Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAWASAN MUTU PANGAN


“HYGIENE DAN SANITASI KEBERSIHAN TANGAN, AIR
DAN RUANGAN”

OLEH :
KELOMPOK 8
DIV A SEMESTER IV

NI MADE SINTIA ARIYUNI (P07131217001)


IDA AYU INTHAN PRADNYANI (P07131217010)
KADEK SSURYANI MILLENIA (P07131217027)
KADEK WIDYA MAHARIANI (P07131217038)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI DIPLOMA IV
2019

1|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


“Laporan Praktikum Hygiene dan Sanitasi Kebersihan
Tangan, Air dan Ruangan”

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada :
 Hari/Tanggal Pengujian : Rabu, 04 Oktober 2019
 Hari/Tanggal Pengamatan : Senin, 07 Oktober 2019
 Tempat : Laboratorium Pengolahan Pangan
 Waktu : 09.00 - 11.50
B. Tujuan
 Umum
1. Mahasiswa dapat memahami mengenai metode pengujian hygiene
dan sanitasi.
 Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengujian hygiene dan
sanitasi kebersihan tangan, air dan ruangan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menghitung jumlah koloni
mikroba yang terdapat di tangan, air, aquades dan ruangan
laboratorium serta aula dengan menggunakan media Place Count
Agar (PCA).
C. Prinsip Praktikum
Perhitungan koloni bakteri yang telah ditanam pada media plate
count agar dengan metode Total Plate Count tanpa menggunakan
mikroskop.
D. Dasar Teori
Higiene dan Sanitasi merupakan dua istilah yang berasal dari
bahasa inggris yaitu “Hygiene” yang berarti: usaha kesehatan preventif
yang menitikberatkan kegiatannya kepada kesehatan individu, maupun
usaha kesehatan pribadi manusia. Sedangkan “Sanittation” yang berarti
usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia. Hygiene adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari

2|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan
sebab sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu
pangan dan daya awet produk serta nama baik dan citra perusahaan (Betty
dan Een, 2011).
Selain itu tindakan sanitasi ditetapkan untuk mencegah terjadinya
perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang
tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan terjamin
aman untuk dikonsumsi. Kata hygiene menurut Lukman (2008) berarti
kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan atau ilmu yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan
diri, dalam penerapannya adalah sebagai berikut : Mengetahui sumber
cemaran dari tubuh. Tubuh manusia selain sebagai alat kerja yang
merupakan sumber cemaran bagi manusia lain dan lingkungannya
termasuk kepada makanan dan minuman. Sumber-sumber cemaran yang
penting untuk diketahui adalah : hidung, mulut, telinga, isi perut dan kulit.
Semua yang menjadi sumber cemaran dari tubuh harus selalu dijaga
kebersihannya agar tidak menambah potensi pencemarannya. Sumber lain
yang penting adalah Luka terbuka atau koreng, bisul atau nanah, dan
rambut. Kulit dalam keadaan normal mengandung banyak bakteri
penyakit. Sekali kulit terkelupas akibat luka atau teriris, maka bakteri akan
masuk ke bagian dalam kulit dan terjadilah infeksi.
Sumber cemaran karena perilaku. Selain akibat tubuh dapat pula
sumber cemaran karena perilaku pengelola makanan yang dapat
menularkan penyakit kepada makanan antara lain karena : tangan yang
kotor, batuk, bersin atau percikan ludah, menyisir rambut dekat makanan
dan perhiasan yang di pakai.

