
dan Bradley, 1999). Pada tanaman tomat, gejala defisiensi S dicirikan dengan
warna daun menguning pada daun termuda yang dimulai dari pucuk hingga
menyeluruh daun.

8. Boron (B)
Fungsi utama boron dalam tanaman berkaitan dengan pembentukan
dinding sel tanaman dan reproduksi jaringan. Tanaman yang mengalami
defisiensi B akan menyebabkan terjadinya klorosis pada daun-daun muda dan
titik pertumbuhan akan berhenti dan mati. Pada beberapa kasus, jika klorosis
berlanjut, maka daun-daun akan berubah menjadi coklat gelap, bentuk tidak
teratur yang selanjutnya berkembang menjadi nekrosis pada daun. Bintik-
bintik putih kekuningan juga bisa terbentuk pada pangkal daun. Akibat

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


82 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

gangguan ini pada pertumbuhan dinding sel, maka daun dan pucuk yang
mengalami kekurangan B akan menjadi tidak normal atau menyimpang dan
kaku bahkan ujung daun akan menggulung dan mengeriting (McCauley et
al., 2009). Tanaman yang terpengaruh akan tumbuh dengan lambat dan
tampak kerdil sebagai akibat pemendekan dari ruas-ruas daun (Epstein dan
Bloom, 2004). Karena B cenderung berakumulasi dalam reproduksi jaringan,
maka gejala defisiensi akan menyebabkan pembentukan bunga akan gagal
atau tidak terjadi pembuahan dan viabilitas benih biasanya jelek pada
tanaman yang kekurangan B (Jacobsen and Jasper, 1991; Weise, 1993). Pada
tanaman alfalfa dan canola, gejala defisiensi B akan menimbulakan daun
menjadi menggulung dan tidak menentu (rosetting), menguning pada daun
teratas, dan pembungaan yang jelek (Gambar 3.14).

Gambar 3.14. Gejala defisiensi boron (B) pada tanaman (A: klorosis terjadi
daun muda; B: klorosis menyebar pada seluruh daun)

Pada tanaman gula bit, defisiensi B ditandai dengan terjadinya kerusakan


akar dan daun menggulung serta pertumbuhan akan berhenti dan kerdil
(Mengel and Kirkby, 1987). Gejala lanjutan dapat menyebabkan umbi tidak
sehat dan mudah terserang penyakit serta mengandung gula yang rendah.

9. Besi (Fe)
Besi merupakan unsur hara mikro yang bersifat immobil yang
memainkan peran yang penting dalam reaksi-reaksi respirasi dan fotosintesis,
sehingga kekurangan Fe akan mengurangi produksi klorofil dan dicirikan
dengan terjadinya klorosis antara vena daun dan di sekitar daun muda

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 83

(Marschner’s, 2011). Jika defisiensi berlanjut, maka daun muda akan menjadi
kuning keputihan dan berkembang menjadi nekrosis (Foth, 1997; Mengel dan
Kikrby, 1987). Kekurangan Fe juga dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman melambat dan jika dilihat dari jauh, defisiensi di lapangan akan
tampak areal menguning dengan bentuk tidak teratur khususnya apabila tanah
bawah permukaan (subsoil) mencuat ke permukaan (Follett dan Westfall,
1992). Contoh-contoh gejala daun akibat kekurangan Fe dapat dilihat pada
Gambar 3.15.

Gambar 3.15. Gejala defisiensi besi (Fe) pada tanaman (A: klorosis terjadi
pada daun bagian atas; B: klorosis pada daun muda)

10. Seng (Zn)


Seng atau zinc dibutuhkan oleh tanaman untuk memproduksi hormon
tumbuh dan terutama penting untuk perpanjangan ruas antau anta buku dari
tanaman. Dari uraian terdahulu menyatakan bahwa Zn bersifat mobilitas
intermedit di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi akan diawali terjadi
pada daun-daun tengah (McCauley et al., 2009). Daun yang mengalami kahat
Zn akan terlihat klorosis antara tulang daun (interveinal chlorosis) khususnya
pada jalur tengah antara tepi dan tengah daun, berpengaruh pada
pembentukan sirip daun dan juga terjadi bercak berwarna coklat (mottling)
(Gambar 3.16). Areal yang terjadi klorosis dapat berwarna hijau pucat,
kuning atau bahkan putih. Beberapa defisiensi Zn akan mengakibatkan daun
berubah menjadi putih kelabu dan jatuh sebelum waktunya atau mati.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


