Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN II

Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti


Gasal 2019/2020
KELOMPOK 5A
1. Almeira Putri Adefia (082001700005)
2. Ardhian Nur Maajid (082001700008)

Asisten Mahasiswa: Kirana Anggrahita

PADATAN II

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat dan akan berlangsung
dengan percepatan yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak disertai
dengan pertumbuhan wilayah, akan mengakibatkan terjadinya kepadatan
penduduk. Dimana tingkat pertumbuhan penduduk dapat menambah beban berat
bagi kota dalam rangka persiapan infrastruktur baru. Pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat menimbulkan permasalahan yang terus mengiringinya, misalnya
permasalahan sampah kota. Seiring bertambahnya jumlah penduduk juga
meningkatkan kebutuhan dan aktivitas masyrakatnya yang kemudian juga
meningkatkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap
aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Perkembangan kota
yang pesat menyebabkan makin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di
kota tersebut. Demikian juga dengan volume sampah yang diproduksi oleh kota
tersebut, yang berbanding lurus dengan perkembangan dan pertambahan jumlah
penduduk. Salah satu cara untuk pengurangan sampah yaitu dengan membuat
kompos dari sampah organik. Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan
organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa
sederhan dengan bantuan mikroorganisme. Kompos merupakan salah satu penutup
tanah dan akar, serta korektor tanah alami.
Pada kompos tersebut, yang harus diperhatikan adalah pH dan keseimbangan
nutrisi yang berupa senyawa C-Organik dan N-total. Hal ini perlu untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan.
Untuk menentukan dan mengetahui pH, kadar C-Organik dan N-total kompos
tersebut maka dilakukan percobaan ini. Untuk menentukan pH kompos dapat
dilakukan dengan menggunakan pH meter, untuk menentukan kadar C dapat
dilakukan dengan metode Walkey-Black Methode, sedangkan untuk menentukan
kadar N-total digunakan metode titrimetri.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur untuk menentukan pH dan
kadar C-Organik dengan metode Walkey-Black , sedangkan menentukan kadar N-
total dengan metode titrimetri pada suatu sampel kompos sampel yang berasal dari
suatu sumber tertentu.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Sampah merupakan semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang
tidak berbahaya (non hazardous). Sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal
dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industrial, tetapi bukan
biologis) (Setyorini, 2009).
Sampah menurut SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik
Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungin investasi pembangunan.
Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun – daunan,
ranting pohon, kertas/karton, kaca, kain bekas, kaleng – kaleng, dan sebagainya.
Sampah yang sudah diolah dapat dijadikan sebagai pupuk kompos. Kompos
ini mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Di lingkungan
alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses
alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama
kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan
cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan
menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan
diperoleh kompos yang berkualitas baik (Setyorini, 2006).

2.2 C-Organik
Metode yang biasa dipakai untuk penentuan C-Organik adalah metode Walkley and
Black. Metode ini dipakai karena dianggap sederhana, cepat, mudah dikerjakan dan
membutuhkan sedikit peralatan. Tetapi bagaimanapun metode aliran K2Cr2O7
(metode Walkley and Black) memiliki beberapa kelemahan, yaitu adanya gangguan
unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+, dan MnO2 (Nelson dan Sommer, 1982).
C-organik yakni merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-organik juga merupakan
bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang
berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil
atau humus (Supryono dkk, 2009).

2.3 pH Kompos
Derajat keasaman (pH) kompos penting artinya ditinjau baik dari segi kegunaan
dan klasifikasinya. Melalui proses pengomposan pH yanh dituju adalah 6 – 8,5
yaitu kisaran yang umurnya ideal bagi tanaman, namun sampah organik yang akan
dikomposkan dapat saja bersifat sangat asam atau sngat bas. Proses pengomposan
akan menyebabkan pH akhirnya mendekati netral setelah pada awal proses pH
mengalami penurunan karena sejumlah jasas renik tertentu akan mengubah sampah
organik menjadi asama organik (Fatmawati, 2009).
Cara menetapkan kompos terdiri dari dua cara yaitu secara kolorimetri yang
mempergunakan warna dan dengan mempergunakan pH meter (Fatmawati, 2009).

