R. Julianto
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
R. Julianto
NRP: P 062040234
ABSTRACT
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapn tanpa izin IPB
VALUASI EKONOMI
PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN
KEBIJAKAN DI MASA DEPAN
R. Julianto
Disertasi
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Disertasi : Valuasi Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa
Depan
Nama Mahasiswa : R. Julianto
Nomor Pokok : P 0620402234
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM
Anggota Anggota
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Penelitian ini berjudul Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan.
Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis
banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. sebagai ketua komisi pembimbing,
dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc., Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM.,
masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi
kemajuan penulis dan lebih sempurnanya tulisan ini.
2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Masa Bakti
Tahun 2011-2015 yang memacu, memberi semangat dan solusi atas setiap
permasalahan yang penulis hadapi, agar penulis selesai dalam studi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Drh. Hasyim DEA selaku
Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana IPB yang selalu memberi semangat agar penulis selesai
dalam studi ini.
4. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf
dan jajaran administrasinya yang telah berkenan menerima dan mengasuh
serta selalu mendukung penulis untuk kelancaran dan kesuksesan studi ini.
5. Direktur, Para Kasubdit, Kepala Seksi, Satker dan PPK beserta staf di
lingkungan Direktorat Bina Program yang telah berkenan memberi ijin dan
kelonggaran waktu untuk penyelesaian dan kesuksesan studi ini.
6. Dr.Etty Riani,M.S, Dr.Ir.Widiatmaka, DEA, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih,
M.Agr.Sc, Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. dan Dr.Ir.Zulkifli Rangkuti,M.M,
M.Sc, penulis mengucapkan terima kasih atas masukannya serta para staf
Program studi PSL IPB yang terus mendukung dan memberikan semangat
penulis untuk terus melanjutkan penyelesaian studi ini.
7. Dinas Kebersihan dan Bappeda Propinsi DKI Jakarta serta PT Godangtua
Jaya yang memberikan ijin dan data pendukung penelitian di TPA Sampah
Bantar Gebang.
8. Pemerintah Kota Bekasi dan jajarannya yang telah memberikan ijin dan
bantuan untuk pelaksanaan penelitian lapangan dan penyediaan data Wilayah
Kecamatan Bantar Gebang.
9. Laboratorium Pusat Pendidikan dan Latihan Teknis Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Kota
Bekasi yang telah membantu analisis kualitas air tanah dan air permukaaan.
10. Teman-teman dan kerabat yang membantu survai lapangan dan penyusunan
penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya, baik moril maupun materiil.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Istri
yang telah membantu dan memberi semangat penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini. Permohonan maaf penulis sampaikan kepada keluarga yaitu istri
dan anak-anakku yang berkurang perhatian penulis selama menyelesaikan
penelitian ini.
Akhir kata, semoga semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat
berdoa semoga diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah S.W.T. dan dinilai
sebagai amal shaleh. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna
dan dengan segala kerendahan hati menerima masukan, kritikan, dan saran agar
tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya
penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah serta masyarakat dan pengusaha terkait dan dunia ilmu pengetahuan.
Bogor, Juni 2011
R.Julianto
RIWAYAT HIDUP
Halaman
1. PENDAHULUAN..................................................................................... .. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Ruang Lingkup Penelitian ......... ............................................................. 2
Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 3
Perumusan Masalah.............................................................................. .. 5
Manfaat Penelitian................................................................................ .. 6
Kebaruan Penelitian (Novelty) ............................................................. .. 7
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. .. 9
Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah .................................... .. 9
Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah. ............................. .. 12
Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah. ........................................ .. 13
Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah. ......................................... .. 15
Perhitungan Konversi Ekonomi ........................................................... 18
Valuasi Ekonomi ................................................................................. .. 19
Analisis Nilai Ekonomi Dampak.......................................................... 20
Nilai Keberadaan (NK) ........................................................................ 25
Nilai Warisan (NW) ............................................................................. 25
Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah .............. 26
Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan .......... ........................... 26
Metoda Pengolahan Sampah ................................................................. 31
xii
Jenis Data ............................................................................................ 44
Sumber Data ......................................................................................... 44
Metode Analisis ................................................................................... 46
Kebijakan Pengelolaan Sampah ........................................................... 46
Dampak Tempat Pembuangan Akhir ................................................... 46
Biaya Eksternalitas ............................................................................... 49
Benefit Eksternalitas ............................................................................ 52
Nilai Ekonomi Total Dampak ............................................................. 53
Perumusan Kebijakan........................................................................... 54
xiii
Dampak Lingkungan yang Terjadi di TPA .......................................... 90
Eksternalitas ......................................................................................... 97
Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah ................................. 97
Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah ................................... 108
Nilai Ekonomi Total Dampak .............................................................. 111
Alternatif Teknologi ............................................................................. 112
Aspek dan Kriteria .............................................................................. 113
Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya ................. 116
Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya ................. 118
Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya ................. 120
Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya ................. 121
Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan....... 122
TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................................................ 122
TPST Bantar Gebang Skenario 2 ........................................................ 141
Nilai Ekonomi Total TPST ................................................................. 158
Nilai Benefit Cost Ratio TPST ............................................................ 164
Analisis Kelayakan Finansial TPST ..................................................... 165
Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah
Kaca ...................................................................................................... 167
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan ................................ 17
2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit . .................. 17
3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007 ............................................... 18
4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix. ...... 24
5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta ............................................... 33
6. Valuasi ekonomi dampak ............................................................................. 50
7.Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang ................................................... 58
8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008.................................................. 61
9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 ................................................. 61
10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008 .............. 62
11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 63
12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml) ......................................................................... 65
16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml) ......................................................................... 65
17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah
Bantar Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008 ............................................. 66
18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008.......... 66
19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008 ................ 66
20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008 ...... 67
21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA) ....................................... 67
xv
22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 s/d 2008 (dalam dBA) .................................... . 67
23. Tingkat usia responden masyarakat ........................................................... 69
24. Aspek Sosial tingkat pendidikan dan lama tiinggal responden
masyarakat .................................................................................................. 70
25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden
masyarakat .................................................................................................. 70
26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan ................. 70
27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk......................... 71
28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan ......... 71
29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan . 71
30. Tingkat usia responden pemulung ............................................................. 72
31. Tingkat pendidikan responden pemulung .................................................. 72
32. Lama tinggal responden pemulung ............................................................ 73
33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung .................. 73
34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung................................ 73
35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar TPA 74
36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA ............. 74
37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan ........... 74
38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan ... 75
39. Tingkat usia responden pemilik lapak........................................................ 75
40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak ............................................ 76
41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak .................................... 76
42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak ............ 77
43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA ................................................. 77
44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan
lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang ......................... 77
45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan
lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang. ........................ 78
46. Tingkat usia responden bandar................................................................... 78
47. Tingkat pendidikan responden bandar ....................................................... 79
48. Lama menetap/berusaha responden bandar ............................................... 79
49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar ....................... 79
50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA 80
51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA ....... 80
xvi
52. Tanggapan responden bandar mengenai gangguan lingkungan................. 80
53. Tanggapan responden bandar mengenai jenis gangguan lingkungan ........ 81
54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir
TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009 .................................................. 90
55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika
tahun 2009 .................................................................................................. 91
56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 91
57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 91
58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 92
59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia
tahun 2009 ................................................................................................. 92
60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
kimia tahun 2009 ....................................................................................... 93
61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
kimia tahun 2009 ........................................................................................ 93
62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
kimia tahun 2009 ........................................................................................ 94
63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009 ................................. 96
64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di
TPA Sampah Bantar Gebang ..................................................................... 98
65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan ................... 99
66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di
Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu
akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang ................................................... 100
67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang .................................................. 102
68. Penurunan produksi pertanian .................................................................... 103
69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 104
70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius
1000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ................................................. 105
71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak
1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 106
72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak
2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 107
xvii
73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100m dari TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 108
74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200m dari TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 108
75. Rincian perhitungan NPV dan pemulung, pekerja daur ulang, lapak
dan bandar .................................................................................................. 110
76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang ......................................... 111
77. Nilai Ekonomi Total TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009.... 111
78. Produk dan treatment Skenario 1 dan 2 pada Kombinasi 1 ....................... 122
79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 ............................ 123
80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 ................................................... 124
81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1................ 127
82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1 ...... 128
83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1 ..... 129
84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal
Skenario 1................................................................................................... 130
85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan
RDF Skenario 1 .......................................................................................... 131
86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................ 132
87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang
plastik tahun 2010-2025 Skenario 1.......................................................... 134
88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas
tahun 2010-2025 Skenario 1 ..................................................................... 135
89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam
tahun 2010-2025 Skenario 1 ...................................................................... 136
90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1 .......................... 137
91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 ............. 138
92. Biaya investasi dan operasional Skenario 1. .............................................. 139
93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 ...... 140
94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 1................................................................................................... 141
95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2 ............................ 142
96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2 ................................................... 144
97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2................ 146
98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2 ...... 147
99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2 ..... 148
xviii
100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal
Skenario 2................................................................................................ 149
101. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik
tidak daur ulang skenario 2 ..................................................................... 150
102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2 ...................... 152
103. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang plastik tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 153
104. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang kertas tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 154
105. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang logam tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 155
106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2 ........................ 156
107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 ........... 157
108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2 ............................................. 157
109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2 .... 160
110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 2................................................................................................ 161
111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai
2025 ......................................................................................................... 161
112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 ................................................................................. 162
113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 .................................................................................. 162
114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 .................................................................................. 163
115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar
Gebang ................................................................................................... 163
116. Potensi pendapatan dari sertifikat reduksi GRK ..................................... 169
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian. ................................................ 4
2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi) ..... 23
3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya
(Dixon dan Hufschmidth, 1986) .................................................................. 27
4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007............................................................... 30
5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008 ........ 31
6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008 ........ 31
7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan
(Tchobanoglous et al., 1977)....................................................................... 32
8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste
(Kholil, 2005) .............................................................................................. 36
9. Lokasi penelitian .......................................................................................... 43
10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST .................. 55
11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak ........................................................... 88
12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga ........................... 89
13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit........... 101
14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA
Sampah Bantar Gebang ............................................................................... 109
15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 109
16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan
sampah terpadu .......................................................................................... 114
17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan........................... 114
18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial . ................................. 115
19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis. .................................. 115
20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi............................... 116
21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2
berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 117
22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3
berdasarkan setiap aspek ........................................................................... 117
23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 118
xx
24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 118
25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119
26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119
27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120
28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120
29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121
30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari TPA Sampah
Bantar Gebang . ........................................................................................... 177
2. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010
sampai Tahun 2025) .................................................................................... 178
3. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010
sampai Tahun 2025) .................................................................................... 179
xxii
I. PENDAHULUAN
\
2
adanya aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah
di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar
Gebang.
Pengelolaan persampahan yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang melibatkan
masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (produsen, penjual, pedagang dan jasa).
Pengelolaan sampah di masyarakat masih bermasalah karena rendahnya peran dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Dari sisi pemerintah, permasalahan
terjadi karena kurangnya sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan keterbatasan dana, serta
masih kurangnya dukungan pemerintah terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah
berhasil dalam pengelolaan sampah. Dukungan penghargaan, dukungan pendanaan, teknis,
manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya, seperti adanya sistem insentif dan disinsentif
bagi pelaku usaha belum diberikan oleh pemerintah. Pelaku usaha masih menggunakan bahan
produksi maupun produk dan kemasan yang tidak ramah lingkungan, dan masih rendahnya
pelaku usaha yang memanfaatkan sampah sebagai bahan baku serta sumber energi.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tidak aktifnya
pelaku usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sampah menyebabkan perlunya tempat
pembuangan akhir sampah. TPA Sampah Bantar Gebang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis dapat menimbulkan berbagai dampak baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Di TPA Sampah Bantar Gebang terdapat + 4500 orang pemulung, + 300
orang lapak dan + 45 orang bandar (Dinas Kebersihan DKI, 2005).
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor tersebut perlu
diketahui seberapa besar manfaat dan biaya dari keberadaan tempat pembuangan akhir
sampah Bantar Gebang. Adanya manfaat dan biaya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang
memerlukan kebijakan yang komprehensif dan memperhatikan masa yang akan datang.
Dampak
fisik-kimia,ekonomi, sosial dan budaya
Positif Negatif
Valuasi ekonomi
(Penilaian Biaya dan Manfaat)
yang ditelaah berada diatas baku mutu lingkungan seperti kesadahan Ca, BOD, COD, nitrut,
nitrat, koliform dan E Coli. Secara keseluruhan telah terjadi peningkatan pencemaran di
perairan sekitar TPA Sampah BantarGebang dikarenakan pengelolaan yang tidak efisien
terkait dengan penutupan sampah. Kondisi ini akan mempengaruhi biaya eksternal yang akan
bertambah besar bila inefisiensi semakin meningkat.
Royadi (2006), menggunakan analisis AHP dengan empat tingkat struktur hirarkir yaitu
fokus, aktor (pemerintah, swasta, dan masyarakat), kriteria (fisik kimia, mikrobiologi, dan
sosial ekonomi dan kesehatan) dan alternatif kebijakan, menyatakan faktor dominan dalam
pemanfaatan TPA Sampah pascaoperasi adalah keterlibatan swasta, negara donor dan
teknologi. Sedangkan Saraswati (2007) menyatakan faktor utama yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah adalah sosialisasi untuk pemahaman
3R, juga diperlukan adanya peraturan tentang sistem insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan 3R dan pemasaran untuk kompos dan produk daur ulang, dan Saribanon (2007)
menyebutkan diperlukan penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan sampah,
membentuk forum komunikasi antar lembaga lokal dan menggandeng kemitraan dengan
pihak swasta.
Penelitian yang telah dilakukan tersebut belum pernah membahas valuasi ekonomi TPA
Sampah Bantar Gebang, oleh karena itu penelitian Valuasi Ekonomi TPA Sampah Bantar
Gebang diperlukan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya pengelolaan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah:
1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum berjalan dengan baik.
2. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak fisik kimia dan ekonomi
yang bersifat negatif maupun positif.
3. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang meningkatkan biaya eksternalitas.
4. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang kurang bermanfaat secara ekonomi.
5. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang tidak sesuai dengan peraturan dan kebijakan
yang telah ditetapkan.
3. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dilanjutkan sebagai bahan
acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.
1. Valuasi ekonomi dan kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang secara
terpadu.
2. Perhitungan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang tidak lagi menjadi cost center, akan
tetapi telah berubah menjadi profit center.
Menurut Sinabutar (2005), gas rumah kaca yang merusak lapisan ozon dan
penyebab naiknya suhu permukaan bumi adalah CO2, CH4, N2O, NFCs, PFCs dan
SF dengan komposisi gas CO2 = 50%, CH4= 19% dan NO2= 4%. Berdasarkan
penelitian Sinabutar (2005) dari 9 kali pengujian sampel gas yang telah dilakukan
diperoleh kadar gas metana (CH4) adalah: (18,80; 37,70; 27,17; 7,40; 68,93;
40,92; 39,59; 67,55; 57,72)%. Kadar CH4 rata-rata adalah 47,58%.
Menurut Sinabutar (2005) kadar gas CH4 dari lahan urug yang layak
dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk tenaga listrik pada kisaran 40-60%, CH4
yang diperoleh dari lahan urug TPA Sampah Bantar Gebang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber daya listrik (pembangkit listrik) yang potensial.
Plastik merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon yang sangat panjang.
Oleh sebab itu ikatan polimer tidak dapat terfraksinasi secara alami, cara
fraksinasi dengan proses pirolisis. Pirolisis sampah plastik adalah penguraian
suatu bahan yang mudah menguap, dengan pemanasan. Pada umumnya bahan-
bahan yang diuraikan adalah bahan organik. Proses pirolisis dilakukan pada suhu
tinggi tanpa oksigen. Pada proses pirolisis diklasifikasikan dalam dua jenis
berdasarkan suhu operasi, yaitu pirolisis pada suhu rendah (< 700 oC) sedangkan
pada proses pirolisis pada suhu tinggi menghasilkan reaksi volatile yang kaya
akan hidrogen dan solid residu yang kaya akan karbon (Samuel dan Lando,
1974).
menurut Turner (2000) adalah: komposisi sampah, Luas TPA, karakteriktik fisik
lokasi TPA, umur TPA, tata ruang (spatial) TPA dan teknik operasi TPA.
Lokasi TPA Sampah Bantar Gebang yang dekat permukiman menimbulkan
biaya ekternalitas antara lain penurunan kualitas air, kualitas udara (misal
kebisingan, bau, kabut debu), timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama
antara masyarakat dengan pemulung, berkurangnya nilai estetika akibat pemulung
membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar
tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar
Gebang serta penurunan tingkat kesehatan. Slamet (2007), menyatakan bahwa
kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
permasalahan pencemaran (udara, tanah, air), menimbulkan turunnya harga tanah
(karena daerah yang turun kadar estetikanya), bau dan memperbanyak populasi
lalat dan tikus.
Berdasarkan Nengsih (2002) dalam KLH (2007) untuk 1 juta ton sampah
menghasilkan emisi sebesar 0,005 juta ton CH4.Biaya sosial karbon dioksida
adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia. Biaya ini
diperkirakan sebesar US $ 12 per ton CO2 untuk tahun 2005 dan diperkirakan
meningkat dari waktu ke waktu menurut IPCC (2007) dalam UNEP (2009)
Identifikasi biaya suatu proyek diperoleh dari perhitungan biaya masyarakat.
Biaya masyarakat meliputi biaya perorangan (biaya eksplisit dan biaya implisit),
dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain. Biaya eksplisit merupakan biaya yang
dikeluarkan badan pengelola TPA Sampah Bantar Gebang untuk membeli atau
menyewa faktor-faktor produksi yang diperlukan. Biaya eksplisit ini
diperhitungkan dari biaya operasional TPA Sampah Bantar Gebang, dan biaya
pengadaan alat-alat berat. Biaya implisit merupakan biaya pengeluaran faktor-
faktor produksi yang dimiliki dan digunakan oleh badan usaha TPA Sampah
Bantar Gebang, seperti biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan TPA
Sampah Bantar Gebang. Biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain diperhitungkan
dari dampak negative externality dan positive externality dari keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang tehadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi.
Dampak eksternalitas negatif berasal dari penurunan kualitas air dan kualitas
udara yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Dampak eksternalitas
15
negatif lainnya adalah penurunan nilai properti/harga tanah, dan social cost
(terjadinya konflik sosial dan menurunnya nilai estetika atau ketidak-nyamanan)
dan biaya pengobatan. Besarnya biaya sosial diperkirakan dengan terlebih dahulu
pengumpulan data primer, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif (DPLH, Kota Bekasi, 2008).
TPA Sampah Bantar Gebang disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan
faktor lain. Biaya rata-rata kunjungan pasien yang berobat untuk jenis penyakit
umum dan mata sebesar Rp 50.000, dan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru
diperlukan biaya sebesar Rp 75.000. Dari asumsi tersebut jumlah pengeluaran
untuk biaya pengobatan yang ditanggung adalah Rp1.816.149 seperti disajikan
pada Tabel 2.
Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit terkait dengan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah sebesar Rp 577.640 dengan menggunakan asumsi :
jumlah penduduk yang sakit 1.125 jiwa, rata-rata tidak kerja karena sakit
sebanyak 7 hari dan upah kerja Rp 20.000 per-hari pada tahun 2007.
Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah karena luapan air permukaan
pada musim hujan, sebesar Rp1,320.000.000. Asumsi yang digunakan luas sawah
pada tahun 2008 sebanyak 160 ha, gagal panen 1 kali setiap tahunnya dan rata-
rata produksi padi sekitar 3 ton/ha. (DPLH Kota Bekasi, 2008) Dari hasil
rekapitulasi nilai ekonomi terlihat bahwa setiap 1 ton sampah akan menghasilkan
dampak negatif sebesar Rp 6.433,83 untuk perkiraan rendah dan Rp 8.672,04
untuk perkiraan tinggi dapat dilihat pada Tabel 3 (DPLH Kota Bekasi, 2008).
18
Fakta yang terjadi adalah kompensasi (tipping fee) yang diberikan oleh
Pemda DKI Jakarta untuk Pemkot Bekasi sebesar 4.500 ton/hari x Rp 6.070 x 30
hari x 12 bulan = Rp 9,8 milyar per-tahun (DPLH Kota Bekasi, 2008).
