Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN SAMPAH

Anggota :
1. Ayu Rahmawati (10020002)
2. Firliansah Darmawan (10020007)
3. Silvira Tri Damayanti (10020018)
4. Tiara Amelia Lestari (10020021)

Dosen Pembimbing
Zairinayati, M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN 2020/2022
MODUL I
PRAKTIKUM ANALISIS KOMPOSISI SAMPAH

A. Judul Praktikum
Analisis komposisi sampah

B. Hari/Tanggal
Selasa, 12 April 2022

C. Tujuan Praktikum

1. Mampu memahami dan menyebutkan definisi komposisi, densitas, kadar air dan volatil
sampah.
2. Mampu menentukan komposisi sampah
3. Mampu menentukan densitas sampah
4. Mampu menentukan kadar air sampah
5. Mampu menentukan kadar volatil sampah
D. Dasar Teori
Sampah adalah semua material yang di buang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,
industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat
perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous
(Departemen Kehutanan,2004).
Akibat adanya sampah yang tidak terkelola dengan baik antara lain tempat berkembang
dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber  polusi dan pencemaran tanah, air dan
udara, sebab sampah menghasilkan cairan lindi (leachate) dan bau busuk yang ditimbulkan
akibat dari proses dekomposisi yang menghasilkan gas CO, methan dan sebagainya dan
apabila sampah merupakan sampah anorganik yang menyebabkan tanah tidak dapatdiolah,
pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan banjir dan merupakan sumber dan tempat
hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan(Mirmanto, 2005).
1. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat dalam
buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (%)(Azkha, 2006).
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Sampah Organik 
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,
daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapatdiolah lebih lanjut menjadi kompos
(Departemen Kehutanan, 2004).
Sampah organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola
dengan prosedur yang benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami
pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan
organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan
lainyang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya
relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah
ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi
secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik
(Wikipedia, 2010).
b) Sampah Anorganik
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botoldan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku
dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Di negara-negara berkembang
komposisi sampah terbanyak adalahsampah organik, sebesar 60 ± 70%, dan sampah
anorganik sebesar ± 30%(Departemen Kehutanan, 2004).
2. Densitas Sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas sampah akan
berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap penimbulan hingga
pembuangan akhir. Densitas sampah yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak
pengelola samapah kota adalah densitassampah pada kontainer penyimpanan sementara
(karena hal ini akan menentukan berapa banyak kendaraan angkut yang diperlukan
untuk mengumpulkan sampah pada suatu area tertentu) dan densitas pada lahan
urug(yang menentukan jumlah ruang yang diperlukan sebagai tempat pembuangan akhir
sehingga umur lahan urug dapat ditentukan) (Ardan, 2008).
3. Kadar Air Sampah
Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi
pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh komposisi sampah
yang dikandungnya (Azkha, 2006). Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran
dapat berlangsungefektif dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga
tergantung pada besarnya kadar air sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi
yang diperlukan untuk pengeringan dan pembakaran juga tinggi. Selain tergantung pada kadar air
sampah, besarnya energi yang diperlukan jugatergantung pada kandungan energi sampah.
Efektifitas pengeringan dan pembakaran ditentukan oleh empat hal, yaitu (Soewedo
Hadiwiyoto, 1983 Dalam Mirmanto, 2005) :
a) Kecepatan dispersi uap dari sampah. 
b) Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yangdiperlukan.
c) Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas.
d) Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang ataudigiling), berarti
permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yangmenguap lebih cepat.
4. Kadar Volatil Sampah
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar
efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran
berteknologi tinggi (Incenerator ). Kadar abu merupakansisa proses pembakaran pada suhu
tinggi. Dengan penentuan kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran
tersebut (Azkha, 2006). Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila
dipanaskan padasuhu 600 dan dikonversi menjadi CO Materi volatil pada sampah
diukur dengan membakar sampel sampah kering pada temperatur 600 dimana bagian
volatil sampah akan terpijar dan menguap (Ruslinda, 2006).Data pengukuran kadar
volatile ini juga diperlukan untuk merencanakan teknologi pembakaran sampah untuk
menentukan apakah sampah dapat terbakar dengan sendirinya atau memerlukan bahan
bakar bantu sepertiminyak dan gas untuk membuatnya terbakar seluruhnya (Ruslinda,
2006).

