Anda di halaman 1dari 5

MENGENAL DEFISIENSI UNSUR HARA DENGAN METODE SENYAWA

CAMPURAN (MISSING ELEMENT) DENGAN SISTEM HIDROPONIK


Annisa Nadhira Hamidah
202010200311047
annisahmdh24@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Hidroponik menjadi salah satu topik yang paling banyak diperbincangkan berbagai lapisan dan komunitas
masyarakat beberapa tahun terakhir. Berbagai jenis sayuran baik sayuran daun dan sayuran buah kini
dibudidayakan secara hidroponik, baik untuk tujuan hobi ataupun untuk tujuan usaha. Tujuan dari diadakan
kegiatan praktikum adalah agar praktikan dapat mengetahui gejala defisiensi unsur hara dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman. Metode yang dilaksanakan dalam praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan
bahan, menyiapkan paralon hidroponik sebanyak 5 paralon yang terbagi atas 5 perlakuan yaitu (kontrol (-) tanpa
pupuk, kontrol (+) lengkap, (-) N, (-) P, (-) K), menyemai tanaman kangkong hingga umur seminggu dan pindah
tanam kedalam pot, mengamati pertumbuhan tanaman di setiap paralon. Praktikum dilaksanakan di Tamnesia
Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 16 November 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB. Hasil yang
didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan praktikum antara lain parameter pengamatan yang diamati antara
lain tinggi tanaman, jumlah daun dan gejala defisiensi unsur hara serta perlakuan yang digunakan meliputi -N, -
P, -K, dan AB Mix. Hal yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum yaitu perlakuan AB Mix
merupakan perlakuan yang paling baik diantara ketiga perlakuan yang lain. Hal ini dapat terjadi karena unsur-
unsur yang diperlukan pada tanaman terdapat pada perlakuan AB Mix sehingga pertumbuhan tinggi pada
tanaman kangkung dapat tumbuh dengan maksimal serta konsentrasi larutan AB Mix mengandung unsur hara
makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kata Kunci : Budidaya, Hara, Tanaman

PENDAHULUAN
Hidroponik menjadi salah satu topik yang paling banyak diperbincangkan berbagai lapisan
dan komunitas masyarakat beberapa tahun terakhir. Berbagai jenis sayuran baik sayuran daun dan
sayuran buah kini dibudidayakan secara hidroponik, baik untuk tujuan hobi ataupun untuk tujuan
usaha. Diantara sekian banyak jenis sayuran yang dapat dibudidayakan secara hidroponik, ternuata
kangkung yang dianggap sebagai sayuran yang biasa-biasa saja bisa memberikan keuntungan cukup
besar apabila dibudidayakan secara hidroponik (Bachri, 2016). Dalam proses budidaya suatu tanaman,
hal yang harus selalu diperhatikan adalah adanya unsur hara dalam tanaman tersebut. Unsur hara yang
dibutuhkan tanaman terdiri atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit,
tetapi harus selalu tersedia dalam jaringan tanaman, antara lain Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga
(Cu), Boron (Bo), Molibdenum (Mo), Klorida (Cl), dan Seng (Zn) (Pohan, 2013).
Pendekatan berdasarkan pada pengenalan kekahatan/defisiensi unsure hara dengan cara
memantau unsur yang hilang. Setiap unsur hara mempunyai fungsi dan tingkat kepentingan yang
berbeda terhadap pertumbuhan tanaman. Tingkat kecukupan dan kekurangan suatu unsur hara pada
tanaman budidaya dapat ditunjukkan melalui gejala fisiologi maupun morfologinya (Banaty, dkk.
2014). gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat
kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh
pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang
mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan
salah satu atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. (Febriana,
2015).
Gejala defisiensi N terlihat pertama kali pada daun-daun tua, yaitu daun berwarna hijau pucat,
dan kemudian menjadi kuning pucat atau kuning cerah (klorosis), dan selanjutnya daun mengalami
nekrosis. Defisiensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar terhadap pucuk lebih besar yang
disebabkan oleh proporsi asimilat untuk partumbuhan akar yang dialokasikan lebih besar
dibandingkan dengan pucuk. Gejala defisiensi unsur K timbul bercak transparan pada daun, lalu daun
mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. (Yulianus, dkk. 2015). Tujuan dari diadakan
kegiatan praktikum adalah agar praktikan dapat mengetahui gejala defisiensi unsur hara dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 16
November 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah lidi, timbangan analitik, gelas ukur, penggaris,
paralon, wadah semai atau seedbox, pH-meter, peralatan hidroponik, dan alat dokumentasi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah air, kangkung, rockwol, pupuk NPK, santa
makro, kalinitra, AB mix, dan ultradap
Metode Kerja
Metode yang dilaksanakan dalam praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan,
menyiapkan paralon hidroponik sebanyak 5 paralon yang terbagi atas 5 perlakuan yaitu (kontrol (-)
tanpa pupuk, kontrol (+) lengkap, (-) N, (-) P, (-) K), menyemai tanaman kangkong hingga umur
seminggu dan pindah tanam kedalam pot, mengamati pertumbuhan tanaman di setiap paralon.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil rata-rata tinggi tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)
Perlakua Tinggi Tanaman Minggu Ke-
n 1 2 3 4
-N 13,83 24,6 27,3 30,3
-P 10 12,1 13,6 16,6
-K 15 23 26,2 30,6
6
AB Mix 17,6 27,5 32,6 36,6
Hasil pengamatan mengenai tinggi tanaman kangkung disajikan dalam tabel 1. Perlakuan
yang digunakan pada saat praktikum antara lain -N, -P, -K, dan AB Mix. Dapat dilihat pada tabel,
rata-rata tertinggi tinggi tanaman didapatkan oleh perlakuan AB Mix yaitu sebesar 36,6 cm, kemudian
disusul dengan perlakuan -N dan -K yaitu sebesar 30,6 cm dan yang terakhir oleh perlakuan -K yaitu
sebesar 16,6 cm. Hal ini dapat terjadi karena unsur-unsur yang diperlukan pada tanaman terdapat pada
perlakuan AB Mix sehingga pertumbuhan tinggi pada tanaman kangkung dapat tumbuh dengan
maksimal.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Sajuri, dkk. 2014) bahwa perlakuan AB
Mix memiliki tingkat pertumbuhan yang paling baik diantara perlakuan yang lain. Hal ini karena
konsentrasi larutan AB Mix mengandung unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Furoidah,
2018) yang menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan daun
dipengaruhi oleh kandungan unsur nitrogen, fosfor dan kalium dalam larutan nutrisi AB Mix yang
diberikan pada tanaman. Selain itu, nutrisi AB Mix mengandung unsur hara mikro (Fe, Cl, Mn,
Cu, Zn, B dan Mo) yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi fungsinya
penting dan tidak tergantikan.
Tabel 2. Hasil rata-rata jumlah daun tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)
Perlakua Jumlah Daun Minggu Ke-
n 1 2 3 4
-N 7 8,3 9,3 11,3
-P 6,6 6,6 8 10
-K 9 8 9,6 12
AB Mix 8,3 10,3 14 16,6
Hasil pengamatan mengenai jumlah daun tanaman kangkung disajikan dalam tabel 2.
Perlakuan yang digunakan pada saat praktikum antara lain -N, -P, -K, dan AB Mix. Dapat dilihat pada
tabel, rata-rata jumlah daun tanaman didapatkan oleh perlakuan AB Mix yaitu sebesar 6,6 cm,
kemudian disusul dengan perlakuan -N dan -K yaitu sebesar 30,6 cm dan yang terakhir oleh perlakuan
-K yaitu sebesar 16,6 cm. Perlakuan AB Mix merupakan perlakuan yang paling baik karena nutrisi
yang tercukupi dapat membantu tanaman untuk melakukan proses fotosintesis dan metabolisme sel
lainnya sehingga terakumulasi hasil fotosintat yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman
(Kuswandi dan Sugiyarto, 2015) sehingga jumlah daun pada tanaman juga ikut meningkat akibat
adanya proses pertumbuhan serta metabolisme sel.
Tabel 3. Hasil pengamatan defisiensi unsur hara (Ipomoea aquatica)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Tanaman
-N

D
Daun menguning Daun menguning Daun menguning aun menguning
kekurangan kekurangan kekurangan klorofil kekurangan klorofil
klorofil klorofil

Tanaman
-P

T
Tepi daun Tepi daun Tepi daun epi daun
coklat ,hangus, coklat ,hangus, coklat ,hangus, daun coklat ,hangus, daun
daun kecil/kerdil daun kecil/kerdil kecil/kerdil kecil/kerdil
Tanaman
-K

D
Daun paling bawah Daun paling Daun paling bawah aun paling bawah
kering dan ada bawah kering dan kering dan ada kering dan ada
bercak hangus ada bercak hangus bercak hangus bercak hangus
Tanaman
AB Mix

T
Tanaman tidak ada Tanaman tidak ada Tanaman tidak ada anaman tidak ada
gejala defisiensi gejala defisiensi gejala defisiensi gejala defisiensi
Hasil pengamatan mengenai defisiensi unsur hara disajikan dalam tabel 3. Terjadinya
defisiensi unsur hara pada tanaman kangkung ini dapat disebabkan oleh ketersediaan unsur hara
esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman akan terganggu
metabolismenya sehingga pertumbuhan akar, batang dan daun terhambat (kerdil) dan klorosis atau
nekrosis pada berbagai organ tanaman (Sajuri, 2022). Warna daun dengan perlakuan AB Mix
menunjukan warna hijau yang lebih gelap dibandingkan dengan konsentrasi tanpa AB Mix.
Perlakuan selain AB Mix menunjukan warna hijau lebih terang dan menunjukkan warna kuning pada
daun.

KESIMPULAN
Hasil dari pengujian yaitu didapatkan hasil perlakuan AB Mix merupakan perlakuan yang
paling baik diantara ketiga perlakuan yang lain. Hal ini dapat terjadi karena unsur-unsur yang
diperlukan pada tanaman terdapat pada perlakuan AB Mix sehingga pertumbuhan tinggi pada
tanaman kangkung dapat tumbuh dengan maksimal serta konsentrasi larutan AB Mix mengandung
unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) yang dibutuhkan oleh tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Bachri, Zekki. 2016. Hidroponik Kangkung. Penebar Swadaya. Bogor
Banaty, dkk. 2014. Gejala Defisiensi Unsur Hara Makro Pada Tanaman Stroberi (Fragaria X
Ananassa Duchesne) Varietas Dorit. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-
7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6
Febriana, R. 2015. Pengelolan pemupukan tanaman sawit di perkebunan PT. Sari Loka I (PT Astra
Agro Lestari, Tbk), kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. 110 hlm.
Furoidah, N. 2018. Efektivitas Penggunaan AB Mix terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Sawi
(Brassica sp.) : Universitas Islam Jember, Jember
Kuswandi, P. C dan Sugiyarto, L. 2015. Aplikasi Mikoriza Pada Media Tanam Dua Varietas
Tomat Untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Sayur Pada Kondisi Cekaman Kekeringan:
Jurnal Sains Dasar. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Pohan, I. 2013. Panduan lengkap kelapa sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. ISBN
979-489-995-X. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hlm.
Sajuri, dkk. 2022. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Pada Perlakuan
Jumlah Benih Dan Nutrisi Dengan System Hidroponik Sumbu Di Wilayah Pesisir. Jurnal
Agrotek Vol. 6 No. 1 Maret 2022
Yulianus, dkk. 2015. Respons Pemupukan N, P, K dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah
dan Daun pada Tanaman Muda Kelapa Sawit. B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31
DOKUMENTASI

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Memotong rockwool sebagai Melubangi dan mengisi Menyimpan semaian dari
media tanam rockwool dengan benin tempat teduh
kangkung

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Menambahkan nutrisi ke Memilih hasil semaian yang Melakukan transplating ke
dalam air sesuai perlakuan bagus untuk transplanting paralon hidroponik dan
melakukan pengamatan

Anda mungkin juga menyukai