Masyarakat di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang setiap 3 bulan sekali
menerima dana kompensasi sebesar Rp 200.000 dalam bentuk uang tunai dan Rp
100,000 dialokasikan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) untuk
pembangunan fisik (DPLH Kota Bekasi, 2008).
dasar perkiraan nilai WTA untuk sesuai waktu yang akan ditentukan (lihat
Eisworth dan Shaw 1997; Kesehatan Kanada, Research Triangle Institute dan
USEPA, 2002).
Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan
menjumlahkan kesediaan untuk membayar WTP (willingness to pay;) dari banyak
individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, WTP
merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan. Jadi
dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah
tentang pengukuran preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup
yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Dengan kata lain
valuasi merupakan preferensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (PSSAL,
2004).
Dampak lingkungan disebabkan oleh adanya suatu kegiatan baik secara
fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi perlu diidentifikasi dan dikuantifikasi.
Identifikasi dampak lingkungan diperlukan untuk menentukan langkah yang akan
dilakukan dalam upaya menanggulangi dampak yang terjadi. Penilaian dampak
lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan valuasi ekonomi, untuk melihat besarnya kerugian secara keseluruhan
dalam bentuk moneter. Penilaian dampak lingkungan dimonetasi secara kualitatif
maupun kuantitatif (PSSAL, 2005).
21
Tujuan valuasi ekonomi antara lain untuk melihat nilai kepuasan seseorang
atau komunitas atas keberadaan suatu aset, mengetahui nilai ekonomi dari
pemanfaatan sampah, mengetahui gangguan terhadap kehidupan masyarakat
sekitar TPA Sampah Bantar Gebang dan memperoleh perkiraan manfaat di masa
yang akan datang.
Metoda Valuasi Ekonomi dilakukan dengan menyesuaikan nilai mengingat
adanya perbedaan antara kegiatan satu dengan lainnya. Pada umumnya digunakan
nilai rata-rata, berdampak pertimbangan aplikabilitas dari penggunaan nilai
tersebut maka digunakan nilai yang termasuk layak dan dapat diaplikasikan.
Metoda perhitungan valuasi ekonomi didasarkan pada manfaat dan biaya.
Perhitungan nilai per unit waktu adalah nilai total dari dampak per unit
waktu maka nilai per unit waktu harus dikalikan jumlah individu yang terkena
dampak. Apabila dampak tersebut berubah menurut waktu, maka harus diestimasi
pada tiap-tiap waktu di masa datang pada saat pengaruh tersebut diperkirakan
akan menyebar.
Perhitungan nilai total terdiskonto digunakan pada waktu kapan dampak
tersebut akan terjadi, mengingat biaya dan manfaat objek studi dapat terjadi pada
waktu, yang berbeda (misal biaya proyek muncul, sementara manfaat atau
kerusakan terjadi setelah proyek selesai beroperasi). Perhitungan total kerusakan
dan manfaat tahunan terdiskonto, dengan menggunakan tingkat bunga yang
disarankan. Penggunaan tingkat bunga dan nilai dampak, keduanya harus juga
mempertimbangan faktor inflasi dengan cara yang sama yaitu bahwa keduanya
harus dihitung dalam bentuk nilai riil (the real value).
Manfaat SDA dan lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam nilai manfaat
(use values) dan nilai bukan manfaat (non use values). Nilai ekonomi total
diilustrasikan pada Gambar 2. Nilai manfaat ada yang bersifat langsung (direct
use values) dan ada yang tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan
(option values). Sementara itu nilai bukan manfaat mencakup nilai keberadaan
(existence values) dan nilai warisan (bequest values). Apabila nilai nilai ekonomi
SDA tersebut dijumlahkan maka akan diperoleh nilai ekonomi total atau total
economic values. Rumus nilai ekonomi total suatu SDA adalah sebagai berikut
(Munasinghe 1993):
22
NET = NM + NNM
NM = NML + NMTL + NMP
NNM = NK + NW
dimana:
NET = Nilai Ekonomi Total
NM = Nilai Manfaat;
NNM = Nilai Bukan Manfaat
NML = Nilai Manfaat Langsung
NMTL = Nilai Manfaat Tidak Langsung
NMP = Nilai Manfaat Pilihan:
NK = Nilai Keberadaan
NW = Nilai Warisan.
23
Nilai Bukan
Nilai Manfaat Manfaat
Hasil yang Hasil yang tidak Nilai manfaat Nilai yang Nilai pengetahuan
langsung dapat secara langsung langsung dan dirasakan keberlangsungan
dimanfaatkan dapat tidak langsung masyarakat dari keberadaan TPA
dimanfaatkan dapat keberadaan Sampah Bantar
dimanfaatkan sumberdaya Gebang
di waktu
mendatang
Nilai manfaat langsung (NML) adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara
langsung dari suatu sumber daya. Nilai manfaat langsung yang dihitung merupakan nilai dari
jenis mempunyai nilai ekonomis yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut : n
NML = ∑ NMLi
Keterangan : i=1
NML : Nilai Manfaat Langsung
NML1 : Nilai Manfaat Langsung 1
NML2 : Nilai Manfaat Langsung 2
Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir sampah yang digunakan dalam
penilaian ekonomi berbasis pada harga pasar (market price based method).
Nilai manfaat tidak langsung (NMTL) merupakan nilai manfaat dari suatu sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan secara tidak langsung oleh masyarakat. Sebagai contoh manfaat
tidak langsung dari tempat pembuangan akhir sampah dapat berupa manfaat fisik yaitu
peluang/kesempatan kerja, dan sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman.
Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai peluang
kesempatan kerja didekati dengan jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung,
lapak maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah
replacement cost atau biaya pengganti yang dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari
manfaat yang diperoleh untuk memperbaiki lingkungan.
Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai kompos
hasil pemisahan sampah organik menjadi pupuk tanaman. Menurut Adrianto (2006), teknik
pengukuran untuk menilai manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity
approach) sehingga jumlah sampah organik menjadi input bagi produktivitas kompos yang
25
menjadi produk akhir bagi masyarakat. Nilai total manfaat tidak langsung dapat dirumuskan
sebagai berikut :
n
NTML = ∑ NMTLi
Keterangan : i=1
NMTL : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung
NMTL1 : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (peluang kerja)
NMTL2 : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (kompos)
Nilai manfaat pilihan (NMP) pada umumnya didekati dengan menggunakan metoda
benefit transfer yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit dari tempat lain, kemudian
benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari
lingkungan (Fauzi, 1999). Metoda tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai
manfaat misal: gas metan dimasa yang akan datang Nilai manfaat pilihan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Nilai keberadaan didefinisikan sebagai nilai yang dirasakan masyarakat dari keberadaan
sumberdaya. Nilai ini muncul dari kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu
aset, walaupun yang bersangkutan tidak berminat. Dengan kata lain nilai keberadaan
diberikan seseorang atau masyarakat kepada sumberdaya alam dan lingkungan tertentu
karena memberikan manfaat spiritual, estetika, dan budaya. Nilai keberadaan suatu
sumberdaya alam dan lingkungan tidak berkaitan dengan penggunaan oleh seseorang atau
masyarakat, baik pada saat sekarang maupun masa yang akan datang, tetapi semata-mata
sebagai-bentuk kepedulian terhadap keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai
obyek. Metoda yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Contingent Valuation Method
(CVM). Metoda CVM ini didasarkan pada kepuasan seseorang terhadap keinginan menerima
perubahan lingkungan yang dinyatakan dalam bentuk besar penerimaan kompensasi WTA
atas perubahan kualitas lingkungan.
analysis dan (3) total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi
ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari aktivitas tertentu,
misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir. Sedangkan parial analysis
dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem.
Sementara itu, total valuation dilakukan untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah
ekosistem tertentu kepada masyarakat.
Penelitian ini menggunakan adalah metode impact analysis valuation, karena tujuan
utama dari studi ini adalah mengestimasi nilai ekonomi total dari dampak keberadaan Tempat
Pembungan Akhir Sampah Bantar Gebang, yang diharapkan dapat dianalisis dari sudut
pandang publik sebagai salah satu parameter penting dalam sebuah analisis ekonomi.
Pendugaan nilai bersih sekarang (Net Present Value, NFV) dari sebuah skenario
pengelolaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut
(Dixon dan Hufschmidth, 1986):
NFV = Bd + Be – Cd – Ce – Cp
Keterangan:
Mengidentifikasi Alternatif
Peringkat Alternatif
Gambar 3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya (Dixon dan Hufschmidth, 1986)
Sementara itu dalam kerangka CBA, formulasi dari dua kriteria analasis ini disajikan
sebagai berikut (Barton, 1994):
Net Present Value
NFV = ∑ (Bt – Ct)/(1 + r)t
Kriteria yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah bahwa apabila
BCR > 1 dan NFV > 0 maka alternatif pengelolaan tersebut dapat dilaksanakan (acceptable).
Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis manfaat biaya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pada analisis ini disusun prioritas kebijakan pengelolaan TPA sampah. Kebijakan yang
dihasilkan analisis sebelumnya selanjutnya disusun prioritas dengan menggunakan model
metoda perbandingan eksponensial (MPE). Hasilnya akan terpilih kebijakan prioritas yang
memberikan manfaat pada pengelolaan TPA sampah. Selanjutnya urutan prioritas kebijakan
diranking, untuk mendapatkan pilihan kebijakan dan langkah operasional. Model yang
digunakan ádalah analytical hierarchy proses (AHP).
Tahapan metoda perbandingan eksponensial ada beberapa yang harus dilakukan yaitu:
menyusun alternatif-alternatif keputusan yang dipilih, menentukan kriteria keputusan atau
pertimbangan kriteria keputusan yang penting untuk di evaluasi. Menentukan tingkat
kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian
terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap
alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total
masing-masing alternatif.
Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda perbandingan
eksponensial adalah sebagai berikut:
Keterangan:
TNi = Total nilai alternatif ke –i
RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke –j pada pilihan keputusan i
29
Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar
atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria
tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya.
Semakin besar nilai setiap alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor
masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi
eksponensial.
Metoda ini untuk penyelesaian persoalan dilakukan melalui analisis terhadap
keberlanjutan pengelolaan TPA Sampah secara finansial berdasarkan kajian atas berbagai
skenario pengembangan alternatif pengelolaan sampah dengan tetap memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dari
responden dan data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur dan pengalaman yang ada
untuk memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pengelolaan TPA
Sampah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan
sampah menyatakan bahwa pada pasal 5 Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas
menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Pada pasal 5 butir e
menyatakan: mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah.
Pasal 7 Dalam Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Mempunyai Kewenangan: menetapkan
kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah. Pasal 8 Dalam Menyelenggarakan
Pengelolaan Sampah, Pemerintahan Provinsi mempunyai kewenangan menetapkan Kebijakan
dan Strategi dalam Pengelolaan sampah sesuai dengan Kebijakan Pemerintah. Pasal 9 ayat 1
menyatakan Dalam menyelenggarakan Pengelolaan sampah, pemerintahan Kabupaten/kota
mempunyai kewenangan: Menetapkan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan sampah
berdasarkan Nasional dan Provinsi.
Kompensasi pada Pasal 25 ayat 1 menyatakan: Pemerintah dan pemerintah daerah
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang
sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah, ayat 2 menyatakan bahwa kompensasi sebagaimana dimaksud
pada butir a. Relokasi, b. Pemulihan Lingkungan, c. Biaya Kesehatan dan Pengobatan dan d.
Kompensasi dalam bentuk lain. Pada ayat 3 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
30
mengenai dampak negative dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Pada ayat 4 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai pemberian kompensasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatur dengan Peraturan Pemerintah dan atau Peraturan Daerah.
Peran Masyarakat pada pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa Masyarakat dapat berperan
dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah. Pada ayat 2 menyatakan bahwa peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui: pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah; perumusan kebijakan pengelolaan sampah dan/atau, pemberian saran dan
pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Pada ayat 3 menyatakan bahwa
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan
daerah.
Tingkat Diskonto
Menurut Indrajaya (2008), hal terpenting dalam menggunakan Net Present Value
adalah menentukan tingkat diskonto (discount rate). Ada tiga cara dalam menentukan tingkat
diskonto : berdasarkan estimasi konsumsi yang akan datang lebih sedikit dari konsumsi saat
ini, berdasarkan teori produktivitas modal dimana nilai uang sekarang diestimasi dalam
hubungannya dengan penggunaan produktif di masa datang, dan berdasarkan instrumen
kebijakan pemerintah sebagai pedoman investasi dalam sistem ekonomi. Akibat fluktuasi
tingkat inflasi yang menyebabkan cukup kompleks untuk diramalkan/forecasting, maka
digunakan tingkat diskonto berdasarkan laju inflasi selama 20 tahun (Gambar 4). Sesudah
tahun 2010 digunakan kebijakan pemerintah untuk menjaga inflasi pada titik 10%.
Sedangkan Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan fluktuasi suku bunga 1 bulan dan 3 bulan
tahun 2000-2008.
Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007
90%
80%
77,63%
70%
60%
Tingkat Inflasi
50%
40%
30%
20%
17,11%
10% 12,55%
9,77% 9,24% 8,64% 11,06% 10,33% 11,06%
9,53% 9,52% 9,40%
5,47% 5,97% 6,47% 6,50% 6,60% 6,59%
4,94% 5,06%
0%
2,01%
Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
12% 10,17%
9,19%
10% 8,15%
8%
6%
4%
2%
0%
2000 2002 2003 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Timbulan
Sampah
Pemilahan, Pewadahan
dan Pengolahan
Sampah
Pengumpulan
Pemilahan dan
Pemindahan
Pengolahan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Timbulan sampah per kapita 2,97 liter per kapita per hari atau 0,64 kg per kapita per hari
(berat jenis = 0,21 ton/m3 ). Hasil survai konsultan WJMP pada awal tahun 2005 tercantum
pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta
% di daur % di
No Komponen % total
ulang buang
1 Organik (sisa makanan, daun, dll) 55,37 0 55,37
2 An Organik 44,63 19,95 24,68
2.1. Kertas 20,57 7,32 13,15
2.2. Plastik 13,25 6,85 6,40
2.3. Kayu 0,07 0,07 0
2.4. Kain/tekstil 0,61 0,61 0
2.5. Karet/kulit tiruan 0,19 0,19 0
2.6. Logam/metal 1,06 1,06 0
2.7. Gelas/kaca 1,91 1,91 0
2.8. Sampah bongkahan 0,81 0,81 0
2.9. Sampah B3 1,52 0 1,52
2.10 Lain-lain (batu, pasir, dll) 4,65 0 4,65
Total 100 19,95 80,05
Sumber: Hasil Survai Konsultan WJEMP DKI 2005
Terdapat paling tidak lima cara yang dikenal secara umum dalam pengolahan sampah
(Tchobanoglous et al., 1977) yaitu:
(i) Open dumping. Open dumping mengacu pada cara pembuangan sampah pada area
terbuka tanpa dilakukan proses apapun;
(ii) Landfill. Landfill adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih baik dari open
dumping. Sampah yang ada ditutup dengan tanah kemudian dipadatkan. Setelah lokasi
penuh maka lokasi landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut
biasanya dijadikan tempat parkir.
(iii) Sanitary landfill. Berbeda dengan landfill maka sanitary landfill menggunakan material
yang kedap air sehingga rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan
sekitar. Biaya sanitary landfill relatif jauh lebih mahal.
(iv) Insinerator. Pada cara pengolahan menggunakan insinerator, dilakukan pembakaran
sampah dengan terlebih dahulu memisahkan sampah daur ulang. Sampah yang tidak
dapat didaur ulang kemudian dibakar. Biasanya proses pembakaran sampah dilakukan
sebagai alternatif terakhir atau lebih difokuskan pada penanganan sampah medis.
(v) Pengomposan. Pengomposan adalah proses biologi yang memungkinkan organisme
kecil mengubah sampah organik menjadi pupuk. Kompos lebih berperan untuk
34
memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan cadangan air pada tanah, sehingga
penyerapan air oleh tanaman akan lebih baik. Di sisi lain, pemerintah kurang
menggalakkan gerakan pemanfaatan kompos. Produksi kompos dari beberapa instalasi
pengomposan sampah tidak optimum, dan akhirnya berhenti beroperasi akibat
ketiadaan pelanggan tetap dan berkesinambungan.
Sampah sebagai sumber energi. Perlu konsep baru untuk menangani sampah perkotaan,
Bramono (2004). Sebagai alternatif, sampah bisa diubah menjadi suatu materi baru yang
memiliki nilai jual lebih dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Kompos menurut Bramono (2004) pada dasarnya melakukan konversi energi. Namun
energi yang ada terlepas dalam bentuk materi yang memiliki nilai kalor yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan proses pengomposan secara aerobik akan melepas materi organik padatan
lain yang lebih sederhana, serta gas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaatkan energinya
secara langsung. Tersedia beberapa proses lain yang dapat mengkonversi energi yang
tersimpan di dalam sampah menjadi suatu materi baru. Proses itu antara lain yaitu:
1. Proses anaerobik
Proses ini akan melepas energi yang tersimpan dalam gas CH4 yang memiliki nilai kalor
tinggi yang akan terbentuk. Lahan urug saniter, merupakan reaktor anaerobik dalam kapasitas
yang besar. Beberapa teknik telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gas CH4 yang
terbentuk. Resirkulasi air lindi merupakan salah satu teknik yang diterapkan untuk
meningkatkan produksi gas CH4, selain untuk mempercepat degradasi sampah itu sendiri.
Akan tetapi reaktor anaerobik yang direncanakan secara khusus dengan kapasitas yang lebih
kecil, dapat lebih mudah untuk dimonitor dan dikontrol dalam kinetika pembentukan gas
metana dengan lebih baik ketimbang pada lahan urug saniter. Residu yang terbentuk dapat
dimanfaatkan untuk kompos yang sebelumnya telah diambil sebagian energinya menjadi gas
CH4, ketimbang proses aerobik pada pengomposan yang hanya akan menghasilkan kompos
saja.
Jika tahapan proses anaerobik ini dihentikan hanya pada tahapan fermentasi saja, yaitu
tahapan sebelum pembentukan pembentukan gas CH4 , maka dapat dihasilkan alkohol yang
memiliki nilai kalor tinggi. Penggunaan alkohol ataupun derivatnya sebagai sumber bahan
bakar alternatif dari sampah dapat dipertimbangkan juga (Bramono, 2004).
sekali. Proses pirolisis akan menghasilkan padatan (char) dan cairan (tar) yang memiliki nilai
kalor tinggi. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel (salah satu bahan bakar
pengganti atau aditif solar) yang sedang marak digunakan dewasa ini. Sedangkan gasifikasi,
akan menghasilkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi. Pemanfaatannya sebagai sumber
energi alternatif dapat dipertimbangkan (Bramono, 2004).
3. Proses insinerasi
Proses ini lebih mahal ketimbang dua proses di atas. Sampah dengan kadar air terendah
sekalipun hanya dapat menghasilkan temperatur alami sekitar 200°C. Sementara temperatur
kerja pada proses ini adalah pada rentang 600-800°C, yang bertujuan untuk mereduksi
pembentukan senyawa karsinogenik dioksin dan furan. Riset pada beberapa buah insinerator
di Amerika Serikat masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mereduksi
pembentukan kedua senyawa ini, meskipun proses dijalankan pada temperatur jauh di atas
600-800°C. Proses ini akan menghasilkan panas yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan
sebagai sumber energi pembangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat dikonversi menjadi
energi listrik (Bramono, 2004).
Rentang energi yang dihasilkan.Sebagai suatu proses yang menghasilkan energi jumlah
input energi dan output energi harus dihitung dalam suatu neraca massa dan energi. Energi
yang dimasukkan ke dalam suatu proses diharapkan seminimum mungkin, mengingat output
dari proses yang diharapkan adalah energi pula, sehingga total energi yang dihasilkan dari
proses dapat dihitung. Jika terlalu banyak energi yang harus ditambahkan ke dalam proses,
maka proses tidak efisien.
Selain itu menurut Bramono (2004), masih perlu dikaji rentang energi yang dapat
dimanfaatkan, karena setiap output dari suatu proses memiliki rentang pemakaian. Dalam hal
ini, efisiensi pemanfaatan energi dengan jumlah energi tertentu yang dihasilkan dari suatu
volume sampah harus dipertimbangkan. Setiap proses memiliki jangkauan pemanfaatan
dalam setiap produk yang dihasilkan. Dengan demikian pemanfaatannya bisa dilakukan
secara tepat dan efisien.