84 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Gambar 3.16. Gejala defisiensi seng (Zn) pada tanaman (A: klorosis terjadi
pada daun bagian atas; B: klorosis pada daun muda)

Oleh karena Zn memainkan peranan yang penting dalam perpanjangan


ruas tanaman, maka defisiensi Zn umumnya tanaman akan terlihat kerdil.
Pembungaan dan ukuran biji juga buruk bagi tanaman yang terpengaruh.
Khusus pada tanaman alfalfa, defisiensi ditandai dengan gejala daun yang
mengecil, berwarna abu-abu atau coklat pada daun tanaman biji-bijian dan
juga mengurangi produksi anakan pada tanaman gandum dan tanaman bijian
kecil mlainnya sehingga pembentukan biji tidak normal (Wiese, 1993). Pada
hewan ternak, defisiensi Zn dalam makanan ternak dapat menyebabkan
menurunnya efisiensi reproduksi (Paterson, 2002). Defisiensi Zn umumnya
tidak berpengaruh luas di lapangan dan wilayah yang sering menjadi defisien
biasanya terjadi jika tanah bagian atas (top soil) dibuang (Pais dan Jones,
1997).
Defisiensi Zn pada tanaman kekacangan ditandai dengan bercak-
bercak coklat hingga kuning pada daun tua hingga menjalar ke seluruh daun.
Zn merupakan unsur yang mobil, sehingga gejala awal akan muncul pada
daun yang lebih tua.

11. Kalcium (Ca)


Kalsium merupakan komponen dari dinding sel dan pengatur
konstruksi dinding sel. Defisiensi Ca umumnya jarang terjadi di daerah-
daerah dengan kandungan kapur tinggi. Defisiensi sering dijumpai pada
tanah-tanah masam yang telah tercuci hebat. Jika terjadi kekurangan Ca maka

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 85

daun-daun muda menjadi berubah bentuk dan tidak normal serta berwarna
hijau gelap. Ujung-ujung daun sering menjadi kering atau kaku dan akan
gugur sebelum waktunya dan mati. Pucuk menjadi lemah dan perkecambahan
jelek (Gambar 3.17).

Gambar 3.17. Gejala defisiensi kalsium (Ca) pada tanaman (A: kerusakan
pada buah tomat; B: nekrosis pada daun)

12. Tembaga (Cu)


Tembaga merupakan unsur yang diperlukan untuk produksi klorofil,
respirasi, dan sintesis protein. Defisiensi Cu akan terlihat daun tanaman
terjadi klorosis pada daun-daun lebih muda, pertumbuhan menjadi kerdil,
kematangan terlambat yang pada tanaman biji terjadi peranakan yang lambat,
dan pada beberapa kasus terjadi melanosis atau terjadi diskolorasi yaitu
berwarna coklat. Pada tanaman serealia, produksi biji dan pengisian biji
buruk, dan pada beberapa defisiensi memunculkan kepala putik (biji) yang
tidak berbentuk (rusak) (Gambar 3.18).
Tanaman-tanaman yang mengalami defisiensi Cu mudah terserang
penyakit khususnya penyakit yang disebabkan oleh jamur yang dapat
menurunkan hasil dan kualitas biji (Solberg et al., 1999). Gejala-gejala yang
disebabkan oleh penyakit kadang membingungkan dengan gejala defisiensi
Cu sehingga menyulitkan dalam identifikasi gejala defisiensi Cu. Musim
dingin dan musim semi pada tanaman gandum menjadi sensitif terhadap

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


86 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

defisiensi Cu (Solberg et al., 1999). Di lapangan, gejala defisiensi Cu terjadi


bentuk-bentuk daun dan ranting yang tidak teratur yang disertai dengan
munculnya melanosis (diskolorasi). Serupa dengan Zn, tanaman nmakanan
ternak yang kekurangan Cu dapat menurunkan efisiensi reproduksi pada
hewan ternak (Paterson, 2002).

