Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1.1.1 Kadar Air Sampah

Tujuan praktikum kadar air sampah adalah untuk mengetahui kadar air sampel
sampah tertentu.

1.1.2 Kadar Volatil Sampah

Tujuan percobaan kadar volatil sampah adalah untuk mengetahui kadar abu yang
dikandung sampel sampah tertentu.

1.1.3 Kadar Abu Sampah

Tujuan percobaan kadar abu sampah adalah untuk mengetahui kadar abu yang
dikandung sampel sampah tertentu.

1.2 Metode Percobaan

Metode yang digunakan pada pratikum proximate analysis ini adalah metode
Gravimetri yaitu dengan penimbangan berat.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Kadar Air Sampah

Prinsip percobaan pada praktikum kadar air sampah adalah sampah dipanaskan
dalam kondisi tanpa supply udara agar hanya air yang terkandung didalamnya
dapat menguap.

1.3.2 Kadar Volatil Sampah

Prinsip percobaan pada praktikum kadar volatil sampah sampah dipanaskan dalam
kondisi tanpa supply udara pada temperatur dimana bagian volatil sampah akan
menguap.
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
1.3.3 Kadar Abu Sampah

Prinsip percobaan praktikum kali ini adalah sampah dipanaskan dengan supply
udara luar pada temperatur dimana bagian fixed carbon sampah akan
terbakar/teroksidasi dan menguap, serta tersisa residu berupa abu.

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Pratikum proximate analysis menggunakan sampel sampah yang diambil di


Rumah Makan Pondok Baselo, Kapalo Koto, Limau Manis, Kecamatan Pauh,
Kota Padang pada hari Jum’at tanggal 03 Maret 2023 pukul 10.58 WIB. Lokasi
pengambilan sampel berada pada 0°53’35” Lintang Selatan dan 100°26’8” Bujur
Timur, ketinggian pada saat pengambilan sampel adalah 106 meter di atas
permukaan laut dan keadaan cuaca cerah berawan dengan suhu 26ºC serta sampel
sampah banyak mengandung sampah organik.

2.2 Teori

2.2.1 Umum

Sampah merupakan sisa buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair maupun gas yang dibuang karena tidak
dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi (Dewilda dkk, 2013). Sampah merupakan
masalah lingkungan yang belum dapat ditangani dengan baik, terutama pada
negara berkembang. Permasalahan sampah juga terus meningkat dikarenakan
jumlah sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kemampuan pengelolaan
sampah. Hal ini yang menjadi perhatian pemerintah untuk mengurangi
permasalahan sampah agar kerusakan terhadap lingkungan dapat dikurangi
(Hidayah, 2018).

2.2.2 Klasifikasi Sampah

Jenis sampah yang ada disekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa
sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit,
sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi, kantor, sekolah, dan
sebagainya (Istiqomah, 2018).
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi
(Istiqomah, 2018):
a. Sampah organik;
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat digradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah,
daun, dan ranting termasuk sampah organik.
b. Sampah anorganik.
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan
bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besaran organik tidak dapat diurai oleh
alam atau mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable) sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
kaleng.

2.2.3 Komposisi Sampah

Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen


yang terdapat pada buangan padat dan distribusinya, biasanya dinyatakan dalam
persentase berat (%berat). Komposisi sampah dikelompokkan atas sampah
organik (sisa makanan, kertas, plastik, kain (tekstil), karet, sampah halaman, kayu,
dan lain-lain) dan sampah anorganik (kaca, kaleng, logam, dan lain-lain (Dewilda,
dkk., 2013).

Komposisi sampah berdasarkan sifat biologis dan kimianya, antara lain sebagai
sebagai berikut (Taufiqurrahman, 2016):
1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti sisa makanan, daun, sampah
kebun, sampah pasar, sampah pertanian, dan lain-lain;
2. Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,
logam, kaca, dan sebagainya;
3. Sampah yang berupa debu dan abu;
4. Sampah yang mengandung zat-zat kimia atau fisis yang berbahaya.