Beberapa penelitian sampah di TPA yang telah dilakukan di Indonesia diuraikan
berikut ini. Kholil (2005) menyatakan bahwa penanganan sampah dengan sistem “zero
waste” yang telah diuji cobakan di beberapa tempat di Jakarta Selatan seperti Tebet, Jalan
Asneli Pasar Minggu, Jalan Siaga Kelurahan Tanjung barat dan Jalan Gandaria Jagakarsa
masih terbatas dengan teknologi yang masih sederhana dan belum melibatkan masyarakat
sekitar, sehingga pilot proyek tersebut tidak dapat berkembang dan tidak dapat bertahan lama.
36
TPS Pemilahan
Sampah Sisa
Dibakar
Abu Sisa
Batako Pembakaran
TPA
Gambar 8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005)
37
Menurut Kholil (2005) alternatif pertama absah secara teoritis dan terbukti berhasil
dalam menurunkan volume sampah, kebijakan ini bersifat incremental dan memerlukan
waktu cukup lama (sekitar 20 – 30 tahun). Mengingat prosesnya yang lama, kebijakan ini
menjadi kurang tepat untuk menangani sampah kota yang memerlukan penanganan yang
cepat dan tepat.
Alternatif kedua memerlukan dukungan petugas dan aparat hukum yang memadai,
tetapi dalam pelaksanaannya kebijakan ini bisa menghadapi beberapa kendala teknis di
lapangan antara lain kesulitan petugas dalam menentukan ambang batas pencemaran, dan
memungkinkan terjadinya salah persepsi bagi petugas yang dapat merugikan masyarakat.
Alternatif ketiga dan keempat merupakan perubahan struktural yang bersifat antisipatif ke
depan dalam jangka panjang, sesuai dengan perkembangan kota dan tuntutan masyarakat.
Oleh karena itu alternatif kebijakan ke tiga dan ke empat dapat menjadi pilihan yang terbaik
bagi Pemerintah Kota Jakarta Selatan dalam rangka mereduksi volume sampah untuk
38
mengurangi ketergantungan tehadap TPA, untuk mendukung kebijakan ini perlu dilakukan
revisi dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang atau Perda tentang penanganan sampah
kota.
Menurut Gani (2007), penggunaan teknologi pirolisis pada proses pengolahan sampah
organik padat dapat menghasilkan produk bermanfaat berupa arang dan asap cair, sedangkan
teknologi dekomposer sangat efektif untuk menangani sampah organik lunak menghasilkan
kompos berkualitas. Sebagian besar perlakuan pengomposan sudah menghasilkan kompos
dalam waktu berkisar 20-30 hari, kecuali pada BO (control) berkisar 56-60 hari dan
perlakuan BI (Biodekomposer Orgadec) berkisar 41-45 hari. Mutu kompos yang dihasilkan
pada semua perlakuan pengomposan diatas, secara umum relative mendekati persyaratan
SNI-19-7030-2004 untuk kompos dari sampah domestik (BSN, 2004). Biodekomposer yang
dapat mempercepat proses pengomposan sampah organik menghasilkan kompos bermutu
terbaik adalah FM-4, campuran Orgadec-EM-4-Arang-asap cair dan campuran Orgadec-
Biodek-Arang-Asap cair.
Teknologi pirolisis dapat mengkonversikan sampah organik yang sukar dikomposkan
menjadi arang dan asap cair. Arang hasil pirolisis pada suhu 505ºC bermutu terbaik dan asap
cair yang dihasilkan pada proses tersebut menunjukkan kadar total fenol tertinggi. Metoda
aktivasi arang sampah organik pasar menjadi arang aktif bermutu terbaik, terutama dalam hal
daya serapnya terhadap iodin, ialah dengan cara aktivasi menggunakan uap H 2O pada suhu
800ºC selama 120 menit. Asap cair hasil pirolisis sampah organik pada suhu 505ºC
menghasilkan rendemen 31,24%, kadar total fenol 223,95 mg/l dan pH 4,1. Fraksi methanol
dan air dari asap cair tersebut berpotensi sebagai antifeedant, karena aktivitasnya melebihi
50% terhadap larva S. Litura dan nilai EL5o-nya sama-sama 0,71%.
Penggunaan komarasca hasil konversi sampah organik berpengaruh sangat nyata baik
terhadap pertambahan tinggi batang, jumlah daun, dan anakan maupun terhadap bobot
biomassa tanaman daun dewa terutama ditunjukkan oleh perlakuan campuran tanah-abu-
kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H2O pada suhu 800ºC selama 120
menit, dan fraksi methanol dari asap air. Agar proses pengomposan sampah dapat diterapkan
di lingkungan permukiman, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang
proses pengomposan yang mampu mendapatkan metoda minimisasi bau secara lebih optimal.
Di samping itu juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengisolasi senyawa aktif anti
feedant dari fraksi methanol hasil fraksinasi asap cair sampah organik guna mengetahui
rumus strukturnya. Defra (2004) menyebutkan dalam rangka memperkirakan WTP untuk
39
mengurangi suara, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari suatu landfill dengan
hasil sebagai berikut :
WTP Marginal sebesar £0.12 sampai dengan £0.19 per hari dengan memperhitungkan
jumlah hari ketika responden menderita karena debu dan sampah yang tertiup angin dari
lokasi landfill
WTP Marginal sebesar £0.10 sampai dengan £0.15 per hari dengan memperhitungkan
jumlah hari ketika responden bisa mencium bau yang berasal dari lokasi Landfill
Anwar (2007), melakukan percobaan untuk penelitian model sentra energi berbasis
biomassa, dimana dilakukan percobaan dengan bahan baku biomassa antara lain sampah kota
yang difermentasi secara anaerobik dengan hasil antara lain sebagai berikut:
1. Gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran adalah jumlah dari hasil gas bio
setiap komponen campuran sesuai dengan proporsi komponen dalam campuran. Model
n
penduga menurut persamaan sebagai berikut: V = ∑ ki Vi dengan V adalah produksi gas
i=1
bio biomassa campuran (l/kg.bk), ki adalah fraksi biomassa ke i dan Vi adalah produksi
gas bio biomassa ke i (l/kg.bk).
2. Kadar CH4 yang terdapat dalam gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran
adalah kumulatip dari kadar metana dalam gas bio komponen campuran secara
proporsional dan dalam satuan massa kering biomassa campuran. Model penduga
n
menurut persamaan V = ∑ ki Vi Ki V, dengan K adalah kadar metana dalam gas bio
i=1
biomassa campuran (%) dan Ki adalah kadar metana dalam gas bio biomassa ke i (%).
3. Model sentra energi berbasis biomassa baik dari aspek penyediaan bahan baku,
penguasaan teknologi, serta secara financial mempunyai kelayakan yang baik untuk
dapat diwujudkan pada suatu kawasan dalam meningkatkan peranan energi biomassa
pada penyediaan energi di kawasan tersebut.
4. Model sentra energi berbasis biomassa dapat memberikan perlindungan lingkungan
dalam bentuk proporsi reduksi sampah yang dihasilkan dari 28,54% sampai dengan
72,33% dari produksi sampah harian dari jenis yang dipergunakan oleh sentra energi.
5. Model simulasi model pengembangan sentra energi biomassa dapat digunakan untuk
memprediksi karakteristik operasional sentra energi berbasis biomassa.
40
6. Dalam penerapan sentra energi berbasis biomassa dapat dimulai dari suatu kawasan
yang tidak terlalu luas, misalnya kawasan setingkat kecamatan atau setingkat desa di
pulau jawa
7. Kajian secara financial selayaknya dilakukan dengan berbagai skenario sumber
biomassa yang digunakan terutama biomassa yang berasal dari limbah peternakan,
khususnya pada kawasan yang penggunaan limbah peternakannya pada tingkatan yang
sangat intensif yang berkecenderungan harga limbah peternakan terlalu mahal
dibandingkan dengan harga metana yang dihasilkan.
8. Pemanfaatan sampah kota oleh sentra energi bersifat prioritas karena memiliki harga
yang relatif rendah dan suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan ladang
energi atau perkebunan energi sebaiknya menjadikannya sebagai prioritas.
9. Kadar CH4 dari gas bio sampah rata-rata 54,54%, secara umum biomassa menghasilkan
kadar CH4 dari gas bio diatas 50% yaitu antara 54,54% sampai 58,64%. Jangka waktu
pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari.
Masa pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari. Rata-rata 30% gas bio
terbentuk pada sepuluh hari pertama, sebesar 58% pada periode sepuluh hari kedua, dan
sampai periode sepuluh hari ketiga mencapai 83,2%, serta pada akhir periode sepuluh hari
keempat gas bio yang berbentuk mencapai 97,5%. Waktu produksi tersebut relatif tidak
berbeda dengan waktu produksi yang menggunakan bahan limbah ternak. Pada sistem tak-
kontinyu dengan bahan limbah ternak lebih dari 66% pembentukan gas bio terjadi waktu
kurang dari 30 hari dengan suhu larutan 30ºC (Pandey, 1997).
Laju pembentukan gas bio diantara bahan yang digunakan relatif tidak banyak berbeda.
Laju rata-rata pembentukan gas bio tertinggi pada sepuluh hari pertama sebesar 3,00%
perhari, kemudian pada periode sepuluh hari kedua 2,80% perhari, periode sepuluh hari
ketiga sebesar 2,52% perhari dan pada periode sepuluh hari keempat sebesar 1,43% perhari,
serta yang terendah pada periode sepuluh hari yang kelima sebesar 0,25% perhari. Pola dari
laju pembentukan gas bio mendekati kurva linier pada periode tiga hari pertama, dan
mempunyai pola eksponensial pada dua puluh hari terakhir. Gambaran ini menunjukkan rata-
rata 90% pembentukan gas bio dalam masa produksi 35 hari.
Menurut Herawati et al., (2007) menyatakan daur ulang sampah adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Bahan-bahan atau
material yang dapat di daur ulang antara lain, adalah sebagai berikut:
41
Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim, kopi, selai/jam; baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. Kertas, terutama kertas bekas di
kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik). Logam
bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton. Plastik
bekas wadah sampo, air mineral, jaringan ember.
III. METODE PENELITIAN
TPA
a. Responden Masyarakat
Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA
Sampah Bantar Gebang. Masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang relatif
Homogen. Jumlah sampel yang diambil sebesar 80 responden.
Wawancara responden dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner
yang dilakukan terhadap 80 kk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur
Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status,
tanggungan keluarga, usia. alamat, profil tempat tinggal, jumlah penghuni, lama
tinggal atau menetap.
b. Responden Pemulung
Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih
dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60
responden.
c. Responden Lapak
Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang
bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar
untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 20 responden.
46
d. Responden Bandar
Bandar dalam penelitian ini adalah seorang pengusaha daur ulang biasannya
melakukan spesialisasi dalam membeli dauran sampah dan omset pembeliannya
relatif besar, sehingga dikenal bandar kertas, bandar plastik, bandar botol/gelas
dan bandar rongsokan/besi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 responden.
e. Responden Pendukung
Pengambilan sampel responden pendukung diambil sebanyak 8 responden,
yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah (Dinas Kebersihan dan Badan
Pengelola Sampah), pakar dari Perguruan Tinggi, dan Praktisi/pengamat/
konsultan dan pakar sampah.
b. Biologi
Kondisi lingkungan biologi berupa berkembang biaknya lalat didapat dari
data sekunder hasil pengamatan perilaku dan perkembang biakan lalat.
Pengamatan dilakukan pada siang hari, dimana lalat bergerombol/ berkumpul dan
berkembang biak di sekitar sumber makanannya (umumnya lalat menyukai
makanan yang berbau busuk seperti sayuran, buah-buahan yang basah dan
membusuk). Pengamatan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat sekitar
tempat pembuangan akhir yaitu dengan melihat besarnya prosentase penyakit
yang paling banyak dan yang paling sering diderita masyarakat seperti disentri,
kolera, typhus, dan diare.
Kurangnya Memperoleh perkiraan yang - Benefit transfer - Volume gas metana Data Sekunder : 1. Besarnya nilai
pemanfaatan kasar mengenai manfaat - Luas lahan hutan kota 1. Literatur manfaat di masa
potensial TPA TPA di masa yang akan yang akan datang
sampah dimasa datang - Luas lapangan olah raga
yang akan datang
Belum tercapainya Mengukur biaya dan - NFV - Biaya investasi Data Sekunder : 1. Analisis manfaat
efisiensi manfaat manfaat dari nilai tambah - BCR - Biaya produksi 1. Literatur 2. Analisis biaya
ekonomis suatu sumber daya dan nilai
proyek tambah hasil barang-barang - IRR - Biaya overhead 2. Instansi Terkait
dan jasa - Biaya pemeliharaan
51
Keterangan
JP = Jumlah penduduk tahun ke i dalam orang;
KRPO1 = Kebutuhan rata-rata air bersih per orang per tahun dalam
liter/orang;
KRPO2 = Kebutuhan rata-rata air minum per orang per tahun dalam
liter/orang;
HAB = Harga air bersih dalam Rupiah/liter
HAM = Harga air minum dalam Rupiah/liter
Jumlah penduduk di wilayah yang tercemar air tanahnya dikalikan dengan
standar kebutuhan air bersih perkotaan sebanyak 80 liter/orang/hari untuk mandi
dan cuci ditambah untuk kebutuhan air minum dan masak sebanyak 5
liter/orang/hari. Harga air bersih dan air minum Rp 150 per-liter pada Tahun
2009.
Keterangan
JKPij = Jumlah kunjungan pasien untuk penyakit i dalam orang;
BPi = Biaya pengobatan rata-rata penyakit i dalam Rupiah per orang.
n = Jumlah penyakit
Berdasarkan studi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (2008) biaya rata-
rata berobat pada Tahun 2006 untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp
50.000 sedangkan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya
sebesar Rp 75.000,-, dalam sekali berobat.
Keterangan
JPSi = Jumlah penduduk usia kerja yang sakit pada tahun 1 dalam orang;
52
RHS = Rata-rata lama waktu penduduk tidak bekerja karena sakit dalam hari;
UMH = Upah Rata-rata dalam Rupiah/orang/hari
Keterangan
LSi = Luas sawah gagal panen dalam setahun dalam hektare;
RPP = Rata-rata Produksi Padi 1 kali masa tanam dalam ton/hektare/tahun;
(1 tahun = 3 kali masa tanam)
HP = Harga padi dalam Rupiah per ton.
Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah tersebut karena luapan air
hujan yang mengandung sampah, dengan menggunakan asumsi kejadian gagal
panen 1 kali setiap tahunnya.
Keterangan
JEi = Jumlah emisi gas pencemar dalam ton;
BUGP = Biaya kerugian akibat emisi gas metana dalam Rupiah per ton CO2.
Keterangan
JPi = Jumlah penduduk dalam radius yang terkena bau dalam orang;
(setiap radius dianggap sama)
JHB = Jumlah hari dalam setahun timbulnya bau dalam hari;
NKHB = Nilai kompensasi hari bau dalam Rupiah/orang/hari.
Keterangan
JPM = Jumlah orang yang kerja dalam orang;
ICM = Jumlah pendapatan dalam Rupiah/orang/tahun).
Asumsi adanya pengaruh berganda dari kegiatan daur ulang sampah sebesar
25% dari total pendapatan para pelaku usaha daur ulang sampah.
anak-anak membantu orang tuanya memilah sampah berupa plastik, botol, kaca,
kain, dan benda-benda lain yang memiliki nilai tukar yang cukup berarti. Penyakit
yang diderita oleh penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang adalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit gigi, infeksi kulit, anemia,
diare, disentri, pneumonia, dan infeksi telinga.
Ditinjau dari mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan
Bantar Gebang pada tahun 1989 bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai petani
maupun buruh tani. Terjadi pergeseran mata pencaharian dimana 40,36%
penduduk Desa Ciketing Udik, Desa Cikiwul, dan Desa Sumur Batu bekerja di
sektor pertanian pada tahun 1998 menjadi hanya 16,81% pada tahun 2007. Hal ini
terjadi karena perubahan tata guna lahan dimana tanah pertanian diperuntukan
menjadi perumahan.
4.1.1 Iklim
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24ºC-33ºC sepanjang tahun. Suhu
tertinggi terjadi pada bulan Desember-April. Tekanan udara umumnya sepanjang
tahun, yaitu kurang lebih 1.012,5mm dan kelembaban udara bervariasi setiap
bulan, yaitu berkisar 70% - 99%. Iklim di daerah ini sama seperti pada umumnya
daerah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis dengan pergantian musim kemarau
dan penghujan, diselingi musim pancaroba. Pada umumnya angin bertiup dari
arah utara ke barat, dengan kecepatan normal berkisar antara 0,5 – 1,5 m/det. Data
curah hujan rata-rata tiap bulannya di Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang
Bulan Curah Huja n(mm)
J anuari 190
Pebruari 135
Maret 220
April 182
Mei 79
J uni 168
J uli 128
Agust us 118
September 224
Oktober 248
Nopember 300
Desember 199
Sumber: BPS, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2007
59
Jumlah hari hujan berk isar 149 hari dalam satu tahun. Hujan dalam satu
tahun rata-rata 2.230 mm bervariasi antara 79–300 mm tiap bulannya, dengan
pola hujan sebagai berikut : musim kering: Juni–September; musim normal:
Oktober, November, April dan Mei; dan musim basah: Desember, Januari,
Pebruari dan Maret.
4.1.3 Topografi
Kecamatan Bantar Gebang konsistensi terletak pada daerah yang relatif
datar, secara umum tanahnya melandai dari selatan ke utara. Sungai mengalir
sebagian besar dari arah selatan ke utara, kemiringan tanah di sebelah utara jalan
regional berkisar antara 0% - 25% dan dibagian Selatan 0% - 2%. Lahan TPA
Sampah Bantar Gebang yang digunakan, dahulu sebagian besar merupakan area
bekas galian yang sekarang sudah berupa tanah gundul. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ketinggian muka tanah di wilayah Kecamatan Bantar Gebang
berkisar antara 8 – 24 meter dari permukaan laut dan memiliki relief yang datar.
60
Tabel 8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Baku
Mutu 1989 2004 2005 2006 2007 2008
Zat Padat
1 mg/l 200 50 295 85 42 420 265
Tersuspensi (TSS)
2 pH - 5-9 6,8 7,2 6,9 7,6 6,8 6,8
3 Phosfat (PO4) mg/l 5-9 0,11 1,14 0,18 2,06 0,56 0,62
4 Merkuri (Hg) mg/l 0,001 0 0,001 0,001 0,001 * *
5 Mangan (Mn) mg/l 0,5 0,41 0,65 0,86 0,71 8,92 0,81
6 Ammonia (NH3) mg/l 0,02 0,26 0 0,28 0 9,23 8,88
7 Sulfida (H2S) mg/l 0,002 0 0 0,21 0 5,79 1,86
8 Minyak dan Lemak mg/l 1 0 0,16 * 0,05 0,67 1,18
9 BOD5 mg/l 30 5 19,6 10,4 24,6 218 82,8
10 Organik (KMnO4) mg/l 0,2 6,88 28,72 18,26 47,07 555,56 131,02
11 COD mg/l 50 7,87 44,34 23,64 87,55 227,36 274,51
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
Tabel 9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Baku
Mutu 1989 2004 2005 2006 2007 2008
Zat Padat
1 mg/l 200 45 1036 97 508 1154 1152
Tersuspensi (TSS)
2 pH - 5-9 6,8 7,6 7,6 8 7,8 7,2
3 Phosfat (PO4) mg/l 5-9 0,154 2,5 0,38 4,69 2,88 0,79
4 Merkuri (Hg) mg/l 0,001 0 * * * * *
5 Mangan (Mn) mg/l 0,5 0,41 2,31 1,24 0,86 20,19 0,74
6 Ammonia (NH3) mg/l 0,02 0,31 0 11,6 0 106 70,5
7 Sulfida (H2S) mg/l 0,002 0 0 0,27 0 10,99 7,32
Minyak dan
8 mg/l 1 0 0,93 * * 3,74 1,33
Lemak
9 BOD5 mg/l 30 5 570 86,6 551,1 298,8 417,6
10 Organik (KMnO4) mg/l 0,2 7,04 636,98 104,61 982 1370,37 590,38
11 COD mg/l 50 7,87 1285,71 145,83 1543,86 1010,44 1450,98
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
62
Tabel 10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008
Maxi Tahun
No. Parameter Satuan
-mum 1989 2004 2005 2006 2007 2008
1 Zat Padat terlarut mg/l 1000 75 92,3 87,1 83,2 93,9 106,8
Utara
1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 129,5 560,5 331 690 724
Selatan
1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 91,2 83,8 50,6 67,8 97,9
Barat
1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 267 333 308 404 432
Timur
1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 256 230 250 282 267
Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang
untuk parameter kimia pada umumnya masih memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum kecuali kualitas air di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang pada Tahun 2006 kadar besi (Fe) sebesar 1,51 mg/l melebihi baku mutu
0,3 mg/l dan zat organik (KMnO4) dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 * * 0,31 * *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 2,96 3,69 0,3 * 2,47
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * 0,01 0,01
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,05 0,15 0,05 0,07 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 1,51 * *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 1,34 1,59 * 0,83 3,03
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,37 4,63 13,75 2 2,22
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan, Barat dan Timur TPA
Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 masih
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air minum dapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13
dan Tabel 14.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium untuk parameter mikrobiologi,
menunjukan adanya pencemaran coliform dan E. coli. Hal ini disebabkan perilaku
dan budaya masyarakat sekitar TPA dimana masyarakat membuang air besar
(BAB) pada fasilitas toilet yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu berupa
jamban dengan cubluk tanpa sistem pengolahan air limbah. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah oleh tinja yang mengandung fecal
coli.