Gambar 3.18. Gejala defisiensi tembaga (Cu) pada tanaman kentang dan
tomat

13. Mangan (Mn)


Kloroplas atau organel sel yang berfungsi pada proses fotosintesis
merupakan organel yang sangat sensitif terhadap defisiensi Mn (Mengel and
Kirkby, 1987). Akibatnya, gejala umum defisiensi Mn adalah terjadi klorosis
antar tulang daun pada daun-daun muda (Gambar 3.19). Oleh sebab itu, tidak
seperti Fe, tidak dapat dibedakan antara tulang daun dan klorosis antara
tulang daun tetapi agak lebih baur akibat pengaruh klorosis. Defisiensi Mn
ditandai dengan terjadi klorosis (daun menguning) pada pangkal daun termuda
hingga menjalar ke seluruh daun. Mn adalah unsur yang kurang mobil,
sehingga gejala awal akan muncul pada daun yang lebih muda. Defisiensi Mn
pada kacang ditandai dengan bercak-bercak coklat hingga kuning pada daun
tua hingga menjalar ke seluruh daun. Mn merupakan unsur yang mobil,
sehingga gejala awal akan muncul pada daun yang lebih tua.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 87

Ada dua gejala yang dikenal baik terhadap defisiensi Mn pada tanaman
panenan yaitu grey speck pada tanaman oats dan marsh spot pada kacang
polong (peas). Pada tanaman barley dan gandum, gejala defisiensi kadang
tampak seperti garis putih dan bintik coklat di antara vena daun (Jacobsen
dan Jasper, 1991).

Gambar 3.19. Gejala defisiensi mangan (Mn) pada tanaman (A: daun muda
mengalami kelayuan; B: ujung daun terjadi klorosis)

14. Nickel (Ni)


Nickel diperlukan oleh beberapa tanaman untuk pembentukan
perkecambahan biji walaupun unsur ini belum dianggap sebagai unsur
esensial. Ni merupakan komponen logal dalam urease sebagai enzim yang
bekerja sebagai katalis dalam proses perubahan urea menjadi amonium
(Havlin et al., 1998). Penelitian telah menunjukkan bahwa Ni berguna dalam
metabolisme N pada leguminosa dan pada beberapa tanaman lainnya
(Gerendas et al., 1999). Gejala kekurangan Ni belum banyak dokumentasi
yang dilaporkan namun diyakini beberapa gejala yang muncul akibat
defisiensi Ni adalah terjadi klorosis dan klorosis antar tulang daun yang
selanjutnya berkembang menjadi nekrosis pada jaringan-jaringan tanaman
(McCauley et al., 2009). Gejala lainnya termasuk perkecambahan biji
menjadi buruk dan dapat menurunkan hasil tanaman.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


88 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3.16. Diagnosa Keracunan Unsur Hara

Kandungan unsur hara yang tidak mencukupi dapat menyebabkan


gejala-gejala visual terjadi pada tanaman, demikian juga jika terjadi
kelebihan. Keracunan unsur hara biasanya sering terjadi sebagai akibat
kelebihan pemakaian pupuk terutama akibat penggunaan pupuk hara mikro
N, P, dan K. Keracunan karena kelebihan unsur-unsur hara sekunder (Ca,
Mg, dan S) relatif jarang ditemukan karena di dalam tanah umumnya jarang
yang mencapai taraf melebihi dan jarang pula diberikan melalui pemupukan
kecuali pada tanah-tanah tertentu. Keracunan unsur mikro dapat terjadi akibat
penggunaan yang berlebihan (overapplication), atau karena menggunakan air
irigasi yang mengandung hara mikro tinggi atau mengandung garam tinggi
atau pada areal-areal di mana konsentrasi unsur hara mikro secara tidak
normal tinggi misalnya karena telah tersingkap lapisan bawahnya yang
mengandung logam terlarut tinggi.
Sebagai tambahan, jika terdapat kandungan unsur-unsur yang tidak
esensial tinggi di dalam tanah seperti arsenik (As), kadmium (Cd), dan timah
hitam (Pb) maka secara langsung dapat menjadi racun (toxic) terhadap
tanaman dan hijauan ternak atau dapat menyebabkan tidak seimbangnya
unsur hara di dalam tanaman sehingga memungkinkan untuk munculnya
defisiensi atau keracunan dari unsur yang esensial.

