Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/304472636

Teknologi Membran dalam Pengolahan Gas Alam

Article · June 2016

CITATIONS READS

0 1,968

1 author:

Kevin Sutanto
Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Kevin Sutanto on 27 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Teknologi Membran dalam Pengolahan Gas Alam

Kevin Sutanto

Teknik Kimia, ITB, Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia


kevinsutanto@students.itb.ac.id

Abstrak
Teknologi membran merupakan teknologi yang saat ini tengah berkembang pesat dan memiliki prospek yang kian menjanjikan
untuk diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan di masa depan. Penggunaan teknologi berbasis membran terus mengalami
ekspansi dalam pengaplikasiannya serta sangat membantu umat manusia untuk menghasilkan suatu produk berkualitas tinggi
dengan cara yang lebih mudah. Hal ini tentu memacu setiap engineer untuk terus mengembangkannya secara efisien, ekonomis,
dan tepat guna. Salah satu contoh pemanfaatannya adalah dalam proses pengolahan gas alam. Seperti yang kita ketahui, kualitas
dari suatu gas alam sangatlah bergantung pada konsentrasi kontaminan. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
teknologi pemisahan berbasis membran untuk gas alam dan tinjauan dari berbagai aspek maupun teori mengenai proses ini. Selain
itu, akan dibahas juga mengenai aplikasinya dalam bidang industri sehingga berbagai alternatif desain sistem maupun efek
sampingnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam tahap pelaksanaannya. Faktor efisiensi dan ekonomis tentu menjadi hal
yang sangat diperhatikan. Dalam makalah ini juga akan memberikan perbandingan mengenai berbagai teknik dan keuntungan
yang bisa diperoleh dengan menggunakan teknologi pemisahan berbasis membran dalam pengolahan gas alam dibandingkan
menggunakan teknologi konvensional.
Kata kunci: Teknologi membran, Pengolahan gas alam, Pemisahan gas

1. Pendahuluan akan keluar pada aliran permeat, sedangkan gas yang lebih
Seperti yang kita ketahui, kualitas gas alam pelan akan keluar sebagai retentat.
dalam proses industri pengolahan gas alam sangatlah Beberapa metode pengolahan gas alam yang
bergantung pada konsentrasi kontaminannya. Komposisi biasa diterapkan adalah metode absorbsi, adsorbsi,
dari suatu gas alam bervariasi dan bergantung pada lokasi. membran dan distilasi krisogenik. Dari keempat metode
Gas alam umumnya mengandung metana, diatas, teknologi membran telah terbukti unggul secara
karbondioksida, nitrogen hidrokarbon berantai panjang teknis dan lebih ekonomis dibandingkan teknologi
dan sedikit hidrogen sulfida, argon, helium, oksigen, serta lainnya. Banyak keuntungan yang diperoleh dari
uap air. Umumnya, gas asam seperti CO2 dan H2S serta penggunaan teknologi membran seperti:
uap air dipisahkan sebelum gas alam dijadikan umpan ke - Biaya investasi modal yang rendah
dalam proses. Hal ini sangatlah penting mengingat ketiga - Praktis
gas tersebut bersifat korosif dan beracun (H2S). Biasanya - Mudah dalam proses instalisasi dan pengoperasian
terdapat ketentuan khusus yang membatasi jumlah - Biaya perawatan yang murah
kandungan ketiga gas diatas dalam umpan proses seperti - Tidak boros tempat
<2% CO2, <4 ppm H2S, dan < 0.1 g/m3 H2O (1). - Fleksibilitas proses yang tinggi
Meski demikian, teknologi membran juga
memiliki sedikit kekurangan seperti:

- Fluks permeasi yang rendah,


- Permselektivitas yang kurang memadai
- Adanya fouling membran.
Hal-hal ini disebabkan oleh struktur atau sifat
bawaan membrane, konfigurasi atau perancangan modul
membran, dan strategi pengelolaan fluida yang kurang
Gambar 1. Ilustrasi sederhana pemisahan gas berbasis tepat (2).
membran (Diadaptasi dari mdpi.com) Membran yang biasa digunakan memiliki
bermacam-macam struktur, adapun struktur-struktur
Gambar diatas menjelaskan pemisahan gas membran dapat dikelompokan sebagai berikut:
berbasis membran yang paling sederhana. Umpan
dialirkan melalui membran dalam tekanan tinggi. Gas
permeat melewati membran dan berdifusi secara cepat

1
2

membran untuk perindustrian. Aplikasinya dapat


dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu recovery
hidrogen, pengolahan gas alam, dan memperkaya oksigen
dan nitrogen dari udara.