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
2.2.4 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah berdasarkan sifat terdiri dari dua macam, yaitu karakteristik
fisika dan karakteristik kimia (Hidayah, 2018):
a. Karakteristik kimia
Karakteristik kimia dapat diketahui melalui analisis laboratorium. Karakteristik
kimia sampah antara lain:
1. Serabut alami (natural fibers);
Serabut alami merupakan produk alami yang mengandung selulosa dan
lignin yang relatif rentan terhadap proses penguraian. Serabut alami tersebut
sering ditemukan pada produk kertas, makanan, dan sampah taman.
2. Material organik buatan (synthetic organic materials);
Plastik merupakan bahan buatan yang memiliki ketahanan yang tinggi untuk
diurai. Dengan demikian, perlu diberikan perhatian lebih untuk mereduksi
plastik di tempat pembuangan.
3. Nilai kalori;
Nilai kalor ditetapkan melalui percobaan menggunakan tes bom kilometer.
Panas dibangkitkan pada temperatur konstan 25°C dari pembakaran sampel
kering. Nilai panas cukup penting pada evaluasi proses pembakaran melalui
cara recovery energy atau pembuangan (disposal).
4. Lemak (lipids);
Sumber lipids pada sampah biasanya berasal dari minyak dan lemak proses
memasak. Lipids memiliki nilai kalor 38.000 kJ/kg. Nilai kalor tersebut
membuat sampah dengan nilai lipids yang tinggi dapat digunakan untuk
recovery energi, tetapi sulit untuk dimanfaatkan menjadi kompos.
5. Karbohidrat;
Karbohidrat biasanya berasal dari sumber makanan pada kanji dan selulosa.
Adanya karbohidrat pada sampah dapat dimanfaatkan menjadi stanol
sebagai bahan bakar. Karbohidrat siap diurai menjadi karbon dioksisa, air,
dan metana.
6. Protein;
Sampah organik biasanya mengandung protein. Protein merupakan senyawa
yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, dan asam organik

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
tanpa amino. Protein sering ditemukan pada makanan dan sampah kebun.
Akan tetapi, sebagian protein merupakan hasil dekomposisi pada produksi
amina yang memberikan bau tidak enak.
b. Karakteristik fisika
Karakteristik fisika sampah sebagai berikut:
1. Kadar air (kelembaban);
Kadar air didefinisikan sebagi rasio berat kandungan air pada sampah
terhadap total berat basah air. Sampah perlu dihindarkan dari hujan atau
segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber air.
2. Densitas (massa jenis).
Densitas dinyatakan dalam massa per unit volume (kg/m3). Parameter
tersebut dibutuhkan untuk mendesain program pengelolaan sampah.
Perubahan densitas yang signifikan terjadi selama pergerakan dari sumber
menuju tempat pembuangan, penanganan, pembasahan, dan pengeringan
oleh cuaca, dan getaran selama transportasi.

2.2.5 Kadar Air Sampah

Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi
pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh
komposisi sampah yang dikandungnya. Kadar air ditentukan dengan cara
menghitung kehilangan berat sampel sampah apabila dipanaskan pada suhu dan
waktu standar (suhu 105°C selama 1 jam). Kadar air menunjukkan kandungan air
yang ada dalam sampah. Dalam pengukuran kadar air sampah, metode yang biasa
digunakan adalah metode pengukuran berat basah dan berat kering. Metode
pengukuran berat basah menyatakan kandungan air sampah sebagai persentase
berat basah material, sedangkan metode pengukuran berat kering menyatakan
kandungan air sampah sebagai persentase berat kering material (Bahri, 2015).

2.2.6 Kadar Volatil Sampah

Penentuan kadar volatil bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar efektifitas


pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran berteknologi
tinggi. Kadar volatil sampah adalah persen kehilangan berat (setelah dikoreksi
terhadap kadar air sampah) apabila sampah dipanaskan pada suhu 600°C. Kadar

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
volatil menunjukkan kandungan organik yang hilang pada saat pemanasan. Kadar
volatil dipengaruhi oleh komposisi sampah organik (Bahri, 2015). Pengukuran
kadar volatil bertujuan untuk mengetahui efektifitas reduksi sampah dengan
menggunakan metoda pembakaran berteknologi tinggi (insinerator) (Jaspi, 2015).

2.2.7 Kadar Abu Sampah

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik ataupun mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisa-sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur
yang juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak,
karena itulah disebut sebagai kadar abu (Sine, 2018).

2.2.8 Peraturan Terkait

Berdasarkan SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik


Domestik, kadar air sampah untuk pengolahan dengan kompos adalah 50% dan
kadar volatil sampah untuk pengolahan dengan insenerasi adalah 50-56% (SNI
19-7030-2004).

Tabel 2.2 Standar Kualitas Kompos


Parameter Satuan Minimum Maksimum
Kadar Air % - 50
Kadar Carbon % 9,8 32
Sumber: SNI 19-7030-2004

Peraturan terkait mengenai kadar air, kadar volatil dan kadar abu sampah menurut
SNI 19-7030-2004, untuk standar pengomposan, sampah yang akan dijadikan
kompos memiliki kadar air maksimal 50%. Sedangkan untuk karbon pada kadar
abu adalah minimal 9,8% dan maksimal 32% (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
28).

2.2.9 Teknologi Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pengurangan,
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan. Adapun teknik pengolahan
sampah adalah sebagai berikut (Istiqomah, 2016):

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
a. Pengomposan (composting);
Pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan
memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos
(proses pematangan). Pengomposan dilakukan terhadap sampah organik.
b. Pembakaran sampah;
Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan
yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian
pembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang. Sampah, arang
sampah, abu, debu dan asap akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang
akhirnya akan menimbulkan gangguan.
c. Mendaur ulang kembali menjadi barang baru (recycle);
Recycle merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan
pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet,
dan lain lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga dapat digunakan
kembali dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.
d. Memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai (reuse);
Reuse merupakan teknik pengolahan dengan langsung digunakan tanpa ada
pengolahan terlebih dahulu.
e. Mengurangi pemakaian barang yang tidak terlalu dibutuhkan (reduce).
Reduce adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya
tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Kadar Air Sampah

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar air sampah adalah:
1. Sampel sampah;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Desikator;
5. Oven 1050C;
6. Lumpang Alu;
7. Penjepit (tang krus);

3.1.2 Kadar Volatil Sampah

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar volatil sampah adalah:
1. Sampel sampah yang kering;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Furnace;
5. Penjepit (tang krus).

3.1.3 Kadar Abu Sampah

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kadar abu sampah adalah:
1. Sampel sampah yang kering dan halus;
2. Timbangan;
3. Cawan penguap;
4. Furnace;
5. Inlet dan Outlet ports;
6. Gas hasil pembakaran harus diventilasikan dari laboratorium;
7. Penjepit (tang krus).
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
3.2 Cara Kerja

3.2.1 Kadar Air Sampah

Cara kerja praktikum kadar air sampah ini adalah:


1. Cawan kosong dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105oC,
kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit, dan ditimbang
sebanyak tiga kali penimbangan (A gram);
2. Sampel yang telah ditentukan disiapkan kemudian potong kecil-kecil maksimal
ukuran 5mm;
3. Masukkan sampel sebanyak 10 gram kedalam cawan yang telah ditimbang
beratnya, dan lakukan penimbangan cawan dengan penutupnya yang berisi
sampel (B gram);
4. Cawan isi tersebut dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam
tanpa penutup;
5. Setelah 1 jam cawan dikeluarkan dan tutup dengan penutupnya. Dimasukkan
ke dalam desikator lalu dibiarkan selama 15 menit, kemudian ditimbang
beratnya (X gram). Penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali;
6. Hasil penimbangan dicatat dan dilakukan perhitungan.

3.2.2 Kadar Volatil Sampah

Cara kerja praktikum kadar volatil sampah ini adalah:


1. Cawan yang berisi sampel sampah hasil penetapan kadar air dimasukkan ke
dalam furnace dengan penutup dan naikkan temperatur furnace hingga
mencapai suhu 600ºC selama minimal 20 menit dan maksimal 1 jam;
2. Matikan furnace, biarkan dingin, masukkkan cawan dengan penutupnya yang
berisi sisa sampel pada langkah a ke dalam desikator, tunggu selama 15 menit
lalu timbang (Y gram).