2
2.4 N-Total
Total nitrogen adalah ukuran dari semua bentuk nitrogen yang ditemukan dalam
suatu sampel.asam amonia dan protein secara alami terjadi berupa nitrogen
organik. Perbandingan nitrogen total dalam asam amino bisa dilakukan dengan
metode kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk
penetapan nitroge total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung
nitrogen. Sampel akan didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalis dengan
katalisator yang sesuai sehingga dihasilkan ammonium sulfat. Setelah pembebasan
dengan alkali kuat, ammonia yang terbentuk dipindahkan secara kuantitatif ke
dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini cocok digunakan
secara semi mikro karena jumlah sampel dan pereaksi yang diperlukan sedikit dan
waktu analisa pendek (Fatmawati, 2009).
Analisa protein cara cara kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu (Fatmawati, 2009).
1. Tahapan Destruksi
Tahap destruksi ditandai dengan sampel dipanaskan dalam asam sulfat
pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammoni
(NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkali dan dipanaskan.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampang destilasi yang digunakan asam borat.

2.5 Dampak
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan
dan ketidak seimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun
berserakan dapat menimbulkan kesan kotor dan kumuh, sehingga nilai estetika
pemukiman dan lingkungan di sekitarnya terlihat sangat rendah. Bila di musim
hujan, sampah padat dapat memicu banjir, sedangkan di musim kemarau sampah
akan mudah terbakar. Kebakaran sampah selain menyebabkan pencemaran udara
juga menjadi ancaman bagi pemukiman sekitarnya (Oswari, 2006).
Sampah organic yang berbentuk padat jika membusuk akan mengeluarkan gas
seperti methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Secara global, gas ini merupakan
salah satu penyebab menurunnya kualitas udara karena mempunyai efek rumah
kaca yang menyebabkan peningkatan suhu, dan hujan asam. Sedangkan secara
local, senyawa ini selain berbau tidak sedap / busuk juga dapat menganggu
kesehatan manusia. Selain itu, penumpukan sampah di TPA dapat menyebabkan
meningkatnya gas methan yang dapat menimbulkan ledakan (Zubair, 2012).
Sampah yang berserakan juga dapat menyebabkan pencemaran air. Proses
pencucian sampah padat oleh air hujan merupakan penyebabnya. Selain itu,
sampah sendiri memiliki kandungan air yang mengandung zat – zat kimia
(leachate) yang juga dapat menganggu kesehatan manusia (Zubair, 2012).

2.6 Pengendalian
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat. Sampah yang telah terkumpul
dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah maupun setelah sampai di
TPA. Tujuannya agar sampah dapat dimanfaatkan kembali, sehingga dapat

3
mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai ekonomi dari sampah
(Zubair, 2012).
Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk menghasilkan nilai
tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi jumlah
sampah, salah satunya adalah dengan pola daur ulang (Oswari, 2006).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat Penentuan N Total
Alat yang digunakan pada percobaan N Total adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Alat-Alat Percobaan N Total


No Alat Ukuran Jumlah Gambar

1 Labu Kjedal - 1

2 Labu Ukur - 1

3 Erlenmeyer - 1

4 Buret - 1

5 Heater - 1

4
No Alat Ukuran Jumlah Gambar

6 Corong - 1

7 Anemometer - 1

8 Hygrometer - 1

9 Barometer - 1

3.2 Alat Penentuan C Organik


Alat yang digunakan pada percobaan C Organik adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Alat-Alat Percobaan C Organik

No Alat Ukuran Jumlah Gambar

1 Timbangan Analitik - 1

2 Erlenmeyer - 1

5
No Alat Ukuran Jumlah Gambar

3 Buret - 1

4 Anemometer - 1

5 Hygrometer - 1

6 Barometer - 1

3.1 Alat Penentuan pH


Alat yang digunakan pada percobaan Penentuan pH adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Alat-Alat Percobaan Penentuan pH


