Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN TANAH DAN SAMPAH PADAT A

PRAKTIKUM 04

IDENTIFIKASI JENIS SAMPAH

Disusun oleh:

Aalliyah Choirul Afifah P17333118421


Azzahra Nur Rahmawati P17333118433
Cintya Maharany P17333118412
Melia Rahmawati P17333118441
Syahnaz Nazhifah Martha P17333118404
Fadhiil Ahmad Dhani P17333118416

PROGRAM STUDI D-IV (DIPLOMA IV)


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2019
I. Tujuan
1. Melakukan pengambilan sampel sampah sesuai dengan kaidah teknik pengambilan
sampel tanah
2. Dapat memisahkan sampah sampah antara sampah organik dan anorganik
3. Dapat mengetahui cara menghitung massa jenis sampah berdasarkan jenis sampah
4. Dapat menghitung jumlah timbulan sampah berdasarkan jenisnya

II. Prinsip Praktikum


Prinsip yang digunakan dalam praktikum ini adalah prinsip metode load count dan
metode stratified random sampling sesuai SNI 19-3964-1994 dengan sampel sebanyak
150 KK. Pengukuran komposisi sampah dilakukan dengan metode yang terdapat di SNI
19-3964-1994. Hasil penelitian berupa laju timbulansampah rumah tangga sebesar 0,38
kg/orang/hari. Komposisi sampah didominasi oleh sampah yang dapat dikomposkan,
plastik, dan kertas. Densitas sampah didapatkan sebesar 146,02 kg/m3
III. Teori Dasar
Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan
data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari
populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Infeksi tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika,
Amerika, Cina dan Asia Timur (WHO, 2016). Di Indonesia sendiri prevalensi
kecacingan di beberapa kabupaten dan kota pada tahun 2012 menunjukkan angka diatas
20% dengan prevalensi tertinggi di salah satu kabupaten mencapai 76,67% (Direktorat
Jenderal PP&PL Kemenkes RI, 2013).
Banyak dampak yang dapat ditimbulkan akibat infeksi cacing. Cacingan
mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi), dan
metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian
zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat
perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan
tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya (Depkes, 2006).
Manusia merupakan hospes dari beberapa nematoda usus (cacing perut), yang
dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut
terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths).
Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk
(Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing tersebut banyak ditemukan didaerah tropis
seperti Indonesia. Pada umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab,
tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang
merupakan hospes defenitifnya (Depkes RI, 2006).
Telur cacing gelang (Ascaris lumbricoides) memiliki ketahanan yang lebih baik di
lingkungan daripada telur Trichuris triciura. Telur Ascaris lumbricoides baru akan
mati pada suhu lebih dari 40ºC dalam waktu 15 jam sedangkan pada suhu 50ºC akan
mati dalam waktu satu jam. Pada suhu dingin, telur Ascaris lumbricoides dapat
bertahan hingga suhu kurang dari 8ºC yang pada suhu ini dapat merusak telur Trichuris
trichiura. Selain itu, telur Ascaris lumbricoides juga tahan terhadap desinfektan
kimiawi dan terhadap rendaman sementara di dalam berbagai bahan kimia yang keras
(Wardhana, et al., 2013).
Selain itu, telur cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma Duodenale)
dapat tumbuh optimum pada lingkungan yang mengandung pasir karena pasir memiliki
berat jenis yang lebih besar dari pada air sehingga telur-telur akan terlindung dari sinar
matahari. Suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan telur cacing
tambang. Suhu optimum pertumbuhan cacing tambang yaitu 45ºC, namun suhu daerah
perkebunan sayuran kubis relatif lebih dingin berkisar antara 20ºC-30ºC sehingga tidak
baik untuk pertumbuhan telur cacing tambang (Sehatman, 2006).
Cacing tambang merupakan salah satu spesies yang termasuk dalam kelompok soil
transmitted helminth (STH). Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia, karenamenyebabkan anemia defisiensi besi dan
hipoproteinemia. Spesies cacing tambang yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
Necator americanus. Didasarkan atas siklus kehidupan cacing tambang, tempat hidup
cacing jenis ini di alam adalah pada tanah yang memiliki kelembaban cukup dan sedikit
berongga. Stadium larva infektif akan bertahan selama 2 minggu untuk mendapatkan
tuan rumah yang akan diinfeksi dengan jalan menembus kulit. Keterbatasan
kemampuan larva filariform bertahan hidup di tanah ini merupakan suatu kendala
tersendiri dalam menemukan keberadaannya di tanah. Sementara stadium telur cacing
hingga menetas menjadi larva rhabditiform juga memiliki waktu yang relatif pendek,
terlebih apabila terkena cahaya matahari langsung baik telur maupun larva ini bisa
mengalami kerusakan sehingga akan lisis atau mati (Sumanto, 2012).

IV. Alat dan Bahan


A. Alat :
1. Plastik sampel atau trashbag
2. Penggaris
3. Timbangan Pegas
4. Sarung tangan
5. Masker
6. Meja sortir
7. Sapu lidi
8. Kotak sampah
B. Bahan :
1. Sampel sampah

V. Cara Kerja
A. Pengukuran Massa Total
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Siapkan sampel sampah, gunakan APD
3. Ukur volume dan berat kotak sampah yang akan digunakan
4. Masukkan sampel sampah kedalam kotak sampah yang sudah diukur tadi
5. Angkat kotak sampah setinggi sekitar 20 cm lalu hentakkan ke tanah. Lakukan
hal ini sebanyak tiga kali.
6. Ukur kembali volume dan berat kotak sampah yang sudah dihentakkan tadi.
B. Pemilahan Sampah
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ukur massa total sampah. Lakukan pengukuran sampah di kotak sampah agar
dapat diketahui jumlah yang dihasilkan.
3. Pisahkan sampah antara sampah organik dengan sampah anorganik.
4. Lakukan lagi pengukuran massa total berdasarkan jenis sampah yang sudah
dipisahkan
5. Setelah dilakukan pengukuran massa total berdasarkan jenis sampah, simpan
sampah keatas meja sortir dan sortir sampah berdasarkan diameter sampah.
Bantu penyortiran dengan bantuan sapu lidi.
6. Dari sampah yang sudah disortir, ukur kembali massa total sampah berdasarkan
diameter sampah yang terdapat di setiap wadah yang tersaring.

VI. Hasil Praktikum


A. Label
Hari/tanggal : Selasa, 6 Juli 2019
Lokasi : Asrama Putri dan Pasar Cimindi
Waktu : 06.00
Tujuan : Identifikasi Jenis Sampah
Petugas : Kelompok 3

B. Data Pengamatan
Berat total sampah : 2,21 kg
Berat kotak sampah : 3,36 kg
Tinggi kotak sampah : 53 cm
Panjang kotak sampah : 22,5 cm
Lebar kotak sampah : 22,1 cm
Volume kotak sampah :

C. Massa Jenis Sampah Organik


Berat sampah organik : 46,5 cm
Tinggi kotak sampah : 21 cm
Panjang kotak sampah : 23,2 cm
Lebar kotak sampah : 2,26 kg
Volume kotak sampah :

D. Massan Jenis Sampah Anorganik


No. Massa (kg) Tinggi (cm) Volume (L) Massa Jenis (kg/L)

1. 1,48 55 26,7 0,05

2. 0,38 52,3 25,4 0,01

3. 1,41 46,5 22,8 0,06

4. 0,21 22 10,7 0,01

TOTAL 0,0325

Tabel 1.1 Tabel massa jenis sampah anorganik

E. Berat Sampah Setelah Dilakukan Penyortiran


Kategori Berat Sampah Berat Sampah
Organik (kg) Anorganik (kg)

5 cm 0,01 2,97

1 cm 3,57 2,44

Inner 3,45 0

Tabel 1.2 Tabel berat sampah setelah dilakukan penyortiran

VII. Analisis
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, ditemukan telur cacing Trichuris triciura
yang merupakan Soil Transmissed Helminths (STH) penyebab penyakit kecacingan.
Kecacingan dapat menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi lahir rendah,
gangguan ibu bersalin, lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan
produktivitas menurun. Gejala penyakit yang ditimbulkan akan berbeda-beda
tergantung dari tempat cacing tersebut menginfeksi; seperti apabila menginfeksi paru-
paru maka gejala awalnya adalah batuk, sesak nafas, demam, dsb. Serta apabila
menginfeksi usus maka gejala awalnya adalah mual, muntah, diare, penurunan nafsu
makan disertai penurunan berat badan, dsb.

VIII. Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dalam pemeriksaan parasit pada tanah
bertujuan untuk menemukan adanya parasit tanah. Mengingat bahayanya cacing
penyebab kecacingan ini, maka dianjurkan anak-anak untuk tidak bermain di tempat
tersebut lagi karena dikhawatirkan akan menginfeksi anak-anak dan menyebabkan
penyakit kecacingan. Dengan hal ini, anak-anak haruslah bermain di tempat yang aman
dan bebas dari hal-hal asing yang membuat mereka sakit.

IX. Daftar Pustaka


Mas, Pramana Bayu. 2016. “Cara Pemeriksaan Telur Cacing Pada Sampel Tanah”.
dalam https://id.scribd.com/ . Surakarta. Tanpa Penerbit.
diakses pada tanggal 26 Juli 2019
X. Lampiran

Gambar 1: Proses Pengayakan Sampel Tanah

Gambar 2: Contoh sampel tanah yang diambil

Gambar 3: 5 gram sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Gambar 4: Membuang cairan supernatan

Gambar 5: Proses perendaman tanah dengan larutan hipoklorit

Gambar 6: Telur Cacing Trichuris triciura

Anda mungkin juga menyukai