3|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


Tangan harus selalu dijaga kebersihannya, yaitu : kuku dipotong
pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang menjadi sumber
kuman penyakit yang akan mencemari makanan. Hasil penelitian Mudey,
dkk (2010) diketahui bahwa 97% dari penjamah makanan terinfeksi satu
atau lebih parasit disebabkan oleh tinja dan kuku. Tingginya angka parasit
pada penjamah makanan sebagian besar disebabkan oleh rendahnya
praktek hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan sehingga dapat
meningkatkan resiko kontaminasi makanan.
Kulit harus bersih dan bebas luka, sebab kulit yang luka akan
memudahkan berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan
pencemaran kulit perlu dipelihara jangan sampai luka sehingga waktu
mencuci tangan mudah bersih. Membersihkan tangan, dapat dilakukan
dengan air bersih yang cukup, sabun dan sikat kuku. Bila tersedia akan
lebih baik dengan menggunakan air panas atau air jeruk nipis.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber
kontaminasi udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami,
akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara
mengandung mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari
penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan
yang digunakan fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara
biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam
droplet air (Volk dan Wheeler, 1984).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang
ditularkan melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC)
dan virus flu yang dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Kontaminasi
oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan
setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu
diperhatikan terutama yanb bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat,
termasuk di makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme
harus dibatasi, seperti mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah

4|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


dan juga mikroorganisme pada makanan atau produk susu jumlahnya
harus mengikuti standar-standar yang sudah ditetapkan. Untuk menghitung
jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel dari makanan atau
produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media Plate
Count Agar (PCA) dengan metode Total Plate Count (TPC).

Media Plate Count Agar (PCA)


Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan
Standard Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan
mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri
total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti
makanan, produk susu, air limbah dan sampelsampel lainnya yang juga
biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count Agar
(PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar
sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Plate Count
Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan
Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari American Public Health
Association (APHA).
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai
berikut:
1. Cawan yang dihitung atau dipilih adalah yang mengandung
jumlah koloni antara 30-300 koloni.
2. 1 koloni dihitung 1 koloni.

5|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


3. Dua koloni yang bertumpukan dihitung 1 koloni.
4. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
5. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan
dihitung 2 koloni.
6. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas
cawan) tidak dihitung.
7. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan
dihitung 1 koloni.
Kelemahannya :
1. Jumlah sel yang dihitung adalah sel yang hidup, tetapi hasil
perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya,
karena beberapa sel bisa tumbuh saling berdekatan dan
bergabung membentuk satu koloni.
2. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan
bahan dan alat, serta waktu inkubasi relatif lama sampai koloni
dapat dihitung.
Praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan media tumbuh
mikroorganisme yaitu Plate Count Agar (PCA) yang merupakan media
umum mikroorganisme dengan menggunakan metode hitung koloni di
cawan petri (standar/viable plate count method.
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan.
2. Petridish/cawan petri. 7. Tisu.
3. Erlenmeyer. 8. Inkubator.
4. Autoklaf. 9. Kapas Steril.
5. Koran/kertas buram. 10. Kompor gas.
6. Label.
Bahan : 3. Air
1. Media PCA
2. Aquades

6|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


G. Prosedur Kerja
 Sterilisasi Alat :
1. Siapkan petridish/cawan petri yang telah dicuci bersih dan
dikeringkan.
2. Bungkus petridish/ cawan petri tersebut dengan koran/kertas
buram dengan rapi.
3. Siapkan alat autoklaf dan beri sedikit air pada autoklaf.
4. Masukkan cawan petri yang telah terbungkus ke dalam
autoklaf.
5. Lakukan sterilisasi pada petridish/cawan petri dengan cara
panaskan dengan api kompor pada suhu 121ºC selama 15-30
menit.
 Membuat Media PCA (Plate Count Agar) :
1. Timbang sebanyak 22,5 gram agar dengan timbangan analitik.
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer dan larutkan dalam 1 L
aquades, kemudian tutup dengan kapas steril.
3. Didihkan media agar tersebut dengan autoklat selama 15-30
menit.
4. Tuang media agar ke daam petridish. Kira-kira setengah ukuran
dasar petridish, kemudian tutup dengan petridish yang masih
steril.
5. Tunggu sampai media agar mengeras.