No Alat Ukuran Jumlah Gambar

1 Timbangan Analitik - 1

2 pH Meter - 1

6
No Alat Ukuran Jumlah Gambar

3 Erlenmeyer - 1

4 Heater 1

5 Anemometer - 1

6 Hygrometer - 1

7 Barometer - 1

3.4 Bahan N Total


Bahan yang digunakan pada percobaan N Total adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Bahan-Bahan Percobaan N Total


No Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar

1 Sampel Uji - 50 ml

7
No Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar

2 Larutan Sampel - 10 ml

Larutan Indikator
3 - 3 tetes
Phenolptalein

4 NaOH 40 % Secukupnya -

5 H3PO3 4% 25 ml

6 Indikator Campuran - 2 tetes

7 HCL 0,05 N Secukupnya

8
3.5 Bahan C - Organik
Bahan yang digunakan pada percobaan C - Organik adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Bahan-Bahan Percobaan C Organik


No Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar

1 Kompos Kering - 0,025 gr

2 K2Cr2O7 0,167 m 2,5 ml

3 H2SO4 - 5 ml

4 Aquadest - 50 ml

5 H3PO3 - 2,5 ml

6 NAF - 0,5 gr

9
No Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar

7 Feroin - 3 tetes

8 Indikator Difenilamin - 5 tetes -

9 FAS 0,5 m Secukupnya -

3.6 Bahan Penentuan pH


Bahan yang digunakan pada percobaan Penentuan pH adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Bahan-Bahan Percobaan Penentuan pH


No Bahan Konsentrasi Jumlah Gambar

1 Kompos - 10 gr

2 Aquadest - 25 ml

10
IV. CARA KERJA
4.1 N Total
Berikut ini adalah skema diagram N Total
Tambahkan 10 Tambahkan
ml larutan H3PO3 4% 25
Masukkan 50 ml
sampel, 3 tetes ml, 2 tetes ind.
sampel uji
PP, NaOH campuran,
kedalam labu
Secukupnya sampai warna
ukur
pada labu kjedal hijau kemudian
di destilasi

Titrasi dengan
menggunakan
HCL 0,05 N
hingga berwarna
ungu seulas.

Gambar 4.1 Skema Diagram N Total

4.2 C Organik
Berikut ini adalah skema diagram C Organik
Masukkan Diamkan selama
kompos kering 30 menit,
Setelah dingin
0,025gr kedalam kemudian
tambahkan 2,5
Erlenmeyer, 2,5 tambahkan
ml H3PO4 Pekat,
ml K2Cr3O7 aquadest 50 ml
dan 0,5 gr Naf
0,167m, dan 5 diamkan hingga
ml H2SO4 Pekat dingin

Titrasi dengan
Setelah itu
menggunakan
tambahkan 3
FAS 0,5 M
tetes feroin, dan
hingga berwarna
5 tetes indicator
merah bata.
difenilamin

Gambar 4.2 Diagram Komposisi Sampah

11
4.3 Pengukuran pH
Berikut ini adalah skema diagram pengukuran pH
Tambahkan 25
ml aquadst,
kemudian kocok
Timbang 10 gr selama 30 menit Ukur dengan pH
sampel kompos dengan mesin meter
pengocok,
diamkan
sebentar

Gambar 4.3 Skema Diagram Kadar Air

V. HASIL PENGAMATAN
Setelah dilakukan praktikum laboratorium Lingkungan II tentang percobaan
padatan II yaitu di Laboratorium Lingkungan, Gedung K, Universitas Trisakti,
didapatkan data-data sebagai berikut:

5.1 Lokasi Penelitian


Lokasi sampling : Laboratorium Lingkungan, Gedung K
Titik koordinat : 6o10’5”S 106o47’23”E
Hari/Tanggal : Selasa, 26 November 2019

5.2 Hasil Meteorologi


Berikut ini adalah data hasil meteorologi Padatan II adalah:

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Meteorologi


No Nama Alat Hasil Gambar
1. Barometer • Kecepatan Udara:
1,95 m/s
• Arah angin:
Timur ke Barat

2. Anemomeer • Tekanan Udara:


776 mmHg.

