ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Landak Kecamatan Ngabang
Kalimantan Barat yang berlangsung 13 Januari sampai dengan 23 Februari 2019.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih sawi keriting, box
sterofoam, rockwool, plastik mulsa, kain flanel, netpot, air hujan, ab-mix
goodplant, urin sapi terfermentasi. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu tds
meter, ph meter, gelas ukur, thermohygrometer, timbangan elektrik, alat tulis dan
alat dokumentasi.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan, 4 ulangan, dan 6 tanaman sampel
yaitu:
P1 = 5 ml A-B mix/L Larutan.
P2 = 2,5 ml A-B mix + 50 ml Urin Sapi Terfermentasi/L Larutan.
P3 = 2,5 ml A-B mix + 60 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P4 = 2,5 ml A-B mix + 70 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P5 = 2,5 ml A-B mix + 80 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
P6 = 90 ml Urin Sapi Terfermentasi /L Larutan.
Pelaksanaan penelitian meliputi penyemaian, pembuatan tempat
penelitian, persiapan media tanam, persiapan instalasi hidroponik sistem wick,
persiapan nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi, penanaman, pemeliharaan,
pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
Variabel Pengamatan meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),
luas daun (cm), berat segar tanaman (g), berat kering tanaman (g), dan volume
akar (ml). Variabel penunjang terhadap kondisi lingkungan yang perlu dilakukan
pengamatan yaitu: Suhu udara (0C), Kelembaban udara relatif. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan analisis keragaman (ANOVA), jika hasil analisis
keragaman menunjukan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix dan Urin
Sapi Terfermntasi terhadap Tinggi Tanaman (TT) 2, 3, dan 4 MST, dan
Jumlah Daun (JD) 2, 3, dan 4 MST.
Rerata
TT TT TT JD JD JD
AB-Mix(ml)+Urin Fermentasi
2MST 3MST 4MST2MST 3MST 4MST
(cm) (cm) (cm)(helai) (helai) (helai)
5 ml AB-mix/L Larutan 19,9 a 28,06 a 36,19 a
8,91 a 10,95 a 13,5 a
2,5 ml + 50 ml/L Larutan 9,86 d 17,79 d 26,75 d
5,66 c 7,58 c 9,5 c
2,5 ml + 60 ml/L Larutan 13,73 c 21,92 c 30,96 c
5,66 c 7,66 c 9,54 c
2,5 ml + 70 ml/L Larutan 15,43 b 23,06 bc 32,76 b
6,87 b 8,83 b 10,91 b
2,5 ml + 80 ml/L Larutan 15,68 b 23,59 b 32,81 b
6,83 b 8,91 b 11,08 b
90 ml Urin/L Larutan 5,71 e 13,17 e 20,68 e
3,21 d 4,54 d 5,66 d
BNJ 5% 1,32 1,22 1,76 0,86 0,81 0,86
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
nyata dibandingkan dengan uji BNJ taraf 5%
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
pertumbuhan tinggi tanaman sawi keriting pada umur 2, 3, dan 4 MST yang
tertinggi terdapat pada perakuan 5 ml ab-mix/L larutan berbeda nyata terhadap
semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5 ml ab-mix + 70 ml urin
sapi terfermentasi /L larutan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan kombinasi
2,5 ml ab-mix + 80 ml urin sapi terfermentasi / L larutan pada umur 2, 3, dan 4
MST, dan pada umur 3 MST perlakuan kombinasi 2,5 ml ab-mix + 60 ml urin
sapi terfermentasi / L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5
ml ab-mix + 70 ml urin sapi terfermentasi / L larutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf α 5% terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman sawi keriting. Rerata pertumbuhan tinggi tanaman sawi keriting
kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pada
umur 2, 3, dan 4 MST pada perlakuan 5 ml A-B mix/L larutan mempunyai rerata
tertinggi yakni masing-masing 19,9 cm, 28,06 cm, dan 36,19 cm. Sedangkan
perlakuan dengan tinggi tanaman sawi keriting terendah pada umur 2, 3, dan 4
MST terdapat pada perlakuan 90 ml urin sapi terfermentasi dengan rerata masing
– masing 5,71 cm, 13,18 cm, dan 20,68 cm. Hal ini disebabkan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dalam larutan nutrisi ab-mix yang
diberikan. Menurut Lingga (2002), nitrogen bagi tanaman mempunyai peran
penting merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya
batang, cabang, dan daun. Selanjutnya Nicolas (1963), menyatakan bahwa
tanaman menunjukkan respon yang sangat tinggi terhadap perlakuan nitrogen,
karena nitrogen merupakan elemen nutrisi utama penyusun asam amino dan
protein. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harjadi (1996) yang menyatakan
bahwa pupuk nitrogen diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan
tanaman terutama cabang, batang, dan daun.
Sesuai yang dinyatakan Watimena (1988) penggunaan hormon pada
konsentrasi yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman,
namun konsentrasi yang terlalu rendah tidak menunjukkan pengaruh berbeda
terhadap pertumbuhan tanaman. Diperjelas oleh Taiz dan Zeiger (1991) dalam
6
Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Kombinasi Nutrisi Ab-Mix dan Urin
Sapi Terfermntasi terhadap Luas Daun (LD), Berat Segar Tanaman
(BST), Berat Kering Tanaman (BKT), dan Volume Akar (VA).
Rerata
AB-Mix(ml)+Urin Fermentasi
LD (cm) BST (g) BKT (g) VA (ml)
5 ml AB-mix/L Larutan 1956,25 a 219,67 a 8,13 a 184,1 a
2,5 ml + 50 ml/L Larutan 1088,5 bc 92,63 d 3,54 cd 162,52 d
2,5 ml + 60 ml/L Larutan 1176,5 b 122,62 c 4,80 bc 168,25 cd
2,5 ml + 70 ml/L Larutan 1292,5 b 123,83 c 5,22 bc 169,75 c
2,5 ml + 80 ml/L Larutan 1794 a 151,78 b 6,08 b 177,05 b
90 ml Urin/L Larutan 800,5 c 51,30 e 2,88 d 128,02 e
BNJ 5% 338,29 11,54 1,74 5,87
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
nyata dibandingkan dengan uji BNJ taraf 5%
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
pertumbuhan luas daun sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda
nyata terhadap perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi
terfermentasi/L larutan, 2,5ml abmix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan,
2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan. Sedangkan perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 80ml urin sapi
terfermentasi/L larutan, perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi
terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan 90ml urin sapi terfermentasi/
L larutan berbeda tidak nyata dengan 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi
terfermentasi/L.
Rerata pertumbuhan luas daun sawi keriting kombinasi nutrisi abmix dan
urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pertumbuhan luas daun tanaman sawi
keriting yang terlebar terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan
rerata 1956,25 cm dan luas daun terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 800,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lakitan (2012), jika kandungan hara cukup tersedia maka luas daun suatu
tanaman akan semakin tinggi, dimana sebagian besar asimilat dialokasikan untuk
pembentukkan daun yang mengakibatkan luas daun bertambah. Jumlah ab-mix
yang diberikan mengakibatkan jumlah nutrisi khususnya nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman semakin bertambah.
Menurut Amaranthi dkk (2004), daun merupakan tempat berlangsungnya
fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat dan ditranslokasikan keseluruh
organ tanaman melalui pembuluh floem. Dalam proses fotosintesis, hal yang
penting yaitu adanya penyerapan radiasi matahari yang datang dapat diserap oleh
permukaan daun. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan radiasi
matahari yaitu variasi bentuk daun, ketipisan (cahaya yang dipancarkan), inklinasi
dan distribusi vertikal. Pembentukan daun dapat berlangsung baik pada suhu dan
intensitas cahaya yang konstan seperti yang dikemukakan Lakitan (2012) bahwa
laju pembentukan daun (jumlah daun persatuan waktu) atau nilai indeks
8
plastokhron (selang waktu yang dibutuhkan per daun tumbuhan yang terbentuk)
relatif konstan.
Selain itu proses fotosintesis juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembaban udara. Rata-rata suhu harian selama penelitian
berkisar antara 26,96 – 28,000C. Kondisi iklim yang dikehendaki untuk
pertumbuhan tanamam sawi adalah diantara 27,00C - 32,00C (Rukmana, 2007).
Sedangkan rata-rata kelembaban udara harian selama penelitian berkisar antara
87,48 – 88,67% Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
sawi yang optimal berkisar antara 80%-90%.
Apabila fotosintesis berlangsung dengan baik maka fotosintat yang
terbentuk semakin meningkat untuk ditranslokasikan ke bagian – bagian vegetatif
tanaman untuk membentuk organ – organ baru (Novizan, 2007).
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berat
segar tanaman sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda nyata
terhadap semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml
urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi
2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan. Rerata pertumbuhan berat
segar tanaman sawi keriting kombinasi nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi
menjelaskan bahwa pertumbuhan berat segar tanaman sawi keriting yang tertinggi
terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan rerata 219,67 gram dan
berat segar tanaman terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 51,30 gram. Hal ini dikarenakan berat
tanaman meningkat seiring bertambahnya ukuran tanaman. Menurut Suratman
dalam Kinasihati (2003) peningkatan berat segar ini disebabkan oleh peningkatan
tinggi tanaman dan jumlah daun sebagai bagian vegetatif pada tanaman. Selain itu
ketersediaan unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terutama unsur hara nitrogen untuk tanaman sawi keriting. Unsur
nitrogen yang rendah pada perlakuan 90ml urin sapi terfermentasi/ L larutan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti
yang dikemukakan oleh Gardner at.all. (1991), fungsi esensial dari unsur hara
nitrogen didalam jaringan tanaman adalah pembelahan dan pembesaran sel –
selnya akan mengalami hambatan. Rendahnya penyerapan unsur hara
mempengaruhi laju fotosintesis dan juga kandungan protein sehingga
perkembangan tanaman menjadi terhambat yang mengakibatkan rendahnya hasil
bobot segar tanaman.
Hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan organ – organ tanaman,
dimana semakin besar organ tanaman yang terbentuk maka semakin banyak kadar
air yang dapat diikat oleh tanaman (Koryati, 2004). Disamping itu, semakin
meningkat tinggi tanaman dan luas daun, maka semakin meningkat pula bobot
segar tanaman. Hal ini sependapat dengan Prasetya (2009) yang menyatakan
bahwa bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan luas daun,
semakin tinggi dan semakin besar luas daunnya maka bobot segar dan bobot
kering tanaman akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berat
kering tanaman sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan berbeda
nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix +
80ml urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan
kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan
9
kombinasi 2,5ml abmix + 70ml urin sapi terfermentasi/L larutan. perlakuan 90ml
urin sapi terfermentasi/ L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan
kombinasi 2,5ml ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan.
Rerata pertumbuhan berat kering tanaman sawi keriting kombinasi
nutrisi ab-mix dan urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa pertumbuhan berat
kering tanaman sawi keriting yang tertinggi terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/
L larutan dengan rerata 8,13 gram dan berat kering tanaman terendah terdapat
pada perlakuan 90ml urin sapi terfermentasi/ L larutan dengan rerata 2,88 gram.
Ini menunjukan bahwa proses fotosintesis yang terjadi berlangsung lebih baik
atau efisien karena meningkatnya bobot kering tanaman, berkaitan dengan adanya
kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas
metabolism tanaman seperti fotosintesis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Prayudyaningsih dan Tikupadang
(2008), bobot kering merupakan indikasi keberhasilan pertumbuhan tanaman,
karena bobot kering merupakan petunjuk adanya hasil fotosintesis bersih yang
dapat diendapkan setelah kadar airnya dikeringkan. Bobot kering menunjukan
kemampuan tanaman dalam mengambil unsur hara dari media tanam untuk
menunjang pertumbuhannya. Meningkatnya bobot kering tanaman berkaitan
dengan metabolisme tanaman atau adanya kondisi perumbuhan tanaman yang
lebih baik bagi berlangsungnya aktifitas metabolisme tanaman seperti
fotosintesis. Dengan demikian semakin besar berat kering menunjukan proses
fotosintesis berlangsung lebih efisien. Semakin besar berat kering semakin efisien
proses fotosintesis yang terjadi dan produktifitas serta perkmbangan sel-sel
jaringan semakin tinggi dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih
baik. Nitrogen yang tersedia sebagai penyusun protein berperan dalam memacu
pembelahan jaringan meritem dan merangsang pertumbuhan akar dan
perkembangan daun.
Apabila unsur hara tersedia dalam keadaan seimbang dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan bobot kering tanaman, akan tetapi
apabila keadaan unsur hara dalam kondisi yang kurang akan menghasilkan bobot
kering yang rendah. (Ratna, 2002). Apabila tanaman dapat berkembang dengan
baik, maka penyerapan nutrisi akan berjalan dengan lancar. Aktifitas tersebut
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta bagian –
bagiannya menjadi lebih baik, sehingga menghasilkan bobot kering yang tinggi.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa volume
akar sawi keriting perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan berbeda nyata terhadap semua
perlakuan. Sedangkan perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 70ml urin sapi
terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan dan perlakuan kombinasi 2,5ml
ab-mix + 50ml urin sapi terfermentasi/L larutan berbeda tidak nyata dengan
perlakuan kombinasi 2,5ml ab-mix + 60ml urin sapi terfermentasi/L larutan.
Rerata volume akar tanaman sawi keriting kombinasi nutrisi abmix dan
urin sapi terfermentasi menjelaskan bahwa volume akar tanaman sawi keriting
yang tertinggi terdapat pada perlakuan 5ml ab-mix/ L larutan dengan rerata 184,1
ml dan volume akar terendah terdapat pada perlakuan 90ml urin sapi
terfermentasi/ L larutan dengan rerata 128,02 ml.
Pada dasarnya nutrisi larutan hidroponik yang diberikan mempunyai
komposisi kandungan unsur hara maro dan mikro sesuai dengan standar yang
10
Hani, A. dan Geraldine, L. P. 2016 Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk
Cair Urin Kambing Terhadap Pertumbuhan Awal Manglid (Magnolia
Champaca (L.) Baill. Ex. Pierre). Jurnal Wasian, 3 (2), 51-58.
Harjadi, S.S., 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka. Jakarta
Nirmala, R., 2013. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kosarin Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman. Samarinda. Agrin Vol.17, No. 2.
Ratna, D.I. 2002. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Pupuk
Organik Cair Terhadap Kualitas dan Kuantitas Hasil Tanaman Teh
(Camellia Sinensis L.) klon gambung 4. Ilmu Pertanian 10 (2): 17-25.
Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta, Kanisius.