Keracunan N, P, dan K
Tanaman yang mengalami kelebihan N cenderung berwarna hijau
gelap dan akan mengalami pematangan yang terlambat. Oleh karena N
terlibat dalam pertumbuhan vegetatif, maka kelebihan N menghasilkan
tanaman yang cenderung sekulen yaitu memiliki batang yang tinggi tetapi
lemah dan mudah rebah (Marschner’s, 2011). Pertumbuhan baru akan
sekulen dan transpirasi tanaman menjadi tinggi tetapi efisiensi penggunaan
air menjadi rendah (Jacobsen dan Jasper, 1991). Keracunan N banyak terlihat
di bawah kondisi kering dan mungkin karena pengaruh dari kebakaran
(burning effect). Tanaman-tanaman yang dipupuk dengan pupuk-pupuk dasar
amonium (NH4+), dapat terjadi keracunan amonium yang ditunjukkan oleh
menurunnya pertumbuhan tanaman, kerusakan terjadi pada pucuk dan akar,
dan tepi akar akan menggulung ke bawah (Hale dan Orcutt, 2010).
Kelebihan P secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
tanaman akibat berkurangnya penyerapan Fe, Mn, dan Zn, sehingga secara
potensial gejala defisiensi unsur-unsur ini akan terjadi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Defisiensi Zn sering terjadi karena kelebihan fosfor
(P), demikian pula akibat tidak seimbangnya hara, maka keracunan K dapat
menyebabkan menurunnya penyerapan Mg sehingga muncul pula gejala

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 89

defisiensi Mg. Pada beberapa kasus, kelebihan K juga dapat menyebabkan


defisiensi Ca sehingga gejalanya akan muncul seperti gejala kekurangan Ca
(Bennett, 1994).

Keracunan Unsur Mikro


Untuk kebanyakan tanaman, kecukupan hara berkisar antara defisiensi
dan keracunan (toksisitas) dan kisaran ini sangat sempit untuk unsur mikro
jika dibandingkan dengan unsur makro (Pendias, 2010). Hal ini terutama
benar untuk boron (B) di mana rata-rata batas antara efisiensi dan keracunan
bervariasi antara satu dengan yang lain dengan kisaran : 10-200 ppm
(ambang kecukupan) dan 50-200 ppm (ambang keracunan) (Jones, 1998).
Keracunan B menyebabkan daun tanaman menjadi klorosis dan nekrosis.
Gejala dimulai pada ujung dan tepi daun dan menyebar ke bagian tengah
daun (McCauley et al., 2009). Akibat keracunan lanjutan, maka daun-daun
tertua akan tampak layu dan jatuh sebelum waktunya. Pada tanaman bit gula
(sugarbeets), keracunan akan tampak seperti bintik-bintik kuning yang akan
terjadi sekitar tepi daun (Ulrich et al., 1993).
Unsur-unsur mikro yang lain yang berpotensi menimbulkan gejala
keracunan meliputi Cu, Mn, Mo, Ni, dan Zn. Hasil-hasil studi yang dilakukan
menunjukkan keracunan Cu, dan logam-logam lainnya umumnya
memperlihatkan gejala klorosis, pertumbuhan kerdil, dan nekrosis yang mirip
dengan gejala kekurangan besi (Mengel and Kirkby, 2001). Gejala keracunan
Mn umumnya dicirikan oleh daun-daun tua terbentuk noda coklat atau bintik
merah karena terhambat pembentukan klorofil yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya klorosis dan nekrosis pada seluruh bagian daun.
Keracunan Mo tidak hanya dianggap serius pada tanaman tetapi juga
berpengaruh pada makanan makanan ternak. Tanaman yang mengalami
kekracunan Mo, akan tampak kerdil dengan daun mengalami diskolorasi
menjadi kuning kecoklatan dan keracunan Mo ini menjadi racun pula pada
tanaman ternak (Havlin et al., 1998). Serupa dengan kelebihan Cu, tingginya
konsentrasi Ni dapat menyebabkan serapan Fe terganggu, sehingga
menimbulkan klorosis antar tulang daun yang tampak pada daun-daun baru
dan jika keracunan Ni terjadi maka pertumbuhan tanaman menjadi kerdil.
Keracunan Zn tidak lazim terjadi, tetapi ada kemungkinan terjadi pada tanah-
tanah yang sangat salin (kadar garam sangat tinggi). Gejala yang terjadi
akibat kelebihan Zn adalah daun menjadi hijau gelap, klorosis, klorisis antar
tulang daun (vena) dan menurunnya pertumbuhan akar dan pengembangan
daun (Pendias, 2010). Dengan demikian, kelebihan Zn dapat menyebabkan
defisiensi Fe.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