3. Prinsip Pemisahan
Symmetrical Asymmetrical Perpindahan massa melalui membran terjadi jika
- Homogeneous - Porous suatu gaya dorong (driving force) diberikan pada
- Porous - Porous (dense top) komponen dalam umpan. Proses-proses berbasis membran
- Cylindrical Porous - Composite dapat diklasifikasikan berdasarkan gaya dorongnya.
Gambar 2. Klasifikasi struktur membran. (Diadaptasi dari Beberapa gaya dorong dalam proses membran adalah
www.vurup.sk) perbedaan tekanan, perbedaan konsentrasi, dan perbedaan
potensial listrik (10-11,25). Proses pemisahan gas berbasis
Proses pemisahan gas membutuhkan membran membran merupakan proses yang memanfaatkan
dengan permeabilitas dan selektivitas tinggi. Kriteria perbedaan tekanan. Gas campuran diumpankan pada
tersebut dipenuhi oleh membran asimetris karena tekanan tinggi antara 10-200 bar. Perbedaan tekanan
memiliki lapisan tipis dan rapat yang ditunjang dengan parsial antara umpan dan permeat menjadi gaya dorong
sublapisan yang tebal dan berpori (3). dalam proses ini. Separasi membran juga digolongkan
sebagai proses nonequilibrium karena didasarkan pada
2. Perkembangan Teknologi Membran kecepatan relatif permeasi dari komponen umpan. Bila
Secara definitif, membran dapat diartikan sebagai proses separasi dibuat equilibrium, maka permeasi akan
lapisan tipis semipermeabel yang berada di antara dua fasa berlangsung hingga konsentrasi dan tekanan gas-gas di
dan berfungsi sebagai media pemisah yang selektif (4). kedua sisi seimbang (11, 22)
Teknologi pemisahan gas berbasis membran telah dikenal Terdapat dua parameter utama yang
lebih dari seratus tahun yang lalu. Pada 1831, Mitchell mendefinisikan performa dari membran yaitu faktor
mengukur kecepatan dari 10 gas berbeda keluar dari balon separasi dan permeansi. Sebagai contoh, dalam sistem
karet (5). Pada kurun waktu yang tidak jauh berbeda, Fick biner yang terdiri dari gas ‘a’ dan gas ‘b’ dimana gas ‘a’
mengembangkan hukumnya mengenai difusi dengan cara sebagai gas permeasi yang lebih cepat, berlaku persamaan
mempelajari perpindahan gas melalui membran berikut:
nitroselulosa (6). Adapun pada 1866, Thomas Graham 𝑌𝑎/𝑌𝑏
mengobservasi pemisahan gas menggunakan karet alami α ab = (1)
𝑋𝑎/𝑋𝑏
melalui difusi Knudsen (7).
Meski banyak percobaan yang mengarah pada α = faktor separasi
kemajuan teknologi membran, namun perkembangannya Ya,Yb = Konsentrasi gas a atau b dalam permeat
sangatlah lamban pada masa itu. Permasalahan yang
dihadapi ketika itu adalah kurangnya selektivitas dan fluks Xa,Xb = Konsentrasi gas a atau b dalam umpan
yang rendah. Hingga akhirnya Loeb dan Sourirajan
berhasil membuat suatu terobosan dalam dunia membran Sedangkan, permeansi (P) didefinisikan sebagai
dengan memproduksi membran yang lapisannya rapat dan volume umpan (v) per unit luas membran (A) dalam
sangat tipis dengan sublayer berpori yang tebal (8). waktu (t) dan tekanan tertentu (∆p)
Lapisan yang padat berfungsi dalam proses separasi
sedangkan lapisan yang berpori menyokong kekuatan P = v / At∆p (2)
mekanik kepada lapisan selektif dengan tahanan minimum
pada komponen permeasi.
Namun demikian, membran ini hanya efektif
untuk desalinasi air dan tidak sesuai untuk pemisahan gas Permeasi gas melewati membran berpori
karena membrannya kehilangan sifat-sifat yang menerapkan prinsip difusi Knudsen dan Aliran Poiseulle
dibutuhkan untuk pemisahan mereka setelah pengeringan. yang dinyatakan oleh persamaan berikut:
Kemudian Vos dan Buris menjawab
3η (πRT)0.5
permasalahan ini dengan menambahkan surfaktan ke air λ = (3)
untuk mengurangi tegangan interfasial antara dinding 2𝑃 (2𝑀)
membran dengan molekul air (9). Perkembangan
η = viskositas gas,
teknologi membran pun terus terjadi dan sejak 1980
R = konstanta gas universal
banyak ahli berfokus pada pengembangan dan aplikasi
T = temperatur
3

M = berat molekul 2
P = tekanan 1

Membran polimer dapat dikelompokan menjadi 3


dua kelompok yaitu glassy membranes dan rubbery
membrane. Jenis membran rubbery kurang disukai untuk 4
pemisahan gas dan akan lebih baik jika digunakan 1 = Gas Inlet
membran jenis glassy karena memiliki ketahanan terhadap 2 = Gas keluaran dengan CO2 < 2%
tekanan yang baik. (12). 3 = Kompresor
4 = Gas kaya CO2
4. Aplikasi Gambar 3. Ilustrasi proses penghilangan gas CO2. (Diadaptasi
Sistem membran digunakan secara komersial dari mtrinc.com)
pertama kali pada 1984 untuk menyingkirkan gas asam
dari umpan (13). Selama ini, absorpsi amina mendominasi Tabel berikut membandingkan sifat pemisahan
proses pengolahan gas alam. Namun setelah teknologi dari beberapa membran dimana karbon dioksida melebihi
membran berkembang, banyak yang beralih karena metana dalam percobaan skala laboratorium (14).
teknologi membran memiliki banyak keuntungan,
diantaranya: Tabel 1. Membandingkan sifat pemisahan beberapa membran
dimana karbon dioksida melebihi metana (diadaptasi dari A
- Sistem lebih sederhana dan ringan review of the applications of Membrane Separation Technology
- Dapat menyingkirkan CO2, H2S, dan uap air in Natural Gas Treatment, 1999)
secara simultan
- Mudah perawatannya dan tidak membutuhkan Polimer Faktor Separasi Referensi
pengawasan manusia Polyimide 67 12
- Konsumsi energi rendah Polyimide 50 13
- Tidak mudah meledak Polycarbonate 30 14
- Biaya modal dan operasional rendah Polyimide(film) 50-70 15
Polyethersulfone 50 16
 Penghilangan gas asam (CO2 dan H2S)
Radel A PSF 32.3 17
Kandungan CO2 dalam gas alam bervariasi antara Polyaniline 336 18
7 sampai 40%. Untuk meminimalisir kemungkinan Ultem 45 19
korosi, kadar CO2 biasanya dikurangi hingga kurang dari Polyimide 70 20
2%. Proses kontaktor membran yang dapat diterapkan
untuk penyisihan CO2 dari gas alam adalah salah satu
Modul membran didesain terdiri dari hollow
contoh intensifikasi proses berbasis teknologi membran.
fiber atau spiral wound. CO2 bersifat lebih konsentrat di
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen gas alam
sisi permeat, sehingga bagian konsentrat metana yang
terbesar di dunia dengan cadangan gas yang mencapai
tinggi mempunyai tekanan yang sama dengan umpan.
151,33 TCF. Namun, gas alam di Indonesia memiliki
Karena membran penghilang CO2 juga selektif terhadap
kandungan karbon dioksida yang tinggi yang merupakan
hidrogen sulfida, maka tidak dibutuhkan tahapan
tantangan tersendiri bagi pemanfaatan gas alam tersebut.
membran tambahan untuk memisahkan gas tersebut.
Kontaktor membran merupakan teknologi alternatif yang
Hidrogen sulfida bersifat korosif dan beracun sehingga
tepat untuk pemisahan CO2 menggantikan proses
harus disingkirkan. Membran komersial seperti asetat
pengontakan teknologi konvensional. Penyisihan gas
selulosa menunjukan selektifitas relatif sekitar 50 untuk
CO2 dari gas alam dalam upaya untuk meningkatkan
H2S sehubungan dengan metana dan 2 sehubungan
kualitas gas alam yang dihasilkan menggunakan
dengan CO. Unit membran mampu mereduksi
kontaktor membran dapat diintegrasikan dengan Carbon
kandungan H2S dalam gas alam hingga sekitar 100 ppm.
Capture and Storage (CCS) untuk meningkatkan
Polishing akhir bisa dilakukan dengan unggun zink
produksi minyak melalui proses EOR (Enhanced Oil
oksida. Karena toksisitas H2S, gas konsentrat harus
Recovery).
diolah sebelum dilepas ke udara sekitar.
Kombinasi kedua proses tersebut yaitu penyisihan
Teknologi membran sangatlah baik untuk
CO2 dari gas alam dan injeksi CO2 untuk EOR,
diaplikasikan dalam proses penghilangan, namun
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk
kelemahannya adalah harus dikombinasikan dengan
memajukan industri minyak bumi dan gas alam di
proses lain saat gas asam berada pada konsentrasi rendah.
Indonesia (10).
Hal ini disebabkan pada konsentrasi rendah, tekanan
Membran parsial gas asam menurun juga sehingga gaya
4

pendorong proses juga menurun (15,28-30). Adapun konstruksi yang banyak digunakan dalam fasilitas
kelebihan-kelebihan penggunaan teknologi membran pemrosesan hidrokarbon (17).
dibanding konvensional adalah sebagai berikut: Membran menghilangkan uap air bersama CO2
dan H2S dalam gas alam. Faktor pemisahan membran
1. Kontak bersifat non-dispersif sehingga tidak mungkin terhadap uap air berada di kisaran 500 dengan referensi
terjadi flooding dan entrainment terhadap metana . Oleh karena itu , membran dapat secara
2. Laju alir gas dan cairan lebih rendah dari kontaktor efisien menghilangkan uap air ke tingkat rendah ppm ( ~
konvensional dan dapat bervariasi secara bebas 5-20 ppm ) bahkan pada tekanan parsial rendah .
3. Luas permukaan kontak yang sangat besar, yaitu 500- Teknologi membran bersaing ketat dengan proses
1500 m2/m3. Luas ini jauh lebih besar dari pada luas penyerapan glikol untuk dehidrasi gas alam. Namun,
permukaan kontaktor konvensional yaitu 100-250 proses penyerapan glikol memiliki kelemahan utama yaitu
m2/m3 hilangnya glikol karena kontaminasi dengan hidrokarbon
4. Hold up pelarutnya rendah, sangat atraktif untuk pelarut aromatik dan kebutuhan perawatan. Hilangnya glikol
yang mahal tentu akan menjadi sebuah kerugian mengingat
5. Scale-up dapat dilakukan dengan mudah diperlukannya glikol dalam proses ini sehingga akan
Aplikasi membran ini menggunakan modul meningkatkan biaya produksi. Proses membran tidak
hollow fiber. Hollow fiber dapat diartikan sebagai menghadapi kendala diatas, namun memiliki kekurangan
membran kapiler yang terdiri dari bagian tube dan shell, yaitu hilangnya metana 5-6%.
sama seperti heat exchanger. Pada membran kontaktor,
absorben mengalir di dalam tube sedangkan aliran gas  Penghilangan hidrokarbon rantai panjang
akan mengalir di bagian shell atau bisa juga sebaliknya. Kehadiran hidrokarbon yang dapat mengalami
Jenis membran yang digunakan bisa berupa membran kondensasi dalam gas alam terkadang memicu terjadinya
porous maupun membran non-porous. kondensasi dalam perpipaan. Umumnya (secara
Pada membran non-porous, membran berfungsi tradisional), seluruh aliran dikompresi dan didinginkan
sebagai batas antara fasa gas dan fasa liquid. Sedangkan untuk menginduksi kondensasi dari hidrokarbon yang
pada membran porous, terjadi proses selektif dan lebih berat. Namun, proses ini mahal dan tidak praktis.
perpindahan partikel yang terkontrol dari fasa gas ke fasa Membran dapat meringankan tugas kondenser dengan
cairan. Akan tetapi, membran porous menyebabkan hanya mengijinkan (menyeleksi) gas yang mampu
transfer perpindahan massa dari gas ke cairan menjadi mengalami kondensasi untuk memasuki kondenser.
kecil akibat tahanan dari membran. Akibatnya, membran Hasilnya adalah diperoleh penghematan yang cukup
porous lebih disukai pada aplikasi membran kontaktor. signifikan untuk biaya kondensasi (1).
Adapun pada membran kontaktor terjadi kontak Ruberry membran biasanya ideal untuk
non-dispersif, yang artinya tidak terjadi kontak secara penghilangan hidrokarbon rantai panjang. Dalam proses
langsung antara absorben dan gas. Permukaan (interface) ini, hidrokarbon yang dapat mengalami kondensasi
fluida/fluida terbentuk pada mulut pori membran, dan lebih permeat dan melewati membran serta
perpindahan massa akan terjadi melalui difusi pada mengakumulasi pada sisi permeat. Mekanisme
permukaan fluida di dalam pori membran. Berbeda perpindahan ini cukup berbeda dari metode lain.
dengan jenis membran reverse osmosis ataupun Hidrokarbon yang lebih berat memiliki kecenderungan
nanofiltrasi yang menggunakan tekanan sebagai gaya kondensasi yang lebih tinggi. Hidrokarbon membentuk
dorong karena pada membran kontaktor gaya dorong lapisan tipis diatas lapisan membran dan menghambat
yang digunakan adalah perbedaan konsentrasi. CO2 akan gas-gas yang tidak bisa mengalami kondensasi untuk
berpindah dari gas yang memiliki konsentrasi CO2 tinggi melewati membran, contohnya nitrogen. Permeat
menuju cairan absorben yang memiliki konsentrasi CO2 hidrokarbon rantai panjang melewati rantai polimer
rendah. (16, 33-34). fleksibel meninggalkan gas-gas yang tidak bisa
 Dehidrasi mengalami kondensasi. Oleh karena itu, proses ini lebih
Kebanyakan gas alam tersaturasi dengan uap air. efisien dilaksanakan pada temperatur rendah.
Terdapatnya air pada aliran gas alam mungkin
menyebabkan pembentukan metana hidrat padatan yang  Peningkatan perolehan kembali minyak (EOR)
dapat menyumbat pipa atau memicu pembentukan asam Pada aplikasi ini, CO2 diinjeksikan ke oil-bearing
karbonat dan ion S22 dalam presensi CO2 dan H2S reservoir pada tekanan tinggi. CO2 melarutkan minyak
masing-masing. dan membawanya ke tangki produksi. Gas yang dihasilkan
Korosi dapat terjadi jika cairan air ada bersama mengandung CO2, CH4, dan hidrokarbon lainnya.
dengan gas asam yang mudah larut dalam air dan Volume gas hasil produksi dan kadar CO2 nya bertambah
membentuk larutan asam yang bersifat sangat korosif, seiring waktu sehingga menyulitkan aplikasinya untuk
terutama terhadap carbon steel yang merupakan bahan proses amina konvensional. Pada aplikasinya, konsentrasi
5

CO2 pada produk tereduksi dari 70 menjadi 10%. Permeat


kemudian diperkaya dalam CO2 sekitar 95%. Saat ini
terdapat pula membran hybrid yang didesain untuk EOR
yang mampu menghemat biaya operasi. Telah dibuktikan
juga bahwa dengan menggunakan teknik membran dan
membran hybrid lebih menguntungkan secara ekonomi
dibandingkan teknik lainnya (18,27).
1 = umpan : CH4 = 93% ; CO2 = 7%
5. Sistem Desain Membran dan Tinjauan Ekonominya 2 = retentat : CH4 = 98% ; CO2 = 2%
 Konfigurasi Modul 3 = permeat : CH4 = 63.4% ; CO2 = 36.6%
Gambar 4. Sistem membran satu tahap (diadaptasi dari A
Secara garis besar, modul membran industri
review of the applications of Membrane Separation
terbagi menjadi tiga konfigurasi utama : plat dan bingkai Technology in Natural Gas Treatment, 1999 )
(plate and frame), spiral wound , dan serat berongga
(hollow fiber). Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan Pada sistem ini, umpan diolah satu kali dan dibagi
kekurangannya masing-masing. Sebagai contoh, hollow ke dalam permeat dan aliran retentat . Aliran yang terakhir
fiber memberikan luas permukaan per volume tertinggi merupakan produk- produk akhir dari proses pemisahan.
namun sulit untuk dibersihkan, sedangkan plate and frame Sebagai contohnya, sebuah aliran dengan komposisi 93%
dan spiral wound mudah dibersihkan. metana dan 7% karbon dioksida diumpankan ke dalam
Plate and frame mereplikasi filtasi konvensional. sistem pada tekanan tinggi. Permeat diperoleh dengan
Membran lembaran datar ditumpuk di atas satu sama lain 36.6% kandungan CO2. Retentat keluar dari modul
dalam bentuk envelope, dipisahkan oleh pemisah dengan perbedaan tekanan yang dapat diabaikan dan
hambatan beraliran rendah. Umpan mengalir melewati mengandung 98% CH4. Secara keseluruhan, operasi ini
bagian luar envelope membrane dan permeat ditampung memiliki faktor pemisahan 7.6 (19).
didalam. Seperti kita ketahui, tujuan dari proses ini adalah
Pada modul spiral-wound, dua membran menghilangkan CO2 dengan menampungnya pada sisi
lembaran datar disegel bersama untuk membentuk sebuah permeat dan untuk memproduksi metana pada kemurnian
envelope dengan terdapat di sekat. Sekat berfungsi yang lebih tinggi di sisi retentat. Dapat dilihat dalam
mencegah dua membran dari runtuh dan memberikan gambar bahwa bertambahnya tekanan umpan atau
kekuatan mekanik , dalam konfigurasi ini umpan mengalir berkurangnya tekanan permeat akan meningkatkan
di luar envelope dan permeat dikumpulkan di dalam dan perolehan kembali metana dan mengurangi luas membran
dihilangkan melalui kolektor pusat. yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena dengan
Dalam konfigurasi hollow fiber, membran bertambahnya tekanan umpan, maka perbedaan tekanan
dibentuk menjadi tabung tipis dengan bagian dalam parsial CO2 juga bertambah. Menambah laju alir umpan
berongga . Ribuan serat ini menerima tekanan vessel tidak secara signifikan akan mempengaruhi perolehan
seperti penukar panas konvensional. Umpan dapat kembali metana.(31-32)
mengalir di luar atau di dalam serat dan permeat Sedangkan, semakin tinggi tingkat kemurnian
ditampung pada sisi lain . Modul pemisahan gas yang yang diinginkan akan menambah luas membran yang
paling umum adalah spiral wound atau hollow fiber. dibutuhkan dan mengurangi perolehan kembali metana.
Hal ini disebabkan semakin banyak permeat CO2
 Desain Modul melewati membran, tekanan parsialnya berkurang dan
Pada sistem membran, biaya yang dibutuhkan semakin besar luas membran yang diperlukan.
sangatlah dipengaruhi oleh desain sistem. Modul - Sistem Membran Multitahap
membran bisa dijadikan satu tahap atau beberapa tahap. Kemurnian suatu produk atau perolehan kembalinya
Setiap tahap terdiri dari modul membran yang dirangkai dapat ditingkatkan dengan menambahkan jumlah tahap
seri atau parallel. Untuk aliran yang relatif kecil maka membran ke dalam sistem. Tentunya biaya yang
disarankan menggunakan sistem satu tahap agar dibutuhkan akan bertambah seiring dengan semakin
ekonomis. Semakin besar skala produksi maka semakin kompleksnya sistem, oleh karena itu dalam mendesain
kompleks juga desain yang diperlukan. sistem perlu diperhatikan pertimbangan sisi ekonomi.
- Sistem Membran Satu Tahap
6

banyak CO2. Secara keseluruhan, faktor separasinya 14,


angka ini lebih besar dari sistem satu tahap namun lebih
rendah dari sistem 2 tahap. Keunggulan utama sistem 3
tahap ini adalah sistem ini mampu mengurangi beban
kompresor recycle dengan menghilangkan CO2 pada
tahap penyaringan awal. Desain ini juga mengurangi
kebutuhan luas membran.

Tabel 2. Perbandingan sistem 1, 2, dan 3 tahap.


1 = umpan : CH4 = 93% ; CO2 = 7%
2 = retentat : CH4 = 98% ; CO2 = 2% (Diadaptasi dari A review of the applications of Membrane
3 = permeat : CH4 = 18.9% ; CO2 = 81.1% Separation Technology in Natural Gas Treatment, 1999 )
Gambar 5. Sistem membran dua tahap (diadaptasi dari A Desain Membran Perolehan Kembali Area Membran dan
review of the applications of Membrane Separation CH4 (%) Kompresi
Technology in Natural Gas Treatment, 1999 ) Satu Tahap 90.2 0.80 dan -
Dua Tahap 98.2 1.0 dan 1.0
Diatas digambarkan ilustrasi sistem membran dua Tiga Tahap 94.6 0.45 dan 0.5
tahap. Dalam sistem dua tahap, metana direcovery sebagai
retentat dengan konsentrasi yang sama dengan satu tahap. Berdasarkan hal-hal diatas, maka dapat ditarik
Adapun CO2 kaya permeat dari tahap pertama kesimpulan bahwa: penerapan teknologi berbasis
direkompresi dan diumpankan ke modul kedua. Permeat membran untuk pemisahan gas alam terbukti memberikan
dari modul kedua memiliki konsentrasi CO2 yang tinggi. banyak keuntungan dan merupakan metode pemisahan
Retentat dari tahap kedua di daur ulang ke tahap pertama terbaik dan terefisien saat ini. Penerapan teknologi
untuk pengolahan lebih lanjut. membran memiliki cakupan luas dalam hal penerapannya
Sistem dua tahap ini meningkatkan perolehan dan pada tiap bidang tersebut teknologi membran mampu
kembali metana dengan mereduksi konsentrasi gas ini di memberikan hasil optimal. Beberapa contoh aplikasinya
aliran permeat final. Pada saat yang sama CO2 ditampung adalah pada pemisahan gas CO2 dan H2S, dehidrasi,
dalam konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan penghilangan karbon rantai panjang, dan peningkatan nilai
sistem satu tahap yang dapat diinterpretasikan secara EOR. Sistem membran satu tahap efisien sebagai bulk
keseluruhan jumlah kehilangan metana yang lebih sedikit separator. Efisiensi akan berkurang ketika kemurnian
dalam aliran limbah. Sistem ini memiliki faktor pemisahan mendekati 100%. Untuk kemurnian yang tinggi dan biaya
yang lebih tinggi dibanding satu tahap, yaitu 57 dan yang lebih rendah, sistem multitahap atau sistem hybrid
perolehan kembali metana yang juga lebih tinggi daripada harus dipertimbangkan secara matang seperti sistem satu
sistem satu tahap (20-21,23-24). tahap. Perbedaan tekanan saja tidak menentukan kualitas
produk ahkir dan alirannya. Selain itu, Tekanan permeat
mempunyai peran penting. Terdapat inherent trade-off di
dalam desain membran antara harga membran,
kompressor dan produk terbuang serta kemurnian.
Kerugian produk yang sedikit selalu berhubungan dengan
modul membran yg tinggi dan harga kompressor. Dalam
aplikasinya secara umum, sistem membran hybrid
biasanya lebih ekonomis untuk memperoleh produk
dengan kemurnian tinggi
1 = umpan : CH4 = 93% ; CO2 = 7%
2 = retentat : CH4 = 98% ; CO2 = 2%
3 = permeat : CH4 = 49.2% ; CO2 = 50.8%
Gambar 6. Sistem membran tiga tahap (diadaptasi dari A
review of the applications of Membrane Separation
Technology in Natural Gas Treatment, 1999)

Semakin banyak jumlah tahap maka perolehan


kembali metana juga dapat ditingkatkan. Pada sistem tiga
tahap, membran ketiga diletakkan sebelum kedua
membran lainnya untuk menyingkirkan CO2 dari aliran
sebelum diolah lebih lanjut. Sistem ini efektif ketika
konsentrasi CO2 dalam umpan relatif tinggi. Dalam desain
ini, permeat dari membran pertama masih mengandung
7

Daftar Pustaka [13]. D. Parro. (1984) “Membrane CO2 Proves Out at


REFERENCES SACROC Tertiary Recovery Project,” Oil Gas J.,
[1]. A.T. Mohammadi. (1999). “A review of the 82(39), 85–88.
applications of Membrane Separation Technology [14]. P.J. Cook, M.S. Losin. (1995). “Membranes
in Natural Gas Treatment.” Provide Cost Effective Natural Gas Processing,”
[2]. I.G. Wenten. (2015). “Industri Membran dan Hydroc. Proc, 79–84.
Perkembangannya,” Teknik Kimia Institut [15]. I.W. BackHouse. (1986). “Recovery and
Teknologi Bandung. Purification of Industrial Gases Using Prism
[3]. R. Abedini, A. Nezhadmoghadam. (2010). Separators,” in Membranes in Gas Separation and
“Application of Membrane in Gas Separation Enrichment, Proceedings of the 4th BOC Priestley
Process: Its Suitability and Mechansisms,”: Conference, Leeds University, Royal Society of
http://www.vurup.sk/sites/vurup.sk/archivedsite/w Chemistry, London, Special Publication No. 62 pp.
ww.vurup.sk/pc/vol52_2010/issue2/pdf/pc_2_2010 265–280.
_abedini_069.pdf , diakses 08-04-2016 pukul 17.50 [16]. Yusmanov. (2010). “Aplikasi membran kontaktor
WIB untuk pemisahan CO2,” tersedia di
[4]. I.G. Wenten, Khoiruddin, P.T.P. Aryanti, A.N. :http://yusmanov.co.id/2010/03/aplikasi-membran-
Hakim. (2010). “Pengantar Teknologi Membran.” kontaktor-untuk.html, diakses 09-04-2016 pukul
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. 18.55 WIB
[5]. P. Mears. (1986) “Fundamentals Mechanisms of [17]. Istiadi. (2006) “Dehidrasi Gas,” tersedia
Transport of Small Molecules in Solid Poly- mers,” di:http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2013/09/
in Proceedings of the 4th BOC Priestley 06-gas-dehydration.pdf, diakses 09-04-2016 pukul
Conference, Leeds University, Royal So- ciety of 18.30 WIB
Chemistry, London, Special Publication No. 62, pp. [18]. B. F. Ryan and M.D. Anderson. (1988) “Hybrid
1–25 Membrane–Solvent Process Optimization,” Pre-
[6]. D. R. Paul and Y. P. Yampol’skii (Eds.). (1994). sented at the AIChE National Meeting, New
“Polymeric Gas Separation Membranes,” CRC Orleans, LA, March.
Press, Boca Raton, pp. 1–15. [19]. R.W. Spillman. (1989) “Economics of Gas
[7]. M. Stanly. (1986). “Thomas Graham and Gaseous Separation Membranes,” Chem. Eng. Prog. pp. 41–
Diffusion,” in Proceedings of the 4th BOC Priestley 62.
Conference, Leeds University, Royal Society of [20]. R.E. Babcock, R.W. Spillman, C.S. Goddin, T.E.
Chemistry, London, Special Pub- lication No. 62, Cooley. (1988). “Natural Gas Cleanup: A
pp. 161–174. Comparison of Membrane and Amine Treatment
[8]. S. Loeb and S. Sourirajan. (1960) “Sea Water Processes,” Energy Prog., 8(3), 135–142.
Demineralization by Means of a Semipermeable [21]. B.D. Bhide, S.A. Stern. (1993). “Membrane
Membrane,” Report No. 6060, UCLA. Processes for the Removal of Acid Gases from
[9]. K.D. Vos, F.O. Burris. (1969) “Drying Cellulose Natural Gas. I. Process Configurations and
Acetate Reverse Osmosis Membranes,” Ind. Eng. Optimization of Operating Conditions,” J. Membr.
Chem., Prod. Res. Dev. 8, 84–89. Sci., 81, 209–237.
[10]. I.G. Wenten. (2015). “Teknologi Membran: [22]. B.D. Bhide, S.A. Stern. (1993). “Membrane
Prospek dan Tantangannya.” Teknik Kimia Institut Processes for the Removal of Acid Gases from
Teknologi Bandung. Natural Gas. II. Effects of Operating Conditions,”
Economical Parameters and Membrane Properties,”
[11]. I.G. Wenten, Khoiruddin, A.N. Hakim, P.T.P.
Ibid, 81, 239–252.
Aryanti. (2012). “Teori Perpindahan Dalam
Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi [23]. R.S. Purgason, C.D. Houston. (1983). “Purification
Bandung. of Carbon Dioxide-Containing Gas Streams with
Membranes,” Presented at the AIChE National
[12]. T.M. Rumuar. (1999). “Pengaruh tekanan dan
Meeting, Denver, CO.
temperatur operasi terhadap permeabilitas gas CO2
O2 dan N2 pada membran nylon film,” [24]. W. Nugroho. (2012). “Teknologi Membran Untuk
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- Pemisahan Gas,” tersedia di
20246864.pdf, diakses 08-04-2016 pukul 17.35 :http://www.academia.edu/7278369/Teknologi_Me
WIB mbran_Untuk_Pemisahan_Gas, diakses 10-04-
2016 pukul 09.40 WIB
8

