ABSTRAK
Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia menghasilkan sampah
yang masuk ke TPA Benowo sebesar 1.200 ton/hari. Pengelolaan sampah di TPA
Benowo Surabaya masih dilakukan menggunakan sistem controlled landfill dan open
dumping. Emisi gas rumah kaca (GRK) di TPA Benowo pada tahun 2007 mencapai 40
juta ton/tahun. Dampak eutrofikasi dan asidifikasi di TPA Benowo masih belum pernah
diteliti. Penelitian ini bertujuan mengkaji dampak pengelolaan sampah eksisting di TPA
terhadap emisi GRK, asidifikasi, dan eutrofikasi di lingkungan berdasarkan Life Cycle
Assessment (LCA). Penelitian diawali dengan analisis komposisi dan karakteristik
sampah. Sampel sampah TPA Benowo dianalisis berdasarkan SNI. 19-3964-1995.
Karakteristik sampah dianalisis dengan analisis proksimat dan ultimat menggunakan
metode gravimetri, perhitungan stoikiometri persamaan kimia, dan nilai kalor dengan
bomb calorimeter. Hasil analisis dan beberapa tipikal inventory digunakan sebagai Life
Cycle Inventory (LCI). Perhitungan Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
menggunakan software SimaPro v.7.1 dengan metode EPD (2008). Hasil LCIA
diinterpretasi berdasarkan dampak GRK, asidifikasi, dan eutrofikasi. Kesimpulan yang
didapatkan adalah emisi GRK sebesar 191.000 ton CO2 ekivalen/unit fungsi ton sampah
, asidifikasi 47,3 ton SO2 ekivalen/unit fungsi ton sampah, dan eutrofikasi 1.320 ton PO4
ekivalen/unit fungsi ton sampah.
Kata kunci: TPA, Pengelolaan sampah, Life cycle assessment (LCA), SimaPro, GRK
PENDAHULUAN
Pembangunan, pertumbuhan dan konsumsi produk, serta pelayanan yang
meningkat di suatu negara berdampak pada peningkatan jumlah sampah (Othman et al.,
2013). Manajemen sampah yang efektif diperlukan untuk pemecahan masalah tersebut.
Pelaksanaannya dengan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), asidifikasi,
eutrofikasi, meningkatkan kualitas hidup, mencegah kontaminasi air dan tanah,
melestarikan sumber daya alam, dan manfaat energi terbarukan (Cherubini et al., 2009).
Perhatian terhadap TPA di Indonesia mengacu pada diberlakukannya UU No.18 Tahun
2008 yang mengisyaratkan ketentuan penutupan TPA Open Dumping menjadi Sanitary
Landfill dalam waktu 5 tahun.
Kota Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia juga menghadapi
permasalahan sampah terkait dengan pengelolaannya. Jumlah sampah yang dihasilkan
Kota Surabaya saat ini yang masuk ke TPA Benowo sekitar 1.200 ton/hari.
Pengelolaan sampah di TPA Benowo Surabaya masih dilakukan dengan open
dumping dan controlled landfill dengan penutupan tanah di sel dilakukan saat timbunan
sampah penuh. Tidak ada pengolahan gas ataupun pemanfaatannya di TPA, baik di sel
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
penimbunan yang masih beroperasi, maupun di bekas sel penimbunan. Hal tersebut
berpotensi menimbulkan efek Gas Rumah Kaca (GRK), dan terutama kebakaran di TPA
seperti yang telah sering terjadi di TPA Benowo.
Dampak lain yang berpotensi dihasilkan adalah asidifikasi dan eutrofikasi.
Ketiga dampak tersebut adalah dampak yang paling dominan dari banyak penelitian
yang telah dilakukan mengenai manajemen pengelolaan sampah (Cleary, 2009).
