PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui berat jenis sampel sampah.
2. Untuk mengetahui komposisi sampah
3. Untuk mengetahui kadar air sampah
4. Untuk mengetahui kadar volatil sampah
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa
makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas,
kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-2002). Menurut definisi World
Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya.Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008
menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat.
Sampah secara umum dapat diartikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan atau digunakan lagi, baik berbentuk
padat atau setengah padat (Tchobanoglous, 1993). Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
manusia selalu menghasilkan sampah dan hampir setiap hari manusia menghasilkan
sampah. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan
berbagai masalah seperti masalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi
vector penyakit dan dapat menganggu kualitas tanah dan air tanah sekitarnya. Untuk
mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia maka perlu
dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan yang baik mulai dari sumber,
pengumpulan, transportasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dalam
perancangan sistem pengelolaan persampahan suatu daerah diperlukan data mengenai
timbulan sampah, komposisi sampah dan karakteristik sampah yang dihasilkan daerah
yang direncanakan. Data mengenai timbulan sampah sangat diperlukan dalam menyeleksi
jenis atau tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem
pengolahan persampahan, fasilitas pengolahan sampah, dan desain TPA. Penentuan
timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam volume dan berat. Komposisi sampah
merupakan penggambaran dari masing masing komponen yang terdapat pada sampah dan
distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat).
2
2.2 Karakteristik Sampah
3
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1) Sampel sampah
3) Timbangan
4) Sekop
5) Hanscoon
6) Masker
8) Alat tulis
b) Prosedur Kerja
2) Timbangan
b) Prosedur Kerja
4
1) Sampel sampah dan penetapan berat jenis, dipilah pilah berdasarkan
komponennya (misalnya plastic, organic, logam dll)
2) timbangan
3) cawan petri
4) oven
5) penjepit
6) alat tulis
b) Prosedur Kerja
1) Timbangan
5
2) Tanur 600°C
4) Penjepit
6) Desicator
7) alat tulis
b) Prosedur Kerja
1) Pertama dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu sampah
kering hasil penetapan kadar air
3) Ditimbang cawan krus kosong yang telah dipanasakan selama 1 jam alam
furnace dengan suhu 600°C lalu catat hasil yang di di peroleh
6
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Perhitungan
B. Komposisi Sampah
% Komponen =
7
% Kadar Kering = 100 % - % kadar air
% Kadar volatile = ( ) ( )
% Volatil =
= 28,4 %
8
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum ini sampel sampah tidak dihaluskan terlebih dahulu karena bahan
yang digunakan bukan bahan yang mudah untuk dihaluskan. Bahan – bahan tersebut hanya
dipotong sampai potongan kecil-kecil. Hasil pemanasan pada suhu 600ºC menghasilkan
abu. Berat yang hilang akibat pemanasan ini merupakan berat organik sedangkan residu
yang tertinggal sebagai padata nmerupakan bahan anorganik. Penentuan kadar volatil
berguna untuk mengetahui kemampuan sampah sebagai sumber energi yang dihasilkan
dalam pembakaran, jka kandungan organiknya tinggi jumlah energi yang dihasilkan
sekitar 9300 – 14100 Kj/kg. Dengan mengetahui jumlah residu (abu) dapat digunakan
dalam perencanaan desain incinerator. Kriteria insinerasi yaitu kadar kelembapan 15-35%,
kadar volatil 50-65%, abu 3-9%. Berdasarkan kriteria tersebut, dari hasil praktikum
menunjukkan bahwa proses pembakaran sampah (insinerasi) tidak dapat menjadi alternatif
pertimbangan dalam hal pengolahan sampah. Sampah domestik pada umumnya
menghasilkan residu 10–25 % dari berat totalnya. Sehingga setelah proses pembakaran,
bahan yang disediakan lebih kecil dari pembakaran sampah non domestik.
9
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Dalam proses alam,
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam itu berlangsung.
10
DAFTAR PUSTAKA
Asrini dan Mahendra, S. Nogard. 2011. Studi Karakteristik Fisik Sampah Pada
Pewadahan Rumah Tangga dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Azkha, Nizwardi. 2006. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di Kota
Padang. Padang.
11
12