Anda di halaman 1dari 6

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012

Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate


Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

POTENSI ASIDIFIKASI DARI PROSES PENGOLAHAN SAMPAH DI


RUMAH KOMPOS KOTA SURABAYA BARAT DAN PUSAT

POTENTIAL OF ACIDIFICATION FROM SOLID WASTE TREATMENT


IN COMPOSTING HOUSE AT WESTERN AND CENTRE SURABAYA
Thia Zakiyah Oktiviarni a*, Warmadewanthi b, Ellina S Pandebesie c
a,b,c)
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111
*Email: thiazakiyah@gmail.com

Abstrak

Kota Surabaya Barat dan Pusat memiliki 6 rumah kompos. Pengolahan sampah di rumah
kompos menggunakan metode windrow composting. Pengolahan dengan metode ini,
memungkinkan terjadinya dampak di lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis dampak yang timbul dari pengolahan sampah yang menyebabkan
terjadinya asidifikasi di lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran densitas,
analisis komposisi dan karakteristik sampah di Rumah Kompos. Karakteristik sampah di
rumah kompos dilakukan dengan menganalisa kompos dengan parameter ammonium (NH 4-
N). Life Cycle Assessment (LCA) digunakan untuk menganalisa persentase dampak yang
terjadi di lingkungan dengan software SimaPro 7.1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
bahan baku dan energi yang digunakan sangat mempengaruhi dampak yang ditimbulkan
dari pengolahan sampah. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biowaste
yang terdiri dari sampah daun dan sayur, sedangkan energi yang digunakan adalah air dan
bahan bakar solar. Potensi dampak asidifikasi tertinggi dihasilkan dari pengolahan sampah
di Rumah Kompos Putat jaya yaitu sebesar 25.19% dan potensi terendah adalah Benowo
yaitu sebesar 7.28% untuk setiap satu kali pemrosesan.

Kata Kunci: asidifikasi, life cycle assessment, rumah kompos.

Abstract

Western and centre Surabaya were having 6 composting houses. Solid waste treatment in
composting house was utilized windrow composting method. This treatment
method,contributed potential effect in environment. Therefore, this research intended to
analyze the impact of composting that possible caused acidification in the environment.
Density, composition analysis and waste characteristics were measured in composting
house. Waste characteristics in composting house was analyzed compost with parameter of
ammonium (NH4-N). Life cycle assessment (LCA) used to analyze the percentage of impact
in the environment by using SimaPro 7.1. The result of this research showed that the raw
material and energy used by composting could give impact of solid waste treatment. The
material that used was biowaste consists of leaves and vegetables, while energy that used
was water and diesel fuel. The highest of acidification potential from solid waste treatment in
Putat Jaya composting house was 25.19% and the lowest potential was Benowo of 7.28%
for each process.

Keyword: acidification, composting house, life cycle assessment

ISBN XXXX-XXXX 1
ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

1. Pendahuluan

Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan pengolahan sampah dengan cara


pengomposan dapat dilihat dari adanya 18 rumah kompos yang tersebar di seluruh Kota
Surabaya. Sampah yang dikomposkan di rumah kompos ini sebagian besar dari sampah
jalan, taman dan pasar yang merupakan sampah dedaunan dan sayur-sayuran. Apabila
seluruh sampah organik dikomposkan, maka dapat membantu proses reduksi sampah yang
masuk ke lokasi pembuangan akhir (LPA). Proses pengomposan sampah dapat
menimbulkan dampak ke lingkungan seperti asidifikasi (pengasaman) dan eutrofikasi.
Peningkatan pengasaman (asidifikasi) juga dihasilkan pada lokasi pembuangan akhir (LPA),
selain itu, pengomposan juga merupakan penyumbang terbesar dari proses pengasaman,
seperti timbulnya ammonia (Finnveden et al., 2000). Menurut Dalemo et al. (1998) asidifikasi
pada tanah disebabkan oleh emisi ammonia yang terkandung dalam ammonium pada bahan
kompos.

Terkait dengan dampak pencemaran dari aktivitas pengolahan sampah maka perlu
dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan
metode life cycle assessment (LCA). LCA merupakan sebuah siklus hidup lingkungan hidup
yang mempelajari dampak lingkungan dan potensi produk (cradle-to grave) dari bahan baku
produksi, konsumsi (penggunaan) sampai disposal. Menganalisis dampak yang ditimbulkan
dari berbagai macam pengelolaan tersebut digunakan software SimaPro7 (Banar et al.,
2009). Hasil dari analisis ini adalah memperoleh dampak yang dihasilkan dari proses
pengolahan sampah dengan cara pengomposan. Penelitian ini akan memfokuskan tentang
analisis potensi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari pengolahan sampah di Rumah
Kompos terhadap penyebab asidifikasi.