64
Tabel 12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 * * * * *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 3,92 3,04 3,81 0,76 0,49
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * * *
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,06 0,09 * 0,04 0,19
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,17 0,12 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 2,74 2,74 0,86 0,45 1,2
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,16 1,75 3,72 0,8 0,89
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
Tabel 13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 0,13 * * 0,39 *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 3,67 4,21 6,71 1,38 2,8
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 0,01 * 0,02 0,15 0,04
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,39 0,25 0,26 0,39 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,17 0,01 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 18,07 31,61 23,13 34,24 76,58
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 2,8 4,73 6,07 7,91 8,08
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
Tabel 14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 0,31 * * 0,04 0,17
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 2,96 2,91 5,07 0,79 3,31
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * * *
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,04 0,09 * 0,05 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,09 0,44 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 * 1,93 0,52 0,37 1,28
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,49 1,6 1,78 0,39 1,02
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
65
Banyaknya TPA liar yang berada disekitar lokasi TPA juga menambah
buruknya kondisi sanitasi lingkungan di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang.
Disamping itu, pada umumnya jarak jamban dengan sumur penduduk terlalu
berdekatan serta kondisi drainase yang buruk. Hasil pengukuran kualitas air
sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi
dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.
Tabel 15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml)
Maxi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Lokasi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kantor TPA 0 240,1 1700 50 < 1,8 79
2 Utara TPA 0 900,1 2400 4 490 790
3 Selatan TPA 0 900 70 50 11000 13000
4 Barat TPA 0 300,1 11000 5000 1300 170000
5 Timur TPA 0 1600 2400 2 < 1,8 < 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Table 16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml)
Maxi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Lokasi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kantor TPA 0 30 1700 50 < 1,8 79
2 Utara TPA 0 240 1300 <2 49 22
3 Selatan TPA 0 70 70 11 7000 7900
4 Barat TPA 0 300,1 3000 5000 240 170000
5 Timur TPA 0 1600 1300 2 < 1,8 < 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Tabel 17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar
Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 1989 2005 2006 2007 2008
-mum
Tabel 18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 6,9 54,8 9,3 15,4
Tabel 19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 1989 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 0 38,2 9,4 35,5 11,7
Tabel 20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 6 12 4 16
Tabel 21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA)
No. Lokasi 2005 2006 2007 2008
1 Kantor 60 62,2 - -
2 Timbangan 71,8 74,8 - -
3 IPAS 4 - - 73,9 68,9
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Tabel 22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah Bantar
Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA)
Tabel 24. Aspek sosial tingkat pendidikan dan lama tinggal responden masyarakat
No Pendidikan dan lama tinggal Prosentase (%)
1 Tidak tamat SD 16,25
2 Tamat SD 52,5
3 Tamat SLTP 18,75
4 Tamat SLTA 12,5
Jumlah 100
1 1-3 tahun 8,75
2 4-7 tahun 6,25
3 8-11 tahun 1,25
4 > 11 tahun 83,75
Jumlah 100
Tabel 25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden
masyarakat
No Pekerjaan utama Prosentase (%)
1 Buruh 23,75
2 Karyawan 18,75
3 Pemulung 5
4 Pemilik lapak 2,5
5 Ibu rumah tangga 2,5
6 Petani 13,75
7 Pedagang 21,25
8 Sopir/tukang ojek 6,25
9 Tidak menjawab 6,25
Jumlah 100
1 Petani 2,5
2 Pedagang 3,75
3 Sopir/tukang ojek 2,5
4 Buruh 2,5
5 Karyawan 6,25
6 Pemulung 5
7 Tidak ada 77,5
Jumlah 100
Tingkat pendidikan responden cukup rendah terdiri dari 10% tamat SLTA,
15% tamat SLTP, 55 % tamat dan tidak tamat SD, lihat pada Tabel 40.
Responden pemilik lapak rata-rata yang sudah lama menetap di sekitar TPA
sampah yaitu lama menetap lebih dari 8 tahun mencapai 80%, sedangkan yang
kurang dari 8 tahun mencapai 20%, dapat di lihat pada Tabel 41.
Dari hasil analisa data lapangan dan wawancara dengan responden pemilik
lapak, tanggapan mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di
lokasi TPA, 55% responden memberikan tanggapan yang baik atau agak baik
mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di lokasi TPA dan 35%
responden memberikan tanggapan agak baik mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan masuk ke lokasi TPA. Tanggapan responden pemilik lapak
mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA
No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 35
2 Baik 20
3 Jelek 25
4 Sangat Jelek 5
5 Tidak Jawab 15
Jumlah 100
Adanya bau yang busuk dirasakan oleh 64,29% responden. Sebagian besar
pemilik lapak menyadari lingkungan kerjanya tidak nyaman. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 45.
Secara umum kondisi sosial responden pemilik lapak 80% berusia produktif,
dimana sekitar 70% berusia di atas 30 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu
pendidikan sekolah dasar sekitar 37%, dan sekitar 80% bekerja sebagai pemilik
lapak di atas 8 tahun. Responden pemilik lapak sekitar 50% berpenghasilan di atas
Rp 1.500.000,-. Tanggapan terhadap kondisi lingkungan menurut responden
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu pemilik lapak
terutama bau sampah sekitar 64%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan
lingkungan dan jalan akses TPA cukup baik.
Responden pemilik lapak yang sudah lama menetap atau berusaha di sekitar
TPA lebih dari 11 tahun mencapai 87,50%, sedangkan yang kurang dari 11 tahun
mencapai 12,50%, dapat di lihat pada Tabel 48.
Tabel 50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA
No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 50
2 Baik 25
3 Sangat Jelek 12,5
4 Jelek 12,5
Jumlah 100
Tabel 51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA
No Kondisi jalan masuk TPA Prosentase (%)
1 Agak baik 50
2 Baik 25
3 Sangat Jelek 12,5
4 Jelek 12,5
Jumlah 100
responden Bandar terhadap jenis gangguan lingkungan dapat dilihat pada Tabel
53.
Secara umum kondisi sosial responden bandar sekitar 75% berusia di atas
40 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu pendidikan sekolah dasar sekitar 37%,
dan sekitar 87,5% bekerja sebagai bandar di atas 10 tahun. Responden bandar
sekitar 75% berpenghasilan di atas Rp 3.000.000,-. Tanggapan terhadap kondisi
lingkungan menurut responden keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup
mengganggu bandar adalah masalah keamanan sekitar 36% dan kumuh kotor
sekitar 24%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan
akses TPA 75% cukup baik dan 25% menganggap jelek.
b. Kompensasi.
Undang-Undang Pengelolaan Persampahan 18/2008 Pasal 25 (1)
Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir
83
sampah. Pasal 25 Ayat (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa: a. relokasi; b. pemulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan;
dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain. Pasal 25 (3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah (PP). Pasal 25 Ayat (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau
peraturan daerah.
c. Sanksi.
Sanksi yang diberikan kepada Pengelola TPA melakukan pelanggaran
operasional TPA ada pada Pasal 40 Ayat (1) Pengelola sampah yang secara
melawan hukum dan dengan sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah
dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Daerah (Perda). Pasal 47 (1)
Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan Undang-Undang
ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan. (2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini
diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
Peraturan sebelum Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 48 Pada saat
berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Berlakunya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 49 Undang-Undang
ini mulai berlaku pada tanggal Diundangkan. Tanggal diundangkan adalah tanggal
7 Mei 2008.
84
d. Kebijakan.
Kebijakan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
21/PRT/M/2006 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan (Daftar Pustaka).
Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari
sumbernya. Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan
sampah paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,
dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang
ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur
ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga
dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur
ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi
pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang
dihasilkan.
Kebijakan (2): Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelolaan. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber
dan meningkatkan pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan
perubahan pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi
lebih sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif
masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.
Kebijakan (3): Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem
pengelolaan. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang
mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama. Untuk
operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu :
ii. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill. TPA yang
masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera dilakukan
upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode Sanitary
landfill dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di
kemudian hari. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman
peningkatan pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk
perbaikan fasilitas persampahan yang dmiliki.
iii. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional. Kota-kota besar pada umumnya
mengalami masalah dengan lokasi TPA yang semakin terbatas dan sulit
diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota / kabupaten lainnya akan
sangat membantu penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan solusi
yang saling menguntungkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah : (1)
Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional sesuai
Tata Ruang dan (2) Ujicoba pengelolaan TPA regional secara profesional.
iv. Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan
tepat guna dan berwawasan lingkungan. Kekeliruan dalam pemilihan
teknologi seperti insinerator tungku yang banyak dilakukan oleh Pemerintah
Daerah perlu segera dihentikan dengan memberikan pemahaman akan kriteria
teknisnya.
v. Disamping itu juga sangat diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan
untuk mendapatkan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di
Indonesia pada umumnya.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
· Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
· Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA
· Penyusunan pedoman waste-to-energy
· Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro
a. Zonasi.
Secara umum, kawasan sekitar TPA dibagi menjadi zona penyangga, zona
budi daya terbatas dan zona budi daya. Zona yang diatur dalam pedoman ini
adalah zona penyangga dan zona budi daya terbatas. Aturan di dalam zona budi
daya disesuaikan dengan RTRW kabupaten/kota setempat
.
b. Aspek yang dipertimbangkan.
Aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan pedoman ini adalah
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Pembagian Zona Sekitar TPA. Kawasan
sekitar TPA dibagi menjadi: (1) Zona penyangga; (2) Zona budi daya terbatas.
i. Zona penyangga. Zona penyangga adalah zona yang berfungsi sebagai
penahan untuk mencegah atau mengurangi dampak keberadaan dan
kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan
sehari-hari di kawasan sekitar TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan. Akibat dan gangguan-gangguan misalnya bau, kebisingan, dan
sebagainya. Zona penyangga berfungsi untuk menunjang fungsi
perlindungan bagi penduduk yang melakukan kegiatan sehari-hari di sekitar
TPA dan berfungsi: (1) Mencegah dampak lindi terhadap kesehatan
masyarakat, yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA;
(2) Mencegah binatang-binatang vektor, seperti lalat dan tikus, merambah
kawasan permukiman; (3) Menyerap debu yang beterbangan karena tiupan
angin dan pengolahan sampah; (4) Mencegah dampak kebisingan dan
pencemaran udara oleh pembakaran dalam pengolahan sampah.
ii. Zona budidaya terbatas. Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan
dengan batasan tertentu. Zona budi daya terbatas berada di luar zona
penyangga. Pemanfaatan ruang pada zona tersebut harus sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota bersangkutan. Fungsi zona
tersebut adalah memberikan ruang untuk kegiatan budi daya yang terbatas,
yakni kegiatan budi daya yang berkaitan dengan TPA. Zona budi daya terbatas
hanya dipersyaratkan untuk TPA dengan sistem selain pengurugan berlapis
bersih (sanitary landfill). Zona budi daya adalah wilayah yang ditetapkan
88
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Ketentuan teknis mengatur ketentuan pola ruang pada zona penyangga. Pada
TPA yang belum memiliki zona penyangga ditetapkan zona penyangga pada area
0 – 500 meter sekeliling TPA dengan pemanfaatan sebagai berikut: (1) 0 – 100
meter diharuskan berupa sabuk hijau; (2) 101 – 500 meter pertanian non pangan,
hutan. Ketentuan pemanfaatan ruang: (1) Sabuk hijau dengan tanaman keras yang
boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap
racun dengan ketentuan sebagai berikut: a) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi
dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun terutama
tanaman yang dapat menyerap bau; dan b) Kerapatan pohon adalah minimum 5 m,
(2) Pemrosesan sampah utama on situ, (3) Instalasi pengolahan sampah menjadi
energi, atau instalasi pembakaran (incenerator) bersama unit pengelolaan
limbahnya dan (4) Kegiatan budi daya perumahan tidak diperbolehkan pada zona
penyangga. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
sampah terpilah yang akan didaur ulang di lokasi lain, sedangkan jalan masuk ke
TPA, dipersyaratkan: (1) Dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan
jalan minimum 7 meter; (2) Jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10
ton dan kecepatan 30 km/jam dan (3) Drainase permanen terpadu dengan jalan
dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak permanen.
Memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, TPA
Sampah Bantar Gebang sebagian telah melaksanakan kriteria yang ditetapkan.
TPA Sampah Bantar Gebang belum mempunyai fasilitas parkir dan bongkar muat
sampah terpilah dan masih menggunakan air tanah dalam pengelolaan sampah.
Tabel 54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir
TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009
Baku
No. Parameter Satuan Hulu Hilir
Mutu
1 Total Suspensi Solid (TSS) mg/l 100 12 71
2 Klorida (Cl) mg/l 50 10 49
Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter fisika masih
dibawah ambang baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air sumur parameter
fisika dapat dilihat pada Tabel 55 sampai Tabel 58.
Tabel 55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika
tahun 2009.
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 18 110 66
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 46 223 230
3 Suhu 0
C ±30c 27.4 27.1 26.7
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 0.21 0.6 5.51
Tabel 56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
fisika tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 120 76 118
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 164 112 230
3 Suhu 0
C ±30c 27.9 27.8 27.4
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 0.31 0.44 0.73
Tabel 57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
fisika tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 106 102 170
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 135 160 201
3 Suhu 0
C ±30c 27.9 28.3 28.7
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 1.19 3.25 2.75
92
Tabel 58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
fisika tahun 2009.
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter kimia masih
dibawah ambang baku mutu, kecuali sampel air sumur di Desa Taman Rahayu
kadar besi di atas baku mutu. Kadar Magnesium cukup tinggi di seluruh lokasi,
namun Mg tidak tercantum dalam baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air
sumur parameter kimia dapat dilihat pada Tabel 59 sampai Tabel 62.
Tabel 59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia
tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 0.018 0.012 0.03
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 3.4 3 3.7
3 Angka Permanganat mg/l 10 5 5.9 13.7
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 1 3 8
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.2 0.6 0.4
6 Ammonium mg/l 1,5 0.43 0.48 0.63
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.04 0.01 0.2
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 23 63 66
9 Klorida mg/l 250 7 29 25
10 Bicarbonat mg/l - 7 19 59
11 Total Alkalinity mg/l - 7 19 59
12 pH mg/l - 4.54 5.57 6.18
13 Magnesium mg/l - 13 14 16
93
Tabel. 60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 9.3 4.9 9.8
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 0.016 0.004 0.014
3 Angka Permanganat mg/l 10 4.7 4.4 5.6
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 2 0 3
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.7 0.5 1
6 Ammonium mg/l 1,5 0.24 0.3 0.41
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.05 0.02 0.02
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 41 41 30
9 Klorida mg/l 250 25 25 44
10 Bicarbonat mg/l - 5 5 4
11 Total Alkalinity mg/l - 5 5 4
12 pH mg/l - 4.21 4.21 4.25
13 Magnesium mg/l - 14 12
Tabel. 61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 6.8 1.4 1.7
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 0.012 0.023 0.005
3 Angka Permanganat mg/l 10 5.2 4.7 5.2
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 0 0 4
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.5 0.4 0.2
6 Ammonium mg/l 1,5 0.20 0.13 0.15
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.14 0.44 0.65
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 43 60 85
9 Klorida mg/l 250 18 15 5
10 Bicarbonat mg/l - 18 69 95
11 Total Alkalinity mg/l - 18 69 95
12 pH - - 5.14 6.04 6.84
13 Magnesium mg/l - 8 18 31
94
Tabel. 62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
0,7 mg/l; 0,5 mg/l; 1 mg/l dan sebesar 0,5 mg/l; 0,4 mg/l; 0,2 mg/l pada Tabel 60
dan Tabel 61 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang
Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum sebesar 0,1 mg/l. Pada
umumnya mengkonsumsi air yang mengandung kadar mangan yang berlebihan
dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti
penyakit parkinson.
Hasil analisa air sumur di Taman Rahayu menunjukkan kandungan mangan
(Mn) dan besi (Fe) melebihi baku mutu dibandingkan lokasi lainnya. Taman
Rahayu merupakan perumahan baru yang dibangun di lahan bekas sawah. Pada
daerah seperti ini umumnya air tanahnya jelek berwarna kekuning-kuningan. Besi
diperlukan oleh tubuh manusia dalam pembentukan Haemoglobin. Banyaknya Fe
di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tetapi dalam dosis besar dapat
merusak dinding usus yang mungkin dapat berakibat kematian. Akumulasi Fe
yang berlebihan dalam tubuh berakibat warna kulit menjadi hitam. Hasil analisa
air sumur di Taman Rahayu dapat dilihat pada Tabel 61.
Pada pengukuran parameter biologi sebagai indikator sanitasi adalah
keberadaan bakteri untuk menunjukkan media air tersebut sehat untuk
dikonsumsi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam
air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-
bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup
pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan
menunjukkan bahwa air sumur telah mengalami kontak dengan feses yang berasal
dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain
yang berbahaya. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air sumur.
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35 o. Adanya bakteri koliform di dalam air sumur menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik
yang berbahaya bagi kesehatan.
96
Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal
misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter
aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati. Keberadaan Escherichia coli dalam air
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. Kehadiran bakteri coli
besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air
minum, secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri
tersebut. Kandungan E Coli tertinggi ditemukan di Taman Rahayu pada jarak 250
meter dari TPA. Tingginya kandungan E Coli dapat disebabkan adanya pengaruh
dari TPA. Sedangkan kawasan Cikiwul terdapat kandungan E Coli yang cukup
tinggi, dimana daerah ini cukup padat dan tidak tertata. Sehingga dimungkinkan
adanya kontaminasi antara jamban yang menggunakan cubluk dengan sumur.
Hasil pengukuran kalitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang
untuk parameter biologi tahun 2009 dilihat pada Tabel 63.
Tabel 63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009.
Maxi
No. Lokasi Satuan E Coli Coliform
-mum
1 Cikiwul
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 60 620
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 50 380
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 50 420
2 Ciketik Udik
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 20 210
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 0 240
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 0 270
3 Taman Rahayu
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 20 230
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 30 250
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 80 340
4 Sumur Batu
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 0 340
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 20 350
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 40 250
97
5.4. Eksternalitas
5.4.1. Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah
a. Penurunan kualitas air tanah
Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Kota
Bekasi (2008), kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/orang/hari dan
kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/orang/hari dengan harga air dorongan
Rp 150 per-liter pada tahun 2009. Penduduk pada ring I (radius 250 meter dari
TPA Sampah Bantar Gebang) akan membeli sebanyak 85 liter air per hari setiap
rumah tangga untuk penggunaan minum, masak dan mandi. Sedangkan penduduk
pada ring II (radius 250 sampai 500 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) dan
ring III (radius 500 sampai 750 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) akan
membeli sebanyak 5 liter air perhari setiap rumah tangga untuk penggunaan
minum dan masak.
Pengamatan lapangan seperti yang diketahui bahwa kualitas air tanah di
wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II
dan ring III tidak layak untuk air minum. Perhitungan jumlah penduduk di setiap
ring diperoleh hasil: a) ring 1 dihuni oleh 10% jumlah pendududk sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang, b) ring 2 dihuni oleh 30% jumlah penduduk sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang, dan c) ring 3 dihuni oleh 60% jumlah penduduk sekitar
TPA Sampah Bantar Gebang. Perhitungan dampak TPA terhadap kualitas air
tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga.
Hasil analisis biaya eksternalitas akibat penurunan kualitas air tanah sebesar Rp
817.194.687.994,- rincian perhitungan biaya eksternalitas penurunan kualitas air
dapat dilihat pada Tabel 64 .
