Anda di halaman 1dari 9

Siti Masriani Rambe Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra

Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair PKS Pada Skala Pilot Plant

EVALUASI REAKTOR HIDROLISIS-ACIDOGENESIS SEBAGAI


BIOREAKTOR INTERMEDIATE PROSES PADA PRA PEMBUATAN
BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PKS PADA SKALA PILOT PLANT

EVALUATION OF HYDROLISIS-ACYDOGENESIS REACTOR AS


INTERMEDIATE PROCESS BIOREAKTOR FOR PRE GENERATED BIOGAS
FROM PALM OIL MILL EFFLUENT WITH PILOT PLANT SCALE

Siti Masriani Rambe


Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
Jl. Sisingamangaraja XII No.24, Ps. Merah Bar., Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20213
e-mail: siti_masriani@yahoo.com

Diterima: 10 Mei 2016; Direvisi: 20 Juli 2016 - 29 Agustus 2016; Disetujui: 17 November 2016

Abstrak
Penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi kinerja reaktor hidrolisis asidogenesis sebagai tangki penyimpan
sekaligus proses intermediate sebelum menjadi biogas dari limbah PKS dengan skala pilot plant. Kinerja reaktor
dipengaruhi oleh waktu tinggal (HRT) dan pengenceran limbah yang mengakibatkan penurunan partikel solid
dari limbah tersebut. Limbah yang diolah diambila dari limbah PKS dari PT. Adolina Perbaungan Sumatera
Utara. Pembuatan reaktor yang dilakukan mirip dengan reaktor baffle dan dikombinasikan dengan reaktor
pengaduk (CSTR). Pengaruh waktu tinggal dan pengenceran dapat di lihat dengan perubahan partikel organik
sebagai hasil proses intermediate (komponen monomer) sebelum menjadi biogas. Uji coba pada reaktor
dilakukan mulai dengan proses aklimatisasi, start up hingga variasi HRT. Variasi waktu tinggal dilakukan pada
30, 36 dan 42 hari dan pengenceran limbah yaitu satu kali dan dua kali pengenceran. Hasil penelitian
menunjukkan kondisi optimal untuk skala pilot plant adalah pada 36 hari dengan dua kali pengenceran. Hal ini
diharapkan perubahan nilai volatil solid (VS) yang lebih rendah adalah 20,21 gr/L selama terjadi proses
intermediate sebelum pembentukan biogas. Reaktor dapat dijadikan sebagai penyimpan limbah karena
penurunan VS sangat rendah.

Kata kunci: biogas, waktu tinggal, hidrolisis-asidogenesis, volatil solid, limbah PKS

Abstract
The research is conducted for evaluation the hydrolysis - acydogenesis reactor performance as storage tank and
intermediate process prior to biogas from POME with pilot plant scale. Performance of reactor is effected
Hydraulic Retention Time (HRT) and dilution of Palm Oil Mill Effluent (POME) in reactor due the volatile solid
removal. The POME is obtained from palm oil mill of PT. Adolina Perbaungan North Sumatera. Prototype of
reactor was conducted similar with baffle reactor and it was combined with Continuous Stirred Tank Reactor
(CSTR). The effect of the Hydraulic Retention Time (HRT) and dilution can be seen from the removal of volatile
solid as the intermediate process (monomer compound) prior to biogas. Trial begins with the process of
acclimatization and start up to HRT variation. The HRT various are 30, 36 and 42 days and the dilution various
are once and twice dilution. The results showed that the optimal condition for pilot plant reactor is HRT 36 days
and twice dilution. It is expected the lower removal of volatile solid (20,21mg/L) as long as intermediate process
prior to biogas. The hydrolysis - acydogenesis reactor with pilot plant scale is comply with storage tank due lower
VS removal.