E. Prosedur
1. Alat dan Bahan
a. gelas beaker
b. oven
c. cawan krus porselin
d. neraca analitik
e. timbangan.
f. sampahorganik (sampah daun dan sampah kulit buah)
g. sampah anorganik (sampah kertas, sampah plastik makanan dan sampah plastik
kresek).

2. Cara Kerja
a. Penentuan Komposisi Sampah
1) Mengucapkan basmalah
2) Menimbang berat sampah secara keseluruhan.
3) Memilah-milah sampah sesuai komponennya (organik dan anorganik).
4) Menimbang berat sampah yang sudah dipisahkan berdasarkankomponen masing-
masing.
5) Menghitung persentase komposisi masing-masing sampah tersebut.
6) Mengakahiri dengan hamdalah
b. Penentuan Densitas Sampah
1) Menyiapkan sampel sampah.
2) Menimbang berat kosong gelas beaker volume 600 ml.
3) Mengaduk sampah dan memasukkan sampah ke dalam gelas beaker tanpa
pemadatan hingga memenuhi wadah.
4) Memadatkan sampah dalam gelas beaker dan mengukur volumenya(dalam satuan
liter).
5) Menimbang berat sampah.
6) Menghitung besarnya densitas sampah.

c. Penentuan Kadar Air Sampah


1) Mencampur kembali sampah dari penentuan komposisi.
2) Membagi sampah menjadi 4 bagian dan mengambil masing-masing 1sekop dari tiap
bagiannya.
3) Mencampur bagian yang terpisah dan mengambil kira-kira 500 gr.
4) Menimbang cawan petri kosong yang sudah di oven.
5) Memasukkan sampel sampah dan menimbang berat sampel sampah.
6) Memasukkan cawan tersebut dalam oven selama 15 menit.
7) Mengeluarkan cawan dan membiarkannya agak dingin.
8) Menimbang berat sampel yang sudah di oven beserta cawan petri.
9) Menghitung kadar air sampah.

d. Penentuan Kadar Volatil (Tingkat Penguapan) Sampah


o Menggerus sampel sampah kering hasil penetapan kadar air.

o Menimbang cawan yang sudah dipanaskan selama 1 jam dalam oven 6000C dan
mencatatnya.

o Menimbang sampel kering dan halus 2 gram dalam cawan uap/krus dan mencatat

o Memasukkan cawan ke dalam oven 6000C selama 1 jam lebih untuk pencapaian
temperatur 6000C.

o Mematikan oven, membiarkan temperatur oven turun, mengeluarkancawan,


membiarkan dingin dan menimbang cawan kembali (b gr).

3. Hasil dan Pembahasan


a. Penentuan Komposisi Sampah
% Sampah Organik = Berat sampah organik
Berat sampah keseluruhan x 100%
% Sampah Anorganik = Berat sampah anorganik
Berat sampah keseluruhan x 100%
Jawab ;
Diketahui :
Berat sampah keseluruhan = 131, 405 gr = 0,1314 kg
Berat sampah organik = 129,448 gr = 0,1294 kg
Berat sampah anorganik = 98,774 gr = 0,0987 kg
Ditanya :

1. % Sampah Organik
Jawab :
Berat sampah organik (0,1294)
¿ x 100 %
Berat sampah keseluruhan(0,1314)

= 98,47%

2. % Sampah Anorganik
Berat sampah anorganik (0,0987)
¿ x 100 %
Berat sampah keseluruhan(0,1314)

= 75,11%
b. Penentuan densitas sampah
Berat sampah (kg)
Volume sampah (liter)