2. Metodologi

Penelitian ini meliputi analisis terhadap komposisi dan karakteristik sampah di Rumah
Kompos. Lokasi penelitian ini meliputi 6 Rumah Kompos di Surabaya Barat dan Pusat.
Penelitian ini hanya meneliti objek sampah organik setelah masuk ke rumah kompos, yaitu
proses pemilahan sampah, proses pengomposan dan hasil produksi kompos. Kegiatan
diluar ruang lingkup rumah kompos seperti proses pengangkutan sampah dari sumber
menuju rumah kompos, hingga pendistribusian produk kompos yang dihasilkan, tidak
dibahas dalam inventarisasi metode LCA maupun analisa pada SimaPro.

Menurut permodelan LCA terbagi menjadi 4 tahapan metodologi yang saling berhubungan
dalam membandingkan skenario dalam pengelolaan sampah (Clift et al., 2000). Tahapan
pertama dimulai dari tujuan atau (goal), selanjutnya ruang lingkup (scope) pada penelitian ini
yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan secara terintegrasi di Rumah Kompos. Tahap
kedua adalah inventory analysis yaitu mengidentifikasi dan mengukur bahan yang digunakan
dan emisi yang dihasilkan. Tahap ketiga adalah impact assessment, yang pada penelitian ini
akan ditinjau dampak penting proses pengolahan sampah terhadap lingkungan yaitu untuk
mengetahui potensi asidifikasi, maka dalam penelitian ini akan dianalisis konsentrasi NH4N.
Khusus di Rumah Kompos dengan sistem windrow composting yang banyak dikembangkan
di Surabaya akan dilakukan pengambilan sampling secara langsung di tumpukan kompos.
Pengambilan sampling pada tiga titik yaitu A1, A2 dan A3 dapat dilihat pada Gambar 1.

2 ISBN XXXX-XXXX
SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

Titik Pengambilan sampel Kompos

Aliran 1,5 meter


Lindi

2 meter
Gambar 1 Titik Pengambilan Sampel Kompos pada Windrow Composting

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Komposisi dan Karakteristik Sampah di Rumah Kompos

Komposisi sampah pada masing-masing rumah kompos berbeda. Hal ini disebabkan
karena sampah yang diterima berasal dari lokasi yang berbeda. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Masing-masing Rumah Kompos Kota Surabaya Barat dan Pusat
Komposisi Rata-rata (%)
Benowo Sumber rejo Sonokwejinan Putat Jaya Keputran Srikana
Daun 24.6 22.8 34.5 - 98.3 21.0
Batang 49.2 50.0 43.2 - - 50.0
Ranting 24.6 25.0 21.6 - - 25.0
Plastik 1.6 2.0 0.7 6.7 1.7 0.7
Kertas - 0.2 - 1.7 - 0.8
Sayuran - - - 91.7 - -
Buah - - - - - 2.5

3.1.1 Densitas

Pada penelitian ini, juga dilakukan pengukuran densitas di masing-masing rumah


kompos. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berat sampah yang akan dikomposkan.
Hasil pengukuran densitas di masing-masing rumah kompos yaitu Benowo 333 kg/m 3,
Sumber Rejo 377 kg/m 3, Sonokwejinan 331 kg/m 3, Putat Jaya 462 kg/m 3, Keputran 321
kg/m3dan Srikana 437 kg/m 3.

Menurut Tchobanoglous et al. (1993), sampah taman memiliki densitas sebesar 267.1-
356.1 kg/m3. Hasil pengukuran densitas sampah di rumah kompos berkisar antara 321-
462 kg/m3. Hal ini menyatakan bahwa hasil pengukuran densitas sesuai dengan
densitas berdasarkan literatur.

3.1.2 Ammonium (NH4-N)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada awal proses pengomposan kandungan ammonium


tinggi dan kemudian cenderung turun dan cenderung naik pada minggu ke-3. Berdasarkan
penelitian terdahulu (Hu et al., 2007) konsentrasi ammonium pada proses pengomposan
ISBN XXXX-XXXX 3
ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

secara aerobik akan mengalami penurunan pada saat umur kompos sekitar 15-19 hari dan
kemudian mengalami kenaikan pada saat proses pematangan. Hal ini dikarenakan pada
saat awal pengomposan mikroorganisme melakukan dekomposisi dan fermentasi sehingga
menghasilkan ammonia. Dengan berlangsungnya degradasi oleh mikroorganisme dan
meningkatnya suhu akan mengakibatkan meningkatnya produksi ammonia. Sedangkan
penurunan yang dialami pada proses pengomposan ini dikarenakan adanya penguapan
ammonia yang lepas ke udara dan adanya ammonia yang larut dalam air (Hu et al., 2007).

1,8
Benowo
SumberRejo
1,6 Sonowejinan
PutatJaya
1,4 Keputran
Srikana
Konsentrasi NH4-N (%)

1,2

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0
0 1 2 3 4
Minggu ke-

Gambar 2 Konsentrasi Ammonium Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya


Barat dan Pusat

3.2 LCA pada Pengolahan Sampah di Rumah Kompos

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dampak lingkungan seperti asidifikasi dan
eutrofikasi dari proses pengomposan di rumah kompos Kota Surabaya Barat dan Pusat.
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah proses pengomposan dilakukan secara aerobik
dengan menggunakan sistem windrow composting. Ruang lingkup LCA ini digunakan untuk
membatasi kajian yang akan dilakukan sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Pada penelitian ini, digunakan software SimaPro untuk menganalisa
dampak yang dihasilkan. Life cycle inventory dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mengukur bahan dan emisi. Input dan emisi ini disebut beban lingkungan atau intervensi
lingkungan. Inventarisasi dari material dan energi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Inventarisasi Material dan Energi di Rumah Kompos Kota Surabaya Barat dan
Pusat
Sumber
Inventory Benowo Sonokwejinan Putat Jaya Keputran Srikana
Rejo
Sumber Material Biowaste Biowaste Biowaste Biowaste Biowaste Biowaste

Volume Material 1.15 m3 2.14 m3 2.9 m3 2.88 m3 2.98 m3 1.91 m3


organik yang
dikomposkan
Berat Material 382.95 kg 806.78 kg 959.9 kg 1330.56 kg 956.58 kg 834.67 kg
organik yang
dikomposkan
Proses Windrow Windrow Windrow Windrow Windrow Windrow
pengomposan composting composting composting composting composting composting

4 ISBN XXXX-XXXX
SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

Sumber
Inventory Benowo Sonokwejinan Putat Jaya Keputran Srikana
Rejo
Alat yang Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin Mesin
digunakan Pencacah pencacah pencacah, pencacah, pencacah pencacah
mesin mesin
pengayak pengayak
Energi yang Air = 60 Air = 80 Air = 60 liter, Air = 185 Air = 60 Air = 60
diperlukan liter liter Listrik = 604 liter liter liter
kWh
Penggunaan Solar = 2 Solar = 2 Solar = 4 liter Solar = 5 Solar = 2 Solar = 2
Bahan Bakar liter liter liter liter liter
Proses inventory di dalam SimaPro menggunakan LCA berhubungan dengan penggunaan
material dan pelepasan emisi ke lingkungan selama siklus. Hasil dari perhitungan dari
inventory dengan LCA dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Inventory dengan Menggunakan LCA

Rumah Kompos Satuan Ammonia


Benowo mg 50.6
Sumber Rejo mg 106.0
Sonokwejinan mg 127.0
Putat Jaya mg 175.0
Keputran mg 126.0
Srikana mg 110.0

Penyebab terjadinya asidifikasi di lingkungan adalah dari ammonia yang terlepas ke udara.
Ammonia yang terlepas ke udara ini dikarenakan adanya proses penguraian oleh
mikroorganisme pada proses pengomposan. Menurut Dalemo et al. (1998) asidifikasi
disebabkan oleh ammnonia yang terkandung dalam kompos, ammonia ini merupakan hasil
dari penguraian bahan material oleh mikroorganisme pada proses pengomposan.

Pada penelitian ini kategori dampak yang dikaji meliputi asidifikasi. Pada tahap analisis
impact assessment ini dilakukan klasifikasi ke dalam masing-masing kategori dampak dan
kemudian di persentasekan potensi dampak pada kategori dampak tersebut (Gunamantha et
al., 2010). Berdasarkan inventory yang dihasilkan dari perhitungan LCA, diperoleh
persentase potensi pencemaran di masing-masing rumah kompos (Tabel 4).

Tabel 4 Hasil Perhitungan Persentase Potensi Pencemaran di Rumah Kompos Kota


Surabaya Barat dan pusat
Rumah Kompos Satuan Asidifikasi
Benowo % 7.28
Sumber Rejo % 15.26
Sonokwejinan % 18.28
Putat Jaya % 25.19
Keputran % 18.14
Srikana % 15.84

Berdasarkan Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa Rumah Kompos Putat Jaya memiliki
persentase tertinggi penyebab terjadinya asidifikasi sebesar 25.19%. Asidifikasi ini
dikarenakan adanya ammonia yang lepas ke udara dari proses pengomposan. Semakin
banyak material yang dikomposkan, maka semakin besar pula ammonia yang dihasilkan dari
proses tersebut karena material yang diuraikan lebih banyak. Sedangkan rumah kompos
ISBN XXXX-XXXX 5
ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY SCIENTIFIC CONFERENCE IX - 2012
Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate
Food and Energy Crisis
Surabaya, 10 July 2012

yang memiliki persentase terendah adalah Benowo yaitu sebesar 7.28%. Hal ini dikarenakan
berat material yang digunakan dalam proses pengomposan lebih sedikit, karena itu ammonia
yang dilepaskan lebih sedikit.

3.3 Perbandingan Hasil Analisa Laboratorium dengan Software SimaPro

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, kandungan ammonium dalam kompos lebih tinggi
dari pada kandungan ammonium dalam lindi. Kandungan ammonium tertinggi rata-rata yaitu
dari Rumah Kompos Putat jaya sebesar 25.19% sedangkan yang terendah yaitu Rumah
Kompos Benowo dengan rata-rata sebesar 7.28%. Kandungan ammonium di dalam kompos
inilah penyebab terjadinya asidifikasi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil analisa LCA,
asidifikasi yang disebabkan ammonia yang terlepas ke udara memiliki nilai lebih besar dari
pada ammonia yang masuk ke dalam lindi sebagai ammonium. Hasil inventory berdasarkan
analisa LCA, Rumah Kompos Putat Jaya memiliki nilai tertinggi sebesar 175 mg dan Rumah
Kompos Benowo memiliki nilai terendah sebesar 50.6 mg.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisa yang dilakukan, maka kesimpulan pada penelitian ini
adalah pengolahan sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Barat dan Pusat juga
berkontribusi dalam pembentukan asidifikasi di lingkungan. Persentase potensi pencemaran
asidifikasi yang dihasilkan pada masing-masing rumah kompos adalah 7.28% dari Rumah
Kompos Benowo, 15.26% dari Rumah Kompos Sumber Rejo, 18.28% dari Rumah Kompos
Sonokwejinan, 25.19% dari Rumah Kompos Putat Jaya, 18.14% dari Rumah Kompos
Keputran dan 15.84% dari Rumah Kompos Srikana pada setiap proses pengomposan.

5. Daftar Pustaka

Banar, M., Cokaygil, Z., Ozkan, A. (2009). Life Cycle Assessment of Solid Waste
Management Options for Eskisehir, Turkey. Waste Management 29, 54-62.

Clift, R., Doig, A., dan Finnveden, G. (2000). The Aplication of Life Cycle Assessment to
Integrated Solid Waste Management. Waste Management 78, Part B.

Dalemo, M., Sonesson, U., Jonsson, H., dan Bjorklund, A. (1998). Effect of Including
Nitrogen Emissions from Soil in Environmental Systems Analysis of Waste
Management Strategies. Resources, Conservation and Recycling 24, 363-381.

Finnveden, G., Johansson, J., Lind, P., dan Moberg, A. (2000). Life Cycle Assessments of
Energy from Solid Waste, Stockholms University, Sweden.

Gunamantha, M., Fandeli, C., Tandjung, S.D., dan Sarto. (2010). Life Cycle Assessment
Pilihan Pengelolaan Sampah: Studi Kasus Wilayah Karmantul Propinsi D.I.
Yogyakarta. Manusia dan Lingkungan 17, 78-88.

Hu, T. J., Zeng, G. M., Huang, D. L., Yu, H. Y., Jiang, X. Y., Dai, F., dan Huang, G. H.
(2007). Use of Potassium Dihydrogen Phosphate and Sawdust as Adsorbents of
Ammoniacal Nitrogen in Aerobic Composting Process. Hazardous Materials141, 736-
744.

Tchobanoglous G., Theisen H., dan Vigil S.A. (1993). Integrated Solid Waste Management.
McGraw-Hill International Editions, Singapore.

Yuwono, W. N. 2006. Pupuk Fosfor. Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.

6 ISBN XXXX-XXXX

Anda mungkin juga menyukai