Dampak GRK adalah faktor utama penyebab pemanasan global yang berkaitan dengan
climate change. Sedangkan dampak asidifikasi adalah proses peningkatan keasaman
pada sistem tanah dan air. Polutan utamanya adalah NOx, SOx, NH3, dan HCl yang
terdeposisi dan dapat menyebabkan kerusakan pada populasi tumbuhan dan hewan
(Arena et al., 2003). Dampak eutrofikasi adalah fenomena yang dapat mempengaruhi
ekosistem air atau pencemaran air yang disebabkan oleh nutrien yang berlebihan ke
dalam ekosistem air (Banar et al., 2009).
Emisi GRK yang dihasilkan dari penimbunan sampah di TPA Benowo pada
tahun 2007 mencapai 40.000.000 ton/tahun (Status Lingkungan Hidup Indonesia
(SLHI), 2007). Karakteristik Lindi di TPA Benowo menunjukkan potensi asidifikasi
dan eutrofikasi yang tinggi, dimana NH4N mencapai 1017,61 mg/L dan PO4-P 12,92
mg/L (Sudibyo dan Warmadewanthi, 2011). Lindi tidak sepenuhnya masuk ke kolam
pengolahan lindi, sebagian masih merembes ke tanah tanpa ada pengolahan. Dampak
asidifikasi dan eutrofikasi di TPA Benowo belum pernah diteliti.
Life Cycle Assesment (LCA) adalah metode terstandarisasi internasional yang
umumnya digunakan sebagai alat manajemen lingkungan terbaik. LCA digunakan
untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan kuantifikasi objektif dari semua dampak
lingkungan terkait skenario manajemen sampah yang berbeda (Arena et al., 2003).
Perkembangan metodologi LCA sangat pesat dan secara luas diaplikasikan pada banyak
penelitian termasuk untuk membandingkan alternatif-alternatif pengolahan sampah
(Villanueva dan Wenzel, 2007; Finnveden et al., 2009).
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memberikan informasi relevan mengenai
dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan dari pengelolaan sampah eksisting di TPA
Benowo. Aspek dampak yang dikaji pada perspektif life cycle dalam penelitian ini
adalah dampak global warming (emisi GRK), asidifikasi, dan eutrofikasi.
METODE
Metodologi LCA yang digunakan untuk membandingkan dampak lingkungan
dari skenario pengelolaan sampah disusun berdasarkan ISO 14040-1997. Fase LCA
terdiri dari goal and scope definition, life cycle inventory analysis, life cycle impact
analysis, dan interpretasi hasil. Interpretasi hasil akan dibahas pada bab hasil dan
pembahasan.
Goal and scope definition
Tujuan (goal) dari penelitian ini adalah kuantifikasi dampak lingkungan dari
skenario pengelolaan sampah menggunakan LCA. Hasil kuantifikasi kemudian
dibandingkan untuk mendapatkan pengelolaan sampah yang paling ramah lingkungan.
Unit fungsi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada sampah yang
dikelola Kota Surabaya tahun 2012 sebesar 455.381,05 ton/tahun.
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Ruang lingkup (scope) pada penelitian ini dibatasi pada proses pengolahan.
Batasannya adalah emisi GRK, asidifikasi dan eutrofikasi dari proses pengelolaan
sampah di TPA, meliputi skenario yang direncanakan.
Life Cycle Inventory (LCI)
Fase life cycle inventory merupakan proses inventarisasi data-data yang
dibutuhkan yaitu bahan dan energi pada saat proses tiap skenario. Data yang
diinventarisasi dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan primer. Data primer
dari lapangan yang didapatkan meliputi analisis komposisi dan karakteristik sampah
sesuai dengan SNI 19-3964-1995 dan literatur (Tchobanoglous et al., 1993). Analisis
proksimat dan ultimat untuk karakteristik sampah menggunakan metode gravimetri dan
perhitungan stoikiometri persamaan kimia, dan bomb calorimeter (nilai kalor sampah).