Diketahui :
Volume sampah = 300 ml = 0,3 liter
Berat gelas beaker = 97,061 gr
Berat sampah + gelas beaker = 131,405 gr
Berat sampel = 131,405 – 97,061 = 34,334 gr = 0,0343 kg
Ditanya : Densitas Sampah?
= 0,0343 kg
0,3 liter
= 0,1143 kg/l

c. Penentuan Kadar Air Sampah


Berat cawan isi ( a ) −berat cawan isi( b)
% Kadar Air = x 100 %
Berat cawanisi ( a )−berat cawan kosong

Diketahui :
Berat cawan kosong = 90,110 gr
Berat cawan sebelum di oven (a) = 179,603 gr
Berat cawan setelah di oven (b) = 140,360 gr
Di tanya : berapa % kadar air sampah?
Jawab :
= 179,603- 140,360
179,603- 90,110 x 100%
= 39,243
89,443 x 100%
= 43,85%
% Kadar Kering = (100% - %kadar air)
= (100% - 43,85%)
= 56,15%
d Penentuan Kadar Volatil Sampah
Berat cawan isi ( a ) −berat cawan isi( b)
% kadar volatil = x 100 %
Berat cawanisi ( a )−berat cawan kosong

Diketahui :
Berat cawan kosong = 50,677 gr
Berat cawan sebelum di oven (a) = 71,606 gr
Berat cawan setelah di oven (b) = 69,592 gr
Ditanya : % Kadar Volatil Sampah?
Jawab :
71,606 gr −69,592 gr
% Kadar Volatil = x 100 %
71,606 gr −50,677 gr
2,014 gr
¿ x 100 %
20,929 gr

= 9,62 %

% Kadar Abu = (100% - % Kadar Volatil)


= (100% - 9,62%)
= 90,38 %

4.Kesimpulan

1. Analisis komposisi sampah, adalah kegiatan yang menyatakan komponen- komponen yang
terdapat pada sampah, biasanya dinyatakan dengan % berat. Agar kita dapat mengetahui
komposisi sampah berdasarkan komponennya.

2. Densitas sampah, berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram dibandingkan dengan
volume sampah yang diukur. Pemilihan sarana pewadahan sampah mempertimbangkan :
a. Volume sampah
b. Jenis sampah
c. Penempatan
d. Jadwal pengumpulan
e. Jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan.

3. Kadar air sampah, Analisis kadar air ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan
air yang terdapat pada setiap komponen sampah. Semakin tinggi kadar air di dalam sampah,
maka semakin banyak pula energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air tersebut dan kalor
yang dihasilkan dalam pembakaran juga akan semakin rendah

4. Kadar volatile sampah, Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan
seberapa besar efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran
berteknologi tinggi (Incenerator ). Data pengukuran kadar volatile ini juga diperlukan untuk
merencanakan teknologi pembakaran sampah untuk menentukan apakah sampah dapat
terbakar dengan sendirinya atau memerlukan bahan bakar bantu seperti minyak dan gas untuk
membuatnya terbakar seluruhnya (Ruslinda, 2006).
Daftar Pustaka

Ardan, S. 2008. Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik. http://ardan sirosujjdin.wordpress.com

Azkha, N. 2006. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di Kota Padang
.http://www.jurnalkesmas.com/index.pHp/kesmas/article/view/17/12.
Departemen Kehutanan. 2004. Sampah Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam\http://www.depHut.go.id/
/Standardisas & Lingkunga N_Kehutanan/info 5 1 0604/isi 4. Mirmanto. 2005.
MODUL II
PRAKTIKUM PEMBUATAN KOMPOS