[25]. J.A. Pinem, R. Angela. (2011) “Sintesis Dan technologies-for-gas-separation-49726, diakses 10-
Karakterisasi Membran Hibrid PMMA/TEOT,”: 04-2016 pukul 08.40 WIB
http://repository.upnyk.ac.id/291/1/Sintesis_Dan_ [35]. P. Darmawan. (2012). “Dehidrasi Dengan
Karakterisasi_Membran_Hibrid_PMMATEOT.pdf Membran Pervaporasi NaA Zeolit Untuk
, diakses 10-04-2016 pukul 10.10 WIB Pemurnian Bioetanol menjadi Biofuel.” :
[26]. [24] Katharina Hunger. (2012) “Investigation of http://kimiateknologi.setiabudi.ac.id/index.php?opt
Cross-Linked and Additive Containing Polymer ion=com_content&view=article&id=151:petrus-
Materials for Membranes with Improved darmawan&catid=71:nomor-01-februari-2012,
Performance in Pervaporation and Gas Separation,” diakses 10-04-2016 pukul 09.20 WIB
tersedia di: http://www.mdpi.com/2077-
0375/2/4/727 Diakses 26-03-2016 pukul 18.30
WIB.
[27]. I.G. Wenten, (2016). “Teknologi membran:
Prospek dan tantangannya di Indonesia.” Orasi
Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung, 26
Februari 2016.
[28]. U.S Derpartment of Energy (2014) Enhanced Oil
Recovery, tersedia di http://energy.gov/fe/science-
innovation/oil-gas-research/enhanced-oil-recovery,
diakses 09-04-2016 pukul 18.50 WIB
[29]. Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Ende.
(2013) “Aplikasi Membran Kontaktor-untuk-
Pemisahan CO2,” tersedia di
http://blhd.endekab.go.id/aplikasi-membran-
kontaktor-untuk-pemisahan-co2/, diakses 09-04-
2016 pukul 19.15 WIB
[30]. S. Shridar. (2014) “Membrane-based Gas
Separation: Principle, Applications and Future
Potential,” tersedia di halaman web
berikut:https://www.researchgate.net/publication/2
65295121_Membrane-
based_Gas_Separation_Principle_Applications_an
d_Future_Potential , diakses 09-04-2016 pukul
19.25 WIB
[31]. D. Baker (2013) “Future Directions of Membrane
Gas Separation Technology,” tersedia di :
http://www.mtrinc.com/publications/PC02%20Petr
ochem%20Future_Dir%20Baker%20IEC%202002
%20Review.pdf, diakses 09-04-2016 pukul 19.35
WIB
[32]. T.Julius. (2014) “Membrane gas separation
applications in natural gas processing,” tersedia di :
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S
0016236112000117, diakses 09-04-2016 pukul
20.05 WIB
[33]. Albert.P. (2012) “Membranes For Gas
Separation,”:http://pubs.acs.org/cen/coverstory/83/
8340membranes.html, diakses 10-04-2016 pukul
08.30 WIB
[34]. Pall Corporation (2015). ”Membrane Technologies
for Gas Separation Applications,”:
http://www.pall.com/main/oem-media-
membranes-and-materials/membrane-

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai