Anda di halaman 1dari 7

Disusun Oleh :

Mutiara Istiqomah
Devita Rahmaa Rifhadia
Siskawati
Cahaya Putri Chan
Septy Maulidya Rizal
Rafliansyah Rizal
Leily Dita Delvian

1512058
1512060
1512061
1512064
1512066
1512067
1512072

TKI KA02 2012

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Jalan Letjend. Soeprapto No. 26, Cempaka Putih - Jakarta Pusat 10510
2014

PENGERTIAN UASB
UASB merupakan singkatan dari Upflow Anaerobic Sludge Blanket, yang
merupakan reaktor anaerob, pada operasinya pengolahan limbah dibantu dengan bakteribakteri anaerob. Menurut Dictionary of Food Science and Technology, UASB
merupakan reaktor dimana pengolahan secara anaerob dilakukan oleh mikroorganisme
yang membentuk flok tersuspensi di bagian bawah reaktor. Reaktor UASB diperkenalkan
oleh Gatze Lettinga, pakar proses anaerob dari Universitas Pertanian Wageningen di
Belanda pada 1970-an sebagai inovasi dan solusi bagi kesulitan operasional pada
prosesUpflow Anaerobic Filter buatan Young dan McCarty (1969).
Mulai saat itu, proses ini banyak diterapkan untuk mengolah air limbah karena
mampu membentuk sludgeyang berat dan aktif hingga konsentrasi 100 g/L di zone
bawah reaktor dengan mekanisme retensi dan separasi. Retensi terjadi di bawah reaktor
akibat formasi biobutir dan separasi di bagian atas reaktor (alat separator). Juga karena
mampu mengolah polutan aromatik seperti benzoat dan fenol. Artinya, diharapkan
teknologi anaerob akan mampu mengolah segala jenis limbah industri kimia.

MEKANISME UASB
Air limbah masuk dari bagian bawah reaktor lalu dialirkan secara vertikal ke atas.
Air limbah pertama-tama akan melewati suatu lapisan yang dinamakan sludge bed. Pada
lapisan ini air limbah yang masuk akan mengalami kontak dengan mikroba anaerob
yang berbentuk granula (pellet) yang menyusun sludge bed tersebut. Kontak air limbah
dengan sludge yang mengandung bakteri yang kemudian membentuk sludge secara
alami sebesar 0.5 2 ukuran sludge yang lebih besar inilah yang disebut sludge granular
yang mengandung biomassa lebih banyak yang selanjutnya akan menghasilkan gas
methan. Biogas yang terbentuk dari metabolisme anaerob akan bergerak ke atas dan
mengakibatkan terjadinya proses vertical mixing di dalam reaktor.
Dengan demikian, tidak diperlukan alat mekanik untuk pengadukan di dalam
reaktor. Sistem ini secara umum terlihat sederhana dikarenakan hanya membutuhkan
sebuah reaktor untuk sebuah pengolahan limbah, yang lebih menghemat lahan, selain itu
sistem ini tidak membutuhkan aerasi dan tentunya dari sisi ekonomis lebih
menguntungkan. Namun Sistem ini membutuhkan volume yang besar dengan kondisi
yang stabil serta monitoring yang lebih teliti.
Sistem UASB sangat menitik beratkan pada pertumbuhan bakteri tersuspensi yang
tepat waktu atau lebih dikenal dalam istilah Hidrolic Retention Time (HRT) dan laju

beban organik atau Organic Load Rate (OLR) yang harus dipertahankan dalam rangka
memfasilitasi agregasi biomassa padat atau dikenal sebagai proses granulasi. Untuk
lebih jelas dapat juga di lihat pada gambar dibawah ini dari sisi samping reaktor.

Pada bagian atas reaktor terdapat dua jenis saluran, yaitu saluran untuk
mengeluarkan limbah hasil olahan (efluen) serta saluran untuk mengeluarkan biogas.
Karena gas dan efluen bergerak ke atas, maka diperlukan suatu struktur untuk menahan
granula agar tidak ikut terbawa ke aliran efluen. Struktur inilah yang dinamakan GasLiquid-Solid separator (GLSS).

FUNGSI UASB

Menurut Anh (2004), GLSS merupakan bagian penting dari UASB karena memiliki
fungsi sebagai berikut:

Mengumpulkan, memisahkan, dan mengeluarkan biogas yang terbentuk

Mengurangi turbulensi di dalam kompartemen pengendapan yang terjadi akibat


pembentukan gas
Memungkinkan terjadinya pemisahan lumpur secara sedimentasi, flokulasi, atau
terperangkap di dalam sludge blanket
Membatasi ekspansi sludge bed

Mencegah terjadinya wash-out lumpur (terbawanya lumpur ke aliran efluen)

KELEBIHAN dan KEKURANGAN UASB


Kelebihan
1.