A. Judul Praktikum
Pembuatan kompos

B. Hari/Tanggal
Jum’at, 22 April 2022
C. Tujuan Praktikum
1. Mampu memahami dan menyebutkan definisi kompos, manfaat kompos, karakteristik
kompos yang baik.
2. Mampu membuat kompos skala kecil dari sampah rumah tangga.
D. Dasar Teori
Pupuk Kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari
proses pembusukan sisa-sisa bahan organi (tanaman maupun hewan). Proses
pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang
pada kondisi lingkungan tertentu. (Yuwono, 2008). Proses ini disebut juga dekomposisi
atau penguraian. Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya
humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi lingkungan, Kompos dapat
dipercepat proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90 hari. Waktu ini
melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh karena tu, kompos selalu
tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun-tahun lamanya.
1. Metode Pembuatan Kompos Skala Rumah Tangga Terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan untuk membuat kompos skala rumah /tangga. Metode yang mana
yang akan digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masingmasing, baik dari
segi biaya, kemudahan maupun ketersediaan tenaga dan lahan. Di bawah ini
diberikan beberapa metode pembuatan kompos dari sampah rumah tangga yang telah
penulis bedakan berdasarkan kondisi luasan lahan yang dimiliki. Terdapat beberapa
metode pengomposan yang telah dikembangkan dengan memanfaatkan bahanbahan
bekas atau bahan baru yang dapat digunakan sebagai komposter, salah satu metode
yang sudah cukup terkenal adalah metode ”Keranjang Takakura”. Keranjang kompos
Takakura merupakan satu metode pengomposan hasil penelitian seorang ahli
bernama Mr. Koji Takakura dari Jepang. Pada awalnya Mr. Takakura melakukan
penelitian di Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampahorganik yang cocok
selama kurang lebih setahun. Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan
proses pengomposan aerob, dimana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam
proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos.
Pembuatan kompos dengan keranjang Takakura ini cocok untuk rumah tangga yang
beranggotakan keluarga 4-7 orang karena berukuran sekitar 40 cm x 25 cm x 70 cm.
Sampah rumah tangga yang diolah di keranjang ini maksimal 1.5 kg/hari.

2. Cara Untuk Mencacah/Memotong Sampah Organik

1. Pakai alas banner/plastik yang lebar


2. Balok untuk alas pencacah
3. Pisau/golok yang tajam
4. Hasil cacahan dicampur dengan stater sampai rata
E.Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat dan Bahan Bahan untuk Pengomposan dengan metode Takakura

a. Sekam
b. Mikroorganisme Cair
c. Kompos Sampah Organik
d. Keranjang Plastik Bertutup
e. Jarum Jahit
f. Benang Nilon
g. Jaring
h. Gunting
i. Kertas Kardus
j. Termometer
k. Kain Stocking
l. Sprayer m.Bak Plastik n. Air PDAM dan sendok semen/cetok.

2. Tahap Kerja Metode Takakura

a. Sediakan keranjang plastik yang kanan kirinya berlubang-lubang. Lebih praktis


pakai keranjang untuk pakaian kotor yang memang sudah ada lubangnya. Bisa
juga pakai kaleng ember cat yang sekelilingnya dilubangi secara merata dengan
paku. Lubang ini sangat penting agar angin leluasa keluar masuk.

b. Sekeliling bagian dalam keranjang dilapisi dengan kardus. Tujuannya supaya


sampah tidak tumpah.

c. Bagian bawah dilapisi dengan sekam yang dibungkus dengan kain kasa sehingga
tidak bercampur dengan sampah.
d. Di atas sekam ditimbun kompos sampai minimal setengah dari tinggi keranjang
tersebut atau istilahnya starter

e. Tutup kembali dengan bantalan sekam serta dilapisi kain hitam, lalu tutup
dengan tutup keranjang plastik.

f. Saat memasukkan sampah, tinggal membuka tutup keranjang, mengambil kain


dan bantalan sekam bagian atas. Sampah pertama di adukaduk dengan kompos
pakai sekop, selanjutnya keranjang ditutup. Ketika ditutup, proses pengomposan
sedang berjalan.

g. Demikian seterusnya saat memasukkan sampah, lakukan hal serupa.


h. Satu keluarga misalnya berisi 7 orang, dengan keranjang setinggi 40 cm x 38 cm x
27 cm, maka keranjang tersebut baru penuh setelah sekitar 2 bulan.

F. Kesimpulan

Dengan menggunakan metode takakura sampah organic dapat dimanfaatkan sebagai


kompos. Metode ini juga tidak memerlukan lahan yang luas dan kapasitasnya cocok
dengan volume sampah domestik rumah tangga. Untuk keranjangnya, boleh
menggunakan keranjang bekas ataupun keranjang baru.
G.Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai