ABSTRAK
Sampah yang dihasilkan dari pasar sebagian besar adalah sampah organik, salah satunya berupa sayuran kubis.
Sampah menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sampa organik dan sampah anorganik. Penumpukan dari
sampah sayuran seperti kubis dapat mengakibatkan pencemaran udara, yaitu munculnya gas asam sulfida dan
gas amonia yang menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menyebabkan polusi udara. Tujuan dari kegiatan
praktikum adalah agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan pupuk kompos dan sekaligus
mengetahui ciri-ciri kompos yang sudah jadi atau matang. Metode yang digunakan dalam kegiatan praktikum
yaitu pengamatan terhadap suhu, pH, bau, warna, berat awal dan berat akhir. Praktikum dilaksanakan di lahan
Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 5 Oktober 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB. Hasil
yang didapatkan dalam kegiatan praktikum yaitu pada perlakuan aerob merupakan perlakuan pembuatan pupuk
kompos yang udara terbuka justru dibutuhkan oleh bakteri pengurai guna mendekomposisi bakteri yang ada
didalamnya agar tetap hidup dan mengurai sampah secara maksimal sedangkan perlakuan anaerob merupakan
penguraian bahan-bahan organik berlangsung tanpa menggunakan bantuan udara secara maksimal. Hal yang
didapatkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum yaitu suhu pada perlakuan aerob dan anaerob memiliki
nilai rata-rata sebesar 27°C, rata-rata pH sebesar 7,0, aroma yang dihasilkan oleh kedua perlakuan pupuk
kompos yaitu menyengat dan tidak menyengat, pada pengamatan warna mayoritas berwarna gelap dengan
tingkat soil yang relatif sama yaitu 10YR, berat awal dan berat akhir pada perlakuan aerob yaitu sebesar 3,665
kg dan 2,440 kg sedangkan hasil pengamatan terhadap berat awal dan berat akhir pada perlakuan anaerob yaitu
sebesar 3,265 kg dan 2,260 kg.
Kata Kunci : Aerob, Anaerob, Sampah
PENDAHULUAN
Sampah yang dihasilkan dari pasar sebagian besar adalah sampah organik, salah satunya
berupa sayuran kubis. Penumpukan dari sampah sayuran seperti kubis dapat mengakibatkan
pencemaran udara, yaitu munculnya gas asam sulfida dan gas amonia yang menimbulkan bau yang
tidak sedap dan dapat menyebabkan polusi udara. Dari limbah yang membusuk ini, dapat menjadi
tempat berkembang biak bibit penyakit (Budi Nining Widarti, 2015). Sampah menurut jenisnya dibagi
menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik (Larasati, dkk. 2019). Namun, disamping
sisi negatif adanya sampah sayuran kubis, ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan pada sampah
sayuran. Salah satunya adalah dapat digunakan menjadi pupuk kompos.
Penumpukan sampah terutama sampah sisa sayuran perlu dilakukan pengolahan sampah yang
baik dan benar. Pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat masih secara konvensional yang
memerlukan waktu yang lama sehingga dapat diperlukan suatu inovasi dengan cara mengolah
kembali sampah secara sederhana dengan memanfaatkan kembali sampah menjadi kompos. (Anthony
Hamzah, 2020). Pengomposan merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap
sampah padat organik dalam kondisi aerobik (terdapat oksigen) atau anaerobik (tanpa oksigen).
Bahan organik akan diubah hingga menyerupai tanah. Kondisi terkendali tersebut mencakup rasio
karbon dan nitrogen (C/N), kelembapan, pH dan kebutuhan oksigen. (Nunik Ekawandani, 2018).
Dalam proses pembuatan pupuk kompos, diperlukan adanya bahan-bahan berupa EM4 dan
molase. Penggunaan EM4 ini diharapkan dapat berpengaruh terhadap proses dekomposer
mikroorganisme berbentuk kompos serta dapat mengembalikan kesuburan pada tanah (Hurip
Pratomo, 2018). Sedangkan molase berguna sebagai sumber energi untuk mikroorganisme (Buharis,
2015). Tujuan dari kegiatan praktikum teknik pembuatan pupuk kompis adalah agar praktikan dapat
mengetahui bagaimana cara pembuatan pupuk kompos dan sekaligus mengetahui ciri-ciri kompos
yang sudah jadi atau matang.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan di lahan Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal
5 Oktober 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum meliputi timbangan analitik digital, dua box plastik,
pH-meter, cangkul, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi limbah sayur 2 kg, kotoran ternak ayam 1
kg, kotoran ternak sapi 1 kg, limbh jamur 1 kg, EM4, air, dan molase.
Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai berikut:
Menyiapkan alat dan bahan praktikum, mencacah limbah sayur dan menimbang sebanyak 2
kg, menimbang limbah jamur, kotoran ayam, dan kotoran sapi masing-masing 1 kg, mencampurkan
limbah sayur yang sudah dicacah dengan kotoran ayam, kotoran sapi, dan limbah sayur hingga
tercampur semua, menambahkan EM4 dan molase yang sudah diecerkan dengan air sebanyak 2000
ml hingga homogen, kemudian campuran tersebut dibagi menjadi 2 ditempakan pada 2 box dengan
masing-masing perlakuan yaitu aerob dan anaerob, melakukan pengamatan pada seminggu setelah
praktikum selama 6 minggu.
KESIMPULAN
Hasil dari pengujian yaitu didapatkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum yaitu suhu
pada perlakuan aerob dan anaerob memiliki nilai rata-rata sebesar 27°C, rata-rata pH sebesar 7,0,
aroma yang dihasilkan oleh kedua perlakuan pupuk kompos yaitu menyengat dan tidak menyengat,
pada pengamatan warna mayoritas berwarna gelap dengan tingkat soil yang relatif sama yaitu 10YR,
berat awal dan berat akhir pada perlakuan aerob yaitu sebesar 3,665 kg dan 2,440 kg sedangkan hasil
pengamatan terhadap berat awal dan berat akhir pada perlakuan anaerob yaitu sebesar 3,265 kg dan
2,260 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony Hamzah, Y. P. (2020). Pemanfaatan Limbah Masyarakat dalam Pembuatan Pupuk Kompos
di Desa Kuok . Journal Of Community Services Public Affairs, 7 - 10.
Budi Nining Widarti, d. (2015). Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos Dari
Kubis Dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses, 75-80.
Buharis. (2015). Pengaruh Penambahan Molase Pada Media Tanam Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Makassar, Makassar.
Dini, dkk. 2020. Pengelolaan Limbah Domestik Rumah Tangga Menjadi Biokomposter
Mikroorganisme Dengan Metode Aerob-Anaerob. Jurnal Pengendalian Pencemaran
Lingkungan (JPPL). Vol. 2 No.01 Maret 2020
Hamdani A. 2015 Uji Kemampuan Campuran Trichoderma sp dan Aspergillus sp Sebagai
Biodekomposer Terhadap Laju Pengomposan Limbah Jerami Padi. 2015
Hurip Pratomo, B. P. (2018). Pembuatan Pupuk Kompos Berbahan Feses Kambing Menggunakan
Bantuan Effective Microorganism (EM4), Di Desa Tegal, Bogor. Prosiding PKM-CSR, 2635
- 3570.
Larasati, dkk. 2019. Pengolahan Sampah Sayuran Menjadi Kompos Dengan Metode Takakura. Jurnal
Ikesma Volume 15 Nomor 2. September 2019
Marjaenah, dkk. 2021. Pengomposan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes SOLMS) Dengan Metode
Semi Anaerob Dan Penambahan Aktivator EM4. Jurnal Agrifor Volume XX Nomor 2, Oktober
Nunik Ekawandani, A. A. (2018). Pengomposan Sampah Organik (Kubis Dan Kulit Pisang) Dengan
Menggunakan EM4. TEDC.
Ratnawati R. 2019. Adsorpsi Emisi Amonia pada Proses Pengomposan Limbah Padat Rumah Potong
Hewan menggunakan Media Kompos Matang. SNHRP. 2019;129–38.
Suharno, dkk. 2021. Perbedaan Penggunaan Komposter An-Aerob dan Aerob Terhadap Laju Proses
Pengomposan Sampah Organik. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.15 No.3 November
2021: Hal. 251-255
Syaifuddin MF, Destantyo BH. Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Pertanian dengan Metode
Aerob dan Anaerob. Institut Teknologi Sepuluh Nopember; 2018.
Witasari WS, Sa’diyah K, Hidayatulloh M. 2021. Pengaruh Jenis Komposter dan Waktu
Pengomposan terhadap Pembuatan Pupuk Kompos dari Activated Sludge Limbah Industri
Bioetanol. J Tek Kim dan Lingkung. 2021 ; 5 (1) : 31–40.
DOKUMENTASI