Tabel 64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah penduduk (KK)* Pembelian air (L/org/hari) Harga air
Kebutuhan air Pembelian air NFV pembelian air
Tahun dorongan
Ring 1 Ring 2 Ring 3 Total Ring 1 Ring 2 Ring 3 per-tahun (Liter) per-tahun (Rp) tahun 2009 (Rp)
(Rp/Liter)
1990 4.480 13.439 26.879 44.798 85 5 5 212.567.435 20 4.251.348.700 20.125.105.454
1991 4.637 13.911 27.822 46.370 85 5 5 220.026.769 25 5.500.669.224 23.773.541.319
1992 4.804 14.413 28.825 48.042 85 5 5 227.959.986 25 5.698.999.661 22.489.693.949
1993 4.982 14.947 29.893 49.822 85 5 5 236.404.953 25 5.910.123.818 22.224.931.644
1994 5.172 15.515 31.031 51.718 85 5 5 245.402.830 30 7.362.084.899 25.220.925.049
1995 5.374 16.122 32.244 53.740 85 5 5 254.998.375 30 7.649.951.251 23.990.382.166
1996 5.590 16.770 33.539 55.899 85 5 5 265.240.265 35 9.283.409.273 26.797.620.913
1997 5.820 17.461 34.923 58.205 85 5 5 276.181.452 35 9.666.350.816 26.207.406.219
1998 6.074 18.222 36.443 60.739 85 5 5 288.206.618 55 15.851.363.974 38.696.390.477
1999 6.345 19.035 38.070 63.451 85 5 5 301.074.012 65 19.569.810.798 44.843.358.915
2000 6.635 19.906 39.813 66.355 85 5 5 314.853.073 70 22.039.715.137 49.507.926.525
2001 6.947 20.840 41.680 69.467 85 5 5 329.619.349 75 24.721.451.186 50.760.442.536
2002 7.280 21.841 43.682 72.804 85 5 5 345.455.052 85 29.363.679.440 53.569.354.558
2003 7.639 22.916 45.831 76.386 85 5 5 362.449.665 90 32.620.469.861 53.938.955.650
2004 8.023 24.070 48.139 80.232 85 5 5 380.700.601 95 36.166.557.107 56.922.254.493
2005 7.768 23.304 46.609 77.681 85 5 5 368.597.770 105 38.702.765.876 57.196.218.925
2006 7.514 22.543 45.087 75.144 85 5 5 356.560.569 120 42.787.268.244 53.994.048.941
2007 7.510 22.529 45.057 75.095 85 5 5 356.327.584 125 44.540.947.970 52.727.063.768
2008 7.765 23.296 46.592 77.654 85 5 5 368.468.989 140 51.585.658.525 57.291.032.358
2009 7.997 23.991 47.981 79.969 85 5 5 379.453.561 150 56.918.034.134 56.918.034.134
Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi (2008)
99
Tabel 66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman
Rahayu akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang
Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit
umum (Rp)* kulit (Rp)* mata (Rp)* anak (Rp)* Total biaya per NFV total biaya tahun
Tahun
Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya tahun (Rp)** 2009 (Rp)**
kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun
1990 11.000 31.129.712 16.000 31.974.739 11.000 27.102.033 16.000 116.298.163 206.504.646 977.555,140
1991 12.000 35.406.392 18.000 37.503.996 12.000 30.825.380 18.000 136.409.113 240.144.880 1.037.890.845
1992 13.000 39.990.956 19.000 41.274.008 13.000 34.816.776 19.000 150.121.360 266.203.100 1.050.504.755
1993 14.000 44.901.875 21.000 47.562.026 14.000 39.092.302 21.000 172.992.069 304.548.272 1.145.249.194
1994 15.000 50.158.635 22.000 51.949.545 15.000 43.668.922 22.000 188.950.302 334.727.404 1.146.704.347
1995 16.000 55.781.789 24.000 59.086.507 16.000 48.564.532 24.000 214.908.781 378.341.609 1.186.485.964
1996 18.000 65.427.899 26.000 66.737.269 18.000 56.962.592 26.000 242.736.047 431.863.807 1.246.624.192
1997 19.000 72.004.905 28.000 74.932.656 19.000 62.688.640 28.000 272.544.215 482.170.415 1.307.260.224
1998 30.000 118.535.311 44.000 122.767.604 30.000 103.198.767 44.000 446.528.952 791.030.634 1.931.066.016
1999 35.000 144.182.497 53.000 154.178.914 35.000 125.527.624 53.000 560.777.817 984.666.851 2.256.320.691
2000 37.000 158.914.758 55.000 166.812.968 37.000 138.353.770 55.000 606.730.260 1.070.811.756 2.405.370.006
2001 41.000 183.596.490 61.000 192.892.333 41.000 159.842.086 61.000 701.585.832 1.237.916.741 2.541.808.776
2002 46.000 214.761.465 68.000 224.187.840 46.000 186.974.820 68.000 815.413.500 1.441.337.625 2.629.490.845
2003 49.000 176.566.478 73.000 155.070.068 49.000 187.354.440 73.000 1.028.099.880 1.547.090.865 2.558.162.587
2004 52.000 343.631.340 77.000 265.084.628 52.000 241.573.410 77.000 1.140.064.695 1.990.354.073 3.132.602.330
2005 57.000 183.682.215 85.000 311.521.388 57.000 296.211.330 85.000 1.335.148.763 2.126.563.695 3.142.705.693
2006 50.000 211.911.750 75.000 291.640.500 50.000 279.798.750 75.000 1.032.797.250 1.816.148.250 2.291.831.227
2007 69.000 304.387.249 103.000 416.884.863 69.000 401.899.242 103.000 1.476.329.728 2.599.501.081 3.077.259.590
2008 76.000 348.966.138 113.000 476.046.828 76.000 460.759.204 113.000 1.685.842.175 2.971.614.345 3.300.274.892
2009 83.000 396.679.830 125.000 548.117.384 83.000 523.758.218 125.000 1.941.068.289 3.409.623.720 3.409.623.720
Jumlah 41.774.791.034
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008)
** Hasil Pengolahan
101
yang sama. TPA adalah sumber antropogenik CH4 yang merupakan emisi dari
salah satu kegiatan manusia dan memberikan kontribusi secara global sebesar 20-
70 Tg CH4 pertahun
Tabel 67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Karyawan Nilai kerugian tahun
Upah kerja Nilai kerugian 2009 (Rp)*
Tahun yang tidak masuk
perhari (Rp) (Rp/Tahun)*
kerja
1990 3.922 5.000 137.267.230 1.253.654.429
1991 4.154 6.000 174.457.559 1.421.689.601
1992 4.402 6.000 184.889.833 1.344.913.810
1993 4.668 7.000 228.752.985 1.550.594.114
1994 4.954 7.000 242.750.009 1.466.349.389
1995 5.261 8.000 294.598.629 1.594.063.305
1996 5.590 9.000 352.168.864 1.717.000.296
1997 5.944 9.000 374.461.933 1.679.183.551
1998 6.336 14.000 620.923.556 2.454.344.201
1999 6.758 17.000 804.168.314 2.922.357.652
2000 7.212 17.000 858.179.883 2.995.886.010
2001 7.700 19.000 1.024.136.836 3.204.183.673
2002 8.227 22.000 1.266.909.360 3.454.775.529
2003 8.794 23.000 1.415.833.889 3.434.689.844
2004 9.406 24.000 1.580.155.375 3.583.186.350
2005 8.937 27.000 1.689.007.840 3.664.725.506
2006 8.469 34.000 2.015.715.758 2.578.648.529
2007 8.422 36.000 2.122.450.287 2.522.519.208
2008 8.816 35.000 2.159.815.768 3.568.833.794
2009 9.167 44.000 2.823.494.862 2.741.929.578
Jumlah 49.153.528.370
Sumber: * Hasil pengolahan
103
Tabel 69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang
Sampah DKI
Total Biaya Sosial Emisi Gas Metan
(Juta Jiwa)
(Juta Ton)
Penduduk
Total CH4
Emisi
Tahun Yang yang
CH4* Harga
Volume Masuk dihasilkan Total Biaya NFV Total
(Juta Satuan
Total Bantar (Juta Ton) (Rp/tahun) Biaya (Rp)
Ton) (Rp/ton)
Gebang
1990 8.26 2.20 1.87 0.00935 0.00655 21.200 138.754.000 656.836.002
1991 8.43 2.23 1.88 0.00940 0.00658 23.200 152.656.000 659.769.489
1992 8.60 2.25 1.90 0.00950 0.00665 24.950 165.917.500 654.752.416
1993 8.78 2.20 1.92 0.00960 0.0672 27.400 184.128.000 692.410.572
1994 8.96 2.29 1.94 0.00970 0.00679 29.700 201.663.000 690.854.218
1995 9.11 2.31 1.96 0.00980 0.00686 32.500 222.950.000 699.175.136
1996 8.96 2.33 1.98 0.00990 0.00693 35.100 243.243.000 702.148.695
1997 8.81 2.36 2.00 0.01000 0.00700 37.300 261.000.000 707.894.209
1998 8.67 2.38 2.01 0.01005 0.00704 59.050 415.416.750 1.014.116.438
1999 8.53 2.40 2.03 0.01015 0.00711 71.150 505.520.750 1.158.378.518
2000 8.36 2.42 2.05 0.01025 0.00718 73.800 529.515.000 1.189.452.293
2001 6.46 2.45 2.07 0.01035 0.00725 82.250 595.901.250 1.223.561.308
2002 8.56 2.47 2.09 0.01045 0.00732 92.050 673.345.750 1.228.412.035
2003 8.66 2.50 2.11 0.01055 0.00739 98.100 724.468.500 1.197.931.068
2004 8.77 2.52 2.13 0.01065 0.00746 104.200 776.811.000 1.222.616.610
2005 8.86 2.54 2.15 0.01075 0.00753 115.100 866.127.500 1.279.991.675
2006 8.96 2.57 2.17 0.01085 0.00760 130.200 988.869.000 1.247.872.168
2007 9.07 2.59 2.20 0.01100 0.00770 138.600 1.067.220.000 1.263.362.806
2008 9.18 2.62 2.23 0.01113 0.00779 152.750 1.190.439.526 1.322.102.137
2009 9.29 2.65 2.25 0.01127 0.00789 168.350 1.327.737.657 1.327.737.657
Jumlah 20.139.375.449
Sumber: BPS Kota Jakarta dan hasil analisa
Total emisi CH4 = 70% dari total CH4 yang dihasilkan (Jegers & Peters, 1985)
Tabel 70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius 1000
m dari TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Kompensasi dampak bau busuk per-
tahun selama 1tahun (Rp) kompensasi dampak bau
Tahun penduduk
busuk tahun 2009 (Rp)
(Jiwa) per-orang Total
1990 22.384 62.000 1.387.784.283 6.569.516.407
1991 24.555 67.500 1.657.443.344 7.163.364.350
1992 26.726 72.500 1.937.621.584 7.646.344.797
1993 28.897 79.500 2.297.304.639 8.638.979.508
1994 31.068 86.000 2.671.849.070 9.153.182.292
1995 33.239 94.500 3.141.096.007 9.850.532.526
1996 35.410 102.000 3.611.841.412 10.425.992.662
1997 37.581 108.500 4.077.571.990 11.055.111.446
1998 39.752 171.000 6.797.661.667 16.594.469.134
1999 41.924 206.000 8.636.242.268 19.789.568.519
2000 44.095 213.500 9.414.198.146 21.147.162.166
2001 46.266 238.500 11.034.370.319 22.656.822.055
2002 48.437 266.000 12.884.189.435 23.505.150.757
2003 50.608 283.500 14.347.339.970 23.723.770.309
2004 52.779 301.500 15.912.868.462 25.045.136.190
2005 49.465 333.000 16.471.695.764 24.342.413.149
2006 46.150 376.500 17.375.514.085 21.926.484.124
2007 45.515 401.000 18.251.439.636 21.605.845.079
2008 47.686 442.000 21.077.172.575 23.408.307.861
2009 49.514 487.000 24.113.397.319 24.113.397.319
Jumlah 338.361.550.652
106
Tabel 71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 1000
m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Kompensasi dampak bau busuk NFV kompensasi dampak
Tahun penduduk per-tahun selama 100 hari (Rp) bau busuk selama 100 hari
(Jiwa) per-orang Total Tahun 2009 (Rp)
1990 44.574 17.500 780.048.484 3.692.606.535
1991 48.898 19.000 929.055.788 4.015.319.820
1992 53.221 20.000 1.064.422.940 4.200.482.116
1993 57.545 22.000 1.265.981.662 4.760.704.980
1994 61.868 24.000 1.484.834.279 5.086.724.016
1995 66.192 26.000 1.720.980.792 5.397.026.145
1996 70.515 28.500 2.009.678.723 5.801.167.113
1997 74.839 30.000 2.245.155.507 6.087.064.655
1998 79.162 47.500 3.760.194.566 9.179.396.639
1999 83.485 57.000 4.758.671.496 10.904.285.997
2000 87.809 59.000 5.180.727.390 11.637.494.831
2001 92.132 66.000 6.080.739.244 12.485.554.050
2002 96.456 73.500 7.089.507.677 12.933.677.170
2003 100.779 78.500 7.911.179.818 13.081.380.470
2004 105.103 83.000 8.723.535.282 13.729.902.293
2005 98.503 91.500 9.012.980.799 13.319.679.130
2006 91.902 103.500 9.511.878.741 12.003.216.549
2007 90.637 110.000 9.970.081.583 11.802.468.321
2008 94.961 121.500 11.537.710.382 12.813.781.150
2009 98.601 133.500 13.163.275.767 13.163.275.767
Jumlah 186.095.207.748
107
Tabel 72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 2500
m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang
50% kompensasi dampak bau busuk NFV kompensasi
Jumlah
per-tahun selama 100 hari (Rp) dampak bau busuk
Tahun penduduk
selama 100 hari Tahun
(Jiwa) per-orang Total 2009 (Rp)
1990 131.406 9.000 1.182.657.001 5.598.481.456
1991 144.152 10.000 1.441.520.894 6.230.161.302
1992 156.898 10.000 1.568.978.453 6.191.585.774
1993 169.644 11.000 1.866.079.614 7.017.364.295
1994 182.389 12.500 2.279.866.965 7.810.335.611
1995 195.135 13.500 2.634.324.028 8.261.286.655
1996 207.881 14.500 3.014.272.602 8.701.042.058
1997 220.627 15.000 3.309.399.376 8.972.442.181
1998 233.372 24.000 5.600.937.145 13.673.022.153
1999 246.118 28.500 7.014.366.904 16.073.112.606
2000 258.864 30.000 7.765.916.788 11.048.258.823
2001 271.610 33.500 9.098.923.237 18.682.777.424
2002 284.355 37.000 10.521.149.978 19.194.161.777
2003 297.101 39.500 11.735.495.850 19.405.005.290
2004 309.847 42.000 13.013.570.502 20.481.954.359
2005 290.389 46.000 13.357.892.153 9.655.792.765
2006 270.931 52.000 14.088.412.155 11.453.411.063
2007 267.201 55.000 14.696.078.589 11.387.159.618
2008 279.947 61.000 17.076.778.275 12.125.464.396
2009 290.680 67.000 19.475.573.985 12.644.589.080
Jumlah 234.607.408.686
Tabel 73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100 m dari TPA Sampah Bantar
Gebang Tahun 2009
Luas Lahan Harga Kerugian penurunan
Lokasi Harga Wajar
(m2) Pasaran nilai tanah
Cikiwul 120.200 150.000 250.000 -120.020.000.000
Ciketing Udik 352.800 100.000 150.000 -17.640.000.000
Sumur Batu 264.100 50.000 80.000 -7.923.000.000
Taman Rahayu 110.900 50.000 100.000 -5.545.000.000
Jumlah 848.000 350.000 580.000 -151.128.000.000
Tabel 74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200 m dari TPA Sampah Bantar
Gebang tahun 2009
Luas Lahan Harga Kerugian penurunan
Lokasi Harga Wajar
(m2) Pasaran nilai tanah
Cikiwul 133.600 150.000 250.000 -13.360.000.000
Ciketing Udik 270.100 100.000 150.000 -13.505.000.000
Sumur Batu 288.600 50.000 80.000 -8.658.000.000
Taman Rahayu 110.900 50.000 100.000 -5.545.000.000
Jumlah 803.200 350.000 580.000 -41.068.000.000
Gambar 14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA
Sampah Bantar Gebang
Gambar 15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah
Bantar Gebang
Tabel 75. Rincian perhitungan NPV dari pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar
Buruh pengolah
Discount Discount
Tahun Pemulung material daur Lapak Bandar Eksternalitas Positif
rate rate
ulang sampah
1990 9.53% 473.38% 1,874,591,411 256,291,795 201,372,124 66,782,319 2.399.037.650
1991 9.52% 432.19% 2,852,477,877 389,987,210 311,989,768 101,619,524 3.656.074.379
1992 4.94% 394.63% 4,531,876,832 619,592,536 472,070,503 161,448,112 5.784.987.983
1993 9.77% 376.05% 10,920,448,281 1,493,030,038 1,137,546,696 389,040,970 13.940.065.986
1994 9.24% 342.58% 19,972,330,537 2,730,592,066 2,106,456,736 711,514,275 25.520.893.614
1995 8.64% 313.60% 36,634,958,220 5,008,685,694 3,816,141,481 1,305,120,387 46.764.905.782
1996 6.47% 288.66% 56,265,883,734 7,692,601,292 5,934,292,425 2,004,472,108 71.897.249.559
1997 11.06% 271.12% 126,927,519,283 17,353,371,777 13,262,934,144 4,521,792,874 162.065.618.078
1998 6.54% 244.12% 166,758,547,577 22,799,020,177 17,457,535,449 5,940,773,257 212.955.876.461
1999 2.01% 229.15% 178,962,707,787 24,467,557,705 18,735,158,471 6,375,546,465 228.540.970.428
2000 9.40% 224.63% 197,427,763,256 26,992,077,008 20,668,218,966 7,033,364,066 252.121.423.296
2001 12.55% 205.33% 100,282,948,390 13,710,559,350 10,498,371,160 3,572,580,036 128.064.458.937
2002 10.33% 182.43% 58,818,567,470 8,041,601,021 6,126,934,111 2,095,411,466 75.082.514.069
2003 5.06% 165.35% 96,946,518,039 13,254,406,763 10,149,088,607 3,453,719,705 123.803.733.114
2004 6.50% 157.39% 89,983,339,728 12,302,409,728 9,373,264,555 3,205,656,478 114.864.670.489
2005 17.11% 147.78% 91,001,991,441 12,441,678,517 9,479,374,108 3,241,945,945 116.164.990.011
2006 6.60% 126.19% 83,265,804,864 11,383,996,759 8,673,521,340 2,966,344,298 106.289.667.261
2007 6.59% 118.38% 83,325,691,542 11,392,184,391 8,679,759,536 2,968,477,761 106.366.113.230
2008 11.06% 111.06% 83,066,771,700 11,356,785,193 8,652,788,719 2,959,253,742 106.035.599.354
2009 10.00% 100.00% 79,200,000,000 10,828,125,000 8,250,000,000 2,821,500,000 101.099.625.000
Jumlah 1,569,020,737,970 214,514,554,019 163,986,818,901 55,896,363,790 2.003.418.474.680
111
Tabel 77. Nilai Ekonomi Total Dampak TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009
Eksternalitas Nilai
Eksternalitas negatif terdiri dari:
Biaya pembelian air minum Rp 817.194.687.994,-
Biaya pengobatan Rp 41.774.791.034,-
Biaya akibat penurunan produktifitas kerja Rp 49.153.528.370,-
Biaya akibat penurunan produksi pertanian Rp 1.733.546.040,-
Biaya akibat emisi gas metana Rp 20.139.375.449,-
Biaya akibat penurunan kualitas udara Rp 1.187.469.853,-
Biaya kerugian akibat bau Rp 759.064.167.086,-
Biaya akibat penurunan nilai tanah Rp 18.245.000.000,-
Sub Total Biaya (Cost) Rp 1.708.492.565.826,-
Eksternalitas positif terdiri dari:
Pendapatan Pemulung Rp 1.569.020.737.970,-
Pendapatan Lapak Rp 163.986.818.901,-
Pendapatan Bandar Rp 55.896.363.790,-
Pendapatan Pekerja Daur Ulang Rp 214.514.554.019,-
Nilai keberadaan Jalan Akses menuju TPA Rp 187.500.000.000,-
Sub Total Manfaat (Benefit) Rp 2.190.918.474.680,-
Nilai Ekonomi Total Dampak (Benefit – Cost) Rp 482.425.908.854,-
112
Kombinasi 2 : Biodigester, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse
Derive Fuel (RDF)
113
Kombinasi 3 : Komposter, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse
Derive Fuel (RDF)
Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos.
Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.