3. Hygrometer • Kelembapan Udara:


75% RH
• Suhu: 28,4 0C atau
301,55 K

12
5.3 Data Hasil Pengamatan Kelompok 5
Berikut ini adalah data hasil pengamatan kelompok 5 :

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Kelompok 5


No Percobaan Keterangan Gambar
1. N - Total • Hasil destilat
setelah didestilasi
menghasilkan
warna hijau seulas
dan bervolume ±
Sebelum di Titrasi
30 mL.
• Setelah dititrasi
menghasilkan
warna ungu seulas

Setelah di Titrasi
2 C - Organik • Hasil C organik
setelah di titrasi
menghasilkan
merah bata.
• Volume titrasi :
Sebelum di Titrasi
155 ml

Kel 5A

Setelah di Titrasi

VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN


6.1 Rumus-Rumus

6.1.1 N Total

FP x ml HCL ( Hasil Titrasi)x BMN x 0,02 N


Kadar N − Total = x 100%
Berat Sampel

Keterangan :
ml titrasi HCl sampel : volume HCl yang terpakai untuk titrasi

13
N HCl : nilai normalitas dari HCl yaitu 1,5
Berat sampel : massa dari kompos

6.1.2 C Organik

(S − B) x Mfas x 12
C − organik = x 100%
gram kompos x 4000

Keterangan :
B : Volume titran untuk blanko (ml)
S : Volume titran untuk sampel (ml)
MFAS : Konsentrasi FAS (M)

6.2 Perhitungan

6.2.1 N Total
FP x ml HCL ( Hasil Titrasi )x BMN x 0,02 N
Kadar N − Total = x 100%
Berat Sampel
50
x 1,5 x 14 x 0,02
Kadar N − Total = 50 x 100%
0,5
Kadar N − Total = 0,84 %

6.2.2 C Organik
(S − B) x Mfas x 12
C − organik = x 100%
gram kompos x 4000
(0,025g − 155ml) x 0,0025 x 12
C − organik = x 100%
0,025 x 4000
C − organik = 1,275%

VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan Padatan 1 pengambilan sampel meteologi dilakukan di
Laboratorium Lingkungan, Kampus A, Universitas Trisakti. Berdasarkan
pengamatan meteorologi didapatkan cuaca dalam kondisi cerah dengan arah angin
timur ke barat, suhu 28,40C atau 301,55 K, kelembapan udara sebesar 75 %RH,
kecepatan angin 1,95 m/s, dan tekanan udara sebesar 775 mmHg. Titik koordinat
lokasi pengambilan sampel berada di 6o10’5”S 106o47’23”E.
Tingkat keasaman atau pH merupakan salah satu faktor kritis bagi
pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan.
Pengamatan pH ini berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos.
Mikroba akan bekerja pada keadaan pH netral hingga sedikit asam (6 – 8,5). Pada
tahap dekomposisi, akan terbentuk asam – asam organik sehingga menyebabkan pH
turun. Tahap selanjutnya adalah perubahan asam organik akan dimanfaatkan
kembali oleh mikroba lain, sehingga pH akan kembali netral dan kompos menjadi
matang. pH yang didapatkan oleh kelompok 5 setelah dilakukan pengocokan
dengan magnet selama 30 menit adalah 6,5 yang artinya tingkat keasaman sudah
memasuki fase pematangan kompos.
Kandungan bahan organik yang terdapat dalam bahan kompos berhubungan
dengan kandungan karbon (C). Bahan organik yang terkandung dalam bahan
kompos akan dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai nutrisi pertumbuhan.

