Oleh :
Saiful akbar/220920030001
1
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip kerja UASB adalah air limbah masuk dari bagian bawah reaktor lalu dialirkan
secara vertikal ke atas. Air limbah pertama-tama akan melewati suatu lapisan yang dinamakan
sludge bed. Pada lapisan ini air limbah yang masuk akan mengalami kontak dengan mikroba
anaerob yang berbentuk granula (pellet) yang menyusun sludge bed tersebut. Biogas yang
terbentuk dari metabolisme anaerob akan bergerak ke atas dan mengakibatkan terjadinya
proses vertical mixing di dalam reaktor. Dengan demikian, tidak diperlukan alat mekanik
untuk pengadukan di dalam reaktor. Kecepatan aliran keatas (up flow) harus dipertahankan
sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan pembentukan sluge blanket yang dapat
memberikan area yang luas untuk kontak antara sludge dan air limbah.
Pada bagian atas reaktor terdapat dua jenis saluran, yaitu saluran untuk mengeluarkan
limbah hasil olahan (efluen) serta saluran untuk mengeluarkan biogas. Karena gas dan efluen
bergerak ke atas, maka diperlukan suatu struktur untuk menahan granula agar tidak ikut
terbawa ke aliran efluen dan struktur inilah yang dinamakan Gas-Liquid Solid separator
(GLSS). Karena proses anaerobik merupakan proses pendahuluan maka pada penelitian ini
dilanjutkan dengan proses wetland. (Moenir, Sartamtomo and Moetinah, 2014)
Pengolahan limbah secara alami yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu (1) Area
yang digenangi air dan mendukung hidupnya tanaman air, (2) Media tumbuh berupa batuan
yang selalu digenangi air, (3) Pertumbuhan mikroorganisme. Proses upflow
anaerobic sludge blanket (UASB) telah berhasil diterapkan dalam pengolahan air limbah kota
2
dan industri . Beberapa peneliti telah menyelidiki kesesuaian proses untuk pengolahan fenol
dan air limbah fenolik. Perlakuan anaerob fenol masih dalam tahap investigasi. Dengan
semakin dikenalnya proses UASB, studi kelayakan pada pengolahan air limbah yang
mengandung fenol dan kresol ( isomer o -, m - dan p ) di UASB telah ditinjau. Dilaporkan
bahwa konsentrasi fenol mencapai kisaran 500–750 mg/L umumnya tidak menghambat
proses UASB. Konsentrasi fenol yang lebih besar dari 500 mg/L dapat diperlakukan secara
efektif dengan aklimatisasi inokula, resirkulasi limbah yang diolah dan/atau penambahan
dengan substrat tambahan seperti glukosa, VFA, dan molase encer . Degradabilitas fenol lebih
dari p -cresol, yang pada gilirannya lebih dari m - dan o -cresol. (Veeresh, Kumar and
Mehrotra, 2005)
3
2.2 Aplikasi dan kegunaan
Cara kerja UASB (Upflow Anaerobic Sludge Balnket)
Cara kerja reaktor ini pertama adalah air limbah masuk dari bagian bawah reaktor
kemudian dialirkan secara vertikal keatas. Air limbah akan melewati lapisan sludge bed. Pada
lapisan ini air limbah akan mengalami kontak dengan mikroba anaerob yang berbentuk
granula. Biogas yang terbentuk dari metabolisme anaerob akan bergerak keatas dan
mengakibatkan terjadinya proses vertikal mixing di dalam reaktor. Dengan demikian tidak
diperlukan alat mekanik untuk pengadukan didalam reaktor.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi reaktor UASB selama prose
pengoalahan limbah terjadi, antara lain Jika reaktor UASB terlalu asam maka akan
mengakibatkan kondisi reaktor overload. Hal ini terjadi karena menurunnya volatil fatty acids
(VFAs) yang di produksi oleh bakteri asitogenik dan asetagenik dan energi kinetik antara
bakteri produsen asam dan pemakannya. Sebaliknya jika pH menurun atau dalam kondisi basa
akan menyebabkan kondisi reaktor menjadi toxic atau beracun. Oleh karena itu kondisi pH
harus normal berdasarkan aturan kenormalan pH air limbah agar tidak overload bahkan toxic
atau beracun.(Rochim, Fariha and Abadi, 2017)
Selain pH yang mempengaruhi kondisi reaktor UASB adalah produksi biogas yaitu
metana. Jika produksi biogas rendah bisa berpotensi mengakibatkan overload pada reaktor
jika pH nya dalam kondisi asam, jika pH dalam kondisi basa akan mengakibatkan toxic pada
reaktor.
Dengan demikian agar kondisi reaktor normal maka pH harus dalam keadaan normal
sesuai aturan kenormalan pH air limbah dan produksi biogas juga harus sedang.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) mengubah secara efektif bahan organik menjadi
biogas, mikroorganisme aktif memerlukan nutrisi dan kondisi lingkungan tertentu. Nutrisi dan
sintesis kimia yang diperlukan untuk pengolahan anaerobik meliputi: Makronutrien seperti C,
H, O, N, S, P, K, Ca, Mg untuk menyediakan makanan bagi bakteri. Mikronutrien seperti Fe,
Ni, Zn, Mn, Mo, dan Co untuk menjaga bakteri tetap sehat. Vitamin kadang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan katalitik spesifik dalam biosintesis dan jika diperlukan dalam jumlah
kecil.Enzim (katalis protein yang diproduksi oleh sel-sel hidup) untuk mempercepat reaksi
seluler mikroorganisme. Temperatur sekitar 35°C untuk mesofilik dan 55°C untuk
termofilik pH sekitar 7.(Marbun, 2019)
4
2.3 kelebihan dan kerugian
Adapun Kelebihan Desain bioreaktor anaerob Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (UASB) mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak membutuhkan lahan yang luas untuk perencanaan bioreaktor anaerob tersebut
2. Untuk mencegah bau yang bisa mengganggu, maka perlu dicari jenis IPAL yang
konstruksinya tertutup
3. Biaya operasionalnya tidak terlalu mahal
4. Waktu tinggal untuk pengolahan tidak terlalu lama sehingga ukuran IPAL tidak terlalu
luas
5. Mampu mengatasi fluktuasi kuantitas dan kualitas air limbah dengan efisiensi
pengolahan yang menghasilkan effluent yang memenuhi baku mutu limbah industri
PKS
UASB (Upflow Anaerob Sludge Blanket) bisa disebut juga anaerobic granular sludge
adalah sebuah sistem dimana air limbah akan masuk kedalam tangki anaerobic yang sudah
terdapat sludge yang mengandung mikroorganisme atau bisa disebut sludge blanket kemudian
diproses sehingga mengahsilkan biogas. Teknologi UASB telah digunakan untuk pengolah
berbagai macam limbah industri seperti industri pengolah makanan, industri alkohol, industri
kulit dan limbah domestik lainnya (Veeresh, Kumar and Mehrotra, 2005)
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Marbun, J.A. (2019) ‘Perencanaan Unit Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
Pada Ipal Eksisting Industri Kelapa Sawit di Riau’.
2. Moenir, M., Sartamtomo and Moetinah, S. (2014) ‘Pengolahan Air Limbah Industri
Teh botol dengan teknologi iologis anaerobik UASB WETLAND’, teknologi
pencegahan penemaran industri, pp. 59–66.
3. Rochim, Z.J.N., Fariha, N.F. and Abadi, A.M. (2017) ‘Sistem Kendali Fuzzy
Pengolahan Air Limbah UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket)’,
Prosiding Matematika Dan Pendidikan Matematika Uny 2017, 1, pp. 313–
320.
http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasma
tematika/files/full/Cover Isi Prosiding 2017.pdf.
4. Veeresh, G.S., Kumar, P. and Mehrotra, I. (2005) ‘Treatment of phenol and cresols in
upflow anaerobic sludge blanket (UASB) process: A review’, Water
Research, 39(1), pp. 154–170. https://doi.org/10.1016/j.watres.2004.07.028.