Keywords: biogas, hydraulic retention time, hydrolisis - acydogenesis, volatile solid, palm oil mill effluent

PENDAHULUAN biogas melalui tahap/ reaksi yaitu reaksi


hidrolisis, acidogenesis, acetogenesis dan
Limbah cair pabrik kelapa sawit metanogenesis. Salah satu tahap reaksi
(LCPKS) merupakan salah satu jenis pada pra pembuatan biogas adalah reaksi
buangan pabrik pengolahan kelapa sawit hidrolisis dan acidogenesis.
yang berasal dari air kondensat pada Hidrolisis merupakan langkah awal
proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, proses digester anaerobik untuk semua
air hydrocyclone (claybath), dan air proses penguraian dimana bahan organik
pencucian (Irvan et al., 2012). LCPKS akan berubah menjadi bentuk yang lebih
dapat dimanfaatkan sebagai energi berupa sederhana sehingga lebih mudah diurai
94
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.2 Tahun 2016 Hal. 94-102

oleh mikroorganisme pada proses limbah mengalir dalam reaktor, sehingga


fermentasi. Lebih sering disebut BOD dan COD dalam limbah akan semakin
depolimerisasi sebagai proses hidrolisis menurun.
dimana proses ini dapat memecah Anaerobic baffled reactor (ABR)
makromolekul (Barber, 2009). Ada dua dikembangkan pertama kalinya dari
jenis reaksi hidrolisis yaitu reaksi Universitas Stanford (McCarty, 1981). ABR
termokimia dimana peruntukannya adalah merupakan Upflow Blanket Sludge
untuk pengolahan limbah dengan Nilai Anaerobic (UASB) yang dipasang secara
COD yang rendah. Reaksi kedua adalah seri, namun tidak membutuhkan butiran
reaksi secara biologi dimana sering (granul) dalam operasinya (Munazah et al.,
digunakan untuk limbah yang nilai COD 2008), sehingga memerlukan periode start-
nya tinggi (Chulhwan et al, 2005). up lebih pendek. Serangkaian sekat
Mikroorganisme hidrolase yang tumbuh vertikal dipasang dalam ABR membuat
adalah berupa mikroorganisme anaerobik. limbah cair mengalir dari bawah lalu ke
Untuk senyawa komplek dan konsentrasi atas dan selanjutnya mengalir ke bawah
yang tinggi, hidrolisis biasanya berjalan lagi sepanjang reaktor dimulai dari inlet
lambat. Mikroorganisme akan hingga outlet, dan terjadi kontak antara
mendekomposisi rantai panjang substrat dengan biomassa aktif.
karbohidrat, protein dan lemak menjadi Konsentrasi senyawa organik bervariasi
bagian yang lebih pendek. Proses sepanjang ABR sehingga menghasilkan
penguraian ini melibatkan mikroorganisme pertumbuhan populasi mikroorganisme
hidrolase dimana senyawa–senyawa berbeda pada tiap sekat/kompartemen. Hal
organik kompleks dihidrolisis menjadi demikian dipengaruhi oleh kondisi spesifik
monomer–monomer. Merlin et al., (2014) lingkungan yang dihasilkan oleh senyawa
mengemukakan pada tahap hidrolisis hasil penguraian (Munazah et al., 2008).
mikroorganisme yang berperan adalah Prinsip ABR adalah proses penggabungan
bakteri anaerob seperti clostridia, bakteri sedimentasi dan penguraian substrat di
fakultatif lainnya seperti sreptococus. setiap ruang. Morgenroth (2002)
Gunther (2011) mengemukakan dalam mengemukakan karakteristik sedimen
penelitiannya bahwa hasil dari proses dalam reaktor dapat dipengaruhi oleh laju
hidrolisis adalah Asam volatil karboksilat, dan mekanisme reaksi hidrolisis dalam
asam keton, asam hidroksi, keton, alkohol, limbah. Reaktor ABR memiliki sekat/ruang
gula, asam amino, H2 dan CO2. yang disusun secara seri, dengan sekat
Acidogenesis adalah tahap konversi tersebut sedimen yang mengendap dapat
glukosa, rantai panjang fatty acid dan asam tertahan di dalam dasar reaktor. Pada saat
amino yang dihasilkan dari bakteri penambahan substrat berikutnya,
hidrolase menjadi asam organik seperti diharapkan sedimen tersebut dapat kontak
asetat, propionat, butirat, alkohol, H2, CO2, kembali sehingga substrat baru dapat
dan rantai panjang fatty acid yang lain. terurai oleh mikoorganisme yang ada
Broughton (2009) mengemukakan dalam dalam sedimen atau dalam suspensi. Pola
penelitiannya bahwa pada langkah aliran limbah melalui sekat meliputi,
acidogenesis, hasil dari hidrolisis akan sedimen yang terbentuk dari ruang
diabsorbsi oleh sel bakteri asidogenesis pertama akan terdorong menuju ruang
untuk difermentasikan atau diubah secara berikutnya, demikian seterusnya hingga
anaerobik menjadi senyawa seperti pada titik ruang akhir dari reaktor (Foxon et
alkohol, asam lemak rantai pendek, asam al., 2006).
asetat, karbon dioksida, hydrogen, Proses dalam reaktor ABR adalah
ammonia dan sulfida. Mikroorganisme penggabungan beberapa proses seperti
dalam bioreaktor mengapung dan sedimentasi dengan penguraian lumpur
mengendap sesuai karakteristik aliran dan secara parsial dalam kompartemen yang
gas yang dihasilkan, tetapi bergerak secara sama, walaupun pada dasarnya hanya
horisontal ke ujung reaktor secara perlahan merupakan suatu kolam sedimentasi tanpa
sehingga waktu tinggal limbah semakin bagian-bagian yang bergerak atau
lama. Limbah cair kontak dengan penambahan bahan-bahan kimia. Proses
biomassa/mikroorganisme aktif selama yang terjadi didalam ruang pertama ABR
95
Siti Masriani Rambe Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra
Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair PKS Pada Skala Pilot Plant