90 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3.17. Rangkuman

Tumbuhan membutuhkan zat makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan


dan perkembangannya. Sebagai organisme (makhluk hidup) yang bersifat
autotropik tumbuhan dapat memproduksi sendiri makanan dari alam dengan
melakukan asimilasi (sisntesis) dari unsur-unsur yang sederhana membentuk
zat makanan yang kompleks yang dapat pula dikosumsi oleh makhluk hidup
lainnya termasuk manusia dan hewan. Zat makanan yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dikenal sebagai unsur hara yang diperlukan sebagai sumber energi
untuk melakukan asimilasi, tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk
berfotosintesis. Hasil fotosintesis ini, tumbuhan mampu memproduksi
berbagai senyawa kompleks seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin.
Unsur-unsur sederhana yang dibutuhkan oleh tumbuhan ini dikenal
dengan unsur hara (nutrients) atau nutrisi tanaman. Tidak kurang ada enam
belas jenis unsur diketahui memiliki peranan yang penting (esensial) bagi
pertumbuhan tanaman yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), sulfur (S), besi
(Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), Boron (B), molIbdenum (Mo),
dan khlor (Cl) dan juga unsur pelengkap lainnya seperti silikon (Si), natrium
(Na), kobalt (Co), dan vanadium (V). Fungsi unsur-unsur hara ini dalam
tanaman sangat spesifik sehingga jika terjadi kekurangan (defisien) maka
tanaman akan memperlihatkan gejala yang dikenal gejala defisiensi atau
gejala kelebihan (sympton defficiency and sympton toxcicity).
Selain unsur hara ada beberapa unsur lain yang sering juga dipelajari di
dalam nutrisi tanaman yaitu unsur limbah. Meskipun tidak dibutuhkan oleh
tanaman, namun unsur ini sering mengganggu kehidupan tanaman dan
bahkan bisa menjadi racun pada tanaman dan berbahaya pada sistem sanitasi
lingkungan seperti Pb, Hg, As, Ni, Cd, Al, dan Cs. Unsur ini menjadi
masalah utama pencemaran lingkungan di wilayah yang tercemar oleh
limbah industri dan pabrik atau akibat berbagai aktifitas lainnya yang
berpengaruh buruk pada lingkungan.
Walaupun gejala defisiensi hara bersifat unik, namun kadangkala
untuk melakukan identifikasi tidaklah mudah karena banyak faktor yang
mempengaruhi dinamika dan interaksi unsur hara di dalam tanah dan
tanaman, namun dengan menggunakan pengalaman dan identifikasi yang
cermat, maka penetapan status unsur hara yang kahat bisa dilakukan dengan
baik misalnya dengan melihat sifat mobilitas unsur hara. Unsur hara yang
bersifat mobil (mobile) di dalam tanaman, biasanya gejala awalnya akan
terlihat pada daun yang lebih tua, sedangkan yang bersifat tidak mobil
(immobile) akan terlihat pada daun yang muda. Jenis unsur yang bersifat
mobil di dalam tanaman adalah N, P, K, dan Mg, sedangkan unsur yang

