PENDAHULUAN
Tujuan praktikum kadar air sampah adalah untuk mengetahui kadar air sampel
sampah tertentu.
Tujuan percobaan kadar volatil sampah adalah untuk mengetahui kadar abu yang
dikandung sampel sampah tertentu.
Tujuan percobaan kadar abu sampah adalah untuk mengetahui kadar abu yang
dikandung sampel sampah tertentu.
Metode yang digunakan pada pratikum proximate analysis ini adalah metode
Gravimetri yaitu dengan penimbangan berat.
Prinsip percobaan pada praktikum kadar air sampah adalah sampah dipanaskan
dalam kondisi tanpa supply udara agar hanya air yang terkandung didalamnya
dapat menguap.
Prinsip percobaan pada praktikum kadar volatil sampah sampah dipanaskan dalam
kondisi tanpa supply udara pada temperatur dimana bagian volatil sampah akan
menguap.
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
1.3.3 Kadar Abu Sampah
Prinsip percobaan praktikum kali ini adalah sampah dipanaskan dengan supply
udara luar pada temperatur dimana bagian fixed carbon sampah akan
terbakar/teroksidasi dan menguap, serta tersisa residu berupa abu.
2.2 Teori
2.2.1 Umum
Sampah merupakan sisa buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair maupun gas yang dibuang karena tidak
dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi (Dewilda dkk, 2013). Sampah merupakan
masalah lingkungan yang belum dapat ditangani dengan baik, terutama pada
negara berkembang. Permasalahan sampah juga terus meningkat dikarenakan
jumlah sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kemampuan pengelolaan
sampah. Hal ini yang menjadi perhatian pemerintah untuk mengurangi
permasalahan sampah agar kerusakan terhadap lingkungan dapat dikurangi
(Hidayah, 2018).
Jenis sampah yang ada disekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa
sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit,
sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi, kantor, sekolah, dan
sebagainya (Istiqomah, 2018).
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi
(Istiqomah, 2018):
a. Sampah organik;
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat digradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah,
daun, dan ranting termasuk sampah organik.
b. Sampah anorganik.
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besaran organik tidak dapat diurai oleh
alam atau mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable) sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
kaleng.
Komposisi sampah berdasarkan sifat biologis dan kimianya, antara lain sebagai
sebagai berikut (Taufiqurrahman, 2016):
1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah
kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain;
2. Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,
logam, kaca, dan sebagainya;
3. Sampah yang berupa debu dan abu;
4. Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau fisis yang berbahaya.
Karakteristik sampah berdasarkan sifat terdiri dari dua macam, yaitu karakteristik
fisika dan karakteristik kimia (Hidayah, 2018):
a. Karakteristik kimia
Karakteristik kimia dapat diketahui melalui analisis laboratorium. Karakteristik
kimia sampah antara lain:
1. Serabut alami (natural fibers);
Serabut alami merupakan produk alami yang mengandung selulosa dan
lignin yang relatif rentan terhadap proses penguraian. Serabut alami tersebut
sering ditemukan pada produk kertas, makanan, dan sampah taman.
2. Material organik buatan (synthetic organic materials);
Plastik merupakan bahan buatan yang memiliki ketahanan yang tinggi untuk
diurai. Dengan demikian, perlu diberikan perhatian lebih untuk mereduksi
plastik di tempat pembuangan.
3. Nilai kalori;
Nilai kalor ditetapkan melalui percobaan menggunakan tes bom kilometer.
Panas dibangkitkan pada temperatur konstan 25°C dari pembakaran sampel
kering. Nilai panas cukup penting pada evaluasi proses pembakaran melalui
cara recovery energy atau pembuangan (disposal).
4. Lemak (lipids);
Sumber lipids pada sampah biasanya berasal dari minyak dan lemak proses
memasak. Lipids memiliki nilai kalor 38.000 kJ/kg. Nilai kalor tersebut
membuat sampah dengan nilai lipids yang tinggi dapat digunakan untuk
recovery energi, tetapi sulit untuk dimanfaatkan menjadi kompos.
5. Karbohidrat;
Karbohidrat biasanya berasal dari sumber makanan pada kanji dan selulosa.
Adanya karbohidrat pada sampah dapat dimanfaatkan menjadi stanol
sebagai bahan bakar. Karbohidrat siap diurai menjadi karbon dioksisa, air,
dan metana.
6. Protein;
Sampah organik biasanya mengandung protein. Protein merupakan senyawa
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan asam organik
Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi
pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh
komposisi sampah yang dikandungnya. Kadar air ditentukan dengan cara
menghitung kehilangan berat sampel sampah apabila dipanaskan pada suhu dan
waktu standar (suhu 105°C selama 1 jam). Kadar air menunjukkan kandungan air
yang ada dalam sampah. Dalam pengukuran kadar air sampah, metode yang biasa
digunakan adalah metode pengukuran berat basah dan berat kering. Metode
pengukuran berat basah menyatakan kandungan air sampah sebagai persentase
berat basah material, sedangkan metode pengukuran berat kering menyatakan
kandungan air sampah sebagai persentase berat kering material (Bahri, 2015).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik ataupun mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisa-sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur
yang juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak,
karena itulah disebut sebagai kadar abu (Sine, 2018).
Peraturan terkait mengenai kadar air, kadar volatil dan kadar abu sampah menurut
SNI 19-7030-2004, untuk standar pengomposan, sampah yang akan dijadikan
kompos memiliki kadar air maksimal 50%. Sedangkan untuk karbon pada kadar
abu adalah minimal 9,8% dan maksimal 32% (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
28).
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pengurangan,
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan. Adapun teknik pengolahan
sampah adalah sebagai berikut (Istiqomah, 2016):
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar air sampah adalah:
1. Sampel sampah;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Desikator;
5. Oven 1050C;
6. Lumpang Alu;
7. Penjepit (tang krus);
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar volatil sampah adalah:
1. Sampel sampah yang kering;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Furnace;
5. Penjepit (tang krus).
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar abu sampah adalah:
1. Sampel sampah yang kering dan halus;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Furnace;
5. Inlet dan Outlet ports;
6. Gas hasil pembakaran harus diventilasikan dari laboratorium;
7. Penjepit (tang krus).
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
3.2 Cara Kerja
3.3 Rumus
%Kadar Air =
%Kadar Volatil =
%Kadar Abu =
5.1 Kesimpulan
Praktikum kadar air, kadar volatil dan kadar abu ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut SNI nomor 19-7030-2004 mengenai standar kualitas dari kompos
kadar air maksimum yang diperbolehkan kecil dari 50 %, pada sampel kadar
air sebesar 18,71% yang berarti kadar air memenuhi baku mutu;
2. Perhitungan dari percobaan nilai kadar volatil sampah didapatkan sebesar
50,4%. Menurut SNI nomor 19-7030-2004 kadar volatil maksimal 27%,
sampel contoh ini cocok dilakukan pengolahan berupa pengomposan;
3. Kadar abu sampah yang dipanaskan diperoleh sebesar 7,7 menurut SNI nomor
19-7030-2004 kadar abu sampah maksimum sebesar 32%, maka kandungan
kadar abu sampah masih memenuhi baku mutu;
4. Kadar fixed carbon didapatkan sebesar 23,55% dan menurut SNI nomr 19-
7010-2004 kadar fixer carbon sampah maksimum adalah 32%, maka hasil
yang didapatkan saat pratikum melebihi baku mutu yang ditetapkan;
5. Pengolahan yang dapat dilakukan pada sampel tersebut adalah dengan cara
pengomposan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini
adalah:
1. Praktikan selanjutnya diharapakan agar melakukan percobaan dengan teliti
dan cermat, pelajari terlebih dahulu alat, bahan dan prosedur percobaan
sebelum praktikum dilakukan;
2. Masyarakat sebaiknya membuang sampah dengan melakukan pemisahkan
sampah sesuai dengan jenisnya, seperti pemisahan antara sampah organik dan
anorganik agar pada saat pengolahannya lebih mudah;
3. Pemerintah diharapkan agar mensosialisasikan mengenai pengolahan sampah
kepada masyarakat awam serta terus mencanangkan pengolahan sampah
organik dengan kompos di Indonesia, tidak hanya itu pihak Kantor Camat
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
dapat memilah samph sesuai jenisnya sehingga mudah dilakukan pengolahan
lebih lanjut;
4. Sarjana Teknik Lingkungan dapat melakukan penelitian menganai kadar air,
kadar abu, kadar volatile dan fixed carbon dengan benar sehingga
mempermudah pengolahan sampah tersebut.
Bahri, Rizal, dkk.,. 2015. Laporan Praktikum Penyehatan Tanah Dan Pengolahan
Sampah–B “Menghitung Kadar Air Dan Kadar Volatil Sampah”.
Kementerian Kesehatan RI.
Dewilda, Yommi dkk. 2013. Studi Timbulan, Komposisi, Dan Potensi Daur
Ulang Sampah Kawasan Pt Semen Padang. Laboratorium Buangan Padat,
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas.
Hidayah, Syarifatul. 2018. Potensi Daur Ulang Sampah Organik dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga di
Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
Jaspi, Khalika dkk. 2015. Studi Timbulan Komposisi Dan Karakteristik Sampah
Domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jom FTEKNIK Volume 2
No. 1. Universitas Riau.