atau sering disebut dengan settling tank intermediate sebelum terjadi biogas.
dimana terjadi proses reaksi hidrolisis dan Indikasi dapat dilihat dengan perubahan
pada ruang-ruang berikutnya terjadi proses partikel solid (COD, VS dan TS) terhadap
penguraian akibat air limbah kontak waktu tinggal dan konsentrasi LCPKS
dengan mikroorganisme (reaksi dalam reaktor pada pra pembuatan biogas
acidogenesis). ABR ini merupakan sistem dengan skala pilot plant.
pengolahan anaerob tersuspensi, dalam
bioreaktor berpenyekat. Pertumbuhan
tersuspensi lebih menguntungkan BAHAN DAN METODE
dibanding pertumbuhan melekat karena
membutuhkan media pendukung serta Bahan
tidak tersumbat (Herawati et al., 2010). Dalam penelitian ini bahan utama yang
Kelebihan reaktor dengan sistem ABR digunakan adalah limbah cair pabrik kelapa
adalah desain yang sederhana dan sawit (LCPKS) yang berasal dari Pabrik
penggunaan energi lebih rendah karena Kelapa Sawit Adolina milik PTPN IV Lubuk
tidak menggunakan motor pengaduk Pakam dan inokulum dari kolam asam
sehingga reaktor berfungsi sebagai limbah pabrik kelapa sawit Pabatu milik
penampung bahan baku sekaligus sebagai PTPN IV Tebing Tinggi. Kebutuhan bahan
reaktor. Pembuatan biogas dengan kimia untuk pengujian seperti kalium
menggunakan sistem anaerobic dari bikromat, Ag2SO4, larutan standar ferro
berbagai limbah dapat menghasilkan gas amonium sulfat, indikator ferroin, asam
metan sekitar 65-75%, 25-35% CO2, sisnya sulfat dan aquades.
gas lainnya seperti H2S dan N2. (Saha,
2014) Alat
Permasalahan pada pra-pembuatan Penelitian ini menggunakan reaktor
bioreaktor dengan sistem kontinu (CSTR) dengan tipe Anaerobic Baffle Reactor,
untuk menghasilkan biogas dari LCPKS CSTR dan peralatan instrumen
relatif lama, sebab konsentrasi limbah cair lainnya.Reaktor tipe ini memiliki
PKS (substrat) sangat pekat, dan perilaku bentuk/geometri yang praktis dan
mikroorganisme yang hidup pada tiap sederhana seperti yang ditunjukkan dalam
tahapan juga berbeda. Dengan demikian Gambar 1.
pada penelitian ini diharapkan di peroleh
suatu kondisi bioreaktor hidrolisis- Prosedur Penelitian
acidogenesis dengan tipe ABR dimana Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
pada reaktor ini tidak diharapkan terjadi tahap meliputi:
reaksi metanogenesis sebab pada tahap Tahap pertama adalah menghitung dimensi
reaksi metanogenesis (pembentukan bioreaktor Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
biogas) akan dilanjutkan pada reaktor lain mengacu pada Sudjarwo (2008) dan Foxon
dengan spesifikasi yang berbeda. Dalam et.al (2006) dengan basis konsentrasi
pemenuhan spesifikasi reaktor sebagai limbah (1:2) dan HRT yang paling lama 42
media reaksi hidrolisis dan acidogenesis hari. Kemudian melakukan perhitungan
harus mempertimbangkan banyak variabel reaktor model CSTR. Tahap kedua adalah
seperti suhu, nutrien, waktu tinggal (HRT), merancang dan menginstalasi bioreaktor
konsentrasi limbah dan lain sebagainya. ABR dengan bahan terbuat dari plat
Variabel-variabel ini perlu dipertimbangkan stainless steel yang disambungkan dengan
karena karakter limbah cepat berubah Continuoes Stirred Tank Reactor (CSTR).
seiring dengan waktu tinggal limbah dalam Tahap ketiga adalah uji kinerja ABR melalui
reaktor karena mikroorganisme yang ada proses aklimatisasi, hal ini dilakukan untuk
didalam limbah sangat mudah mendapatkan kultur mikroorganisme yang
bereaksi/berubah. stabil dan dapat beradaptasi dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk limbah pabrik kelapa sawit (substrat baru)
mengetahui kemampuan reaktor hidrolisis yang telah disiapkan. Tahap keempat
acidogenesis dengan tipe ABR sebagai dilakukan start-up hingga HRT variasi
tangki penyimpan sekaligus proses penelitian untuk masing-masing