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 91

bersifat tidak mobil adalah Ca, S, Fe, Mn, B, Cu, Zn, dan Mo. Unsur yang
gejala defisiensinya bisa terlihat pada daun muda dan tua (menyeluruh)
adalah unsur S, Cl, dan K.
Defisiensi dan toksisitas (keracunan) dapat menyebabkan kesehatan
dan produkstivitas tanaman menurun dan dapat menimbulkan gejala-gejala
visual pada tanaman. Pemahaman tentang kaedah unsur hara esensial dan
konsep mobilitas hara dalam tanaman, akan sangat membantu dalam
penentuan unsur hara mana yang berkaitan dengan gejala defisiensi dan
keracunan (toksisitas). Gejala-gejala defisiensi umum pada tanaman
mencakup pertumbuhan yang kerdil, klorosis, klorosis antar tulang (vena)
daun (interveinal chlorosis), terjadi diskolorasi warna ungu atau merah pada
daun, dan nekrosis. Defisiensi unsur-unsur hara mobil awalnya akan terlihat
pada daun yang lebih tua dan/atau daun yang di bawah, sementara defisiensi
unsur hara immobil akan terjadi pada daun lebih muda dan/atau daun bagian
atas. Keracunan unsur hara sangat sering terjadi karena kelebihan pemakaian
pupuk yang ditandai dengan gejala-gejala yang meliputi pertumbuhan tidak
normal (berlebihan atau kerdil), klorosis, diskolorasi daun, dan bintik-bintik
nekrotik. Apabila unsur hara terjadi kelebihan, maka banyak unsur hara lain
yang terhambat penyerapannya sehingga berpotensi menyebabkan gejala
defisiensi.
Sebagai alat diagnosa, pengamatan visual mungkin terbatas akibat
banyak faktor yang nmempengaruhinya seperti gejala yang tidak tampak dan
defisiensi semu, dan uji tanah dan tanaman akan dibutuhkan untuk verifikasi
cekaman nutrisi (unsur hara). Meskipun begitu, evaluasi gejala-gejala visual
di lapangan merupakan metode yang relatif murah dan cepat untuk
mendeteksi potensi defisiensi atau keracunan unsur hara pada tanaman, dan
menjadi pembelajaran untuk mengidentifikasi gejala-gejala tanaman serta
penyebabnya yang sangat penting untuk pengelolaan dan perbaikan
kesuburan tanah dan penyelesaian masalah-masalah produksi tanaman.

3.18. Glossarium

1. DRIS (Diagnosis and Recommendation System ) : suatu sistem


penilaian dan pemberian rekomendasi yang didasarkan kepada rasio-
rasio hubungan antara suatu kation dengan kation yang lain.
2. Gejala defisiensi (sympton deficiency) : gejala yang ditimbulkan pada
bagian atau seluruh tanaman (tumbuhan) seperti daun, ranting, atau
batang yang unik yang disebabkan oleh kekurangan atau kekahatan
unsur hara tertentu.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


92 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

3. Klorosis (clorosis) : gejala daun yang berwarna kuning (menguning)


akibat kekurangan zar hijau daun karena defisiensi hara tertentu seperti
N, S, Mg, dan Fe.
4. Konsumsi mewah (luxury consumption) : penyerapan unsur hara
(khususnya kalium) yang melebihi batas kebutuhan optimum tetapi tidak
lagi dikuti oleh peningkatan pertumbuhan dan hasil dan juga tidak
menunjukkan gejala keracunan pada tanaman.
5. Mobilitas (mobility) : sifat yang menggambarkan dinamika unsur hara
di dalam tanaman (mobil atau tidak mobil).
6. Nekrosis (necrosis) : gejala rusaknya bagian atau organ tanaman akibat
matinya sel.
7. Patogen : sekelompok mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
pada tumbuhan.
8. Toksisitas (toxicity) : fenomena morfologi pada jaringan tanaman yang
disebabkan oleh pengaruh dari keracunan unsur hara atau unsur lainnya
akibat berlebihan.
9. Unsur hara mobil : yaitu unsur hara yang mudah bergergerak atau
berpindah dari jaringan lebih tua ke jaringan lebih mudah seperti N, P,
K, Mg, Mo, dan Cl. Gejala defisiensi awal ditandai pada daun tertua.
10. Unsur hara tidak mobil (immobil) : yaitu unsur hara yang tidak
berpindah daalam jaringan tanaman walaupun kebutuhannya tidak
mencukupi seperti Ca, S, Fe, Mn, Zn, Cu, B, dan Mo. Gejala defisiensi
terjadi pada daun termuda.