Sisa sampah (basah dan kering) diolah menjadi Refuse Derive
Fuel (RDF).
TEKNIS 0.214
LINGKUNGAN 0.444
SOSIAL 0.255
EKONOMI 0.087
pengelolaan sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan
nilai bobot 0,291, selanjutnya mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah
(nilai bobot 0,291), penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan
usaha dan peningkatan pendapatan (nilai bobot 0,274) dan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi (nilai bobot 0,147) pada Gambar 20.
Treatment
Gasifikasi Pyrolysis Unit 3 1
Anaerobic Digester Unit 3 9
Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung
berupa hasil penjualan energi listrik.
a. Manfaat langsung
Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee
yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp
265.198.780.000 pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2025
diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475 seperti pada Tabel 79.
Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW, dengan membangun
Jaringan Pengumpul Gas dari Landfill ke 8 unit @ 2MW Power Generator = 16
MW. Produksi efektif Tenaga listrik diperhitungkan sebesar 14 MW. Energi
listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% x 14.000 kW atau 4.200 kW per jam.
Energi listrik yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per
tahun = 9.800 x 24 x 365 x Rp 820 = Rp 70.395.360.000 per tahun.
Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 26 MW, energi listrik yang
digunakan sendiri sebesar 30% atau 7.800 kWh. Power generator menggunakan
bahan bakar gas berasal dari:
Rp 5.000.000 per ton = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 83.
Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari jumlah
sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740 ton/hari x
365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp 1.500.000 =
Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 84.
127
Volume sampah Volume sampah Volume kompos Harga Jumlah penjualan PV penjualan
% komposisi
Tahun yang diolah organik yang dihasilkan satuan kompos per tahun kompos tahun 2010
sampah organik
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp) (Rp)
2010 6,740 51.53% 1,267,628 380,288 300,000 114,086,522,475 114,086,522,475
2011 6,850 50.76% 1,269,102 380,731 330,000 125,641,087,853 114,219,170,775
2012 7,000 49.99% 1,277,257 383,177 363,000 139,093,317,248 114,953,154,750
2013 7,120 49.22% 1,279,181 383,754 399,300 153,233,132,239 115,126,320,240
2014 7,250 48.45% 1,282,201 384,660 439,230 168,954,309,803 115,398,066,938
2015 7,375 47.69% 1,283,621 385,086 483,153 186,055,542,220 115,525,853,438
2016 7,500 46.92% 1,284,339 385,302 531,468 204,775,669,381 115,590,526,875
2017 7,660 46.15% 1,290,252 387,076 584,615 226,290,240,288 116,122,673,880
2018 7,800 45.38% 1,291,954 387,586 643,077 249,247,702,786 116,275,892,850
2019 7,950 44.61% 1,294,500 388,350 707,384 274,712,630,484 116,504,972,325
2020 8,100 43.84% 1,296,204 388,861 778,123 302,581,627,857 116,658,316,125
2021 8,250 43.07% 1,297,066 389,120 855,935 333,061,215,681 116,735,924,250
2022 8,400 42.31% 1,297,087 389,126 941,529 366,373,213,799 116,737,796,700
2023 8,550 41.54% 1,296,266 388,880 1,035,681 402,755,539,294 116,663,933,475
2024 8,700 40.77% 1,294,604 388,381 1,139,250 442,462,991,649 116,514,334,575
2025 8,875 40.00% 1,295,750 388,725 1,253,174 487,140,238,397 116,617,500,000
Jumlah 4,176,464,981,453 1,853,730,959,670
128
Tabel 82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1
Tabel 83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1
Tabel 84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 1
Volume sampah Volume logam Harga satuan Penjualan logam PV penjualan logam
% di daur
Tahun yang diolah daur ulang logam daur ulang daur ulang daur ulang tahun
ulang
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp/tahun) 2010 (Rp)
2010 6,740 1.05% 25,708 1,500,000 38,562,067,500 38,562,067,500
2011 6,850 1.04% 26,053 1,650,000 42,986,798,250 39,078,907,500
2012 7,000 1.04% 26,546 1,815,000 48,181,806,750 39,819,675,000
2013 7,120 1.04% 26,924 1,996,500 53,752,903,512 40,385,352,000
2014 7,250 1.03% 27,336 2,196,150 60,033,434,814 41,003,643,750
2015 7,375 1.03% 27,726 2,415,765 66,980,255,317 41,589,468,750
2016 7,500 1.03% 28,114 2,657,342 74,708,831,099 42,171,187,500
2017 7,660 1.02% 28,630 2,923,076 83,687,702,629 42,945,024,000
2018 7,800 1.02% 29,068 3,215,383 93,464,341,294 43,601,805,000
2019 7,950 1.02% 29,540 3,536,922 104,480,007,858 44,309,722,500
2020 8,100 1.02% 30,008 3,890,614 116,751,383,656 45,012,712,500
2021 8,250 1.01% 30,474 4,279,675 130,418,175,802 45,710,775,000
2022 8,400 1.01% 30,936 4,707,643 145,635,347,935 46,403,910,000
2023 8,550 1.01% 31,395 5,178,407 162,574,761,670 47,092,117,500
2024 8,700 1.00% 31,850 5,696,248 181,426,992,500 47,775,397,500
2025 8,875 1.00% 32,394 6,265,872 202,975,099,332 48,590,625,000
Jumlah 1,606,619,909,916 694,052,391,000
131
Tabel 85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan
RDF Skenario 1
Tahun Jumlah sampah Harga satuan Penjualan RDF PV manfaat
kering kertas & RDF (Rp/ton) (Rp) penjualan RDF
plastik sebagai tahun 2010
RDF (ton/tahun) (Rp)
2010 345,300 150,000 51,794,997,392 51,794,997,392
2011 368,547 165,000 60,810,300,450 55,282,091,319
2012 395,701 181,500 71,819,760,303 59,355,173,804
2013 420,828 199,650 84,018,288,195 63,124,183,467
2014 447,357 219,615 98,246,246,399 67,103,508,229
2015 473,963 241,577 114,498,267,286 71,094,415,611
2016 501,088 265,734 133,156,104,774 75,163,149,773
2017 532,113 292,308 155,540,758,283 79,817,002,829
2018 561,829 321,538 180,649,589,667 84,274,366,811
2019 593,134 353,692 209,786,755,879 88,970,063,534
2020 625,061 389,061 243,187,094,583 93,759,152,392
2021 657,611 427,968 281,436,092,132 98,641,633,386
2022 690,783 470,764 325,196,122,774 103,617,506,516
2023 724,578 517,841 375,216,213,603 108,686,771,780
2024 758,996 569,625 432,343,017,850 113,849,429,181
2025 796,867 626,587 499,306,856,539 119,530,091,651
Jumlah 3,317,006,466,109 1,334,063,537,676
132
c. Manfaat eksternalitas
i) Penghematan sumberdaya dengan melakukan daur ulang
Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air,
pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill.
Tabel 87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 1
Tabel 88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 1
Tabel 89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 1
Volume Jumlah konservasi sumberdaya Jumlah konservasi sumberdaya Manfaat konservasi PV manfaat
daur ulang sumberdaya material konservasi sumber
Tahun Konservasi energi Penghematan
logam Harga bahan Harga ruang daur ulang logam daya material daur
(ton) (bahan bakar) ruang (Rp) ulang logam (Rp)
bakar (Rp/l) landfill (Rp/m3)
(liter) landfill (m3)
2010 25,708 7,356,843 78,654 7,352 40,000 57,233,659,980 57,233,659,980
2011 26,053 7,455,445 79,708 8,087 44,000 63,800,826,931 58,000,751,756
2012 26,546 7,596,768 81,219 8,896 48,400 71,511,236,911 59,100,195,794
2013 26,924 7,704,688 82,373 9,786 53,240 79,779,835,522 59,939,771,241
2014 27,336 7,822,645 83,634 10,764 58,564 89,101,373,924 60,857,437,282
2015 27,726 7,934,408 84,829 11,840 64,420 99,411,815,981 61,726,916,307
2016 28,114 8,045,388 86,015 13,025 70,862 110,882,535,969 62,590,300,853
2017 28,630 8,193,020 87,594 14,327 77,949 124,208,939,699 63,738,825,763
2018 29,068 8,318,320 88,933 15,760 85,744 138,719,386,088 64,713,617,388
2019 29,540 8,453,376 90,377 17,336 94,318 155,068,792,524 65,764,305,593
2020 30,008 8,587,492 91,811 19,069 103,750 173,281,917,375 66,807,680,424
2021 30,474 8,720,668 93,235 20,976 114,125 193,566,113,359 67,843,741,879
2022 30,936 8,852,904 94,649 23,074 125,537 216,151,376,863 68,872,489,959
2023 31,395 8,984,200 96,052 25,381 138,091 241,292,784,179 69,893,924,664
2024 31,850 9,114,555 97,446 27,919 151,900 269,273,186,661 70,908,045,995
2025 32,394 9,270,084 99,109 30,711 167,090 301,254,797,078 72,118,003,255
Jumlah 2,384,538,579,047 1,030,109,668,133
137
PV manfaat konservasi SDA PV manfaat konservasi SDA PV manfaat konservasi SDA Total manfaat
Tahun
daur ulang plastik (Rp) daur ulang kertas (Rp) daur ulang logam (Rp) eksternalitas (Rp)
2010 3,638,411,383,692 2,282,782,856,561 57,233,659,980 5,978,427,900,234
2011 3,753,291,131,629 2,389,273,083,662 58,000,751,756 6,200,564,967,047
2012 3,892,194,445,028 2,512,343,135,052 59,100,195,794 6,463,637,775,874
2013 4,016,604,482,698 2,627,374,937,974 59,939,771,241 6,703,919,191,914
2014 4,148,681,335,103 2,748,623,667,194 60,857,437,282 6,958,162,439,579
2015 4,279,963,054,597 2,870,554,122,702 61,726,916,307 7,212,244,093,606
2016 4,413,270,290,394 2,995,011,371,169 62,590,300,853 7,470,871,962,416
2017 4,569,481,876,132 3,136,325,883,342 63,738,825,763 7,769,546,585,237
2018 4,716,193,319,356 3,272,483,706,638 64,713,617,388 8,053,390,643,382
2019 4,871,300,763,183 3,415,768,101,698 65,764,305,593 8,352,833,170,474
2020 5,028,838,826,575 3,562,084,648,308 66,807,680,424 8,657,731,155,307
2021 5,188,807,509,532 3,711,433,346,468 67,843,741,879 8,968,084,597,879
2022 5,351,206,812,052 3,863,814,196,180 68,872,489,959 9,283,893,498,191
2023 5,516,036,734,137 4,019,227,197,441 69,893,924,664 9,605,157,856,243
2024 5,683,297,275,787 4,177,672,350,253 70,908,045,995 9,931,877,672,034
2025 5,869,522,302,642 4,351,407,139,515 72,118,003,255 10,293,047,445,412
Jumlah 74,937,101,542,536 51,936,179,744,156 1,030,109,668,133 127,903,390,954,825
138
Tabel 91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010
No. Jenis biaya Jumlah (Rp)
Biaya tetap (Fixed cost) 9.100.000.000
1 Gaji dan upah karyawan utama 3.185.000.000
2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 182.000.000
3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 637.000.000
4 Biaya utilitas kantor 182.000.000
5 Asuransi 364.000.000
6 Depresiasi 910.000.000
7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat 3.640.000.000
Biaya tidak tetap (Variable cost) 402.123.871.300
1 Produksi kompos 34.225.956.743
2 Daur ulang kertas 44.448.820.100
3 Daur ulang plastik 273.283.457.689
4 Daur ulang logam 19.281.033.750
5 Produksi RDF 15.538.499.218
6 Pengolahan sampah B3 7.478.704.000
7 Landfill 7.867.399.800
Total biaya operasional 411.223.871.300
Total biaya langsung meliputi penjumlahan dari Biaya Investasi dan Biaya
Operasional. Biaya langsung dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 mencapai
Rp 9.028.947.332.991 sesuai dengan Tabel 92.
Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan
untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill
139
Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya
penutupan lapisan landfill.
Biaya operasional tidak langsung digunakan untuk kegiatan pengolahan
sampah untuk energi listrik, didaur ulang maupun dijadikan kompos. Perkiraan
jumlah sampah yang masuk Tahun 2010 sebesar 2.460.100 ton/tahun. Jumlah
sampah basah sebesar 1.267.628 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses
anerobic digestion sebesar 292.000 ton/tahun dan bahan baku proses komposting
sebesar 975.628 ton/tahun dapat dilihat pada Tabel 93. Jumlah sampah kering
kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 322.751,25 ton/tahun
digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 208.050 ton/tahun
dan di jual sebagai RDF sebesar 114.701,25 ton/tahun.
Tabel 93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1
Tahun Jumlah Jumlah sampah Jumlah Sampah basah (ton/tahun) Sampah Jumlah Sampah
sampah masuk per sampah kering sampah dibuang ke
masuk tahun daur ulang Bahan baku Anaerobic Bahan baku Jumlah Gasifikasi B3 landfill
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) Digestion Kompos (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
2010 6,740 2,460,100 470,605 292,000 975,628 1,267,628 208,050 37,394 131,123
2011 6,850 2,500,250 488,234 292,000 977,102 1,269,102 208,050 38,004 128,313
2012 7,000 2,555,000 509,092 292,000 985,257 1,277,257 208,050 38,836 126,064
2013 7,120 2,598,800 528,160 292,000 987,181 1,279,181 208,050 39,502 123,079
2014 7,250 2,646,250 548,333 292,000 990,201 1,282,201 208,050 40,223 120,087
2015 7,375 2,691,875 568,498 292,000 991,621 1,283,621 208,050 40,917 116,827
2016 7,500 2,737,500 589,026 292,000 992,339 1,284,339 208,050 41,610 113,387
2017 7,660 2,795,900 612,717 292,000 998,252 1,290,252 208,050 42,498 110,270
2018 7,800 2,847,000 635,244 292,000 999,954 1,291,954 208,050 43,274 106,649
2019 7,950 2,901,750 659,006 292,000 1,002,500 1,294,500 208,050 44,107 102,954
2020 8,100 2,956,500 683,204 292,000 1,004,204 1,296,204 208,050 44,939 99,043
2021 8,250 3,011,250 707,838 292,000 1,005,066 1,297,066 208,050 45,771 94,915
2022 8,400 3,066,000 732,907 292,000 1,005,087 1,297,087 208,050 46,603 90,570
2023 8,550 3,120,750 758,412 292,000 1,004,266 1,296,266 208,050 47,435 86,008
2024 8,700 3,175,500 784,353 292,000 1,002,604 1,294,604 208,050 48,268 81,229
2025 8,875 3,239,375 813,020 292,000 1,003,750 1,295,750 208,050 49,239 76,449
Jumlah 124,120 45,303,800 10,088,648 4,672,000 15,925,011 20,597,011 3,328,800 688,618 1,706,967
141
Tabel 94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 1
Tahun Jumlah sampah Biaya Total biaya NFV total biaya
yang dibuang ke landfill pengolahan pengolahan
landfill (Rp/ton) sampah di landfill sampah di landfill
(ton/tahun) (Rp) (Rp)
2010 131,123 60,000 7,867,399,800 7,867,399,800
2011 128,313 66,000 8,468,646,780 7,698,769,800
2012 126,064 72,600 9,152,224,620 7,563,822,000
2013 123,079 79,860 9,829,102,356 7,384,750,080
2014 120,087 87,846 10,549,147,229 7,205,209,500
2015 116,827 96,631 11,289,099,343 7,009,642,500
2016 113,387 106,294 12,052,345,800 6,803,235,000
2017 110,270 116,923 12,893,136,686 6,616,217,760
2018 106,649 128,615 13,716,647,306 6,398,917,200
2019 102,954 141,477 14,565,621,528 6,177,245,400
2020 99,043 155,625 15,413,483,162 5,942,565,000
2021 94,915 171,187 16,248,145,855 5,694,876,000
2022 90,570 188,306 17,054,779,695 5,434,178,400
2023 86,008 207,136 17,815,349,629 5,160,472,200
2024 81,229 227,850 18,508,085,616 4,873,757,400
2025 76,449 250,635 19,160,849,377 4,586,955,000
Jumlah 1,706,967 2,156,984 214,584,064,781 102,418,013,040
a. Manfaat langsung
Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee
yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp
265.198.780.000,- pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun
2024 diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475,- seperti pada Tabel
95.
Energi listrik yang dapat dijual sebesar = 31.000 kWh – 9.300 kWh = 21.700
kWh. Harga jual listrik per tahun = 21.700 x 24 x 365 x Rp 820 =
Rp155.875.440.000,- per tahun. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
diperoleh hasil penjualan energi listrik sebesar Rp 2.408.526.960.000,- seperti
pada Tabel 96.
Pada tahun 2010, volume sampah yang diolah dalam TPST Bantar Gebang
sebanyak 6.740 ton, Komposisi sampah organik sebesar 55,37% dari volume
sampah total = 55,37% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 1.267.628 ton/tahun.
Kompos yang akan dihasilkan sebanyak 30% dari sampah organik yang diolah
yaitu kompos berasal dari Instalasi Anaerobic Digester menggunakan 801 ton
144
sampah basah per hari atau 292.365 ton per tahun dan Instalasi Aerobik
Komposter menggunakan sisanya sebesar 617.087 ton sampah basah per tahun.
Harga
Produksi PV penerimaan
Durasi satuan Harga jual listrik
Tahun listrik penjualan energi listrik
(jam) listrik (Rp/tahun)
(kWh) tahun 2010 (Rp)
(Rp/kWh)
Volume kertas daur ulang = 7,32 % dari volume sampah yang diolah
Volume plastik daur ulang = 6,85 % dari volume sampah yang diolah
Volume logam daur ulang = 1,06 % dari volume sampah yang diolah
Pada tahun 2010 diperkirakan dari jumlah sampah yang masuk ke TPA
Sampah Bantar Gebang rata-rata 6.740 ton/hari, dimana 8,60 % kertas dapat
145
didaur ulang sehingga menghasilkan 8,60 % x 6740 ton/hari = 579,6 ton/hari atau
211,6 ton/tahun material kertas yang dapat dijual sebesar 211,6 ton/tahun x Rp
700.000 = Rp 148.162.733.666 Jumlah penjualan dari produksi kertas sampai
tahun 2025 sebesar Rp 8.207.402.835.537 seperti yang disajikan pada Tabel 97.
Sebesar 7,41% dari 6.740 ton/hari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah
Bantar Gebang dapat diperoleh hasil daur ulang berupa material plastik sebanyak
7,41% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 182.189 ton/tahun dan dijual dengan harga
5.000.000 = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 98.
Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari
jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740
ton/hari x 365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp
1.500.000 = Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 99.
Berdasarkan prediksi tahun 2010 komposisi sampah rata-rata DKI Jakarta,
sampah kering yang tidak didaur-ulang berupa kertas sebesar 13,15 % x 6.740 ton
= 886,31 ton per hari dan plastik sebesar 6.4 % x 6.740 ton = 431,36 ton per hari
akan dijadikan bahan baku untuk Proses Gasifikasi Pyrolisys. Ini mencukupi
untuk feedstock Instalasi Gasifikasi sebesar 1317,67 ton sampah kering per hari
dari perkiraan kebutuhan 801 ton sampah kering per hari.
Pendapatan dari hasil proses daur ulang material/logam sebesar Rp
1.606.619.909.916 lihat Tabel 100. Kontribusi pendapatan material plastik sebesar
83,61% adalah yang terbesar, diikuti material kertas sebesar 12,51% dan material
logam/metal 3,88%.
146
Tabel 98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2
Jumlah sampah Jumlah kertas Harga satuan Penjualan kertas
% daur PV penjualan kertas daur
Tahun yang diolah daur ulang kertas daur ulang daur ulang
ulang ulang tahun 2010 (Rp)
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp/tahun)
2010 6,740 8.60% 211,661 700,000 148,162,733,666 148,162,733,666
2011 6,850 8.86% 221,535 770,000 170,581,863,967 155,074,421,789
2012 7,000 9.12% 232,946 847,000 197,305,279,006 163,062,214,054
2013 7,120 9.37% 243,612 931,700 226,973,151,777 170,528,288,338
2014 7,250 9.63% 254,854 1,024,870 261,192,319,586 178,397,868,715
2015 7,375 9.89% 266,160 1,127,357 300,056,849,772 186,311,696,153
2016 7,500 10.14% 277,699 1,240,093 344,372,898,930 194,389,523,663
2017 7,660 10.40% 290,802 1,364,102 396,683,702,612 203,561,462,365
2018 7,800 10.66% 303,427 1,500,512 455,295,496,051 212,398,709,084
2019 7,950 10.91% 316,712 1,650,563 522,753,470,709 221,698,501,924
2020 8,100 11.17% 330,279 1,815,620 599,660,534,077 231,195,094,849
2021 8,250 11.43% 344,126 1,997,182 687,282,969,026 240,888,487,861
2022 8,400 11.68% 358,255 2,196,900 787,050,928,597 250,778,680,959
2023 8,550 11.94% 372,665 2,416,590 900,579,057,665 260,865,674,142
2024 8,700 12.20% 387,356 2,658,249 1,029,689,651,260 271,149,467,412
2025 8,875 12.46% 403,465 2,924,074 1,179,761,928,835 282,425,625,912
Jumlah 8,207,402,835,537 3,370,888,450,886
148
Tabel 99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2
Harga satuan
Jumlah sampah Jumlah plastik Penjualan plastik PV penjualan plastik
% di daur plastik daur
Tahun yang diolah daur ulang daur ulang daur ulang tahun
ulang ulang
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/tahun) 2010 (Rp)
(Rp/ton)
2010 6,740 7.41% 182,189 5,000,000 910,944,858,962 910,944,858,962
2011 6,850 7.52% 187,941 5,500,000 1,033,677,885,755 939,707,168,868
2012 7,000 7.63% 194,897 6,050,000 1,179,125,919,670 974,484,231,132
2013 7,120 7.74% 201,127 6,655,000 1,338,497,028,772 1,005,632,628,679
2014 7,250 7.85% 207,740 7,320,500 1,520,761,486,650 1,038,700,557,783
2015 7,375 7.96% 214,314 8,052,550 1,725,773,251,107 1,071,569,410,377
2016 7,500 8.07% 220,989 8,857,805 1,957,478,158,550 1,104,945,389,151
2017 7,660 8.18% 228,811 9,743,586 2,229,441,302,672 1,144,055,903,585
2018 7,800 8.29% 236,158 10,717,944 2,531,123,682,912 1,180,787,878,302
2019 7,950 8.41% 243,924 11,789,738 2,875,804,760,895 1,219,621,950,000
2020 8,100 8.52% 251,813 12,968,712 3,265,689,243,291 1,259,064,573,113
2021 8,250 8.63% 259,823 14,265,584 3,706,528,842,767 1,299,115,747,642
2022 8,400 8.74% 267,955 15,692,142 4,204,789,364,734 1,339,775,473,585
2023 8,550 8.85% 276,209 17,261,356 4,767,737,587,199 1,381,043,750,943
2024 8,700 8.96% 284,584 18,987,492 5,403,538,533,497 1,422,920,579,717
2025 8,875 9.07% 293,909 20,886,241 6,138,656,353,194 1,469,545,524,764
Jumlah 44,789,568,260,626 18,761,915,626,604
149
Tabel 100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 2
Harga
Volume sampah Volume logam satuan Penjualan logam PV penjualan
% di daur
Tahun yang diolah daur ulang logam daur ulang logam daur ulang
ulang
(ton/hari) (ton/tahun) daur ulang (Rp/tahun) tahun 2010 (Rp)
(Rp/ton)
2010 6,740 1.05% 25,708 1,500,000 38,562,067,500 38,562,067,500
2011 6,850 1.04% 26,053 1,650,000 42,986,798,250 39,078,907,500
2012 7,000 1.04% 26,546 1,815,000 48,181,806,750 39,819,675,000
2013 7,120 1.04% 26,924 1,996,500 53,752,903,512 40,385,352,000
2014 7,250 1.03% 27,336 2,196,150 60,033,434,814 41,003,643,750
2015 7,375 1.03% 27,726 2,415,765 66,980,255,317 41,589,468,750
2016 7,500 1.03% 28,114 2,657,342 74,708,831,099 42,171,187,500
2017 7,660 1.02% 28,630 2,923,076 83,687,702,629 42,945,024,000
2018 7,800 1.02% 29,068 3,215,383 93,464,341,294 43,601,805,000
2019 7,950 1.02% 29,540 3,536,922 104,480,007,858 44,309,722,500
2020 8,100 1.02% 30,008 3,890,614 116,751,383,656 45,012,712,500
2021 8,250 1.01% 30,474 4,279,675 130,418,175,802 45,710,775,000
2022 8,400 1.01% 30,936 4,707,643 145,635,347,935 46,403,910,000
2023 8,550 1.01% 31,395 5,178,407 162,574,761,670 47,092,117,500
2024 8,700 1.00% 31,850 5,696,248 181,426,992,500 47,775,397,500
2025 8,875 1.00% 32,394 6,265,872 202,975,099,332 48,590,625,000
Jumlah 1,606,619,909,916 694,052,391,000
150
Manfaat tidak langsung dari penjualan sampah plastik dan kertas yang tidak
dapat di daur ulang dan tidak digunakan bahan baku gasifikasi dilakukan dengan
menjadikan material ini menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat di jual ke
pabrik semen Hasil penjualan RDF pada tahun 2010 adalah sebesar Rp
72.599.997.392,-. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 101.
Tabel 101 Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik
tidak daur ulang skenario 2
Jumlah sampah
Harga PV manfaat
kering kertas & Penjualan RDF
Tahun satuan RDF penjualan RDF
plastik sebagai (Rp)
(Rp/ton) tahun 2010 (Rp)
RDF (ton/tahun)
2010 484,000 150,000 72,599,997,392 72,599,997,392
2011 507,247 165,000 83,695,800,450 76,087,091,319
2012 534,401 181,500 96,993,810,303 80,160,173,804
2013 559,528 199,650 111,709,743,195 83,929,183,467
2014 586,057 219,615 128,706,846,899 87,908,508,229
2015 612,663 241,577 148,004,927,836 91,899,415,611
2016 639,788 265,734 170,013,431,379 95,968,149,773
2017 670,813 292,308 196,083,817,548 100,622,002,829
2018 700,529 321,538 225,246,954,859 105,079,366,811
2019 731,834 353,692 258,843,857,590 109,775,063,534
2020 763,761 389,061 297,149,906,466 114,564,152,392
2021 796,311 427,968 340,795,185,203 119,446,633,386
2022 829,483 470,764 390,491,125,151 124,422,506,516
2023 863,278 517,841 447,040,716,218 129,491,771,780
2024 897,696 569,625 511,349,970,727 134,654,429,181
2025 935,567 626,587 586,214,504,704 140,335,091,651
Jumlah 11,112,957 5,392,459 4,064,940,595,921 1,666,943,537,676
c. Manfaat eksternalitas
i) Penghematan sumberdaya
Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air,
pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill.
Menurut PSSI- Standford Recycling Center (2009), daur ulang kertas untuk
setiap 1 ton kertas daur ulang dapat diperoleh penghematan 9 barrel bahan bakar
(= 1430,885653 liter), 7000 galon air ( = 26,495 m³), dan menghemat penggunaan
lahan landfill sebesar 3,3 kubik yard ( = 1,497 m³). Proyeksi konservasi
sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 sebesar Rp
126.453.650.160.712,- dapat dilihat pada Tabel 104.
Tabel 105. menampilkan total konservasi sumberdaya material sampah dari
hasil daur ulang logam atau metal yang dapat dihemat selama tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 sebesar Rp 2.384.538.579.047,-.
152
Tabel 103. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 2
Jumlah konservasi sumber daya alam PV manfaat
Manfaat konservasi
Volume daur konservasi
Konservasi Penghematan Harga ruang sumberdaya material
Tahun ulang plastik Harga bahan bakar sumberdaya
energi (bahan ruang landfill daur ulang plastik
(ton) (Rp/l) material daur ulang
bakar) (liter) landfill (m3) (Rp/m3) (Rp)
plastik (Rp)
2010 182,189 472,141,427 4,180,690 7,352 40,000 3,638,411,383,692 3,638,411,383,692
2011 187,941 487,048,891 4,312,692 8,087 44,000 4,128,620,244,792 3,753,291,131,629
2012 194,897 505,073,793 4,472,298 8,896 48,400 4,709,555,278,483 3,892,194,445,028
2013 201,127 521,217,963 4,615,250 9,786 53,240 5,346,100,566,471 4,016,604,482,698
2014 207,740 538,357,024 4,767,012 10,764 58,564 6,074,084,342,725 4,148,681,335,103
2015 214,314 555,392,904 4,917,861 11,840 64,420 6,892,923,299,058 4,279,963,054,597
2016 220,989 572,691,626 5,071,036 13,025 70,862 7,818,377,528,920 4,413,270,290,394
2017 228,811 592,962,550 5,250,530 14,327 77,949 8,904,627,470,158 4,569,481,876,132
2018 236,158 612,000,681 5,419,108 15,760 85,744 10,109,579,225,168 4,716,193,319,356
2019 243,924 632,128,325 5,597,333 17,336 94,318 11,486,272,386,715 4,871,300,763,183
2020 251,813 652,571,380 5,778,351 19,069 103,750 13,043,512,789,488 5,028,838,826,575
2021 259,823 673,329,847 5,962,162 20,976 114,125 14,804,273,390,234 5,188,807,509,532
2022 267,955 694,403,725 6,148,766 23,074 125,537 16,794,379,308,647 5,351,206,812,052
2023 276,209 715,793,015 6,338,162 25,381 138,091 19,042,854,834,797 5,516,036,734,137
2024 284,584 737,497,716 6,530,352 27,919 151,900 21,582,311,946,841 5,683,297,275,787
2025 293,909 761,663,359 6,744,332 30,711 167,090 24,518,451,294,054 5,869,522,302,642
Jumlah 178,894,335,290,242 74,937,101,542,536
154
Tabel 104. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 2
Volume Jumlah konservasi sumber daya alam PV manfaat
Manfaat konservasi
daur Konservasi Harga Harga konservasi sumber
Penghema Penghema sumberdaya material
Tahun ulang energi Penghema bahan ruang daya material
tan ruang tan air daur ulang kertas
kertas (bahan tan air (m3) bakar landfill daur ulang kertas
landfill (m3) (Rp/m3) (Rp)
(ton) bakar) (liter) (Rp/l) (Rp/m3) (Rp)
2010 211,661 302,862,746 316,857 5,607,959 7,352 40,000 7,750 2,282,782,856,561 2,282,782,856,561
2011 221,535 316,991,082 331,638 5,869,567 8,087 44,000 8,525 2,628,200,392,028 2,389,273,083,662
2012 232,946 333,319,106 348,720 6,171,905 8,896 48,400 9,378 3,039,935,193,413 2,512,343,135,052
2013 243,612 348,580,675 364,687 6,454,496 9,786 53,240 10,315 3,497,036,042,443 2,627,374,937,974
2014 254,854 364,667,059 381,517 6,752,359 10,764 58,564 11,347 4,024,259,911,138 2,748,623,667,194
2015 266,160 380,843,890 398,441 7,051,898 11,840 64,420 12,481 4,623,056,120,153 2,870,554,122,702
2016 277,699 397,355,957 415,716 7,357,643 13,025 70,862 13,730 5,305,845,339,720 2,995,011,371,169
2017 290,802 416,104,522 435,331 7,704,801 14,327 77,949 15,103 6,111,811,880,040 3,136,325,883,342
2018 303,427 434,168,935 454,230 8,039,291 15,760 85,744 16,613 7,014,859,454,456 3,272,483,706,638
2019 316,712 453,178,848 474,118 8,391,288 17,336 94,318 18,274 8,054,202,508,389 3,415,768,101,698
2020 330,279 472,591,046 494,427 8,750,734 19,069 103,750 20,102 9,239,130,198,786 3,562,084,648,308
2021 344,126 492,405,526 515,157 9,117,629 20,976 114,125 22,112 10,589,152,484,423 3,711,433,346,468
2022 358,255 512,622,291 536,308 9,491,973 23,074 125,537 24,323 12,126,304,115,667 3,863,814,196,180
2023 372,665 533,241,338 557,880 9,873,766 25,381 138,091 26,755 13,875,462,357,832 4,019,227,197,441
2024 387,356 554,262,669 579,873 10,263,007 27,919 151,900 29,431 15,864,703,797,739 4,177,672,350,253
2025 403,465 577,312,516 603,987 10,689,810 30,711 167,090 32,374 18,176,907,507,923 4,351,407,139,515
Jumlah 126,453,650,160,712 51,936,179,744,156
155
Tabel 105 Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 2
Jumlah konservasi sumber daya alam Manfaat konservasi PV manfaat konservasi
Volume
Konservasi Penghematan Harga bahan Harga ruang sumberdaya material sumberdaya material
Tahun daur ulang
energi (bahan ruang landfill bakar landfill daur ulang logam daur ulang logam
logam (ton)
bakar) (liter) (m3) (Rp/l) (Rp/m3) (Rp) Rp)
2010 25,708 7,356,843 78,654 7,352 40,000 57,233,659,980 57,233,659,980
2011 26,053 7,455,445 79,708 8,087 44,000 63,800,826,931 58,000,751,756
2012 26,546 7,596,768 81,219 8,896 48,400 71,511,236,911 59,100,195,794
2013 26,924 7,704,688 82,373 9,786 53,240 79,779,835,522 59,939,771,241
2014 27,336 7,822,645 83,634 10,764 58,564 89,101,373,924 60,857,437,282
2015 27,726 7,934,408 84,829 11,840 64,420 99,411,815,981 61,726,916,307
2016 28,114 8,045,388 86,015 13,025 70,862 110,882,535,969 62,590,300,853
2017 28,630 8,193,020 87,594 14,327 77,949 124,208,939,699 63,738,825,763
2018 29,068 8,318,320 88,933 15,760 85,744 138,719,386,088 64,713,617,388
2019 29,540 8,453,376 90,377 17,336 94,318 155,068,792,524 65,764,305,593
2020 30,008 8,587,492 91,811 19,069 103,750 173,281,917,375 66,807,680,424
2021 30,474 8,720,668 93,235 20,976 114,125 193,566,113,359 67,843,741,879
2022 30,936 8,852,904 94,649 23,074 125,537 216,151,376,863 68,872,489,959
2023 31,395 8,984,200 96,052 25,381 138,091 241,292,784,179 69,893,924,664
2024 31,850 9,114,555 97,446 27,919 151,900 269,273,186,661 70,908,045,995
2025 32,394 9,270,084 99,109 30,711 167,090 301,254,797,078 72,118,003,255
Jumlah 2,384,538,579,047 1,030,109,668,133
156
Tabel 107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010
No. Jenis biaya Jumlah (Rp)
Biaya tetap (Fixed cost) 9.100.000.000
1 Gaji dan upah karyawan utama 3.185.000.000
2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 182.000.000
3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 637.000.000
4 Biaya utilitas kantor 182.000.000
5 Asuransi 364.000.000
6 Depresiasi 910.000.000
7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat 3.640.000.000
Biaya tidak tetap (Variable cost) 408.365.371.300
1 Produksi kompos 34.225.956.743
2 Daur ulang kertas 44.448.820.100
3 Daur ulang plastik 273.283.457.689
4 Daur ulang logam 19.281.033.750
5 Produksi RDF 21.779.999.218
6 Pengolahan sampah B3 7.478.704.000
7 Landfill 7.867.399.800
Total biaya operasional 417.465.371.300
daur ulang material sampah. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah
sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai konservasi atau penghematan penggunaan
material dan energi nilainya sangat besar, maka masuk akal China mengimpor
sebagian besar produk daur ulang plastik dan kertas dari seluruh dunia, termasuk
dari bijih plastik daur ulang dari Indonesia. Produk daur ulang berupa bijih plastik
dan kertas harganya jauh lebih murah dan menghemat pemakaian energi untuk
pengolahannya dibanding material original. Nilai ekonomi total TPST Bantar
Gebang Skenario 1 dengan konservasi sumberdaya sebesar Rp
150.627.680.481.307,-
Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi
sumberdaya diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp
32.277.342.825.557,- dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp
160.180.733.825.557,- rincian pada Tabel 113. Nilai biaya TPST Bantar
Gebang Skenario 2 diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar
Rp 9.114.503.640.683,-dengan rincian pada Tabel 114. Nilai ekonomi total
TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya adalah nilai
manfaat (tanpa konservasi sumberdaya) dikurangi nilai biaya menjadi sebesar Rp
23.162.839.184.874,-. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah
sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang
Skenario 2 dengan konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp
151.066.230.139.699,- Rencana TPST Bantar Gebang Skenario Skenario 2 positif
berarti memenuhi kelayakan.
Nilai manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 2 (tanpa konservasi
sumberdaya) sebesar Rp 23.162.839.184.874,-) lebih besar dari pada nilai
manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 1 (tanpa konservasi sumberdaya)
sebesar Rp 22.724.289.526.482,-.
160
Tabel 109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2
Volume Volume Jumlah Sampah basah (ton/tahun) Sampah Jumlah Jumlah sampah
sampah sampah masuk sampah Bahan baku kering sampah dibuang ke
Tahun Bahan baku
masuk per tahun daur ulang Anaerobic Jumlah Gasifikasi B3 landfill
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) Kompos (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
Digestion
2010 6,740 2,460,100 470,605 292,000 975,628 1,267,628 69,350 37,394 131,123
2011 6,850 2,500,250 488,234 292,000 977,102 1,269,102 69,350 38,004 128,313
2012 7,000 2,555,000 509,092 292,000 985,257 1,277,257 69,350 38,836 126,064
2013 7,120 2,598,800 528,160 292,000 987,181 1,279,181 69,350 39,502 123,079
2014 7,250 2,646,250 548,333 292,000 990,201 1,282,201 69,350 40,223 120,087
2015 7,375 2,691,875 568,498 292,000 991,621 1,283,621 69,350 40,917 116,827
2016 7,500 2,737,500 589,026 292,000 992,339 1,284,339 69,350 41,610 113,387
2017 7,660 2,795,900 612,717 292,000 998,252 1,290,252 69,350 42,498 110,270
2018 7,800 2,847,000 635,244 292,000 999,954 1,291,954 69,350 43,274 106,649
2019 7,950 2,901,750 659,006 292,000 1,002,500 1,294,500 69,350 44,107 102,954
2020 8,100 2,956,500 683,204 292,000 1,004,204 1,296,204 69,350 44,939 99,043
2021 8,250 3,011,250 707,838 292,000 1,005,066 1,297,066 69,350 45,771 94,915
2022 8,400 3,066,000 732,907 292,000 1,005,087 1,297,087 69,350 46,603 90,570
2023 8,550 3,120,750 758,412 292,000 1,004,266 1,296,266 69,350 47,435 86,008
2024 8,700 3,175,500 784,353 292,000 1,002,604 1,294,604 69,350 48,268 81,229
2025 8,875 3,239,375 813,020 292,000 1,003,750 1,295,750 69,350 49,239 76,449
Jumlah 124,120 45,303,800 10,088,648 4,672,000 15,925,011 20,597,011 1,109,600 688,618 1,706,967
161
Tabel 110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 2
Jumlah sampah Total biaya PV total biaya
yang dibuang ke Biaya landfill pengolahan pengolahan
Tahun
landfill (Rp/ton) sampah di sampah di landfill
(ton/tahun) landfill (Rp) (Rp)
2010 131,123 60,000 7,867,399,800 7,867,399,800
2011 128,313 66,000 8,468,646,780 8,468,646,780
2012 126,064 72,600 9,152,224,620 9,152,224,620
2013 123,079 79,860 9,829,102,356 9,829,102,356
2014 120,087 87,846 10,549,147,229 10,549,147,229
2015 116,827 96,631 11,289,099,343 11,289,099,343
2016 113,387 106,294 12,052,345,800 12,052,345,800
2017 110,270 116,923 12,893,136,686 12,893,136,686
2018 106,649 128,615 13,716,647,306 13,716,647,306
2019 102,954 141,477 14,565,621,528 14,565,621,528
2020 99,043 155,625 15,413,483,162 15,413,483,162
2021 94,915 171,187 16,248,145,855 16,248,145,855
2022 90,570 188,306 17,054,779,695 17,054,779,695
2023 86,008 207,136 17,815,349,629 17,815,349,629
2024 81,229 227,850 18,508,085,616 18,508,085,616
2025 76,449 250,635 19,160,849,377 19,160,849,377
Jumlah 1,706,967 2,156,984 214,584,064,781 214,584,064,781
Tabel 111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai
2025
Tabel 112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan
tahun 2025
Tahun Biaya langsung (Rp) Biaya tidak langsung (Rp) Total nilai biaya (Rp)
2010 716.967.399.800 394.256.471.499 1.111.223.871.299
2011 16.798.769.800 406.425.069.575 423.223.839.375
2012 16.663.822.000 421.233.469.622 437.897.291.622
2013 16.484.750.080 434.416.454.217 450.901.204.297
2014 16.305.209.500 448.426.422.375 464.731.631.875
2015 16.109.642.500 462.328.447.049 478.438.089.549
2016 15.903.235.000 476.434.170.589 492.337.405.589
2017 15.716.217.760 493.039.160.798 508.755.378.558
2018 15.498.917.200 508.576.836.614 524.075.753.814
2019 15.277.245.400 525.014.827.585 540.292.072.985
2020 15.042.565.000 541.697.257.194 556.739.822.194
2021 14.794.876.000 558.624.125.442 573.419.001.442
2022 14.534.178.400 575.795.432.328 590.329.610.728
2023 14.260.472.200 593.211.177.852 607.471.650.052
2024 13.973.757.400 610.871.362.016 624.845.119.416
2025 13.686.955.000 630.578.635.198 644.265.590.198
Jumlah 948.018.013.040 8.080.929.319.951 9.028.947.332.991
Tabel 113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
2025
Nilai manfaat langsung (Rp)
Nilai penerimaan dari tipping fee (A) 4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung (B = A) 4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung (Rp)
Nilai ekonomi energi listrik (C) 1.255.996.349.721
Nilai ekonomi material daur ulang (D) 26.347.530.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung (tanpa konservasi sumberdaya) (E = C + D) 27.603.527.315.557
Nilai konservasi sumberdaya material sampah (F) 127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung (dengan konservasi sumberdaya) (G = E + F) 155.506.918.270.382
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya (H = B + E) 32.277.342.825.557
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya (I = B + G) 160.180.733.780.382
163
Tabel 114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025
Tahun Biaya langsung Biaya tidak langsung Total nilai biaya
(Rp) (Rp) (Rp)
menghasilkan RDF. Pada saat ini tenaga listrik sangat diperlukan, karena masalah
kekurangan tenaga listrik menjadi isu nasional. Sedangkan peran RDF sebagai
bahan bakar subtitusi batubara masih belum penting, kecuali ada kenaikan harga
batubara yang sangat tinggi.
basah secara anaerobik digestion yang mengurangi emisi gas metana. Langkah ini
sebagai upaya pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan.
membayar kewajiban utangnya. DCR bawah 1,0 menunjukkan bahwa tidak ada
arus kas yang cukup untuk menutupi pembayaran pinjaman. Berdasarkan proyeksi
pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel
Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran DCR
mulai dari 26,71 sampai 146,53. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel
Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 2 yang dapat
dilihat pada Lampiran 3 besaran DCR mulai dari 27,58 pada Tahun 2010 sampai
151,59 pada Tahun 2025. Besaran DCR sebesar 26,71 sampai 151,59 sampai Rp
6,6 trilyun menunjukkan arus kas perusahaan sangat mampu untuk menutupi
pembayaran pinjaman.