14
Kandungan karbon organik merupakan indicator telah terjadinya proses
dekomposisi dalam pengomposan dan kematangan kompos. Dalam proses
dekomposisi, karbon akan digunakan sebagai sumber energi untuk menyusun bahan
selular sel – sel mikroba dengan membebaskan CO2 dan bahan lain yang menguap.
Dalam proses dekomposisi, bahan organik C banyak hilang oleh respirasi mikroba
tanah. Berdasarkan kandungan nilai C semakin rendah, maka proses
dekomposisinya semakin cepat karena C dalam bahan organik sebagian akan
digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme sebagian lagi dilepaskan
menjadi gas CO2. Selain itu, nilai C organik rendah menunjukkan bahwa
mikroorganisme yang bekerja lebih banyak.
Hasil yang didapatkan oleh kelompok 5 adalah kadar C organik dalam sampel
kompos yang digunakan sebesar 1,28%. Menurut penelitian Musthofa (2007)
kandungan bahan organik dalam bentuk C organik di tanah harus dipertahankan
tidak kurang dari 2%, hal ini dikarenakan agar kandungan bahan organik dalam
tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi. Maka
apabila dibandingkan antara teori dan hasil percobaan, nilai C organik pada sampel
kompos kurang dari 2% yang artinya proses dekomposisi semakin cepat karena
mikroorganisme yang bekerja lebih banyak.
Kadar N total berhubungan dengan kadar C kompos. Kedua kandungan
tersebut akan menentukan C/N rasio kompos. N total dalam kompos diperoleh dari
hasil degradasi bahan organik komposan oleh mikroorganisme dan organisme yang
mendegradasi bahan kompos. Tersedianya nitrogen dalam jumlah yang tinggi
karena terjadi proses dekomposisi yang lebih sempurna, sedangkan nitrogen rendah
disebabkan bahan baku kompos yang mengandung nitrogen rendah dan
kemungkinan banyak menguap karena pengemasan yang kurang baik. Organisme
yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N)
dalam jumlah yang besar. Nitrogen akan Bersatu dengan mikroba selama proses
penghancuran material organik.
Setelah dilakukan percobaan dengan 3 tahapan utama (destruksi, destilasi, dan
titrasi) didapatkan nilai N total pada sampel kompos kelompok 5 ada;ah 0,84%.
Maka hal ini sesuai dengan teori, bahwa semakin besar C organik semakin banyak
mikrooganisme yang bekerja sehingga membutuhkan N lebih banyak yang
menyebabkan nilai N total menurun.

VIII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan dan perhitungan Padatan II (n
total, c organik dan pengukuran pH) adalah sebagai berikut :
1. Data meteorologi yang didapatkan saat pengambilan sampel adalah cuaca dalam
kondisi cerah dengan arah angin timur ke barat, suhu 28,40C atau 301,55,
kelembapan udara sebesar 75 %RH, kecepatan angin 1,95 m/s, dan tekanan
udara sebesar 776 mmHg.
2. Nilai kadar N Total pada kelompok 5 adalah 0,84 % yang berarti bahwa semakin
besar C organik semakin banyak mikrooganisme yang bekerja sehingga
membutuhkan N lebih banyak yang menyebabkan nilai N total menurun. .
3. Nilai kadar C Organik adalah 1,275%
4. Dalam kandungan nilai C semakin rendah, maka proses dekomposisinya
semakin cepat karena C dalam bahan organik sebagian akan digunakan sebagai
sumber energi mikroorganisme sebagian lagi dilepaskan menjadi gas CO2

15
5. Perbandingan teori dan hasil percobaan, nilai C organik pada sampel kompos
kurang dari 2% yang artinya proses dekomposisi semakin cepat karena
mikroorganisme yang bekerja lebih banyak

16
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati. 2009. Percobaan Metode Kjeldahl. Jakatra.
Nelson, D. E., and L. E. Sommers. 1982. Total Carbon, Organic Carbon, and Organic
Matter. In Chemical and Microbiologycal Properties. ASA-SSSA. Madison.
Oswari, E. 2006. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit FKUI.
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea Kosman., 2006. Kompos, dalam Pupuk Organik
dan Hayati. BBSDLP-Badan Litbang Pertanian,
SNI 19-2454-1991. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan.
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan Tanah
Pada 3 Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, DIY). Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57
Zubair, A. 2012. Studi Potensi Daur Ulang Sampah Di TPA Tamangapa Kota
Makassar. Prosiding Fak. Teknik Jurusan Teknik Sipil. Unhas. Makassar. Vol.6.
TS2-(1-10).

17
LAMPIRAN

Keterangan :
P : area parkir
: titik sampling

18

Anda mungkin juga menyukai