96
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.2 Tahun 2016 Hal. 94-102

konsentrasi variasi. Tahap kelima adalah sampel dan pengujian parameter COD, pH,
pengujian kinerja ABR, dimana selain TS dan VS dari setiap konsentrasi dan
pengujian parameter COD, VS dan TS HRT variasi. Gambar 1 memperlihatkan
diatas, substrat yang ada dalam reaktor rangkaian reaktor hidrolisis-acidogenesis
hidrolisis acidogenesis (ABR) di alirkan tipe ABR yang dilanjutkan dengan
pada tangki CSTR untuk memastikan menggunakan tangki CSTR, untuk
apakah terbentuk gas metan atau tidak mengetahui unjuk kerja substrat dengan
dengan menggunakan methane meter. melihat perubahan partikel organik dari
Substrat di alirkan pada reaktor ABR LCPKS pada pra pembuatan biogas
dan secara periodik dilakukan pengambilan

Gambar 1. Flow Proses Uji Kinerja Reaktor Hidrolisis Acidogenesis


pada pra pembuatan biogas dari LCPKS

97
Siti Masriani Rambe Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra
Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair PKS Pada Skala Pilot Plant

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi yang terbentuk secara umum


pada limbah cair PKS adalah reaksi
Reaktor hidrolisis acidogenesis hidrolisis dan reaksi acidogenesis. Reaksi
merupakan bioreaktor sistem kombinasi ini terjadi pada kondisi substrat masih
Anaerobic Baffle Reactor (ABR) dan pada pH asam (4-5) dimana bakteri
Continues Stirred Tank Reaktor (CSTR) hidrolase dapat memecah senyawa
yang digunakan pada pra pembuatan polimer menjadi senyawa monomer –
biogas dimana akan terbentuk reaksi monomer (Broughton, 2009).
intermediate berupa reaksi hidrolisis dan Reaksi hidrolisis terjadi dalam
acidogenesis. Beberapa faktor yang substrat sebagai langkah awal proses
berpengaruh untuk mengetahui kinerja degradasi/penguraian yang berpengaruh
reaktor tersebut, yaitu loading rate, pada waktu tinggal (HRT). HRT yang
temperatur, pH, waktu tinggal serta kecil akan memperlama sebaran kontak
konsentrasi limbah dalam reaktor. Pada limbah dengan substrat. Reaksi terus
penelitian ini akan membahas pengaruh berlangsung sehingga terbentuk reaksi
waktu tinggal dan konsentrasi limbah asidogenesis, karena jutaan
dalam bioreaktor dengan melihat mikroorganisme anaerob ada dalam
perubahan total solid/volatil solid dan pH limbah yang sangat kompleks. Dengan
sebagai indikator. kondisi pH yang masih asam, maka mikro
Bioreaktor hidrolisis acidogenesis yang berperan dalam hal ini adalah
yang di desain pada penelitian ini terlabih bakteri hidrolase dan acidogenase. Kecil