 Uji Kebersihan Tangan :


1. Siapkan media petridish/cawan petri yang masing-masing 2
buah untuk setiap media Plate Count Agar (PCA).
2. Tempelkan tiga jari tangan kanan/kiri yang belum dicuci
selama 1 detik dalam media PCA dan tutup kembali.
3. Media PCA yang selanjutnya, tempelkan tiga jari tangan
kanan/kiri yang sudah dicuci bersih selama 1 detik dalam 1
media PCA dan tutup kembali.
4. Inkubasi secara terbalik pada suhu 37ºC selama 48 jam (2 hari)

7|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


5. Amati pertumbuhan mikroba pada Plate Count Agar (PCA).
6. Dilakukan 2 cara yaitu dengan tangan tanpa dicuci dan tangan
dicuci dengan sabun pada air mengalir.
 Uji Kebersihan Air dan Aquades
1. Siapkan media petridish/cawan petri yang masing-masing 2 buah
untuk setiap media Plate Count Agar (PCA).
2. Teteskan air dalam media PCA dan tutup kembali.
3. Media PCA yang selanjutnya, teteskan aquades dan tutup kembali.
4. Inkubasi secara terbalik pada suhu 37ºC selama 48 jam (2 hari)
5. Amati pertumbuhan mikroba pada Plate Count Agar (PCA).
6. Dilakukan 2 cara yaitu dengan ditetesi air dan ditetesi aquades.
 Uji Sanitasi di Ruangan
1. Siapkan media petridish/cawan petri yang masing-masing 2 buah
dengan tutupnya untuk setiap media Plate Count Agar (PCA).
2. Peridish yang tertutup diletakkan dalam keadaan terbuka selama 1
menit, kemudian tutup kembali.
3. Inkubasi secara terbalik pada suhu 37ºC selama 48 jam (2 hari).
4. Amati pertumbuhan mikroba pada Plate Count Agar (PCA).
5. Dilakukan 2 cara yaitu dengan ditetesi air dan ditetesi aquades
diletakkan terbuka di ruangan laboratorium dietetika dan di
ruangan aula kampus jurusan gizi
H. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan
Perlakuan Koloni/mL
Tanpa cuci tangan 44
Cuci tangan dengan sabun (sunlight) 68

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Air dan Aquades


Perlakuan Koloni/mL
Air 40
Aquades 24

8|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Ruangan
Perlakuan Koloni/mL
Laboratorium Dietetika 72
Aula Kampus Gizi 68

I. Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan uji hygiene dan
sanitasi. Pengujian yang dilakukan meliputi uji kebersihan tangan, uji
kebersihan air, aquades dan uji sanitasi ruangan.
Uji hygiene dan sanitasi ini dilakukan untuk megetahui jumlah
koloni yang ada serta dalam upaya pencegahan terkontaminasi bakteri
pada pangan yang akan diolah ketika melakukan suatu praktikum. Dengan
adanya uji hygiene dan sanitasi pada tangan, air, aquades dan ruangan
yang sering digunakan untuk praktikum oleh mahasiswa dapat
memberikan gambaran serta pemahaman bahwa mikroba ada dimana-
mana, untuk itu diperlukan perhatian terhadap mikroba agar tidak terjadi
kontaminasi.
Tangan merupakan sumber kontaminasi mikroba karena pada
tangan memang terdapat mikroba. Selama melakukan praktikum baik
praktikum dietetika, kimia dan juga pangan, mahasiswa yang melakukan
pengolahan makanan. Setiap kali tangan mahasiswa yang tidak higienis
dan tidak bersih karena telah digunakan untuk melakukan berbagai macam
aktivitas kontak dengan bahan pangan, maka mikroorganisme yang ada di
tangan dapat berpindah ke makanan dan akan mencemari makanan. Luka-
luka atau iritasi pada kulit juga merupakan sumber kontaminan mikroba,
sehingga harus ditutup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencucian tangan
dengan sabun atau antiseptik dan dibilas serta digosok-gosok hingga
bersih agar semua kotoran yang menempel di tangan dapat terlepas
sebelum melakukan kontak dengan bahan pangan.
Air dan ruangan juga merupakan sumber kontaminasi mikroba.
Sumber air dan ruangan yang tidak bersih, kotor, dan berdebu dapat
menjadi tempat mikroorganisme tumbuh. Jika di dalam suatu ruangan