Lebih efisian dikarenakan air limbah yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar.

2.

Menghasilkan Biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi.

3.

Tidak membutuhkan sistem aerasi sehingga hemat listrik

4.

Bisa dibangun dibawah tanah sehingga menghemat kebutuhan lahan.

5.

Sisa sludge atau lumpur bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan effluent yang
mengalir kebadan air dapat menyuburkan tanah.

6.

Tidak menghasilkan bau dan mengurangi emisi gas CH4 dab CO2.

Kekurangan

1.

Memerlukan SDM yang sangat ahli dibidang konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

2.

Kemungkinan terjadi ketidakstabilan dalam perawatan dikarekan sistem hidrolik yang


kompleks dan variable organik yang sensitif.

3.

Lamanya fase starup.

4.

Kondisi listrik dan air yang masuk harus stabil.

5.

Tidak cocok untuk negara dingin.

APLIKASI UASB (dalam Industri Tekstil)

Dalam riset yang dilakukan, air limbah pewarna tekstil diolah menggunakan reaktor
(pilot scale) UASB dua tahap, dengan memanfaatkan limbah sagu sebagai ko-substrat.
Tahap pertama dari reaktor UASB yang digunakan merupakan reaktor asidogenik
sementara tahap kedua merupakan reaktor metanogenik. Reaktor asidogenik dan
metanogenik yang digunakan memiliki perbandingan kapasitas volume 1:4. Tujuan
penggunaan dua tahap ini adalah untuk memantau operasional dan karakter performa
dari UASB. Air limbah pertama-tama dialirkan ke dalam reaktor asidogenik yang
memiliki diameter internal 300 mm dan tinggi 820 mm. Setelah itu, air limbah dialirkan
ke reaktor kedua, yaitu reaktor metanogenik yang berdiameter internal 350 mm dan
tinggi 2400 mm. Bakteri yang digunakan di dalam reaktor UASB berasal dari
reaktor anaerobic sludge digester dari pengolahan limbah sagu.

Pada bagian atas dari reaktor metanogenik terdapat struktur yang dinamakan GasLiquid-Solid Separator (GLSS) yang berfungsi untuk memisahkan biogas, solid, dan
liquid. Dengan adanya struktur ini biogas dan air hasil olahan akan keluar dari dalam
reaktor sementara solid akan tetap di dalam reaktor membentuk sludge blanket. Di
dalam struktur GLSS pada reaktor yang digunakan dalam riset ini, disediakan media
yang terbuat dari spiral-spiral PVC berukuran 26mm. Media yang disusun hingga
setebal 200mm pada ketinggian 1770mm dari dasar reaktor berfungsi sebagai media

tumbuh biomassa serta bermanfaat sebagai filter yang dapat meningkatkan kualitas
efluen.
Pencampuran air limbah pewarna tekstil dan sagu dilakukan dengan proses
kombinasi. Keuntungan yang diperoleh dari kombinasi kedua limbah ini adalah karena
adanya proses penetralan pH sehingga tidak diperlukan penambahan kaustik maupun
kapur. Selain itu, kandungan zat tepung di dalam limbah sagu dapat mengurangi
kebutuhan penambahan nutrien selama proses pengolahan. Karakteristik air limbah
pewarna tekstil dan sagu dapat dilihat pada Tabel 1 yang merupakan rata-rata dari
sepuluh sampel yang dikumpulkan selama tiga bulan. Hydraulic retention time (HRT)
yang digunakan pada reaktor asidogenik adalah selama 6 jam, sementara pada reaktor
metanogenik selama 24 jam. Hal ini mengikuti perbandingan volume antara kedua
reaktor sebesar 1:4.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa efisiensi penyisihan maksimum untuk COD dan warna
adalah sebesar 88,5 dan 91,8 persen yaitu pada rasio limbah pewarna dan sagu sebesar 70:30.
Pada rasio optimum ini diperoleh rasio VFA/alkalinitas sebesar 0,04 yang mengindikasikan
bahwa reactor bekerja dalam kondisi stabil.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.pusair-pu.go.id/index.php/hasil-litbang/328-instalasi-pengolahan-airlimbahipal
2. http://www.sswm.info/category/implementationtools/wastewatertreatment/hardware/semi-centralised-wastewater-treatments/u
3. Anh, Nguyen Tuan,(2004).Methods for UASB Reactor Design.Guest Article by Nguyen
Tuan Anh. (http://www.waterandwastewater.com/www_services/ask_tom_archive)
4. http://www.uasb.org/discover/agsb.htm

5.

International Food Information Service (2009). Dictionary of Food Science


and Technology (2nd Edition). (pp: 438). International Food Information
Service (IFIS Publishing).

6. http://hamasahvoice.blogspot.com/2012/05/upflow-anaerobic-sludge-blanket.html

Anda mungkin juga menyukai