dahulu dilakukan proses perhitungan kemungkinan akan tumbuh
dimensi reaktor berdasarkan karakter dari mikroorganisme methanogenase sebab
limbah PKS. Bioreaktor dibatasi oleh tidak pada kondisi pH netral.
sekat-sekat vertikal untuk dapat Untuk mengetahui kinerja
memisahkan proses reaksi yang terjadi. bioreaktor terhadap reaksi intermediate
Mekanisme aliran limbah (substrat) sebelum pembentukan biogas dapat
diarahkan dari inlet menuju ke bagian dilakukan melalui pendekatan
bawah hanging baffle (Gambar 1) lalu pengukuran total solid (TS). Gambar 2
melewati bagian atas dari standing baffle, menunjukkan nilai TS yang cenderung
demikian seterusnya hingga melewati berbeda pada setiap HRT dan
baffle terakhir (outlet). Sistem perbedaan tersebut tidak begitu
penggunaan baffle yang tersusun secara signifikan untuk ketiga variasi HRT.
seri dalam bioreaktor memiliki Misalnya pada HRT 30 hari pada satu
keuntungan dalam proses degradasi kali pengenceran di peroleh nilai TS pada
khususnya limbah yang nilai COD nya minggu ke-16 diperoleh laju dekomposisi
sangat tinggi seperti limbah PKS milik cukup tinggi yaitu 38,25 % dan selang
PTPN IV Pabrik Adolina. Perhitungan satu minggu kemudian diperoleh lajunya
dimensi reaktor ABR telah dilakukan dan menurun yaitu 22,7%. Hal ini disebabkan
diperoleh dimensi reaktor baffle (ABR) oleh pada HRT 30 hari, meningkatnya
dengan spesifikasi reaktor, panjang 135 partikel solid yang mengendap dari
cm, lebar 50 cm, tinggi reaktor 130 cm mikroorganisme yang telah mati juga
dan CSTR adalah diameter 50 cm, tinggi bahan anorganik lain yang telah
75 cm; tebal tangki adalah 4 mm. mengendap. Jumlah partikel solid telah
meningkat seiring dengan waktu tinggal
substrat dalam reaktor dan titik
Pengaruh Waktu Tinggal (HRT) Limbah pengambilan sampel belum mewakili
Pada Bioreaktor Hidrolisis- semua area reaktor.
Acidogenesis Partikel solid yang terbentuk dari
HRT 42 hari dan 36 hari masih
Waktu tinggal (Hydraulic Retention mengendap saat dilakukan penelitian
Time/HRT) adalah lamanya limbah pada HRT 30 hari karena waktu
(LCPKS) berada dalam reaktor dan resludging dilakukan adalah 24 minggu.
membentuk beberapa tahapan reaksi. Hal yang sama dinyatakan oleh Yusoff et

98
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.2 Tahun 2016 Hal. 94-102

al., (2010) bahwa partikel solid yang pada setiap HRT dan konsentrasi
meningkat yang terbentuk dari hasil sehingga fluktuasi penurunan nilai VS
degradasi mikroorgnisme dalam hampir sama untuk setiap HRT (Gambar
memecah senyawa polimer dalam limbah 2).
menjadi senyawa monomer-monomer
dan gas berupa H2 dan CO2.

Gambar 2. Perubahan nilai TS pada Gambar 3. Penurunan nilai VS pada Variasi


Variasi HRT dan Konsentrasi HRT dan Pengenceran

Secara umum untuk ketiga variasi Sedangkan untuk variasi


HRT, nilai TS pada HRT 42 hari hampir pengenceran konsentrasi, diperoleh 1 dan
sama dengan HRT 36 hari sedangkan 2 kali, hasilnya diperoleh berbeda. Nilai
HRT 30 hari di peroleh sangat fluktuatif. VS diperoleh lebih kecil untuk pengenceran
Konsentrasi substrat yang di konsentrasi 2 kali jika dibandingkan dengan
umpankan pada bioreaktor diencerkan 1 kali. Penurunan nilai VS pada
dengan variasi satu kali dan dua kali konsentrasi 1 kali di peroleh 52%
pengenceran. Konsentrasi substrat sedangkan untuk konsentrasi 2 kali
sangat berpengaruh pada perubahan nilai pengenceran diperoleh dari nilai VS yaitu
TS. Konsentrasi satu kali pengenceran 23,51%. Semakin lama substrat dalam
diperoleh laju dekomposisi TS lebih tinggi reaktor maka semakin tinggi partikel
jika di bandingkan dengan pada dua kali organik yang terdegradasi.
pengenceran. Misalnya pada HRT 42 hari
pada minggu ke-12 diperoleh laju Pengaruh Pengenceran Konsentrasi
dekomposisi pada 1 kali pengenceran Pada Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis
adalah 37,45% sedangkan pada 2 kali Pengaruh konsentrasi dalam reaksi
pengenceran diperoleh 22,37%. hidrolisis-asidogenesis dapat di lihat dengan
Kandungan organik dalam substrat untuk indikasi perubahan nilai pH dalam substrat.
variasi 1 kali pengenceran lebih besar jika Pada reaktor akan terbentu reaksi
dibandingkan dengan pengenceran 2 kali acidogenesis yaitu proses penguraian
sehingga laju dekomposisi total solid senyawa monomer menjadi asam volatil
pada 1 kali pengenceran lebih tinggi misalnya perubahan asam lemak bebas
(Gambar 2). menjadi asam asetat atau asam volatil
Partikel solid dengan indikator nilai lainnya. Terbentuknya asam volatile pada
TS berbanding lurus dengan niali VS, reaktor dapat dilihat dengan perubahan nilai
dimana pada satu titik tertentu terjadi pH yang terbentuk. Gambar 4 menunjukkan
penurunan nilai TS maka nilai VS juga penurunan nilai pH seiring dengan waktu
akan menurun. Dari rumus perhitungan tinggal limbah dalam reaktor. Pengenceran
nilai Volatil Solid berpengaruh kepada konsentrasi pada 1 kali cenderung
kadar abu yang ada pada substrat. menghasilkan pH lebih rendah daripada
Jumlah kadar abu rata rata hampir sama pengenceran konsentrasi 2 kali. Hal ini
99
Siti Masriani Rambe Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra
Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair PKS Pada Skala Pilot Plant

menunjukkan bahwa proses asidifikasi pada Uji Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis


konsentrasi 1 kali lebih tinggi daripada 2 kali Terhadap Reaksi Pembentukan Metan
pengenceran. Jumlah Hal demikian Untuk memastikan pada reaktor
menandakan bahwa substrat yang dapat Hidrolisis-Acidogenesis dengan tipe ABR
dirubah menjadi asam volatil oleh tidak terjadi proses methanogenesis
mikroorganisme asidogenase semakin (reaksi pembentukan gas metan) perlu di
meningkat. Pada HRT 42 hari dan 36 hari lakukan pengujian pada reaktor CSTR.
diperoleh perubahan pH hampir sama dalam Substrat yang ada dalam reaktor
reaktor untuk semua variasi pengenceran. hidrolisis-acidogenesis dialirkan ke tangki
Sedangkan pada HRT 30 hari diperoleh CSTR kemudian dengan waktu tertentu
sedikit fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh biogas akan dialirkan pada alat
berkurangnya substrat yang akan di instrument pengukur biogas dan gas
degradasi oleh mikroorganisme dari metan. Pada Gambar 5 memperlihatkan
konsentrasi kecil (2 kali) dan HRT 30 hari. bahwa alat pengukur gas telah
mendeteksi adanya gas mengalir sekitar
30 liter total gas yang terbentuk. Untuk
memastikan diantara gas yang mengalir,
apakah salah satu gasnya adalah gas
metan perlu di alirkan lagi ke alat
pendeteksi khusus gas metan.

Gambar 4. Perubahan nilai pH terhadap


Variasi Pengenceran

Dari hasil penelitian, nilai pH yang


diamati untuk semua variasi masih dalam Gambar 5. Methane Gas Meter
kategori pH asam artinya artinya bahwa
mikroorganisme yang berkembang biak Pada pembacaan alat gas metan
masih bakteri asam bukan bakteri yang menggunakan alat tipe BF 2000
metanogen (penghasil gas metan). methane meter tidak terbentuk gas
Kendali pengamatan untuk nilai pH metan dengan memperlihatkan angka
sangat penting dalam penelitian ini untuk 0,000 m/h, pada pembacaan alat pada
menjaga agar tidak terbentuk gas metan, Gambar 5. Hal ini menandakan pada
sebab yang diinginkandalam penelitian ini ABR tidak terbentuk gas metan namun
(reaktor hidrolisis-acidogenesis) adalah terbentuk gas gas lain seperti Oksigen
bakteri asam penghasil asam-asam atau Hidrogen sesuai dengan hasil reaksi
volatil. Pada proses asidogenesis, limbah samping pada reaksi hidrolisis-
cenderung mengalami penurunan pH acidogenesis.
sebab asam volatil yang terbentuk
semakin meningkat. Dengan pernyataaan KESIMPULAN
yang sama dari Barber et al.,(1999)
mengemukakan proses asidifikasi pada Perhitungan dimensi reaktor ABR
sistem ABR dapat menurunkan nilai pH telah dilakukan dan diperoleh dimensi
dalam reaktor yang merupakan salah reaktor baffle (ABR) dengan spesifikasi
satu indikator adanya pertumbuhan reaktor, panjang 135 cm, lebar 50 cm,
mikroorganisme. tinggi reaktor 130 cm dan CSTR adalah

100
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.2 Tahun 2016 Hal. 94-102

