Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANAEROBIK

DOSEN PENGAMPUH :
RULLY AKBAR PRIBUDY DJALALEMBAH SP.MP

DISUSUN OLEH :
ZAINAL
E28123246

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
KATA PENNGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
untuk memenuhi tugas mata kuliah BIOLOGI DASAR dengan judul: "Tanaman Pangan
Jagung”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurng dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Palu,03 November 2023

ZAINAL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan limbah cair secara anaerobic berbeda dengan pengolahan lumpur (sludge) secara
anaerobic. Alasannya adalah bahwa bagian terbesar bahan organic dalam limbah cair
dilarutkan dalam pengolahan limbah cair anaerobic. Ketika kandungan organic terlarut dalam
limbah cair dihilangkan, berarti proses pengolahan haruslah merupakan sebuah proses yang
sangat baik dan memiliki kontak yang cukup lama antara substansi terlarut dalam limbah
dengan mikroorganisme yang beperan dalam proses tersebut. Hal ini berarti bahwa untuk
pengolahan limbah cair anaerobic terdapat perbedaan antara waktu tinggal hidraulik (HRT)
dengan umur lumpur (sludge age) yang biasanya sama pada pengolahan lumpur secara
anaerobic.
Pengolahan limbah cair anaerobic pertama untuk limbah cair industry dibangun pada
tahun 1929 untuk mengolah limbah produksi ragi di Slagelse, Denmark. Meskipun plant ini
telah berusia 30 tahun, perkembangannya cukup lambat. Pengembangan proses ini kemudian
muncul ketika diperkenalkannya pengolahan anaerobic dengan menggunakan UASB (Up
flow anaerobic sludge blanket) pada tahun 1980.
Pengolahan anaerobic pada umumnya memiliki biaya operasi yang relative rendah dan
perolehan gas yang cukup banyak. Prosesnya sangat baik diterapkan pada limbah cair
terkonsentrasi di mana pengolahan aerobic untuk oksidasi senyawa organic akan
menghabiskan banyak biaya terutama untuk listrik.
Proses ini akan lebih baik lagi jika kondisi pengolahan bertemperatur cukup hangat
karena akan mereduksi volum reactor. Metode yang lainnya yang digunakan untuk
mengurangi volum reactor adalah dengan mempertahankan tingginya konsentrasi lumpur di
dalam reactor. Perkembangan proses anaerobic yang semakin pesat menyebabkan munculnya
berbagai modifikasi proses seperti adanya uasb dan filter terfluidisasi yang kini telah menjadi
cabang bioteknologi dan teknologi kimia.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan anaerobic?
 Mengetahui faktor-faktor mempengaruhi anaerobic!
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui definsisi dari anaerobic
 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi anaerobic

BAB II
PEMBAHSAN
A. Anaerobic ammonium oxidation (anammox) adalah suatu proses konversi
amonium menjadi gas nitrogen menggunakan nitrit sebagai akseptor elektron dalam
kondisi anaerobik (Graaf dkk, 1996). Aplikasi proses anammox pada pengolahan air
limbah untuk menyisihkan amonium dalam kondisi anaerobik membutuhkan lebih sedikit
oksigen, menghasilkan sedikit lumpur, tidak membutuhkan karbon organik,
membutuhkan ruang yang kecil dan biaya operasional lebih muran dibandingkan proses
nitrifikasi denitrifikasi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Anaerobik

Lingkungan besar pengaruhnya pada laju pertumbuhan mikroorganisme baik pada proses
aerobik maupun anaerobik yaitu :

a. Temperatur

Pada proses anaerob, diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mencapai laju reaksi
yang diperlukan. Pada proses anaerob, penambahan temperatur dapat dilakukan dengan
memanfaatkan panas dari gas methane yang merupakan by-product proses anaerob itu sendiri.
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60°C dan suhu dijaga konstan. Bakteri akan
menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum. Semakin tinggi temperatur
reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin berkurang. Beberapa jenis bakteri
dapat bertahan pada rentang temperatur tertentu dapat dillihat pada tabel berikut: Pengaruh
temperatur terhadap daya tahan hidup bakteri

Jenis Bakteri Rentang Temperatur 0C Temperatur Optimum 0C

a. Cryophilic 2 – 30 12 – 18

b. Mesophilic 20 – 45 25 – 40
c. Thermophilic 45 – 75 55 – 65

Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40°C, tapi dapat juga
terjadi pada temperatur rendah, 4°C. Laju produksi gas akan naik 100-400% untuk setiap
kenaikan temperatur 12°C pada rentang temperatur 4-65°C. Mikroorganisme yang berjenis
thermophilic lebih sensitif terhadap perubahan temparatur daripada jenis mesophilic. Pada
temperatur 38°C, jenis mesophilic dapat bertahan pada perubahan temperatur ± 2,8°C.

Untuk jenis thermophilic pada suhu 49°C, perubahan suhu yang dizinkan ± 0,8°C dan pada
temperatur 52°C perubahan temperatur yang dizinkan ± O,3°C.

b. pH (Keasaman) dan Alkalinitas

Proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH dan
bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus dijaga pada nilai 6,2
dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH sebaiknya berada pada pH 7 – 8 untuk
menghindari keracunan H2S. Alkalinitas bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga
5000 mg/L untuk mengatasi peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH
sekecil mungkin. Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk
mengontrol pH dan alkalinitas.

c. Konsentrasi Substrat

Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur dengan


perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-unsur di atas harus
ada pada sumber makanannya (substart). Konsentrasi substrat dapat mempengaruhi proses kerja
mikroorganisme. Kondisi yang optimum dicapai jika jumlah mikroorganisme sebanding dengan
konsentrasi substrat.

Kandungan air dalam substart dan homogenitas sistem juga mempengaruhi proses kerja
mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan proses penguraian,
sedangkan homogenitas sistem membuat kontak antar mikroorganisme dengan substrat menjadi
lebih intim.
d. Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien

Pada pengolahan anaerob, produksi lumpur adalah sebanyak 0,1 kg VSS/kg COD
tersisihkan. Kebutuhan nutrien pada pengolahan anaerob adalah seperlima dari proses aerob.

Parameter Anaerob

Kebutuhan energi Rendah

Tingkat pengolahan 95 %

Produksi lumpur Rendah

Stabilitas proses terhadap toksik Rendah sampai sedang


dan perubahan beban

Kebutuhan nutrien Rendah

Bau Berpotensi menimbulkan bau

Kebutuhan alkalinitas Tinggi untuk beberapa Indistri

Produksi biogas Ada (dapat dimanfaatkan sebagai


sumber energi)

Start-up time 2 – 4 bulan

C. Perbedaan Mendasar Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Anaerob dengan


Aerob

Perbedaan mendasar pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan aerob adalah :

Pada pengolahan air limbah secara biologi anaerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 90% menjadi gas CH4, dan CO2 dan 10% nya lumpur. Gas-gas yang dihasilkan dapat
dimurnikan dengan proses absorbsi gas CO2, sehingga dihasilkan gas CH4 murni yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Pada pengolahan air limbah secara biologi aerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 50% panas (gas CO2) dan 50% nya lumpur. Ini menunjukan pada pengolahan air
limbah secara biologi anaerob akan menghasilkan lumpur jauh lebih kecil dibanding pengolahan
secara biologi aerob.
Waktu pengolahan air limbah secara biologi anaerob lebih lama dibandingkan dengan
pengolahan air limbah secara biologi aerob.
Berdasarkan analisis proses pengolahan air limbah secara biologi, dapat diketahui bahwa
pengolahan air limbah secara biologi ini memberikan dampak negatif terhadap kualitas udara,
karena banyaknya gas-gas seperti CO2 dan CH4 yang dihasilkan terbuang keudara.
Beberapa limbah padat organik yang tidak dilakukan pengolahan akan mengalami proses
anaerob secara alami sehingga dihasilkan gas-gas seperti CH 4 dan CO2 yang dapat mencemari
udara dan ikut berperan serta dalam peningkatakan pemanasan global.
BAB III
KESIMPULAN

Anaerobik adalah tentang proses pengolahan limbah udara secara biologi yang dilakukan tanpa
adanya oksigen. Proses ini bertujuan untuk merombak bahan organik dalam air limbah menjadi
bahan yang lebih sederhana dan tidak berbahaya
Beberapa keuntungan dari proses anaerobik antara lain derajat stabilitas yang tinggi, produk
lumpur buangan biologis rendah, kebutuhan nutrisi rendah, dan produksi gas metana yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi
SARAN
aran kita sebagi mahasiswa agar kita sama sama berkontribusi agar supaya materi yang kita dapat
bisa kita realisasikan dikemudian hari.
DAFATR PUSTAKA
Anggraini, 2014, “Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan
Sistem Batch”, Reka Lingkungan Jurnal Institut Teknologi
Nasional, VOL. 2, NO. 6

Angelucci, DM, Sara & Concetta T, 2018, “Kinetic Study of Two Step Mesophilic
Anaerobic-Aerobic Waste Sludge Digestion: Focus on Biopolymer Fate.”,
Process Safety & Environmental Protection, no. 116

Aliyuddin, A., Akhmad, & Putkamu Wesen. (2016).” Pengolahan Air Buangan Industri
Baik Menggunakan Bireaktor Hibrid BePerawatan Industri Anaerobik-aerobikdatn
KotaAir limbah. Bahan kimiaJurnal Teknik, 155(1), 1-18.
DAFTR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

A.Latar Belakang.................................................................................................................1

B.Rumusan Masalah............................................................................................................1

C.Tujuan Masalah................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A.Pengertian Anaerobic.......................................................................................................2

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Anaerobik...................................................2

C. Perbedaan Pengolahan Air Limbah Anaerob dengan Aerobic.......................................2

BAB III PENUTUP.............................................................................................................6

Kesimpulan..........................................................................................................................6

Saran…................................................................................................................................6

Anda mungkin juga menyukai