9|LAPORAN PRAKTIKUM PMP


banyak terdapat debu dan air, mikroba yang ditemukan di dalamnya juga
bermacam-macam, misalnya mikroba debu, mikroba air dari semprotan
air, mikroba dari makanan fermentasi, mikroba tempat dan sebagainya.
Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada
tangan, air dan ruangan dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan
sampel yang mengandung mikroorganisme pada beberapa cawan agar.
Jenis mikroorganisme yang biasanya dapat tumbuh dan diamati pada
cawan agar adalah bakteri, kapang, khamir, Staphylococcus, dan jenis
bakteri koliform (koliform fekal dan koliform non fekal).
Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan jenis media biakan,
yaitu media PCA (Plate Count Agar). PCA (Plate Count Agar) merupakan
jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis
mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto tryptone,
bacto agar, bacto yeast extract, dan bacto dextrose/glucose. Media ini
mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kompleks, meliputi protein,
karbohidrat, dan gula untuk kebutuhan pertumbuhan semua jenis
mikroorganisme sehingga memungkinkan ditumbuhi oleh semua jenis
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang, dan khamir.
Prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan uji kebersihan
tangan adalah dengan menempelkan 3 jari kanan/kiri pada media PCA,
yang telah membeku selama 4 detik. Uji kebersihan tangan dilakukan
terhadap tangan sebelum dicuci dan tangan setelah dicuci dengan sabun
(sunlight). Setelah itu cawan petri ditutup dan cawan segera diinkubasikan
dengan posisi terbalik dalam inkubator 37ºC selama 48 jam (2 hari).
Inkubasi pada suhu tersebut dianggap cukup optimal untuk menumbuhkan
semua jenis mikroba. Inkubasi ini bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan mikroba yang ada pada bahan. Cawan
yang diletakkan pada posisi terbalik ini dimaksudkan agar uap air tidak
jatuh membasahi permukaan media dan dapat menyebabkan terjadinya
penyebaran koloni mikroba serta ditujukan untuk memudahkan
identifikasi jenis mikroba saat perhitungan. Setelah itu dilakukan
perhitungan jumlah koloni mikroba.

10 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
Sedangkan uji kebersihan pada air dan aquades dilakukan dengan
cara meneteskan air dan aquades pada media agar yang telah beku. Setelah
itu cawan petri ditutup dan cawan segera diinkubasikan dengan posisi
terbalik dalam inkubator 37ºC selama 48 jam (2 hari).
Sementara uji sanitasi di ruangan dilakukan dengan cara
membiarkan media agar terbuka di dalam ruangan selama 1 menit. Uji
sanitasi di ruangan dilakukan di ruangan laboratorium dietetika dan
ruangan aula kampus gizi. Setelah itu cawan petri ditutup dan cawan
segera diinkubasikan dengan posisi terbalik dalam inkubator 37ºC selama
48 jam (2 hari).
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa jumlah koloni
mikroba yang mencemari tangan dan rambut adalah sebagai berikut:
1. Uji kebersihan tangan
 Tangan tanpa dicuci
Media PCA: jumlah koloni di tangan kanan yaitu 44 koloni/ mL.
 Tangan dicuci dengan sabun(sunlight)
Media PCA: jumlah koloni di tangan kanan yaitu 68 koloni/ mL.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur karena tangan yang tidak
dicuci seharusnya banyak mengandung mikroba. Namun ini justru sedikit
mikrobanya. Hal ini dapat disebabkan tangan tersebut tidak digunakan
untuk melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya kontaminasi
sebelum dilakukan pengujian atau tangan tersebut terawat kebersihannya.
Sedangkan pada perlakuan tangan dicuci dengan sabun dan dibilas
dengan air jumlah mikrobanya sangat banyak. Padahal, seharusnya sabun
berfungsi sebagai desinfektan yang dapat mengurangi jumlah mikroba
pada sampel. Penyimpangan ini dapat disebabkan karena konsentrasi
sabun yang digunakan cukup rendah sehingga efek antimikrobanya kurang
dan tidak membunuh mikroba secara optimal atau juga karena terjadi
kontaminasi ulang pada tangan setelah dicuci sabun akibat tangan yang
telah dicuci sabun digunakan untuk beraktivitas lagi sebelum dilakukan
pengujian. Media PCA lebih cenderung ditumbuhi bakteri daripada

11 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
kapang-khamir karena komposisi media PCA kaya akan protein yang
disukai bakteri.
2. Uji kebersihan air dan aquades
 Air
Media PCA: jumlah koloni di air yaitu 24 koloni/ mL.
 Aquades
Media PCA: jumlah koloni di aquades yaitu 40 koloni/ mL.
Pada uji kebersihan air dan aquades didapatkan bahwa jumlah
koloni terbanyak ditemukan pada aquades. Hal ini bisa saja terjadi akibat
aquades yang digunakan pada uji kebersihan, aquades tersebut sudah
disimpan selama berminggu-minggu dalam wadah, dan bakteri tumbuh
pada tempat/wadah aquades tersebut, sedangkan air yang digunakan
adalah air yang baru diambil pada sumber air yang mengalir, sehingga
bakterinya masih sedikit.
3. Uji sanitasi di ruangan
 Ruangan Laboratorium Dietetika
Media PCA: jumlah koloni di ruangan laboratorium dietetika yaitu
72 koloni/mL.
 Ruangan Aula Kampus Gizi
Media PCA: jumlah koloni di aula kampus gizi yaitu 68 koloni/
mL.
Pada hasil perhitungan koloni di ruangan didapatkan bahwa jumlah
koloni di dalam ruangan laboratorium dietetika lebih banyak dibandingkan
jumlah koloni di ruangan aula. Jumlah koloni di laboratorium lebih banyak
dikarenakan di laboratorium dietetika biasanya digunakan sebagai ruangan
untuk pengolahan bahan pangan, sedangkan di ruangan aula hanya
digunakan sebagai tempat berkumpul mahasiswa dalam suatu rangkaian
acara/kegiatan. Hal inilah yang dapat menyebabkan jumlah koloni di
ruangan laboratorium lebih banyak daripada di aula.
Penyimpangan pada kegiatan praktikum kali ini juga dapat
disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:

12 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
1. Kesalahan saat menghitung jumlah mikroba (tidak teliti dan tidak cermat
saat menghitung) karena ukuran mikroorganismenya sangat kecil dan
banyak.
2. Kesalahan saat mengidentifikasi jenis-jenis mikroba, kurang cermat dalam
membedakan mana mikroba yang termasuk jenis bakteri, kapang, dan
khamir karena ukurannya sangat kecil sehingga terlihat hampir
sama/mirip.
3. Teknik yang dilakukan praktikan saat praktikum yang kurang aseptis
sehingga banyak terjadi kontaminasi dari luar. Saat praktikum bisa jadi
membuka tutup cawan petri terlalu lebar saat memasukkan sampel dalam
cawan.
4. Penggunaan peralatan yang kurang bersih dan steril.
5. Perlakuan praktikan saat praktikum dan sebelum menginkubasikan
mikroba (perlakuan pra proses). Pada saat praktikum berlangsung,
praktikan selalu mengobrol di sekitar area praktikum sehingga mikroba
dari udara pernafasan atau mulut praktikan dapat mengontaminasi sampel
dan terjadilah kontaminasi dari luar.
6. Adanya kontaminasi ulang pada sampel ketika beraktivitas sebelum
dilakukan pengujian sanitasi ini.
J. Kesimpulan
1. Tangan, air dan ruangan merupakan sumber kontaminasi mikroba.
2. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan,
air dan ruangan dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sampel
yang mengandung mikroorganisme pada beberapa cawan agar.
3. Prinsip praktikum ini adalah perhitungan koloni bakteri yang telah
ditanam pada media plate count agar (PCA) dengan metode Total
Plate Count tanpa menggunakan mikroskop.
4. Praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan media tumbuh
mikroorganisme yaitu Plate Count Agar (PCA) yang merupakan media
umum mikroorganisme dengan menggunakan metode hitung koloni di
cawan petri (standar/viable plate count method.

13 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
5. Jumlah mikroba pada tangan tanpa dicuci adalah sebanyak 44
koloni/ml sedangkan pada tangan dicuci dengan sabun dan dibilas
sebanyak 68 koloni/ml.
6. Jumlah mikroba pada air adalah sebanyak 24 koloni/ml sedangkan
aquades sebanyak 40 koloni/ml.
7. Jumlah mikroba pada ruangan laboratorium dietetika adalah sebanyak
72 koloni/ml sedangkan pada ruangan aula sebanyak 68 koloni/ml.
8. Berdasarkan hasil perhitungan uji kebersihan tangan, diketahui bahwa
jumlah mikroba yang paling banyak ada pada tangan yang dicuci
dengan sabun, dan tangan yang tidak dicuci sedikit mikrobanya.
9. Berdasarkan hasil perhitungan uji kebersihan air dan aquades, jumlah
mikroba terbanyak didapatkan di dalam aquades.
10. Berdasarkan hasil perhitungan uji sanitasi ruangan, jumlah mikroba
terbanyak didapatkan di dalam ruangan laboratorium dietetika
sedangkan pada ruangan aula lebih sedikit.
11. Penyimpangan pada kegiatan praktikum kali ini dapat disebabkan
karena kesalahan saat menghitung jumlah mikroba (tidak teliti saat
menghitung), kesalahan saat mengidentifikasi jenis-jenis mikroba,
pengambilan sampel yang tidak menggunakan pinset, teknik praktikan
yang kurang aseptis sehingga banyak terjadi kontaminasi dari luar,
penggunaan peralatan yang kurang bersih dan steril, perlakuan
praktikan saat praktikum dan sebelum menginkubasikan mikroba
(perlakuan pra proses).
K. Saran
Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang
telah ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

14 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
LAMPIRAN GAMBAR

Agar 22,5 g Autoklaf Petridish dengan


media agar

Media agar yang Inkubasi petridish Petridish Yang


telah beku dengan media agar (48 Telah Ditumbuhi
jam, suhu 37ºC) Mikroba

Sampel Uji Kebersihan Tangan Sampel Uji Kebersihan Air, dan


Aquades

15 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
Uji Sanitasi Ruangan

16 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P
DAFTAR PUSTAKA

Anisahlina. 2015. “Uji Sanitasi Udara dan Ruangan


Dalam https://id.scribd.com/doc/288060895/Prak-1-Uji-Sanitasi-Udara-
Dan-Ruangan, diakses pada tanggal 07 Oktober 2019

Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri
Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Jatinangor

Nuriana. Imma. 2014. “Sanitasi Pekerja”


Dalam https://www.academia.edu/9272991/SANITASI_PEKERJA,
diakses pada tanggal 07 Oktober 2019

Lukman, D.W., dan Purnawarman, T., editor. 2008. Penuntun Praktikum


HigienePangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
MasyarakatVeteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga.
Jakarta.

Penanggungjawab

Ni Made Sintia Ariyuni


P07131217001

17 | L A P O R A N P R A K T I K U M P M P

Anda mungkin juga menyukai