3.2.3 Kadar Abu Sampah

Cara kerja praktikum kadar abu sampah ini adalah:


1. Masukkan cawan yang berisi sampel dari penetapan kadar volatil dengan posisi
cawan terbuka kedalam furnace yang sudah diatur pada 105oC, pastikan suplai
udara memadai. Naikkan temperatur furnace hingga 900oC (butuh waktu

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
sekitar 15 menit), kemudian pertahankan pada temperatur furnace 900oC
selama 1 jam;
2. Turunkan suhu, furnace kembali ke 105o, keluarkan cawan berisi sisa sampel,
tutup cawan dan masukkan kedalam desikator. Tunggu selama 15 menit.

3.3 Rumus

Rumus yang digunakan pada praktikum ini adalah:

3.3.1 Kadar Air Sampah

%Kadar Air =

3.3.2 Kadar Volatil Sampah

%Kadar Volatil =

3.3.3 Kadar Abu Sampah

%Kadar Abu =

3.3.4 Fixed Carbon

% Fixed Carbon = 100% - (kadar air + kadar volatil + kadar abu)

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Praktikum kadar air, kadar volatil dan kadar abu ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut SNI nomor 19-7030-2004 mengenai standar kualitas dari kompos
kadar air maksimum yang diperbolehkan kecil dari 50 %, pada sampel kadar
air sebesar 18,71% yang berarti kadar air memenuhi baku mutu;
2. Perhitungan dari percobaan nilai kadar volatil sampah didapatkan sebesar
50,4%. Menurut SNI nomor 19-7030-2004 kadar volatil maksimal 27%,
sampel contoh ini cocok dilakukan pengolahan berupa pengomposan;
3. Kadar abu sampah yang dipanaskan diperoleh sebesar 7,7 menurut SNI nomor
19-7030-2004 kadar abu sampah maksimum sebesar 32%, maka kandungan
kadar abu sampah masih memenuhi baku mutu;
4. Kadar fixed carbon didapatkan sebesar 23,55% dan menurut SNI nomr 19-
7010-2004 kadar fixer carbon sampah maksimum adalah 32%, maka hasil
yang didapatkan saat pratikum melebihi baku mutu yang ditetapkan;
5. Pengolahan yang dapat dilakukan pada sampel tersebut adalah dengan cara
pengomposan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini
adalah:
1. Praktikan selanjutnya diharapakan agar melakukan percobaan dengan teliti
dan cermat, pelajari terlebih dahulu alat, bahan dan prosedur percobaan
sebelum praktikum dilakukan;
2. Masyarakat sebaiknya membuang sampah dengan melakukan pemisahkan
sampah sesuai dengan jenisnya, seperti pemisahan antara sampah organik dan
anorganik agar pada saat pengolahannya lebih mudah;
3. Pemerintah diharapkan agar mensosialisasikan mengenai pengolahan sampah
kepada masyarakat awam serta terus mencanangkan pengolahan sampah
organik dengan kompos di Indonesia, tidak hanya itu pihak Kantor Camat
LABORATORIUM BUANGAN PADAT
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
dapat memilah samph sesuai jenisnya sehingga mudah dilakukan pengolahan
lebih lanjut;
4. Sarjana Teknik Lingkungan dapat melakukan penelitian menganai kadar air,
kadar abu, kadar volatile dan fixed carbon dengan benar sehingga
mempermudah pengolahan sampah tersebut.

DICKY WAHYUDI SIMBOLON 2110941006


DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Rizal, dkk.,. 2015. Laporan Praktikum Penyehatan Tanah Dan Pengolahan
Sampah–B “Menghitung Kadar Air Dan Kadar Volatil Sampah”.
Kementerian Kesehatan RI.

Dewilda, Yommi dkk. 2013. Studi Timbulan, Komposisi, Dan Potensi Daur
Ulang Sampah Kawasan Pt Semen Padang. Laboratorium Buangan Padat,
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas.

Hidayah, Syarifatul. 2018. Potensi Daur Ulang Sampah Organik dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga di
Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.

Istiqomah, Nisa’. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah di


Tempat Penampungan Sementara (Tps) Kota Madiun. Peminatan Kesehatan
Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun.

Jaspi, Khalika dkk. 2015. Studi Timbulan Komposisi Dan Karakteristik Sampah
Domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jom FTEKNIK Volume 2
No. 1. Universitas Riau.

SNI 19-7030-2004 tentang Kompos dari Sampah Organik Domestik.

Anda mungkin juga menyukai