Data sekunder didapatkan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
Data-data yang diinventarisasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber material yang menjadi bahan baku. Dalam hal ini adalah semua jenis sampah
perkotaan yang akan dikelola. Jenis sampah yang dapat digunakan adalah sampah
organik dan anorganik.
b. Berat masing-masing komposisi sampah perkotaan yang diperoleh dari proses
pemilahan selama 8 hari berturut-turut berdasarkan SNI 19-3964-1995.
c. Alat, bahan bakar dan power listrik yang digunakan selama proses.
Hasil analisis dijadikan life cycle inventory yang diolah menggunakan software SimaPro
v.7.1.
Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
Fase life cycle impact assessment bertujuan untuk mengkuantifikasi dampak
lingkungan dari tiap skenario dari tahap LCI (Arena et al., 2003; Cleary, 2009).
Kategori dampak penting dari proses pengelolaan sampah terhadap lingkungan yang
dikaji pada penelitian ada tiga, yaitu: emisi GRK, Asidifikasi, dan Eutrofikasi.
Semua data yang didapatkan dimasukkan dan diolah dengan software SimaPro
v.7.1, kemudian dikalkulasi dengan metoda EPD 2008. Tahapan untuk LCIA meliputi
karakterisasi, normalisasi, pengelompokan, dan pembobotan (Clift et al., 2000).
Interpretasi
Fase ini dalakukan sebagai identifikasi dan penjabaran dari fase LCIA untuk
mendapaktan kesimpulan penelitian.
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Dari hasil perhitungan berat di atas, maka dapat dihitung prosentase berat dari
tiap jenis sampah dengan rumus dan hasil sebagai berikut :
Prosentase Berat Sampah = Berat tiap jenis sampah x 100%
Berat total sampah
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Diapers 5,2 4,4 3 2,5 4,8 4,2 7,4 6,2 4,71 21459,83
Kabel 0 0 0 0 0,15 0 0 0,1 0,03 142,31
Kayu 0,2 0,7 1,8 0,8 0,5 0,15 2 1 0,89 4069,97
B3 0,2 0,1 0,4 0,05 0,25 0,1 0,03 0,15 0,16 728,61
Kain 2,3 2,3 1,9 1 1 2,1 3 1,9 1,94 8823,01
Kaca 0,5 2 1 1 0,7 0,25 0,4 1,5 0,92 4183,81
Karet 0,4 1,1 1 0,55 0,2 0,5 0,1 0,7 0,57 2589,98
K. Alumunium 0 0 0 0 0 0 0,1 0,5 0,08 341,54
k. Baja 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0
Logam 0,5 0,02 0,05 0,05 0,6 0,4 0,2 0,1 0,24 1092,91
Kulit 0 0,1 0 0 0 0 0 0 0,01 56,92
Sterofoam 0,2 0,5 0,3 0,35 0,4 0,25 0,15 0,13 0,29 1297,84
Lain-lain 0,2 0,18 0,35 0,1 0,2 0,1 0,12 0,32 0,20 893,69
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Interpretasi
Interpretasi dilakukan untuk identifikasi dan evaluasi hasil analisis potensi
pencemaran pengelolaan sampah perkotaan di TPA Benowo. Interpretasi didasarkan
pada hasil pembobotan yang merupakan output dari olahan data di dalam software
SimaPro.
Hasil interpretasi pengelolaan sampah eksisting, diketahui dampak gas rumah
kaca yang dihasilkan cukup besar. Landfill pada umumnya merupakan skenario
pengelolaan sampah terburuk (Cherubini et al., 2009; Finnveden et al., 2005). Dengan
tipikal sampah yang hampir sama (Indonesia), pada penelitian di KARTAMANTUL,
potensi GRK terbesar dihasilkan skenario landfill dengan pemulihan energi
(Gunamantha dan Sarto, 2012).