3.19. Daftar Pustaka

Adewuyi, B., dan K. Chukwu. 2012. Soil Fertility: Characteristics, Processes


and Management. ICR Press.
Baligar, V.C, R.J Wright, T.B. Kihraide, C.D. Foy, dan J.H. Elgin. 1987.
Alumunium effects on growth, mineral uptake, and efficiency ratio in
red clover cultivars. Agron. J. 70:1038-1044.
Barker, A.V., and D.J. Pilbeam. 2007. Handbook of Plant Nutrition. Taylor
and Francis Publ. CRS Press.
Bennett, W.F. (ed). 1994. Nutrient Deficiencies and Toxicities in Crop
Plants. St. Paul, MN. APS Press.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 93

Bohn, H.L., B.L McNeal, and G.A. O,connor. 1985. Soil chemistry. John
Wiley & Sons, New York
Bould, C. E.J. Hewiit, and Needham. 1984. Diagnosis of Mineral Disorders
in Plants. Vol I. Principles. Chemical Publishing, New York.23-45 p.
Buckman, H.O., dan N.C. Brady. 2004. The Nature and Properties of Soils.
McMillan Company, New York.
Chapman, H.D. 1978. Diagnostic Criteria for Plants and Soil. Univiversity of
California, Reverside.
Datnoff, L.E., W.H. Elmer, and D.M. Huber. 2007. Mineral Nutrition and
Plant Diseases. Dowwer-Kerel. Publ. London.
Dris, R., F. H. Abdelaziz, and M. Jain. 2002. Plant Nutrition. Growth and
Diagnosis. Sience Publisher.
Effendi, B.Y. 2010. Peranan Air Bagi tanaman. http://oyie.blog.com/2010
/04/17/peranan-air-bagi-tanaman/
Engel, R, L.J. Bruebaker, and T.J. Ornberg. 2001. A chloride deficient leaf
spot of WB881 Durum. Soil Sci. Soc. Am. J. 65:1448-1454.
Engel, R.E., P.L. Bruckner, and J. Eckhoff. 1998. Critical tissue
concentration and chloride requirements for wheat. Soil Sci.Soc. Am.
J. 62:401-405.
Epstein, E., and A.J. Bloom. 2004. Mineral Nutrition of Plants: Principles
and Perspectives. 2nd Eddition. John Wiley & Sons, New York.
Fageria, N.K. 1984. Fertilization and mineral nutrition of rice. EMBRAPA-
CNPAF/Editora campus, Rio de Janeiro.
Fageria, N.K. 2008. The Use of Nutrients in Crop Plants.
Boca Raton, FL: CRC Press.
Fageria, N.K., V.C Baligar, and C.A. Jones 1991. Growth and mineral
nutrition of filed crops. Marcel Dekker, Inc., New York.
FAO. 1999. Visual Symptoms of Plant Nutrient Deficiencies. Food and
Agriculture Organization, Rome.
Foth, H., dan B. Ellis. 1997. Soil Fertility. 2nd Edition, CRC Publ.
Gardner, F.P. , R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Physiology of crops plants.
The Iowa State Univ. Press. Ames, IA.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


94 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Gerendas, J., J.C. Polacco, S.K. Freyermuth, and B. Sattelmacher. 1999.


Significance of nickel for plant growth and metabolism. J.Plant Nutr.
Soil Sci. 162 (3): 241-256.
Goetz, S., and S. Fergus L. 2003. Trees, Crops and Soil Fertility: Concepts
and Research Methods. Publisher: CABI.
Greentees. 1992. Symptoms of nutrient deficiencies of Hydophonic plants.
ag.arizona.edu/pubs/garden/az1106.pdf. http://www.hydroponics.net
/learn/nutrient_deficiencies.asp
Grewal, H.S. and R. Williams. 1999. Alfalfagenotypes differ in their ability
to tolerate zinc deficiency. Plant Soil. 214:39-48.
Grundon, N.J. 1987. Hungry crops: A guide to nutrient deficiencies in field
crops. Brisbane, Australia: Queensland Government.
Hale, M.G., dan D.M. Orcutt. 2010. The Physiology of Plants under Stress.
Michigan University, Wiley. MU.
Havlin, J.L., S.L. Tisdale, W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1998. Soil Fertility
and Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. 6th. Edition.
Prentice Hall, London.
Hosier, S. dan L. Bradley. 1999. Guide to nutrient deficiency.
http://www.gardensalive.com/product.asp?pn=8520
Jacobsen, J.S. and C.D. Jasper. 1991. Diagnosis of Nutrient Deficiencies in
Alfalfa and Wheat. EB 43, February 1991. Bozeman, MT. Montana
State University Extension.
Jones, J.B. B. Wolf., and H.A. Mills. 1991. Handbook of Plant Analysis.
Mac.Micro Publ. Athens.
Jones, J.B. 1998. Plant Nutrition Manual. CRC Press.
Jones, J.B. 2012. Plant Nutrition and Soil Fertility Manual. John Wiley and
Sons., New York.
Jones, Jr., J.B. 1998. Plant Nutrition Manual. Boca Raton, FL. CRC Press.
Lambers, H.P., T. L. Chapin, dan F. Stuart. 2008. Plant Physiological
Ecology. The 2nd edition. Springer.
Larcher, W. 2003. Physiological Plant Ecology: Ecophysiology and Stress
Physiology of Functional Groups. Springer.
Marschner’s, P. 2012. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic
Press. London.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


PENGANTAR NUTRISI TANAMAN | 95

McCauley, A. C. Jones, and J. Jacobsen. 2009. Plant Nutrient Functions and


Deficiency and Toxicity Symptoms. Montana State University,
Bozeman.
Mengel, K. and E.A. Kirkby. 1987. Principles of Plant Nutrition.
Netherlands. Kluwer Academic Publishers.
Mizota, C., and L.P. Van Reeuwijk. 1989. Clay mineralogy and chemistry of
soils formed in volcanic material in diverse climatic regions. ISRIC,
Wageningen, Netherlands.
Noggle, G.R. dan G.J. Fritz. 1983. Introductory Plant Physiology. Prentice-
Hall, London.
Pais, I., and J. B. Jones. 1997. The Handbook of Trace Elements. St. Lucie
Press,
Paterson, J. 2002. The need for copper and zinc supplementation in Montana.
In Beef: Questions and Answers, Vol. 8, # 3. Bozeman, MT. Montana
State University Extension.
Pendias, A. K. 2010. Trace Elements in Soils and Plants. Taylor & Francis,
Publ.
Pfeiffer, E. 2011. Soil Fertility, Renewal and Preservation. The Lamborn
Press.
Prassad, R. and J.F. Power. 2010. Soil Fertility Management for Sustainable
Agriculture. CRC Lewis Publ. New York.
Rengel, Z. 1999. Mineral Nutrition of Crops: Fundamental Mechanisms and
Implications. CRS Publ. Press.
Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 2005. Plant physiology. 5th ed. Wadsworth
Publ. Co., Inc. Boulder, CO.
Sanchez, P.A. 2002. Properties and management of soils in the tropics. John
Wiley & Sons, New York.
Science News (2009). High Carbon Dioxide Boosts Plant Respiration,
Potentially Affecting Climate And Crops. http://www.sciencedaily.
com /releases /2009/02/090209205202.htm
Solberg, E., I. Evans, and D. Penny. 1999. Copper Deficiency: Diagnosis and
Correction. Agdex 532-3, September. Retrieved April 7, 2003 from
Alberta.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA


96 | PROF. DR. IR. SUFARDI, M.S.

Sufardi. 1999. Karakteristika muatan, sifat fisikokimia, dan adsorpsi fosfat


serta hasil jagung pada Ultisol dengan muatan berubah akibat
pemberian amelioran dan pupuk fosfat. Disertasi Doktor. Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
Taiz, L., dan E. Zeiger. 2004. A Companion to Plant Physiology, Fifth
Edition. Arboriculture.
Tisdale et al., 1987. Soil Fertility and Fertilizer. John Wiley and Sons. New
York.
Ulrich, A., J.T. Moraghan, and E.D. Whitney. 1993. Sugar beet. In Nutrient
Deficiencies and Toxicities in Crop Plants. St. Paul, MN. APS Press.
Usherwood, R.D. 1985. Nutrient Deficiencies and Toxicities in Crop Plants.
St. Paul, MN. APS Press.
Wiese, M.V. 1993. Wheat and other small grains. In Nutrient Deficiencies
and Toxicities in Crop Plants. St. Paul, MN. APS Press.

BAB III FUNGSI UNSUR HARA

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai