Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019

Nama : Abdul Syukur


NIM : C1011131248
Program Studi : Agroteknologi
Judul : Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix dan Urin Sapi
Terfermentasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi
Secara Hidroponik
Pembimbing : 1. Ir. Setia Budi, MMA
2. Ir. Nurjani, M.Sc
Penguji : 1. Dr. Ir. Basuni, M.Si
2. Asnawati, S.Hut, MSi
1

Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix Dan


Urin Sapi Terfermentasi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Sawi
Secara Hidroponik

Abdul Syukur(1) Setia Budi(2) Nurjani(3)


(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2)Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi nutrisi ab-mix dan


urin sapi terfermentasi terhadap pertumbuhan dan hasil sawi secara hidroponik.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Landak Kecamatan Ngabang
Kalimantan Barat yang berlangsung 13 Januari sampai dengan 23 Februari 2019.
Metode yang digunakan adalah Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 6 perlakuan, 4 ulangan, dan 6 tanaman sampel. Kombinasi nutrisi ab-
mix dan urin sapi terfermentasi diantaranya P1 = 5 ml Ab-Mix/L larutan, P2 = 2,5
ml Ab-Mix + 50 ml Urin Sapi Terfermentasi/L larutan, P3 = 2,5 ml Ab-Mix + 60
ml Urin Sapi Terfermentasi/L larutan, P4 = 2,5 ml Ab-Mix + 70 ml Urin Sapi
Terfermentasi/L larutan, P5 = 2,5 ml Ab-Mix + 80 ml Urin Sapi Terfermentasi/L
larutan dan P6 = 90 ml Urin Sapi Terfermentasi/L larutan. Pengamatan yang
dilakukan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman,
berat kering tanaman, dan volume akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi berpengaruh nyata terhadap
semua variabel yang diamati. Berdasarkan hasil selama penelitian dapat di
simpulkan bahwa pemberian kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman, dan perlakuan
kombinasi terbaik terdapat pada 2,5 ml ab-mix + 80 ml urin sapi terfermentasi /l
larutan.

Kata kunci : Ab-mix goodplant, Hidroponik, Sawi keriting, Urin sapi


terfermentasi.
2

Influence Nutritional combination of Ab-Mix and


fermented cow urine To Growth and
Results Mustard Hydroponically

Abdul Syukur (1) Setia Budi (2) Nurjani (3)


(1)
Student of Faculty of Agriculture and (2) Faculty of Agriculture Faculty
University of Tanjungpura Pontianak

ABSTRACT

This research aims to determine the combination of ab-mix nutrients and


cow urine is fermented against growth and hydroponics of mustard. This research
was conducted in the district Ngabang in district Landak West Kalimantan which
lasted 13 January until 23 February 2019. The method used is the complete
randomized draft trial (CRDT) consisting of 6 treatments, 4 repeats, and 6 sample
crops. Combination of nutrients ab-mix and beef urine fermented among them P1
= 5 ml Ab-Mix/L solution, P2 = 2.5 ml Ab-Mix + 50 ml fermented beef urine/L
solution, P3 = 2.5 ml Ab-Mix + 60 ml fermented beef urine/L solution, P4 = 2.5
ml Ab-Mix + 70 ml fermented beef urine/l Laru Tan, P5 = 2.5 ml Ab-Mix + 80 ml
fermented beef urine/L solution and P6 = 90 ml of fermented beef urine/L
solution. Observations carried out are high crop, number of leaves, area of leaf,
fresh weight of plants, dry weight of plants, and the volume of roots. The results
showed that the combination of the AB-mix nutrients and fermented cow urine
were of real influence against all observed variables. Based on the results during
the study can be concluded that the administration of a combination of nutrients
ab-mix and fermented beef urine real effect on all observed variables i.e. height of
plants, number of leaves, area of leaves, fresh weight of plants, dry weight Plant,
and nutrient feeding 5 ml ab-mix/L solution shows the best curly growth and
mustard results.

Keywords : Ab-mix goodplant, cow urine is fermented, hydroponics, Mustard.


3

PENDAHULUAN

Sawi (Brassica junceaL) termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga


Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.Sawi termasuk dalam
kelompok tanaman yang mengandung zat-zat gizi lengkap yaitu serat, vitamin A,
vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C, Kalium, Fosfor, Tembaga,
Magnesium, zat Besi dan Protein. Dengan kandungan tersebut sawi memenuhi
kebutuhan gizi manusia (Cahyono, 2003).
Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), produk sawi di Kalimantan
Barat dari tahun 2013-2018 mengalami penurunan hasil produksi. Dapat dilihat
secara berturut-turut ialah 11.970 ton (2013), 7.386 ton (2014), 4.766 ton (2015)
3,611 ton (2016), 3.410 ton (2017), 2.961 ton (2018). Peningkatan produksi
sayuran perlu didukung dengan berbagai usaha, salah satunya yaitu ekstensifikasi
dengan pemanfaatan lahan non pertanian yang semakin meningkat. Pemanfaatan
lahan non pertanian dapat didukung dengan ekstensifikasi pertanian salah satunya
yaitu teknologi hidroponik. Siregar et al. (2015) menyatakan teknologi hidroponik
adalah inovasi dalam budidaya tanaman tanpa media tanah namun memanfaatkan
nutrisi, air, serta bahan yang porus sebagai media tanam. Vidiyanto et al. (2013)
teknologi hidroponik dapat meminimalisir kondisi lingkungan non ideal
bagitanaman.
Salah satu teknik hidroponik yang dapat digunakan yaitu teknologi
hidroponik sistem sumbu. Hidroponik sumbu (wicks) adalah salah satu metode
hidroponik yang sederhana dengan menggunakan sumbu sebagai penghubung
antara nutrisi dan bagian perakaran pada media tanam.
Dalam sistem hidroponik pengaturan nutrisi merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan dalam meningkatkan produktifitas tanaman.Selama ini
petani hidroponik memberikan nutrisi AB-Mix yang memiliki kandungan unsur
hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Untuk
memaksimalkan penggunaan nutrisi yang berasal dari larutan AB-Mix, maka
diperlukan tambahan nutrisi yang berasal dari bahan alami, yaitu urin sapi
terfermentasi. Pemanfaatan bahan organik seperti urin sapi dapat menjadi salah
satu alternatif yang tepat karena fungsinya dapat memberikan tambahan bahan
organik maupun hara bagi tanaman.
Menurut Hadisuwito (2002), pupuk organik cair merupakan dekomposisi
bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Pupuk cair urin sapi
merupakan salah satu pupuk organik potensial sebagai sumber hara bagi tanaman
seperti N, P, dan K. Dari aspek haranya, cairan pupuk organik cair urin sapi
memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran
padatnya. (Hani dan Geraldine, 2016).
Penggunaan pupuk organik cair urin sapi diharapkan dapat menekan biaya
dan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sawi . Pupuk organik
cair urin sapi adalah salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk
meningkatkan produktifitas komoditas pertanian. Oleh sebab itu dilakukan
penelitian terkait kombinasi nutrisi AB-Mix dengan penggunaan urin sapi
terfermentasi terhadap pertumbuhan dan hasil sawi secara hidroponik
4

Mengetahui respon pertumbuhan dan hasil sawi keriting terhadap


pemberian nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi secara hidroponik dan
mendapatkan konsentrasi kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil sawi keriting secara hidroponik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Landak Kecamatan Ngabang
Kalimantan Barat yang berlangsung 13 Januari sampai dengan 23 Februari 2019.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih sawi keriting, box
sterofoam, rockwool, plastik mulsa, kain flanel, netpot, air hujan, ab-mix
goodplant, urin sapi terfermentasi. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu tds
meter, ph meter, gelas ukur, thermohygrometer, timbangan elektrik, alat tulis dan
alat dokumentasi.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan, 4 ulangan, dan 6 tanaman sampel
yaitu:
P1 = 5 ml A-B mix/L Larutan.
P2 = 2,5 ml A-B mix + 50 ml Urin Sapi Terfermentasi/L Larutan.
P3 = 2,5 ml A-B mix + 60 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P4 = 2,5 ml A-B mix + 70 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P5 = 2,5 ml A-B mix + 80 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P6 = 90 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
Pelaksanaan penelitian meliputi penyemaian, pembuatan tempat
penelitian, persiapan media tanam, persiapan instalasi hidroponik sistem wick,
persiapan nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi, penanaman, pemeliharaan,
pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
Variabel Pengamatan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),
luas daun (cm), berat segar tanaman (g), berat kering tanaman (g), dan volume
akar (ml). Variabel penunjang terhadap kondisi lingkungan yang perlu dilakukan
pengamatan yaitu: Suhu udara (0C), Kelembaban udara relatif. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan analisis keragaman (ANOVA), jika hasil analisis
keragaman menunjukan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan Kombinasi Nutrisi