diameter 50 cm, tinggi 75 cm; tebal tangki Broughton, A.D. (2009). Hydrolysis and
adalah 4 mm. Unjuk kerja reaktor dapat Acydogenesis of Farm Dairy effluent for
dievaluasi dengan melihat penurunan Biogas Production at Ambient
parameter partikel solid (TS dan VS) dan Temperatures. Thesis. Master of
Engineering in Enviromental
gas yang terbentuk pada variasi
Engineering Palmerston North, New
konsentrasi 1, 2 kali pengenceran dengan Zealand : Massey University.
waktu tinggal 30, 36, 42 hari. Variasi waktu Chulhwan, P.,Chunyeon, L., Sangyong K.,
tinggal dilakukan pada 30, 36 dan 42 hari Yu C., Howard C.H. (2005), Upgrading
dan pengenceran limbah yaitu satu kali of Anaerobic Digestion by
dan dua kali pengenceran. Hasil penelitian Incoorporating Two Different Hydrolysis
menunjukkan kondisi optimal untuk skala Process. J Biosci Bioeng 100 (2): 164-
pilot plant adalah pada 36 hari dengan dua 7.
kali pengenceran. Hal ini diharapkan Foxon, K.M., Buckly, C.A., Brouckaert, C.J.,
perubahan nilai volatil solid (VS) yang Dama, P., Mtembeu, Z., Rodda, N.,
Smith, M., Pllay, S., Arjun, N.,
lebih rendah adalah 20,21 gr/L selama
Lalbahadur, T., Bux, F. (2006). The
terjadi proses intermediate sebelum Evaluation of the anaerobic baffled
pembentukan biogas. Reaktor dapat reactor for sanitation in dence per-urban
dijadikan sebagai penyimpan limbah settlements. Report to the Water
karena penurunan VS sangat rendah. Research Commission. Durban. ISBN
No: 1-77005-371-9.
Gunther, B. (2011), Pre-treatment Technology
SARAN for Biogas Production, Istanbul
Bioenergy, International Symposium
Untuk penelitian berikutnya, perlu on Anaerobic Digestion of Solid Waste
and Energy Crop, Turkey.
dilakukan skala untuk pabrikasi langsung
Herawati, D.A., Andang Arif Wibawa. (2010).
ke pabrik agar memudahkan Pengaruh Pretreatment Jerami Padi
pengkondisian proses. pada Produksi Biogas dari Jerami Padi
dan Sampah Sayur Sawi Hijau Secara
Batch. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4,
UCAPAN TERIMA KASIH No. 1.
Irvan., Bambang Trisakti., Vivian Wongistani.,
Ucapan terimakasih kepada Yoshimasa Tomiuchi. (2012). Methane
Manajemen Baristand Industri Medan dan from Digestion of Palm Oil Mill Effluent
analis pada laboratorium ldi Baristand (POME) in a Thermofilic Anaerobic
Reactor. International Journal of
Industri Medan, yang telah membiayai
Science and Engineering Vol.3 (1) : 32-
kegiatan penelitian ini dan analis yang 35.
terlibat dalam pengujian sehingga McCarty, P.L. (1981). One hundred years of
penelitian ini dapat diselesaikan. anaerobic treatment digestion 1981. In:
Hughes, et al. (Ed.),. In: Anaerobic
Digestion, vol. 1. Elsevier Biomedical
DAFTAR PUSTAKA Press. pp. 3–21.
Merlin C.P., Gopinath L.R., Divya, D. (2014),
Munazah A.R., Soewondo P. (2008) A Riview on Anaerobic Decomposition
Penyisihan Organik melalui Dua Tahap and Enhancement og Biogas
Pengolahan dengan Modifikasi ABR Production Throught Enzymes and
dan Constructed wetland pada Industri Microorganisms, Renewable and
Rumah Tangga, Jurusan Teknik Suirtainability Energy Revies, 34 : 167 –
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan 173.
Perencanaan, Institut Teknologi Morgenroth, E., Kommedal, R., Harremoes P.
Bandung, Volume 4 No.4, Hal 93-100. (2002), Processes and Modelling of
Barber P. W., David C. Stuckey. (1999), The Hydrolysis of particulate organic matter
Use of The Anaerobic Baffled Reactor in aerobic wastewater treatment- a
(ABR) for Wastewater Treatment, Riview, Wat. Sci. Technol 45 (6): 25-
Water Research Vol. 33, No.7, pp 40.
1559-1578. Saha, S.N. (2014), Elements of Fuel
Combustion & energy Engineering,

101
Siti Masriani Rambe Evaluasi Reaktor Hidrolisis-Acidogenesis Sebagai Bioreaktor Intermediate Proses Pada Pra
Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair PKS Pada Skala Pilot Plant

Dhanpat Rai Publishing Company,


New Delhi, 388 – 389.
Sudjarwo, H. (2006), Sistem Pengolahan
Anaerobik, Panduan Praktis Instalasi
Pengolahan Air Limbah, Pusat
Teknologi Limbah, Yogyakarta.
Yusoff, Moch., Moch Zulkhairi., Nor Ainin
Abdul Rahman., Suraini Abd Aziz.,
Chong Mei Ling., Moch Ali Hasan.,
Yoshito Shirai. (2010), The Effect of
Hydraulic Retention Time and Volatile
Fatty Acid on Biohidrogen Production
from POME under Non-Strile Condition,
Australian Journal of Basic and Applied
Sciences, 4(4): 577-587.

102

Anda mungkin juga menyukai