Dampak asidifikasi yang dihasilkan di TPA Benowo masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan penelitian serupa di Yogyakarta dan Bali (Indonesia). Pada
penelitian di Bali dan Yogyakarta (Gunamantha dan Sarto 2010; Gunamantha dan
Sarto, 2012), nilai asidifikasi paling besar 4,88 kg SO2-ekivalen/uf (Bali) dan 0,0428 kg
SO2-ekivalen/uf (Yogyakarta). Sedangkan di negara sedang berkembang lain di Asia
Tenggara, yakni Thailand, pada penelitian serupa, nilai asidifikasi terbesar 2,37 kg SO 2-
ekivalen/ton sampah (Chaya dan Gheewala, 2007).
Dampak Eutrofikasi yang dihasilkan masih cukup besar dibandingkan pnelitian lain.
Nilai eutrofikasi terbesar pada penelitian lain di Indonesia (KARTAMANTUL,
Yogyakarta) masih jauh lebih kecil, yakni 5 ton PO4 ekivalen/uf (Gunamantha dan
Sarto, 2012).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan, dampak GRK dari kondisi eksisting sebesar
191.000 ton CO2 ekivalen/ton sampah, asidifikasi 47,3 ton SO2 ekivalen/ton sampah,
dan eutrofikasi 1.320 ton PO4 ekivalen/ton sampah.
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian ini dibiayai melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ITS
Tahun 2012, Nomor : 0634/023-04.2.16/15/2012 tanggal 9 Desember 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Arena U.,Mastellone M.L.,Perugini F. (2003). “The Environmental Performance of
Alternative Solid Waste Management Options: A Life Cycle Assessment
Study”.Chemical Engineering Journal 96, hal.207-222.
SNI-19-3964-1995 Tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan Komposisi Sampah Perkotaan. Jakarta.
Banar, M., Cokaygil, Z., Ozkan, A.(2009). “Life Cycle Assessment of Solid Waste
Management Options for Eskisehir, Turkey”.Waste Management 29, hal.54-62.
Bjarnadottir HJ.,Gudmundur B.,Fridriksson GB., Johnson T., dan Sletsen
H.(2002).”Guidelines for The Use of LCA in The Waste Management Sector”.
Nordtest Report TR 517.
Chaya W., Gheewala S.H. (2007). “Life Cycle Assessment of MSW-to-Energy
Schemes in Thailand”. Journal of Cleaner Production 15:1463-1468.
Cherubini F.,Bargigli S.,Ulgiati S.(2009).”Life Cycle Assessment (LCA) of Waste
Management Strategies: Landfilling, Sorting Plant and Incineration”.Energy 34,
hal.2116–2123.
Cleary J. (2009). “Life Cycle Assessment of Municipal Solid Waste Management
Systems: A Comparative Analysis of Selected Peer-reviewed Literature”.
Environmental International 35:1256-1266.
Clift R., Doig A., Finnveden G.(2000). “The Application of Life Cycle Assessment to
Integrated Solid Waste Management Part 1-Methodology”. Trans IchemE, vol
78, Part B.
Finnveden G.,Johansson J., Lind P.,Moberg A. (2005).“Life Cycle Assessment of
Energy from Solid Waste-Part 1: General Methodology and Results”. Journal
Clean Production 13: 213-229.
Finnveden G.,Hauschild, Z.,M., Ekvall, T., Guinee, J., Heijungs, R.,Hellweg,
S.,Koehler, A., Pennington, D.,Suh,S. (2009). “Recent Developments in Life
Cycle Assessment”. Journal of Environmental Management 91, hal.1-21.
Gunamantha M.,Sarto.(2010). ”Life Cycle Assessment pada Sistem Pengelolaan
Sampah di Wilayah SARBAGITA, BALI”.Jurnal Purifikasi, Vol.11, No.1:
hal.41-52.
Gunamantha M.,Sarto. (2012). “Life Cycle Assessment of Municipal Solid Waste
Treatment to Energy Option: Case Study of KARTAMANTUL Region,
Yogyakarta”. Renewable Energy 41:277-284.
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
ISBN : 978-602-97491-6-8
D-3-8