5.7.6 Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca
Gas metana termasuk golongan gas rumah kaca yang memiliki nilai global
warming potential lebih kuat sebesar 21 kali lipat dibanding karbondioksida
(CO2).Mereka yang menjalankan proyek CDM ini memperoleh sertifikat reduksi
emisi (certified emission reduction –CER), yang dapat diperjualbelikan. Satu unit
reduksi emisi gas rumah kaca sebanding dengan 1 metrik ton CO 2 menurut
protokol Kyoto. Sertifikat itu kemudian dijual ke negara maju untuk membantu
mengurangi target pengurangan emisi gas rumah kaca di negaranya.
CDM diharapkan menghasilkan 2,6 milyar CER hingga periode Protokol Kyoto
berakhir pada 2012. Harga CER di pasar spot dunia kini 10 euro hingga 12 euro
per ton CO2. TPST Bantar Gebang diharapkan memperoleh pendapatan CER dari
kegiatan pengurangan emisi GRK dimana gas metana dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Pendaftaran untuk mendapatkan CER memerlukan
persyaratan yang ketat dan terbuka, proses penerbitannya dirancang untuk
memastikan pengurangan emisi nyata, terukur dan dapat diverifikasi dibandingkan
tanpa adanya proyek ini. Mekanisme ini diawasi oleh Dewan Eksekutif CDM,
untuk pendaftaran proyek harus disetujui oleh Otoritas Nasional Ditunjuk (DNA),
di Indonesia oleh Komite Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KNMPB).
Kompensasi / insentif dari perdagangan karbon ini dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pengelolaan sampah dari hulu (sumber) sampai hilir (TPA).
Berdasarkan perhitungan ada potensi pendapatan sebesar Rp 333.023.707.731,-
dengan harga CER 10 euro per ton ekivalen CO2 apabila sampah yang masuk ke
TPST Bantar Gebang diolah dapat dilihat pada Tabel 116.
Cara mendapatkan dana CER cukup berat yaitu tidak menjual hasil
pengolahan sampah yang mempunyai potensi memcemarkan lingkungan.
Penjualan RDF pada pabrik pembuatan keramik,batu bata dan kapur mempunyai
potensi mencemarkan lingkungan sekitar industri tersebut. Pilihan antara
mendapatkan dana CER dengan potensi penjualan RDF yang lebih besar hasilnya
perlu pertimbangan yang matang. Pilihan tetap menjual RDF dari segi lingkungan
memang berpotensi menimbulkan pencemaran, namun ada sisi positifnya dari
sudut pandang lingkungan yaitu pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan
bakar tungku pemanasan industri tersebut. Penggunaan teknologi yang sedikit
menimbulkan polusi udara pada industri pembuatan batu bata dan pembakaran
169
kapur perlu dilakukan untuk memanfaatkan RDF sebagai bahan bakar industri
tersebut.
Tabel 116. Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi GRK
Potensi
Jumlah Potensi
Reduksi Nilai Nilai PV
Sampah Reduksi
Tahun CH4 CER CER CER
diolah CH4
Setara CO2 (Euro) (Rp) (Rp)
(ton/tahun) ( ton/tahun)
(ton/tahun)
2010 2.291.583 11.457,92 240.616,22 2.406.162,15 34.426.622.132 34.426.622.132
2011 2.333.933 11.669,67 245.062,97 2.450.629,65 35.062.849.337 31.875.317.579
2012 2.390.100 11.950,50 250.960,50 2.509.605,00 35.906.650.362 29.674.917.655
2013 2.436.219 12.181,10 255.803,00 2.558.029,95 36.599.499.535 27.497.745.706
2014 2.485.940 12.429,70 261.023,70 2.610.237,00 37.346.461.823 25.508.135.935
2015 2.534.131 12.670,66 266.083,76 2.660.837,55 38.070.438.806 23.638.747.233
2016 2.582.503 12.912,52 271.162,82 2.711.628,15 38.797.134.965 21.899.971.249
2017 2.643.132 13.215,66 277.528,86 2.775.288,60 39.707.968.949 20.376.466.625
2018 2.697.077 13.485,39 283.193,09 2.831.930,85 40.518.388.703 18.902.127.364
2019 2.754.689 13.773,45 289.242,35 2.892.423,45 41.383.898.071 17.550.812.611
2020 2.812.518 14.062,59 295.314,39 2.953.143,90 42.252.667.447 16.290.232.395
2021 2.870.564 14.352,82 301.409,22 3.014.092,20 43.124.696.829 15.114.943.156
2022 2.928.827 14.644,14 307.526,84 3.075.268,35 43.999.986.219 14.019.751.588
2023 2.987.307 14.936,54 313.667,24 3.136.672,35 44.878.535.615 12.999.713.183
2024 3.046.003 15.230,02 319.830,32 3.198.303,15 45.760.329.996 12.050.125.095
2025 3.113.687 15.568,44 326.937,14 3.269.371,35 46.777.151.771 11.198.078.226
Jumlah 333.023.707.731
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
4. Nilai Ekonomi Total (Nilai Manfaat dikurangi Nilai Biaya) dari dampak
pengelolaan TPST Bantar Gebang Skenario 1 sebesar Rp 22,72 Trilyun dan
Skenario 2 sebesar Rp 23,16 Trilyun
5. Benefit cost ratio (BCR) Skenario 1 sebesar 3,52 dan Skenario 2 sebesar 3,54
6.2. Saran
1. TPA Sampah Bantar Gebang mengikuti aturan yang telah ditetapkan yaitu
menyediakan lahan parkir, lahan bongkar muat sampah, tidak menggunakan air
tanah dalam proses pengolahan sampah, melakukan penutupan timbunan
sampah dengan tanah penutup dan menetapkan zona penyangga.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, AS. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Barton, AMF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons.
New York, Toronto, Brisbane, Chichester.
Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia
Persampahan Indonesia, Pokja AMPL. Percik. 5:16 – 17.
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan
Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang
Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.Jakarta.
Defra, (Department for Environment, Food and Rural Affairs). 2004. Valuation
Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste
Management Options, Defra, London.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. Laporan Akhir WJEMP IBRD Loan 4612-
IND/IDA Credit 3519-IND Solid Waste Management for Jakarta: Master
Plan Review and Program Development (TA Package No. DKI 3-11.
Jakarta.
Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL : Sejarah, Teori dan Metode,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Herawati dan Yulimarni. 2007. Mengatasi Sampah dengan Daur Ulang. Jurnal
Khazanah Vol. 3 No. 1 71-72
175
Mungkasa, O. 2004. Sampah Masih Jadi „Sampah”, Pokja AMPL. Percik. 5:3 – 5.
Popov.V, Power.H and Baldasano. J.M. 1998. BEM solution for design of
Trenches in Multilayered Landfills. J. Envir. Engrg. Volume 124, Issue 1,
pp. 59-66 (January 1998)
Tchobanouglos, G., Theisen, H. And Vigil, SA. 1993. Integreted Solid Waste:
Management, Mc. Graw Hill, New York.
UNEP. 2009. Climate in Peril: a popular guide to the latest IPPC report. GRID-
Arendal. Birkeland Trykkeri.
0 0 0 0
99.969.037.143 104.967.489.000 110.215.863.450 115.726.656.622
4.998.451.857 5.248.374.450 5.510.793.172 5.786.332.831
2.499.225.929 2.624.187.225 2.755.396.586 2.893.166.416
2.499.225.929 2.624.187.225 2.755.396.586 2.893.166.416
3.470.215.845 3.643.726.637 3.825.912.969 4.017.208.617
49.984.519 52.483.744 55.107.932 57.863.328
24.992.259.286 26.241.872.250 27.553.965.862 28.931.664.156
18.793.177.411 19.732.836.281 20.719.478.095 21.755.452.000
21.414.988.312 22.485.737.727 23.610.024.614 24.790.525.844
349.891.630 367.386.211 385.755.522 405.043.298
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
76.082.888.544 79.887.032.972 83.881.384.620 88.075.453.851
7.497.677.786 7.872.561.675 8.266.189.759 8.679.499.247
4.965.361.071 5.213.629.125 5.474.310.581 5.748.026.110
9.996.903.714 10.496.748.900 11.021.586.345 11.572.665.662
149.953.556 157.451.233 165.323.795 173.589.985
318.812.952.292 394.848.666.166 481.741.052.078 585.432.376.683
680.413.582.228 770.529.327.599 872.205.746.582 991.420.305.912
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
40.824.814.934 46.231.759.656 52.332.344.795 59.485.218.355
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1.713.111.764.086 1.922.404.841.654 2.158.412.870.380 2.435.263.266.175
73.746.265.213 83.031.197.536 93.504.731.778 105.790.164.846
1.639.365.498.873 1.839.373.644.118 2.064.908.138.601 2.329.473.101.329
1.876.692.330.416 2.090.164.436.300 2.330.560.444.759 2.612.018.219.273
41,70 46,45 51,79 58,04
2018 2019 2020 2021
0 0 0 0
121.512.989.453 127.588.638.926 133.968.070.872 140.666.474.416
6.075.649.473 6.379.431.946 6.698.403.544 7.033.323.721
3.037.824.736 3.189.715.973 3.349.201.772 3.516.661.860
3.037.824.736 3.189.715.973 3.349.201.772 3.516.661.860
4.218.069.048 4.428.972.500 4.650.421.125 4.882.942.182
60.756.495 63.794.319 66.984.035 70.333.237
30.378.247.363 31.897.159.732 33.492.017.718 35.166.618.604
22.843.224.600 23.985.385.830 25.184.655.122 26.443.887.878
26.030.052.136 27.331.554.743 28.698.132.480 30.133.039.104
425.295.463 446.560.236 468.888.248 492.332.660
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
92.479.226.544 97.103.187.871 101.958.347.265 107.056.264.628
9.113.474.209 9.569.147.919 10.047.605.315 10.549.985.581
6.035.427.416 6.337.198.787 6.654.058.726 6.986.761.662
12.151.298.945 12.758.863.893 13.396.807.087 14.066.647.442
182.269.484 191.382.958 200.952.106 210.999.712
701.115.595.778 834.578.753.985 986.667.939.479 1.159.790.967.211
1.123.402.921.469 1.273.980.445.960 1.444.039.716.053 1.636.031.332.614
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
67.404.175.288 76.438.826.758 86.642.382.963 98.161.879.957
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
2.741.426.953.959 3.090.630.729.188 3.484.802.814.886 3.929.573.513.024
119.383.401.178 134.890.886.024 152.400.708.336 172.164.202.051
2.622.043.552.781 2.955.739.843.164 3.332.402.106.550 3.757.409.310.973
2.923.019.654.712 3.277.303.064.978 3.676.808.767.466 4.127.179.763.233
64,96 72,83 81,71 91,72
179
0 0 0 0
147.699.798.137 155.084.788.044 162.839.027.446 170.980.978.818
7.384.989.907 7.754.239.402 8.141.951.372 8.549.048.941
3.692.494.953 3.877.119.701 4.070.975.686 4.274.524.470
3.692.494.953 3.877.119.701 4.070.975.686 4.274.524.470
5.127.089.291 5.383.443.755 5.652.615.943 5.935.246.740
73.849.899 77.542.394 81.419.514 85.490.489
36.924.949.534 38.771.197.011 40.709.756.861 42.745.244.705
27.766.082.272 29.154.386.385 30.612.105.704 32.142.710.990
31.639.691.060 33.221.675.613 34.882.759.393 36.626.897.363
516.949.293 542.796.758 569.936.596 598.433.426
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
112.409.077.859 118.029.531.752 123.931.008.340 130.127.558.757
11.077.484.860 11.631.359.103 12.212.927.058 12.823.573.411
7.336.099.745 7.702.904.733 8.088.049.969 8.492.452.468
14.769.979.814 15.508.478.804 16.283.902.745 17.098.097.882
221.549.697 232.627.182 244.258.541 256.471.468
1.356.654.818.254 1.580.301.888.179 1.834.150.548.133 2.129.624.616.622
1.852.707.201.927 2.097.156.891.036 2.372.848.301.133 2.691.257.257.272
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
111.162.432.116 125.829.413.462 142.370.898.068 161.475.435.436
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
4.431.262.370.619 4.996.961.012.511 5.634.625.776.902 6.371.105.434.819
194.463.538.646 219.615.440.724 247.975.335.877 280.733.149.136
4.236.798.831.973 4.777.345.571.786 5.386.650.441.026 6.090.372.285.683
4.634.748.933.339 5.206.621.903.366 5.850.769.712.301 6.594.056.566.987
102,99 115,70 130,02 146,53
180
Lampiran 3. Tabel Proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 sampai Tahun 2025
Tahun Anggaran 2010 2011 2012
Pendapatan
Tipping Fee (Rp 107.800/ton) 265.198.780.000 283.003.297.500 318.120.495.000
Penjualan listrik (Rp 820/kwh) 70.395.360.000 155.875.440.000 155.875.440.000
Penjualan kompos 114.086.522.475 125.641.087.853 139.093.317.248
Penjualan kertas daur ulang 148.162.733.666 170.581.863.967 197.305.279.006
Penjualan plastik daur ulang 910.944.858.962 1.033.677.885.755 1.179.125.919.670
Penjualan besi/logam bekas 38.562.067.500 42.986.798.250 48.181.806.750
Penjualan lain-lain 72.599.997.392 83.695.800.450 96.993.810.303
Pendapatan Total 1.619.950.319.995 1.895.462.173.775 2.134.696.067.976
Biaya penjualan barang 12.843.561.800 14.565.834.363 16.607.001.330
Biaya Pengangkutan 111.608.799.101 129.056.180.888 146.252.115.348
Total biaya penjualan dan pengangkutan 124.452.360.901 143.622.015.251 162.859.116.678
Keuntungan Kotor 1.495.497.959.095 1.751.840.158.524 1.971.836.951.299
Pengeluaran
Gaji dan upah 3.185.000.000 3.344.250.000 3.511.462.500
Pekerja kontrak 83.493.074.260 87.667.727.973 92.051.114.371
Biaya jasa pelayanan 4.174.653.713 4.383.386.399 4.602.555.719
Jasa keahlian (profesional fees) 2.087.326.856 2.191.693.199 2.301.277.859
Biaya supplies 2.087.326.856 2.191.693.199 2.301.277.859
Telekomunikasi 2.895.524.913 3.040.301.159 3.192.316.217
Pos dan Pengiriman 41.746.537 43.833.864 46.025.557
Biaya okupansi 20.873.268.565 21.916.931.993 23.012.778.593
biaya bahan bakar 12.523.961.139 13.150.159.196 13.807.667.156
Perbaikan dan pemeliharaan 17.817.891.882 18.708.786.476 19.644.225.799
Biaya transportasi 292.225.760 306.837.048 322.178.900
Biaya bunga/interest pinjaman 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000
Biaya penyusutan 63.529.805.695 66.706.295.980 70.041.610.779
Biaya amortisasi 6.261.980.569 6.575.079.598 6.903.833.578
Biaya Asuransi 4.121.188.342 4.327.247.759 4.543.610.147
Biaya Inventory 8.349.307.426 8.766.772.797 9.205.111.437
Biaya Organisasi Profesi 125.239.611 131.501.592 138.076.672
Biaya lain-lain 107.355.849.173 150.709.375.082 203.532.814.720
Pengeluaran Total 417.465.371.299 472.411.873.313 537.407.937.863
Pendapatan Bersih
Pendapatan operasional internal 0 0 0
Pendapatan penyesuaian tahun sebelumnya 0 0 0
Perubahan ketentuan akuntansi 0 0 0
Pendapatan lain-lain total 0 0 0
Pengeluaran lain-lain 0 0 0
Jasa Administrasi Internal 12.523.961.139 14.172.356.199 32.244.476.272
Pengeluaran Operasional Internal 0 0 0
Biaya Operasional Internal 0 0 0
Pendapatan lain-lain Bersih 0 0 0
Laba Sebelum Pajak Penghasilan Badan 1.065.508.626.657 1.265.255.929.012 1.402.184.537.164
Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan Badan 44.776.068.960 51.593.793.266 58.228.262.903
Laba Bersih 1.020.732.557.697 1.213.662.135.746 1.343.956.274.260
EBITDA 1.213.550.412.921 1.416.787.304.590 1.557.379.981.520
DCR 27,58 32,20 35,39
ai Tahun 2025
2013 2014 2015 2016 2017
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
36.507.416.365 41.373.105.743 46.834.879.546 52.995.776.674 60.214.993.422
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1.567.090.547.641 1.755.279.991.582 1.966.376.336.699 2.204.367.959.730 2.483.400.309.260
65.473.523.713 73.746.265.213 83.031.197.536 93.504.731.778 105.790.164.846
1.501.617.023.928 1.681.533.726.369 1.883.345.139.164 2.110.863.227.952 2.377.610.144.414
1.726.133.264.215 1.918.362.343.985 2.133.700.306.722 2.376.145.628.254 2.659.854.361.210
39,23 43,60 48,49 54,00 60,45
2018 2019 2020 2021 2022
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
68.206.927.862 77.321.854.588 87.613.713.577 99.230.343.632 112.337.742.158
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
2.791.964.146.153 3.143.808.085.400 3.540.884.351.521 3.988.849.648.122 4.716.871.321.294
119.383.401.178 134.890.886.024 152.400.708.336 172.164.202.051 194.463.538.646
2.672.580.744.975 3.008.917.199.376 3.388.483.643.184 3.816.685.446.071 4.522.407.782.648
2.973.328.400.701 3.330.328.052.676 3.732.817.817.160 4.186.467.287.043 4.920.457.342.161
67,58 75,69 84,84 95,15 111,83
2023 2024 2025
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
127.122.254.509 143.793.023.220 163.039.773.103
0 0 0
0 0 0
0 0 0
5.063.616.670.060 5.705.533.445.005 6.446.690.314.532
219.615.440.724 247.975.335.877 280.733.149.136
4.844.001.229.335 5.457.558.109.128 6.165.957.165.396
5.273.469.491.970 5.921.966.408.011 6.670.032.425.688
119,85 134,59 151,59
68
42