Ab-Mix dan Urin Sapi Terfermentasi berpengaruh nyata terhadap semua variabel
pengamatan yaitu Tinggi Tanaman (TT) 2, 3, dan 4 MST, Jumlah Daun (JD) 2, 3,
dan 4 MST, Luas Daun (LD), Berat Segar Tanaman (BST), Berat Kering
Tanaman (BKT), dan Volume Akar (VA). Untuk mengetahui perbedaan antara
perlakuan dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 1 dan 2.
5

Tabel 1. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix dan Urin
Sapi Terfermntasi terhadap Tinggi Tanaman (TT) 2, 3, dan 4 MST, dan
Jumlah Daun (JD) 2, 3, dan 4 MST.
Rerata
TT TT TT JD JD JD
AB-Mix(ml)+Urin Fermentasi
2MST 3MST 4MST2MST 3MST 4MST
(cm) (cm) (cm)(helai) (helai) (helai)
5 ml AB-mix/L Larutan 19,9 a 28,06 a 36,19 a
8,91 a 10,95 a 13,5 a
2,5 ml + 50 ml/L Larutan 9,86 d 17,79 d 26,75 d
5,66 c 7,58 c 9,5 c
2,5 ml + 60 ml/L Larutan 13,73 c 21,92 c 30,96 c
5,66 c 7,66 c 9,54 c
2,5 ml + 70 ml/L Larutan 15,43 b 23,06 bc 32,76 b
6,87 b 8,83 b 10,91 b
2,5 ml + 80 ml/L Larutan 15,68 b 23,59 b 32,81 b
6,83 b 8,91 b 11,08 b
90 ml Urin/L Larutan 5,71 e 13,17 e 20,68 e
3,21 d 4,54 d 5,66 d
BNJ 5% 1,32 1,22 1,76 0,86 0,81 0,86
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
nyata dibandingkan dengan uji BNJ taraf 5%
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
pertumbuhan tinggi tanaman sawi keriting pada umur 2, 3, dan 4 MST yang
tertinggi terdapat pada perakuan 5 ml ab-mix/L larutan berbeda nyata terhadap
semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5 ml ab-mix + 70 ml urin
sapi terfermentasi /L larutan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan kombinasi
2,5 ml ab-mix + 80 ml urin sapi terfermentasi / L larutan pada umur 2, 3, dan 4
MST, dan pada umur 3 MST perlakuan kombinasi 2,5 ml ab-mix + 60 ml urin
sapi terfermentasi / L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5
ml ab-mix + 70 ml urin sapi terfermentasi / L larutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf α 5% terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman sawi keriting. Rerata pertumbuhan tinggi tanaman sawi keriting
kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST pada perlakuan 5 ml A-B mix/L larutan mempunyai rerata
tertinggi yakni masing-masing 19,9 cm, 28,06 cm, dan 36,19 cm. Sedangkan
perlakuan dengan tinggi tanaman sawi keriting terendah pada umur 2, 3, dan 4
MST terdapat pada perlakuan 90 ml urin sapi terfermentasi dengan rerata masing
– masing 5,71 cm, 13,18 cm, dan 20,68 cm. Hal ini disebabkan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dalam larutan nutrisi ab-mix yang
diberikan. Menurut Lingga (2002), nitrogen bagi tanaman mempunyai peran
penting merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang, dan daun. Selanjutnya Nicolas (1963), menyatakan bahwa
tanaman menunjukkan respon yang sangat tinggi terhadap perlakuan nitrogen,
karena nitrogen merupakan elemen nutrisi utama penyusun asam amino dan
protein. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harjadi (1996) yang menyatakan
bahwa pupuk nitrogen diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan
tanaman terutama cabang, batang, dan daun.
Sesuai yang dinyatakan Watimena (1988) penggunaan hormon pada
konsentrasi yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman,
namun konsentrasi yang terlalu rendah tidak menunjukkan pengaruh berbeda
terhadap pertumbuhan tanaman. Diperjelas oleh Taiz dan Zeiger (1991) dalam
6

Nirmala (2013) bahwa auksin mampu meningkatkan aktivitas pembelahan,


pemanjangan, dan pembesaran sel, sehingga dengan diberikan pada konsentrasi
yang tepat dapat mendukung pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
daun sawi keriting pada umur 2, 3, dan 4 MST menunjukkan bahwa perlakuan
5ml ab-mix/ L larutan berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan
perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi
terfermentasi/L larutan dan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi
terfermentasi/L larutan, berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 80ml urin sapi terfermentasi/L larutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf α 5% terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman sawi keriting. Rerata pertumbuhan jumlah daun sawi keriting
kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST perlakuan 5 ml A-B mix/L larutan mempunyai rerata
tertinggi yakni masing-masing 8,91 helai, 10,95 helai, dan 13,5 helai. Sedangkan
perlakuan dengan jumlah daun sawi keriting terendah pada umur 2, 3, dan 4 MST
terdapat pada perlakuan 90 ml urin sapi terfermentasi dengan rerata masing –
masing 3,21 helai, 4,54 helai, dan 5,66 helai.
Hal ini disebabkan nutrisi ab-mix mengandung N yang tinggi. Sesuai
dengan pendapat Harlina (2003) yang menyatakan bahwa apabila unsur N
tersedia dalam jumlah yang banyak maka lebih banyak pula protein yang
terbentuk sehingga pertumbuhan tanaman dapat lebih baik.
Pengukuran jumlah daun menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun
meningkat seiring dengan pertambahan tinggi tanaman. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kandungan klorofil dalam daun juga meningkat dimana klorofil dalam
daun berperan sebagai penyerapan cahaya untuk melangsungkan proses
fotosintesis. Apabila kandungan klorofil dalam daun cukup tersedia maka
fotosintesis yang dihasilkan semakin meningkat. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Novizan (2001), jumlah daun yang banyak disebabkan oleh
unsur hara nitrogen yang terkandung didalam larutan nutrisi karena nitrogen
adalah komponen utama dari berbagai substansi penting didalam pembentukan
daun tanaman. Selain itu, unsur nitrogen juga dapat membentuk daun tanaman
bertambah lebar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk proses
fotosintesis (Setyamidjaja, 1986).
Menurut Suwandi dan Nurtika (1987) dalam Gomies (2012) pupuk
organik cair akan mempercepat pembentukan daun jika diaplikasikan dalam
konsentrasi tepat dengan pemberian secara rutin. Pupuk organik cair akan
memberikan hasil budidaya tanaman yang rendah apabila diberikan hanya
beberapa kali pemupukkan dalam masa tanam. Sesuai yang dinyatakan Heddy
(1996) dalam Nirmala (2013) hormon dalam konsentrasi yang tepat mampu
menstimulir pertumbuhan tanaman.
7

Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix dan Urin
Sapi Terfermntasi terhadap Luas Daun (LD), Berat Segar Tanaman
(BST), Berat Kering Tanaman (BKT), dan Volume Akar (VA).
Rerata
AB-Mix(ml)+Urin Fermentasi
LD (cm) BST (g) BKT (g) VA (ml)
5 ml AB-mix/L Larutan 1956,25 a 219,67 a 8,13 a 184,1 a
2,5 ml + 50 ml/L Larutan 1088,5 bc 92,63 d 3,54 cd 162,52 d
2,5 ml + 60 ml/L Larutan 1176,5 b 122,62 c 4,80 bc 168,25 cd
2,5 ml + 70 ml/L Larutan 1292,5 b 123,83 c 5,22 bc 169,75 c
2,5 ml + 80 ml/L Larutan 1794 a 151,78 b 6,08 b 177,05 b
90 ml Urin/L Larutan 800,5 c 51,30 e 2,88 d 128,02 e
BNJ 5% 338,29 11,54 1,74 5,87
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
nyata dibandingkan dengan uji BNJ taraf 5%
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
pertumbuhan luas daun sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda
nyata terhadap perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi
terfermentasi/L larutan, 2,5ml abmix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan,
2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan. Sedangkan perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 80ml urin sapi
terfermentasi/L larutan, perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi
terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan 90ml urin sapi terfermentasi/
L larutan berbeda tidak nyata dengan 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi
terfermentasi/L.
Rerata pertumbuhan luas daun sawi keriting kombinasi nutrisi abmix dan
urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pertumbuhan luas daun tanaman sawi
keriting yang terlebar terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan
rerata 1956,25 cm dan luas daun terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 800,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lakitan (2012), jika kandungan hara cukup tersedia maka luas daun suatu
tanaman akan semakin tinggi, dimana sebagian besar asimilat dialokasikan untuk
pembentukkan daun yang mengakibatkan luas daun bertambah. Jumlah ab-mix
yang diberikan mengakibatkan jumlah nutrisi khususnya nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman semakin bertambah.
Menurut Amaranthi dkk (2004), daun merupakan tempat berlangsungnya
fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat dan ditranslokasikan keseluruh
organ tanaman melalui pembuluh floem. Dalam proses fotosintesis, hal yang
penting yaitu adanya penyerapan radiasi matahari yang datang dapat diserap oleh
permukaan daun. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan radiasi
matahari yaitu variasi bentuk daun, ketipisan (cahaya yang dipancarkan), inklinasi
dan distribusi vertikal. Pembentukan daun dapat berlangsung baik pada suhu dan
intensitas cahaya yang konstan seperti yang dikemukakan Lakitan (2012) bahwa
laju pembentukan daun (jumlah daun persatuan waktu) atau nilai indeks
8

plastokhron (selang waktu yang dibutuhkan per daun tumbuhan yang terbentuk)
relatif konstan.
Selain itu proses fotosintesis juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembaban udara. Rata-rata suhu harian selama penelitian
berkisar antara 26,96 – 28,000C. Kondisi iklim yang dikehendaki untuk
pertumbuhan tanamam sawi adalah diantara 27,00C - 32,00C (Rukmana, 2007).
Sedangkan rata-rata kelembaban udara harian selama penelitian berkisar antara
87,48 – 88,67% Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
sawi yang optimal berkisar antara 80%-90%.
Apabila fotosintesis berlangsung dengan baik maka fotosintat yang
terbentuk semakin meningkat untuk ditranslokasikan ke bagian – bagian vegetatif
tanaman untuk membentuk organ – organ baru (Novizan, 2007).
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berat
segar tanaman sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda nyata
terhadap semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml
urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi
2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan. Rerata pertumbuhan berat
segar tanaman sawi keriting kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
menjelaskan bahwa pertumbuhan berat segar tanaman sawi keriting yang tertinggi
terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan rerata 219,67 gram dan
berat segar tanaman terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 51,30 gram. Hal ini dikarenakan berat
tanaman meningkat seiring bertambahnya ukuran tanaman. Menurut Suratman
dalam Kinasihati (2003) peningkatan berat segar ini disebabkan oleh peningkatan
tinggi tanaman dan jumlah daun sebagai bagian vegetatif pada tanaman. Selain itu
ketersediaan unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terutama unsur hara nitrogen untuk tanaman sawi keriting. Unsur
nitrogen yang rendah pada perlakuan 90ml urin sapi terfermentasi/ L larutan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti
yang dikemukakan oleh Gardner at.all. (1991), fungsi esensial dari unsur hara
nitrogen didalam jaringan tanaman adalah pembelahan dan pembesaran sel –
selnya akan mengalami hambatan. Rendahnya penyerapan unsur hara
mempengaruhi laju fotosintesis dan juga kandungan protein sehingga
perkembangan tanaman menjadi terhambat yang mengakibatkan rendahnya hasil
bobot segar tanaman.
Hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan organ – organ tanaman,
dimana semakin besar organ tanaman yang terbentuk maka semakin banyak kadar
air yang dapat diikat oleh tanaman (Koryati, 2004). Disamping itu, semakin
meningkat tinggi tanaman dan luas daun, maka semakin meningkat pula bobot
segar tanaman. Hal ini sependapat dengan Prasetya (2009) yang menyatakan
bahwa bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan luas daun,
semakin tinggi dan semakin besar luas daunnya maka bobot segar dan bobot
kering tanaman akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berat
kering tanaman sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan berbeda
nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix +
80ml urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan
kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan
9

