Anda di halaman 1dari 14

Progress T2

Pendahuluan
• Vinasse merupakan limbah yang dihasilkan dari produksi bioethanol
dari molasses. Produksi limbah vinasse adalah sebesar 8 hingga 20
liter tiap 1 liter bioetanol terproduksi
• Limbah vinasse yang dihasilkan ini harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu agar limbah vinasse yang terbuang sesuai dengan
baku mutu lingkungan yaitu dengan menurunkan nilai COD (Chemical
Oxygen Demand) pada limbah vinasse.
Pendahuluan
• Biogas merupakan gas yang terbentuk dari proses anaerobic digestion
bahan organik oleh bakteri. Biogas terdiri dari metana (CH4) sebesar
50-70 %, karbon dioksida (CO2) sebesar 30-50%, hydrogen sulfide
(H2S) sebesar 0,8 %, dan hidrogen (H2) sebesar 0-2 %.
• Sifat gas metana:
• Densitas sebesar 0,657 g/L pada suhu 25℃ dan tekanan 1 atm
• Titik didih dari gas metana adalah pada suhu -161,5℃
• Panas pembakaran dari metana adalah 890.3 kJ/mol
• Nilai LHV (Low Heating Value) dari gas metana adalah 32,8 MJ/m3 dengan
volume gas pada kondisi 25℃ dan tekanan 1 atm
Pemilihan Proses
1. Pemilihan Proses Pengolahan Limbah Vinasse
2. Pemilihan Kondisi Operasi Proses Anaerobic Digestion
3. Pemilihan Reaktor
4. Pemilihan Media Imobilisasi
Pemilihan Proses Pengolahan Limbah Vinasse

Aerobic
Digestion
Termofilik

Anaerobic
Vinasse
Digestion
Mesofilik

Koagulasi
A. Aerobic Digestion
• Proses aerobic digestion merupakan proses pengolahan limbah
menggunakan metode oksidasi secara biokimia
• Pengadukan diperlukan untuk mensuplai oksigen ke seluruh bagian
dalam vessel
• Diperlukan injeksi oksigen ke dalam vessel
• Konversi COD tinggi
• Hanya dapat diaplikasikan untuk bahan organik dengan konsentrasi
rendah hingga medium (COD < 1000 ppm)
A. Aerobic Digestion
B. Anerobic Digestion
• Proses anaerobic digestion merupakan proses dekomposisi senyawa
organik pada kondisi tanpa okisgen dengan bantuan mikroorganisme
menjadi biogas
• Sebesar 90% dari senyawa organik dapat dikonversikan menjadi gas
metana
B. Anerobic Digestion
B. Anerobic Digestion
a. Suhu
Semakin tinggi suhu, produksi metana akan semakin meningkat
b. pH dan VFA
• Pada proses hidrolisis, acetogenesis, dan methanogenesis masing-masing
mempunyai rentan pH masing-masing sebesar 6,0; 6,0-7,0; dan 6,5-7,5
• Perbandingan antara VFA dan senyawa bikarbonat (HCO3) mempengaruhi tingkat
keasaman sehingga jumlahnya perlu dikontrol. Untuk proses yang stabil,
perbandingan VFA/HCO3 dijaga pada 1,4:1 (rasio molar)
c. Retention time
• SRT merupakan waktu rata-rata dimana bakteri tinggal dalam digester
• HRT merupakan waktu rata-rata cairan dalam digester
• Nilai SRT yang panjang membantu aklimitasi biologis senyawa beracun dalam
digester, hal tersebut dapat dilakukan juga dengan menaikkan volume reactor dan
menaikkan konsentrasi solid (bakteri)
d. Rasio Karbon dan Nitrogen
• Nilai rasio C/N menunjukkan hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dalam
limbah organik
• Perbandingan optimum diperlukan supaya anaerobic digestion berjalan secara
efektif. Nilai C/N optimum yaitu pada nilai sekitar 25-35:1

e. Organic Loading Rate (OLR)


• Organic loading rate merupakan jumlah senyawa organic padat yang kering yang
diumpankan dalam digester per hari per unit volum dari kapasitas digester
• Jika nilai OLR sangat tinggi pada umpan dapat menyebabkan berkurangnya yield
metana
• Hal ini disebabkan karena bakteri tidak dapat bertahan pada kondisi asam sehinga
produktivitas berkurang
• nilai OLR yang kecil dan nilai HRT yang panjang dapat menghasilkan overload pada
digester sehingga menurunkan yield metana
• OLR yang tinggi dan HRT yang rendah dapat menyebabkan bakteri ter-washout yang
dapat menurunkan produktivitas metana
• Nilai OLR yang optimum untuk proses termofilik yaitu 3,0-14,4 kg-COD/m3/hari dan
untuk proses mesofilik yaitu 3,0-7,3 kg-COD/m3/hari.
C. Proses Koagulasi
• Proses koagulasi umum digunakan untuk mengurangi kandungan partikel
dan senyawa organik dalam air limbah
• Bahan yang umum digunakan dalam proses koagulasi yaitu alum
(Al2(SO4)3.14H2O), ferri klorida (FeCl3.6H2O), natrium aluminate, aluminium
klorida, dan ferri sulfat
• Alumunium sulfat
Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 ↔ 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 (1)
• Ferri Klorid
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 ↔ 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 +6CO2 (2)
Pemilihan Kondisi Operasi Proses Anaerobic
Digestion
• Mesofilik
• Dijalankan pada suhu 20-40 oC
• Kandungan VFA dalam proses mesofilik sebesar 28.000 mg/L yang
menghasilkan yield metana sebesar 350 mL/g VS
• Proses mesofilik memiliki stabilitass proses yang baik dan memerlukan energi
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan proses termofilik (Kumar dkk.,
2019)
Pemilihan Kondisi Operasi Proses Anaerobic
Digestion
• Termofilik
• Proses termofilik dijalankan pada suhu 50-65 oC
• Kandungan VFA dalam proses termofilik sebesar 45.000 mg/L yang
menghasilkan yield sebesar 407 mL/g VS
• Pada proses termofilik akan dihasilkan yield metana yang lebih tinggi
dibandingkan dengan proses mesofilik
• Suhu yang tinggi membantu pertumbuhan bakteri metanogen
• keuntungan penggunaan termofilik yaitu retention time yang rendah,
membunuh pathogen, dan meningkatkan proses degradasi senyawa organik

Anda mungkin juga menyukai