kombinasi 2,5ml abmix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan. perlakuan 90ml
urin sapi terfermentasi/ L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan
kombinasi 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan.
Rerata pertumbuhan berat kering tanaman sawi keriting kombinasi
nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pertumbuhan berat
kering tanaman sawi keriting yang tertinggi terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/
L larutan dengan rerata 8,13 gram dan berat kering tanaman terendah terdapat
pada perlakuan 90ml urin sapi terfermentasi/ L larutan dengan rerata 2,88 gram.
Ini menunjukan bahwa proses fotosintesis yang terjadi berlangsung lebih baik
atau efisien karena meningkatnya bobot kering tanaman, berkaitan dengan adanya
kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas
metabolism tanaman seperti fotosintesis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Prayudyaningsih dan Tikupadang
(2008), bobot kering merupakan indikasi keberhasilan pertumbuhan tanaman,
karena bobot kering merupakan petunjuk adanya hasil fotosintesis bersih yang
dapat diendapkan setelah kadar airnya dikeringkan. Bobot kering menunjukan
kemampuan tanaman dalam mengambil unsur hara dari media tanam untuk
menunjang pertumbuhannya. Meningkatnya bobot kering tanaman berkaitan
dengan metabolisme tanaman atau adanya kondisi perumbuhan tanaman yang
lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas metabolisme tanaman seperti
fotosintesis. Dengan demikian semakin besar berat kering menunjukan proses
fotosintesis berlangsung lebih efisien. Semakin besar berat kering semakin efisien
proses fotosintesis yang terjadi dan produktifitas serta perkmbangan sel-sel
jaringan semakin tinggi dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih
baik. Nitrogen yang tersedia sebagai penyusun protein berperan dalam memacu
pembelahan jaringan meritem dan merangsang pertumbuhan akar dan
perkembangan daun.
Apabila unsur hara tersedia dalam keadaan seimbang dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan bobot kering tanaman, akan tetapi
apabila keadaan unsur hara dalam kondisi yang kurang akan menghasilkan bobot
kering yang rendah. (Ratna, 2002). Apabila tanaman dapat berkembang dengan
baik, maka penyerapan nutrisi akan berjalan dengan lancar. Aktifitas tersebut
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta bagian –
bagiannya menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan bobot kering yang tinggi.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa volume
akar sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda nyata terhadap semua
perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi
terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan
perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan.
Rerata volume akar tanaman sawi keriting kombinasi nutrisi abmix dan
urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa volume akar tanaman sawi keriting
yang tertinggi terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan rerata 184,1
ml dan volume akar terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 128,02 ml.
Pada dasarnya nutrisi larutan hidroponik yang diberikan mempunyai
komposisi kandungan unsur hara maro dan mikro sesuai dengan standar yang
10

direkomendasikan. Seperti yang dikemukakan oleh Santoso (2005), bahwa


kandungan kalium mempunyai fungsi dalam pembentukan dan penyebaran akar.
Artinya perbedaan panjang akar pada masing – masing perlakuan dipengaruhi
oleh kalium yang tersedia didalam larutan nutrisi. Sumardi dan Pudjoarianto
(2006) menyatakan sistem perakaran lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari
tanaman yang bersangkutan, tetapi telah pula dibuktikan bahwa sistem perakaran
tanaman dapat dipengarihi oleh kondisi media tumbuh tanaman. Pada kondisi
fisik dan kimia yang optimal, sistem perakaran tanaman sepenuhnya dipengaruhi
oleh faktor genetik. Perkembangan sistem percabangan akar akan lebih
terangsang pada tempat – tempat dimana air dan unsur hara lebih tersedia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah :
1. Kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi berpengaruh nyata
terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, dan volume akar.
2. Kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi yang terbaik terdapat
pada perlakuan kombinasi 2,5 ml ab-mix + 80 ml urin sapi terfermentasi / L
larutan
DAFTAR PUSTAKA
Amaranthi, Lufi, 2004. Pengaruh Formula Nutrisi dan Konsentrasi Auksin
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun Jepang (Cucumis Sativus
L) Secara Hidroponik. Universitas Jember, Jember
Badan Pusat Statistik. 2018. Kalimantan Barat dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kalimantan Barat, Pontianak.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai).Hal 12-
62. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara
Gardner, P. Franklin, B. R. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan oleh Herawati, Susilo, H dan Subiyanto
(Penerjemah). UI Press: Jakarta.
Gomies, L., Nandissa, J., dan Rehatta, H., 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair
RII Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga
(Brassica oleraceae var botrytis L.). Universitas Pattimura. Ambon.
Agrologia, Vol. 1, April 2012, hal. 13-20.

Hadi, Suwito. 2002. Evaluasi Kesuburan Tanah. http://www.pustaka-


deptan.go.id.

Hani, A. dan Geraldine, L. P. 2016 Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk
Cair Urin Kambing Terhadap Pertumbuhan Awal Manglid (Magnolia
Champaca (L.) Baill. Ex. Pierre). Jurnal Wasian, 3 (2), 51-58.
Harjadi, S.S., 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka. Jakarta

Harlina, N 2003. Pemanfaatan Pupuk Majemuk Sebagai Sumber Hara. Institut


Pertanian Bogor, Bogor.

Kinasihati, E., 2003. Studi Kebutuhan Nitrogn Tanaman Selada. Universitas


Jember. Jember.
11

Koryati, T. 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukkan Urea terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Agronomi 2 (1) : 15-19
Lakitan. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta

Nicolas. DJD. 1963. Inorganic Nutrition of Microorganism. In:F.C. Steward ed.


Plant Physiology: A Treatise Vol` III. New York:Academic Press,
pp.363-447.

Nirmala, R., 2013. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kosarin Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman. Samarinda. Agrin Vol.17, No. 2.

Novizan.2001. Petunjuk Pemupukkan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Jakarta.


Prasetya, B., S. Kurniawan, dan M. Febrianingsih. 2009. (Brassica juncea L.)
pada Entisol. Jurnal Agritek 17 (5) : 1022-1029.

Prayudyaningsih, R dan H. Tikupang. 2008. Percepatan Pertumbuhan Tanaman


Bitti (Vitex Cofasuss Reinw) dengan aplikasi fungsi Mikorisa Arbuskula
(FMI). Balai Penelitian Kehutanan Makassar.

Ratna, D.I. 2002. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Pupuk
Organik Cair Terhadap Kualitas dan Kuantitas Hasil Tanaman Teh
(Camellia Sinensis L.) klon gambung 4. Ilmu Pertanian 10 (2): 17-25.
Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta, Kanisius.

Santoso, D. S. 2005. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah


Mada

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukkan Tanah Pertanian. CV. Simplex,


Jakarta.
Siregar, J., S. Triyono, dan D. Suhandy. 2005. Pengujian Beberapa Nutrisi
Hidroponik pada Selada (Lactuca Satifa L.) dengan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung (THST) Termodifikasi. Teknik Pertanian.4
(2) : 65-72.
Sumardi, I dan A. Pudjoarianto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Vidianto, D.Z,.S. Fatimah, dan C. Wasonowati. 2013. Penerapan Panjang Talang
dan Jarak Tanam dengan Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) pada Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra).
Agrovigor. 6 (2) : 128:135
Watimena, G. A. 1988. Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
12

Anda mungkin juga menyukai