Anda di halaman 1dari 217

VALUASI EKONOMI

PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR


SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN
KEBIJAKAN DI MASA DEPAN

R. Julianto

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Valuasi Ekonomi Pengelolaan


Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan
di Masa Depan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2011

R. Julianto
NRP: P 062040234
ABSTRACT

JULIANTO.R. Economic Valuation of The Solid Waste Disposal Management of


Bantar Gebang to determine Management Policy in the Future . Under direction
of SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, and WONNY AHMAD
RIDWAN.

The existence of Bantar Gebang Solid Waste Disposal (SWD) Management


considered a problem and a blessing for the surrounding community. The aim of
the research was to determine the impacts, the externality and the Total Economic
Value Management of Bantar Gebang SWD and SWD Policy. Analysis of the
externality is the result of direct or indirect impacts of the Bantar Gebang SWD
including economic impact, social impact and environmental impact. Negative
externalities analyses were based on the inconvenience, the loss of environmental
values, pollution, and decreased property values. Positive externalities analysis
included the existence of business and employment opportunities for the people to
waste recycle, and the existence of access roads to facilitate transport to landfill to
the surrounding community. Total economic value of the economic valuation
analysis of Bantar Gebang SWD is comprised of the total cost of Rp 1.70 trillion
and the total benefits of Rp 2.19 trillion so that the total economic value
amounting to Rp 482 billion. This shows positive total economic value means
that the existence Bantar Gebang SWD is waste recycle activities domination by
informal sector.

Key words: impact, externalities, economic valuation, total economic value,


Bantar Gebang Solid Waste Disposal.
RINGKASAN

JULIANTO.R. Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir


Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan. Dibimbing
oleh SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, dan WONNY AHMAD
RIDWAN.

Penilaian dampak lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan


dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna
mengetahui manfaat dan biaya dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
Bantar Gebang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi,
biaya eksternalitas, Nilai Ekonomi Total (NET) pengelolaan TPA sampah Bantar
Gebang dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan TPA sampah di
masa depan yang ramah lingkungan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi
penampung sampah Jakarta, menggunakan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan
daftar pertanyaan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: (1) data sosial,
ekonomi dan kesehatan masyarakat, pemulung, lapak dan bandar; (2) data
penyebaran bau sampai radius 5 km dari TPA sampah Bantar Gebang; (3) data
kualitas air tanah pada radius 250 m (ring I), 500 m (ring II), dan 750 m (ring III)
dari TPA sampah Bantar Gebang. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan
hasil penelitian terdahulu seperti: (1) data BPS (Bekasi dalam Angka 1990–2008);
(2) Studi Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA
Jakarta oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi; dan
(3) Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi oleh
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Hasil penelitian kualitas air pengolahan leachate sampah pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) TPA sampah Bantar Gebang menunjukkan bahwa
parameter pencemar yang masih melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut
(TDS), amonia (NH3), merkuri, nitrat, COD dan BOD. Kualitas air permukaan
yaitu air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hulu kawasan TPA sampah Bantar
Gebang mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA sampah Bantar
Gebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD
dan COD), nitrogen (amoniak), padatan dan sebagian logam (mangan dan
sulfida). Hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata parameter yang
ada telah melampaui baku mutu yang diijinkan yaitu untuk parameter TSS (total
suspended solid), mangan dan sulfida. Kualitas air sumur di sekitar TPA sampah
Bantar Gebang secara umum baik kualitas fisik maupun kualitas kimia semuanya
masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, kecuali parameter total harness yang melebihi baku
mutu. Parameter mikrobiologi, menunjukkan adanya pencemaran coliform dan
fecal coli.
Kualitas udara yang diteliti dari dalam lokasi TPA dan di luar TPA,
menunjukkan bahwa kualitas udara ambien cukup baik, kecuali kebisingan.
Kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu, yaitu di depan kantor
TPA sampah Bantar Gebang, belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA
sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong.
Perhitungan biaya eksternalitas dari dampak TPA yang mengakibatkan
pencemaran air tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air
rumah tangga yakni kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan
kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 150
per liter pada tahun 2009. Hasil survey menunjukkan bahwa kualitas air tanah di
wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi. Kawasan ring II dan ring
III tidak layak untuk air minum. Nilai kerugian akibat penurunan kualitas air
tanah (NRAB) sebesar Rp 817 milyar.
Berdasarkan data Bekasi dalam Angka (2006), proporsi penduduk dari
wilayah yang diteliti (3 kelurahan dan 1 desa) sebanyak 57% dari penduduk
Kecamatan Bantar Gebang. Jenis penyakit yang diderita 75% disebabkan sampah
di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Nilai kerugian akibat penyakit yang
disebabkan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang (NRPP) sebesar Rp 41,8
milyar.
Nilai kerugian penurunan produktivitas kerja (NRPK) dihitung berdasarkan
jumlah hari tidak masuk kerja karena penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran
TPA sampah Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 49,2 milyar. Nilai kerugian akibat
gagal panen padi sawah (NRGP) karena luapan air hujan yang mengandung
sampah, dihitung dengan menggunakan asumsi gagal panen 1 kali per tahun.
Nilainya sebesar Rp 1,7 milyar. Hasil estimasi emisi gas metana menggunakan
data IPCC (2007). Biaya sosial emisi karbon dioksida adalah harga kerusakan
dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia yang diperkirakan sebesar 12 USD
(1USD=Rp 9591,7) per ton CO2 untuk tahun 2005 (UNEP, 2009). Nilai kerugian
akibat emisi CO2 (NRKU) yang dihasilkan dari sampah di TPA sampah Bantar
Gebang dari Tahun 1990 sampai Tahun 2009 diperkirakan sebesar Rp 20,1
milyar.
Kerugian akibat bau busuk didekati dari hasil penelitian Willis dan Garrod
(1997) dalam DEFRA (2004), tentang WTP yang berkaitan dengan pengurangan
kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill Crawcrook
Quarry. Nilai kompensasi masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang
sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per KK per tahun. Pada
radius 1.000 m, bau busuk muncul hampir setiap hari, radius 1.000-2.500 m
tercium setelah hujan turun. Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika,
jumlah hari hujan 100 hari per tahun. Pada radius 2.500-5.000 m bau sampah
tidak begitu menyengat, sehingga nilai kompensasi 50% dari kompensasi di radius
1.000-2.500 m. Nilai kerugian akibat bau (NRBU) sebesar Rp 1,2 milyar.
Penurunan nilai tanah di sekitar TPA sampah Bantar Gebang diperoleh hasil Rp
43,1 milyar juta pada radius 100 m dan Rp 41 milyar pada radius 200 m sehingga
kerugian akibat penurunan nilai properti (NRTP) sebesar Rp 18,2 milyar.
Ekternalitas positif yang menguntungkan dengan keberadaan TPA sampah
Bantar Gebang adalah timbulnya peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan
sampah untuk didaur ulang. Pekerja yang terkait meliputi pemulung, buruh,
pemilik lapak dan bandar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemulung total Rp
1.569 milyar, pendapatan buruh daur ulang sampah sebesar Rp 214,5 milyar.
Ekternalitas positif dari pendapatan pemilik lapak sebesar Rp 164 milyar,
pendapatan bandar Rp 55,9 milyar. Total ekternalitas manfaat dari kegiatan daur
ulang sampah (NMKJ) sebesar Rp 2.003 milyar. Eksternalitas positif lain adalah
keberadaan jalan akses ke TPA. Nilai keberadaan dihitung dengan menggunakan
jalan sebagai faktor penggerak pembangunan wilayah (Utama, 2001) di sekitar
Bantar Gebang. Adanya jalan akses menuju TPA menimbulkan peningkatan
kegiatan ekonomi. Nilai keberadaan jalan akses tersebut pada tahun 2009
diperkirakan NMJL sebesar Rp 187,5 milyar.
Nilai ekonomi total per tahun (tahun 1990-2009) dari hasil analisa valuasi
ekonomi dengan perhitungan biaya dan manfaat pengelolaan TPA Sampah Bantar
Gebang adalah terdiri dari total biaya (nilai rugi, NR) sebesar Rp 1.708,5 milyar
dan total manfaat (nilai manfaat, NM) sebesar Rp 2.190,9 milyar, sehingga nilai
ekonomi totalnya NET sebesar Rp 482,4 milyar. Eksternalitas pengelolaan TPA
Sampah Bantar Gebang mempunyai nilai ekonomi total positif karena biaya
ekonomi lingkungan lebih kecil dibandingkan manfaat ekonomi lingkungan.
BCR sebesar 1,28 (> 1) yang menunjukkan manfaat secara lingkungan masih
lebih besar dari kerugian lingkungan.
Prioritas kebijakan dan strategi pengelolaan TPA Sampah berdasarkan
survai pendapat pakar melalui AHP adalah aspek lingkungan dengan nilai bobot
0,444, aspek sosial (nilai bobot 0,255), aspek teknis (nilai bobot 0,214) dan aspek
ekonomi (nilai bobot (0,087). Aspek lingkungan mencakup 4 (empat) kriteria
yaitu: konservasi sumber daya alam dan energi kesehatan masyarakat,
pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut,
faktor pencemaran lingkungan merupakan kriteria yang paling utama untuk
dipenuhi dengan nilai bobot 0,461, selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat
(nilai bobot 0,344), kriteria pemanasan global (nilai bobot 0,104) dan konservasi
sumber daya alam (nilai bobot 0,092).
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apapn tanpa izin IPB
VALUASI EKONOMI
PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN
KEBIJAKAN DI MASA DEPAN

R. Julianto

Disertasi
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Disertasi : Valuasi Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa
Depan
Nama Mahasiswa : R. Julianto
Nomor Pokok : P 0620402234

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


Ketua

Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM
Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Institut Pertanian Bogor
Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Penelitian ini berjudul Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan.
Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis
banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. sebagai ketua komisi pembimbing,
dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc., Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM.,
masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi
kemajuan penulis dan lebih sempurnanya tulisan ini.
2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Masa Bakti
Tahun 2011-2015 yang memacu, memberi semangat dan solusi atas setiap
permasalahan yang penulis hadapi, agar penulis selesai dalam studi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Drh. Hasyim DEA selaku
Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana IPB yang selalu memberi semangat agar penulis selesai
dalam studi ini.
4. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf
dan jajaran administrasinya yang telah berkenan menerima dan mengasuh
serta selalu mendukung penulis untuk kelancaran dan kesuksesan studi ini.
5. Direktur, Para Kasubdit, Kepala Seksi, Satker dan PPK beserta staf di
lingkungan Direktorat Bina Program yang telah berkenan memberi ijin dan
kelonggaran waktu untuk penyelesaian dan kesuksesan studi ini.
6. Dr.Etty Riani,M.S, Dr.Ir.Widiatmaka, DEA, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih,
M.Agr.Sc, Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. dan Dr.Ir.Zulkifli Rangkuti,M.M,
M.Sc, penulis mengucapkan terima kasih atas masukannya serta para staf
Program studi PSL IPB yang terus mendukung dan memberikan semangat
penulis untuk terus melanjutkan penyelesaian studi ini.
7. Dinas Kebersihan dan Bappeda Propinsi DKI Jakarta serta PT Godangtua
Jaya yang memberikan ijin dan data pendukung penelitian di TPA Sampah
Bantar Gebang.
8. Pemerintah Kota Bekasi dan jajarannya yang telah memberikan ijin dan
bantuan untuk pelaksanaan penelitian lapangan dan penyediaan data Wilayah
Kecamatan Bantar Gebang.
9. Laboratorium Pusat Pendidikan dan Latihan Teknis Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Kota
Bekasi yang telah membantu analisis kualitas air tanah dan air permukaaan.
10. Teman-teman dan kerabat yang membantu survai lapangan dan penyusunan
penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya, baik moril maupun materiil.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Istri
yang telah membantu dan memberi semangat penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini. Permohonan maaf penulis sampaikan kepada keluarga yaitu istri
dan anak-anakku yang berkurang perhatian penulis selama menyelesaikan
penelitian ini.
Akhir kata, semoga semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat
berdoa semoga diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah S.W.T. dan dinilai
sebagai amal shaleh. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna
dan dengan segala kerendahan hati menerima masukan, kritikan, dan saran agar
tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya
penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah serta masyarakat dan pengusaha terkait dan dunia ilmu pengetahuan.
Bogor, Juni 2011
R.Julianto
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada Tanggal 30 Juli 1959 di Kelurahan Gunung


Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merupakan anak ke tiga dari empat
bersaudara dari Ayah bernama R. Soead bin Miftah dan Ibu bernama R.R. Soebekti
bin Soedjarwo Prawirodimedjo.
Penulis menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan
Sekolah Menengah Atas dari Tahun 1967-1979 di Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Pada pertengahan Tahun 1979 Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta dan lulus awal
Tahun 1987. Pada Tahun Oktober 1999 Penulis mendapat tugas belajar pendidikan
strata dua (S2) ke IHE Delft Belanda Bidang Studi Urban Infrastrcture
Management dan menamatkan studi pada Maret 2002 meraih gelar Master of
Science (M.Sc). Selanjutnya pada Tahun 2005 hingga sekarang penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Pendidikan Pascasarjana strata tiga (S3) pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Pada Tahun 1987 penulis mulai bekerja pada perusahaan konsultan PT.
Yodya Karya (Persero) dan akhir Tahun 1991 masuk menjadi pegawai Subdit
Penyusunan dan Pengendalian Program Direktorat Bina Program Direktorat
Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Mulai Tahun 1994 Penulis
menjadi pegawai Subdit Perencanaan Umum dan Evaluasi Direktorat Bina Program
Direktorat Jenderal Cipta Karya ketika terjadi Reorganisasi Direktorat Jenderal
Cipta Karya. Tahun 1999 Penulis menjadi pegawai Subdit Program dan Anggaran
Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan Departemen
Permukiman dan Pengembangan Wilayah. Penulis diangkat menjadi Pemimpin
Proyek Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan pada
pertengahan Tahun 2002 Direktorat Bina Teknik Direktorat Pengembangan
Perkotaan sampai Tahun 2006. Pada Tahun 2007 sampai 2009 Penulis menjadi
Kepala Satuan Kerja Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar
Perkotaan Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai Kepala PPK Perencanaan
dan Pengendalian Kegiatan Peningkatan Sistem Perencanan dan Manajemen pada
Satuan Kerja Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum, kemudian Tahun 2011 bekerja sebagai Asisten Teknik dan
Kelembagaan CPMU Urban Strategy and Development Reform Program.
Penulis mempunyai istri Hj. Ade Ferdijana dan dua anak yaitu Ajeng dan
Ageng tinggal di Perumahan Bukit Nusa Indah Sarua Ciputat, Kota Tangerang
Selatan.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ........................................................................................... xv


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii

1. PENDAHULUAN..................................................................................... .. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Ruang Lingkup Penelitian ......... ............................................................. 2
Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 3
Perumusan Masalah.............................................................................. .. 5
Manfaat Penelitian................................................................................ .. 6
Kebaruan Penelitian (Novelty) ............................................................. .. 7

2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. .. 9
Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah .................................... .. 9
Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah. ............................. .. 12
Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah. ........................................ .. 13
Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah. ......................................... .. 15
Perhitungan Konversi Ekonomi ........................................................... 18
Valuasi Ekonomi ................................................................................. .. 19
Analisis Nilai Ekonomi Dampak.......................................................... 20
Nilai Keberadaan (NK) ........................................................................ 25
Nilai Warisan (NW) ............................................................................. 25
Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah .............. 26
Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan .......... ........................... 26
Metoda Pengolahan Sampah ................................................................. 31

3. METODE PENELITIAN ........................................................................... 43


Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 43
Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 44

xii
Jenis Data ............................................................................................ 44
Sumber Data ......................................................................................... 44
Metode Analisis ................................................................................... 46
Kebijakan Pengelolaan Sampah ........................................................... 46
Dampak Tempat Pembuangan Akhir ................................................... 46
Biaya Eksternalitas ............................................................................... 49
Benefit Eksternalitas ............................................................................ 52
Nilai Ekonomi Total Dampak ............................................................. 53
Perumusan Kebijakan........................................................................... 54

4. GAMBARAN UMUM ............................................................................... 57


Kondisi Geografis TPA Sampah Bantar Gebang ................................. 57
Iklim ................................................................................................ 58
Geologi dan Topografi ......................................................................... 59
Topografi .............................................................................................. 59
Kualitas Air .......................................................................................... 60
Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS)
TPA Sampah Bantar Gebang ............................................................... 60
Kualitas Air Sungai Ciketing ............................................................... 60
Kualitas Air Sumur Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang .............. 62
Kualitas Udara dan Kebisingan di Sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang ...................................................................................... 65

5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 69


Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA ............................................ 69
Responden Masyarakat ........................................................................ 69
Responden Pemulung ........................................................................... 72
Responden Lapak ................................................................................. 75
Responden Bandar................................................................................ 78
Kebijakan Pengelolaan Sampah .......................................................... 81
Peraturan Perundangan Tentang Sampah ............................................. 81
Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah ....................... 86
Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Kegiatan Penelolaan
Sampah ................................................................................................ 89

xiii
Dampak Lingkungan yang Terjadi di TPA .......................................... 90
Eksternalitas ......................................................................................... 97
Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah ................................. 97
Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah ................................... 108
Nilai Ekonomi Total Dampak .............................................................. 111
Alternatif Teknologi ............................................................................. 112
Aspek dan Kriteria .............................................................................. 113
Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya ................. 116
Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya ................. 118
Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya ................. 120
Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya ................. 121
Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan....... 122
TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................................................ 122
TPST Bantar Gebang Skenario 2 ........................................................ 141
Nilai Ekonomi Total TPST ................................................................. 158
Nilai Benefit Cost Ratio TPST ............................................................ 164
Analisis Kelayakan Finansial TPST ..................................................... 165
Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah
Kaca ...................................................................................................... 167

6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 171


Kesimpulan........................................................................................... 171
Saran ..................................................................................................... 172

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 173


LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan ................................ 17
2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit . .................. 17
3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007 ............................................... 18
4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix. ...... 24
5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta ............................................... 33
6. Valuasi ekonomi dampak ............................................................................. 50
7.Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang ................................................... 58
8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008.................................................. 61
9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 ................................................. 61
10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008 .............. 62
11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 63
12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 .......................... 64
15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml) ......................................................................... 65
16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml) ......................................................................... 65
17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah
Bantar Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008 ............................................. 66
18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008.......... 66
19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008 ................ 66
20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008 ...... 67
21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA) ....................................... 67

xv
22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 s/d 2008 (dalam dBA) .................................... . 67
23. Tingkat usia responden masyarakat ........................................................... 69
24. Aspek Sosial tingkat pendidikan dan lama tiinggal responden
masyarakat .................................................................................................. 70
25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden
masyarakat .................................................................................................. 70
26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan ................. 70
27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk......................... 71
28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan ......... 71
29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan . 71
30. Tingkat usia responden pemulung ............................................................. 72
31. Tingkat pendidikan responden pemulung .................................................. 72
32. Lama tinggal responden pemulung ............................................................ 73
33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung .................. 73
34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung................................ 73
35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar TPA 74
36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA ............. 74
37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan ........... 74
38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan ... 75
39. Tingkat usia responden pemilik lapak........................................................ 75
40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak ............................................ 76
41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak .................................... 76
42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak ............ 77
43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA ................................................. 77
44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan
lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang ......................... 77
45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan
lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang. ........................ 78
46. Tingkat usia responden bandar................................................................... 78
47. Tingkat pendidikan responden bandar ....................................................... 79
48. Lama menetap/berusaha responden bandar ............................................... 79
49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar ....................... 79
50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA 80
51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA ....... 80

xvi
52. Tanggapan responden bandar mengenai gangguan lingkungan................. 80
53. Tanggapan responden bandar mengenai jenis gangguan lingkungan ........ 81
54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir
TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009 .................................................. 90
55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika
tahun 2009 .................................................................................................. 91
56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 91
57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 91
58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
fisika tahun 2009 ........................................................................................ 92
59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia
tahun 2009 ................................................................................................. 92
60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
kimia tahun 2009 ....................................................................................... 93
61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
kimia tahun 2009 ........................................................................................ 93
62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
kimia tahun 2009 ........................................................................................ 94
63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009 ................................. 96
64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di
TPA Sampah Bantar Gebang ..................................................................... 98
65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan ................... 99
66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di
Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu
akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang ................................................... 100
67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang .................................................. 102
68. Penurunan produksi pertanian .................................................................... 103
69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 104
70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius
1000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ................................................. 105
71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak
1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 106
72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak
2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 107

xvii
73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100m dari TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 108
74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200m dari TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 108
75. Rincian perhitungan NPV dan pemulung, pekerja daur ulang, lapak
dan bandar .................................................................................................. 110
76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang ......................................... 111
77. Nilai Ekonomi Total TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009.... 111
78. Produk dan treatment Skenario 1 dan 2 pada Kombinasi 1 ....................... 122
79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 ............................ 123
80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 ................................................... 124
81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1................ 127
82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1 ...... 128
83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1 ..... 129
84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal
Skenario 1................................................................................................... 130
85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan
RDF Skenario 1 .......................................................................................... 131
86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................ 132
87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang
plastik tahun 2010-2025 Skenario 1.......................................................... 134
88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas
tahun 2010-2025 Skenario 1 ..................................................................... 135
89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam
tahun 2010-2025 Skenario 1 ...................................................................... 136
90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1 .......................... 137
91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 ............. 138
92. Biaya investasi dan operasional Skenario 1. .............................................. 139
93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 ...... 140
94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 1................................................................................................... 141
95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2 ............................ 142
96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2 ................................................... 144
97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2................ 146
98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2 ...... 147
99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2 ..... 148

xviii
100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal
Skenario 2................................................................................................ 149
101. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik
tidak daur ulang skenario 2 ..................................................................... 150
102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2 ...................... 152
103. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang plastik tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 153
104. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang kertas tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 154
105. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang logam tahun
2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 155
106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2 ........................ 156
107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 ........... 157
108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2 ............................................. 157
109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2 .... 160
110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 2................................................................................................ 161
111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai
2025 ......................................................................................................... 161
112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 ................................................................................. 162
113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 .................................................................................. 162
114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 .................................................................................. 163
115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar
Gebang ................................................................................................... 163
116. Potensi pendapatan dari sertifikat reduksi GRK ..................................... 169

xix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian. ................................................ 4
2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi) ..... 23
3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya
(Dixon dan Hufschmidth, 1986) .................................................................. 27
4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007............................................................... 30
5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008 ........ 31
6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008 ........ 31
7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan
(Tchobanoglous et al., 1977)....................................................................... 32
8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste
(Kholil, 2005) .............................................................................................. 36
9. Lokasi penelitian .......................................................................................... 43
10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST .................. 55
11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak ........................................................... 88
12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga ........................... 89
13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit........... 101
14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA
Sampah Bantar Gebang ............................................................................... 109
15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah Bantar
Gebang ....................................................................................................... 109
16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan
sampah terpadu .......................................................................................... 114
17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan........................... 114
18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial . ................................. 115
19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis. .................................. 115
20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi............................... 116
21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2
berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 117
22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3
berdasarkan setiap aspek ........................................................................... 117
23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 118

xx
24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 118
25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119
26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119
27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120
28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120
29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121
30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1
berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari TPA Sampah
Bantar Gebang . ........................................................................................... 177
2. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010
sampai Tahun 2025) .................................................................................... 178
3. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010
sampai Tahun 2025) .................................................................................... 179

xxii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai areal seluas 108
ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam lima zona, masing-masing
zona dikelilingi dengan jalan kerja yang kondisinya cukup baik. Setiap zona tersebut dibagi
menjadi beberapa bagian sub-zona. Pada saat penelitian sebagian besar areal kerja telah terisi
sampah. Berdasarkan hasil pemantauan PPMSL-UI dan Unisma Bekasi, ketinggian sampah
di tiap zona pada tahun 2002 berkisar antara 4,58 m sampai 10,77 m. Ketinggian sampah
yang direncanakan adalah 25 meter, dengan mengacu disain ketinggian sampah tersebut dan
hasil penelitian memperkirakan bahwa seluruh zona TPA Sampah Bantar Gebang masih
dapat dioperasikan dengan umur teknis 42 bulan atau sampai tahun 2006 berdasarkan Master
Plan JICA Tahun 1987 (JICA, 2001), namun hingga saat penelitian berlangsung TPA
Sampah Bantar Gebang masih dimanfaatkan. .
TPA Sampah Bantar Gebang telah beroperasi sekitar 21 tahun yaitu sejak tahun 1989
sampai sekarang. Berdasarkan rencana Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
Tahun 1987, TPA Sampah Bantar Gebang akan beroperasi 20 tahun dengan metode
pembuangan sampah secara sanitary landfill. Berdasarkan rencana tersebut umur teknis
tempat pembuangan sampah ini telah dilewati. TPA Sampah Bantar Gebang sejak beroperasi
sampai sekarang melayani buangan sampah dari Kota Jakarta dan Kota Bekasi.
Dampak langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul sebagai akibat
dari tujuan utama kegiatan, baik berupa biaya ataupun manfaat. Dampak langsung ataupun
tidak langsung yang terjadi di lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak
ekonomi, dampak sosial dan dampak lingkungan. Dampak kerusakan lingkungan dihitung
dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian kesehatan manusia yang diderita dalam jangka
waktu tertentu. Nilai ini dihitung berdasarkan biaya pengobatan yang dibutuhkan serta
turunnya produktifitas masyarakat akibat gangguan kesehatan yang diterima.
Ditinjau dari segi ekonomi, manfaat terhadap sampah bisa didaur ulang atau dijadikan
kompos dan juga bisa menjadi sumber ekonomi jika dikelola dengan baik serta memberikan
peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan para pemulung. Namun
timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama masyarakat dengan pemulung merupakan
masalah sosial yang sering terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang. Selain itu, aktivitas
pemulung menyebabkan peningkatan kecelakaan kerja, berkurangnya nilai estetika akibat

\
2

adanya aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah
di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar
Gebang.
Pengelolaan persampahan yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang melibatkan
masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (produsen, penjual, pedagang dan jasa).
Pengelolaan sampah di masyarakat masih bermasalah karena rendahnya peran dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Dari sisi pemerintah, permasalahan
terjadi karena kurangnya sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan keterbatasan dana, serta
masih kurangnya dukungan pemerintah terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah
berhasil dalam pengelolaan sampah. Dukungan penghargaan, dukungan pendanaan, teknis,
manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya, seperti adanya sistem insentif dan disinsentif
bagi pelaku usaha belum diberikan oleh pemerintah. Pelaku usaha masih menggunakan bahan
produksi maupun produk dan kemasan yang tidak ramah lingkungan, dan masih rendahnya
pelaku usaha yang memanfaatkan sampah sebagai bahan baku serta sumber energi.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tidak aktifnya
pelaku usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sampah menyebabkan perlunya tempat
pembuangan akhir sampah. TPA Sampah Bantar Gebang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis dapat menimbulkan berbagai dampak baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Di TPA Sampah Bantar Gebang terdapat + 4500 orang pemulung, + 300
orang lapak dan + 45 orang bandar (Dinas Kebersihan DKI, 2005).
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor tersebut perlu
diketahui seberapa besar manfaat dan biaya dari keberadaan tempat pembuangan akhir
sampah Bantar Gebang. Adanya manfaat dan biaya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang
memerlukan kebijakan yang komprehensif dan memperhatikan masa yang akan datang.

1.2. Ruang Lingkup Penelitian


Lingkup wilayah atau lokasi penelitian adalah TPA Sampah Bantar Gebang. Sampah
yang diteliti adalah sampah berasal dari Kota Jakarta, baik sampah yang dapat didaur ulang
(recycleable) maupun sampah yang dapat dijadikan kompos (compostable).
Objek penelitian dilakukan di TPA Sampah Bantar Gebang dan masyarakat sekitar
lokasi TPA, pemulung, lapak dan bandar. Lingkup penelitian ini adalah melakukan valuasi
ekonomi terhadap dampak keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang yang ditinjau dari
pendekatan ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan.
3

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian Valuasi Ekonomi Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang
untuk menentukan Kebijakan di Masa Depan adalah:
5. Mengulas implementasi kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.
6. Mengidentifikasi dampak-dampak yang terjadi pada Pengelolaan TPA Sampah Bantar
Gebang.
7. Menghitung eksternalitas Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.
8. Menghitung Nilai Ekonomi Total Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.
9. Merumuskan kebijakan dan strategi Pengelolaan TPA Sampah yang terpadu.

1.4. Kerangka Pemikiran


Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dianggap merupakan masalah dan manfaat
bagi masyarakat di sekitarnya. Dampak langsung ataupun tidak langsung yang terjadi di
lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak ekonomi, dampak sosial dan
dampak lingkungan. Pencemaran air dan udara merupakan masalah yang menjadi dampak
negatif dari kegiatan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. Dampak kerusakan
lingkungan dihitung dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian ketidaknyamanan lingkungan,
kesehatan dan penurunan nilai properti. Dampak positif dari keberadaan TPA Sampah Bantar
Gebang adalah sampah yang ada sebagian dapat didaur ulang sehingga kegiatan tersebut
merupakan peluang usaha dan kerja masyarakat.
Penilaian dampak lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna untuk mengetahui
manfaat dan biaya dari TPA Sampah Bantar Gebang. Eksternalitas merupakan pengaruh
positif dan atau negatif yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi,
produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak pertama, dan pihak pertama
tidak memperhitungkan dampak kegiatan tersebut (European Comission, 2000). Perhitungan
besarnya eksternalitas Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang dalam analisis ekonomi
dengan mengukur biaya dan manfaat ekonomis suatu proyek melalui tahapan yaitu
identifikasi biaya dan manfaat, penilaian manfaat dan biaya dengan skenario kegiatan
pengelolaan TPA. Identifikasi biaya suatu proyek diperoleh dari perhitungan biaya
masyarakat, meliputi biaya perorangan (biaya eksplisit dan biaya implisit) dan biaya yang
dikeluarkan oleh pihak lain (Irham, 2001). Penelitian menggunakan pendekatan valuasi
ekonomi atau lebih dikenal dengan sebutan Nilai Ekonomi Total (NET) yaitu nilai ekonomi
dari aset lingkungan hidup yang dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen.
4

Berdasarkan hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk


mengembangkan suatu aset lingkungan hidup wajib memberikan manfaat bersih lebih besar
dari manfaat bersih konservasi, dengan demikian manfaat konservasi diukur dengan NET dari
aset lingkungan hidup yang diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas
lingkungan hidup (PSSAL, 2005). Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
Kebijakan Pengelolaan Sampah

Dampak
fisik-kimia,ekonomi, sosial dan budaya

Positif Negatif

Eksternalitas Positif Eksternalitas Negatif

Valuasi ekonomi
(Penilaian Biaya dan Manfaat)

Nilai Ekonomi Biaya Nilai Ekonomi Manfaat

Nilai Ekonomi Total

Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan TPA Sampah

Gambar 1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian


5

1.5. Perumusan Masalah


Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor memerlukan
adanya kebijakan yang komprensif yang memperhatikan dampak fisik, kimia, biologi,
ekonomi, sosial dan budaya. Dampak yang timbul dari fisik dan kimia diantaranya adalah
pencemaran air, udara berupa bau, dan emisi gas rumah kaca. Sampah menimbulkan bau
tidak sedap, baik pada lokasi TPA maupun daerah sekitarnya dan jalur yang dilewati.
Dampak bau bukan bersifat sementara, melainkan selama TPA Sampah Bantar Gebang masih
berfungsi dan kegiatan masih berlangsung, maka bau tidak sedap akan terjadi. Secara nyata,
kegiatan TPA sampah Bantar Gebang akan berdampak terhadap kualitas udara, khususnya
bau, dan meningkatnya kadar SO2 dan NH2 di udara secara permanen selama kegiatan proyek
berlangsung. Secara otomatis, dengan tercemarnya udara, maka kesehatan lingkungan
penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang akan terganggu, terutama penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Dampak tidak langsung dari adanya timbunan sampah
adalah menurunnya nilai harga tanah disekitar TPA Sampah Bantar Gebang .
Dampak yang timbul dari ekonomi diantaranya adalah berkembangnya usaha daur
ulang sampah. Dampak yang timbul dari sosial budaya diantaranya adalah terjadinya
perebutan lahan (konflik), kebiasaan hidup tidak sehat (kumuh), dan terjadinya interaksi
budaya antar pemulung yang berlatar belakang budaya berbeda.
Dampak-dampak tersebut perlu dilakukan pengkajian dari berbagai pendekatan.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kelembagaan dan
pendekatan valuasi ekonomi. Pendekatan kelembagaan memperhatikan kebijakan-kebijakan
yang digunakan untuk mendirikan TPA Sampah Bantar Gebang dan kebijakan-kebijakan
yang digunakan untuk mengelola TPA Sampah Bantar Gebang sampai penelitian ini
dilakukan. Pendekatan valuasi ekonomi digunakan untuk melihat dampak positif maupun
negatif yang diekonomikan.
Penelitian-penelitian terdahulu umumnya melihat dari aspek fisik kimia diantaranya
adalah Anwar (2007), melakukan percobaan penelitian untuk mengolah sampah:
Biodegradable, yang difermentasi secara anaerobik menghasilkan 90% pembentukan gas
metana dalam masa produksi 35 hari. Gani (2007) menyatakan sampah yang lama terurai
dapat diolah menghasilkan arang dan asap Cair dengan teknologi pirolisis. Sedangkan untuk
sampah yang mudah terurai menggunakan decomposer, secara aerobik menghasilkan kompos
dalam waktu antara 20-30 hari.
Ahadis (2005) yang melakukan penelitian dampak sampah terhadap lingkungan
perairan sekitarnya di TPA Sampah Bantar Gebang Bekasi, menyatakan beberapa parameter
6

yang ditelaah berada diatas baku mutu lingkungan seperti kesadahan Ca, BOD, COD, nitrut,
nitrat, koliform dan E Coli. Secara keseluruhan telah terjadi peningkatan pencemaran di
perairan sekitar TPA Sampah BantarGebang dikarenakan pengelolaan yang tidak efisien
terkait dengan penutupan sampah. Kondisi ini akan mempengaruhi biaya eksternal yang akan
bertambah besar bila inefisiensi semakin meningkat.
Royadi (2006), menggunakan analisis AHP dengan empat tingkat struktur hirarkir yaitu
fokus, aktor (pemerintah, swasta, dan masyarakat), kriteria (fisik kimia, mikrobiologi, dan
sosial ekonomi dan kesehatan) dan alternatif kebijakan, menyatakan faktor dominan dalam
pemanfaatan TPA Sampah pascaoperasi adalah keterlibatan swasta, negara donor dan
teknologi. Sedangkan Saraswati (2007) menyatakan faktor utama yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah adalah sosialisasi untuk pemahaman
3R, juga diperlukan adanya peraturan tentang sistem insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan 3R dan pemasaran untuk kompos dan produk daur ulang, dan Saribanon (2007)
menyebutkan diperlukan penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan sampah,
membentuk forum komunikasi antar lembaga lokal dan menggandeng kemitraan dengan
pihak swasta.
Penelitian yang telah dilakukan tersebut belum pernah membahas valuasi ekonomi TPA
Sampah Bantar Gebang, oleh karena itu penelitian Valuasi Ekonomi TPA Sampah Bantar
Gebang diperlukan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya pengelolaan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah:
1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum berjalan dengan baik.
2. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak fisik kimia dan ekonomi
yang bersifat negatif maupun positif.
3. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang meningkatkan biaya eksternalitas.
4. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang kurang bermanfaat secara ekonomi.
5. Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang tidak sesuai dengan peraturan dan kebijakan
yang telah ditetapkan.

1.6. Manfaat Penelitian


1. Besaran manfaat dan biaya nilai ekonomi lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang
dapat dijadikan koreksi terhadap biaya pengelolaan sampah dan retribusi sampah yang
dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan
pengambilan keputusan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.
7

3. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dilanjutkan sebagai bahan
acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.

1.7. Kebaruan Penelitian (Novelty)

1. Valuasi ekonomi dan kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang secara
terpadu.

2. Perhitungan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang tidak lagi menjadi cost center, akan
tetapi telah berubah menjadi profit center.

3. Perhitungan ekonomi konservasi sumberdaya material sampah untuk suatu TPA


sampah berupa penghematan material, ruang dan energi apabila sampah yang masuk
didaur-ulang.
8
9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah


Penentuan dampak dari TPA Sampah perlu memperhitungkan pencemaran
lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap
lingkungan, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis
(Supardi, 1994). Pencemaran lingkungan meliputi derajat pencemaran, waktu
tercemarnya dan lamanya kontak antara bahan pencemaran dan lingkungan
(Royadi, 2006).
Pencemaran air yang berasal dari TPA Sampah merupakan rembesan dari
timbunan limbah dan sumber kontaminan potensial bagi air permukaan, air tanah
dangkal, maupun air tanah dalam. Eugene (1987) mengemukakan bahwa lindi
tergantung dari sifat lindi, jarak aliran dengan air tanah dan sifat-sifat tanah yang
dilaluinya. Oleh sebab itu untuk menghindari pencemaran oleh lindi, sumber air
sumur dangkal terletak jauh dari lokasi sanitary landfill. Pencemaran air dapat
mengganggu tujuan penggunaan air dan akan menyebabkan bahaya bagi manusia
melalui keracunan atau sumber penyebab penyakit. Pendapat (Vasu,K. 1998),
nitrat merupakan pencemar utama yang dapat mencapai air tanah dangkal maupun
air tanah dalam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dari penempatan sampah.
Bakteri pathogen yang biasanya disebarkan melalui air adalah bakteri amuba
disentri, kolera dan tipus. Jumlah bakteri dalam air umumnya sedikit
dibandingkan dengan bakteri coliform. Jenis bakteri coliform sebagai indikator
pencemar fecal (tinja).
Menurut Slamet (2007), Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung
adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah
tersebut. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya
berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak didalam sampah.
Dampak pencemaran udara tidak hanya mempunyai akibat langsung
terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan
lainnya seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan sebagainya. Dampak
10

pencemaran oleh karbon monoksida (CO), apabila terhisap ke dalam paru-paru


akan ikut peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan
oleh manusia. Dampak pencemaran nitrogen oksida (NO), pada konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-
kejang, pada tanaman menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Dampak
pencemaran udara oleh belerang oksida (SO) dapat menyebabkan gangguan pada
sistim pernapasannya (Slamet, 2007).
Pengaruh dampak limbah padat lainnya adalah terhadap kesehatan
lingkungan, dapat terjadi melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana
sampah bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsiogenik, teratogenik dan ada
juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan penyakit
(Slamet, 2007). Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama
akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
Dampak besarnya timbunan sampah yang tidak ditangani dapat
menyebabkan berbagai permasalahan, betapa besarnya timbulan sampah yang
dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota
Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6,2 ribu ton, Kota
Bandung sebesar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan Kota
Makassar 0,8 ribu ton. Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit
dalam penanganannya. Berdasarkan data tersebut diperkirakan kebutuhan lahan
untuk TPA di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 ha, dan meningkat
menjadi 1.610 ha pada tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar
dengan memperhatikan semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan
(Mungkasa, 2004).
Menurut Haeruman (1979) perubahan atau dampak pembangunan tidak
hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga sosial ekonomi. Pada umumnya keberadaan
tempat pembuangan akhir sampah selain menimbulkan dampak negatif, tetapi
juga dampak positif. Dampak negatif dapat menimbulkan masalah sosial. yang
sering menimbulkan keresahan sosial, berubahnya sikap masyarakat menjadi tidak
ramah, dan meningkatnya kriminalitas. Dampak positif berupa tenaga kerja yang
11

dapat tertampung dan peningkatan pendapatan dalam pemanfaatan sampah (daur


ulang dan kompos).
Pencemaran lingkungan dari masuknya bermacam-macam makhluk hidup,
bahan-bahan, zat-zat pada suatu lingkungan yang menyebabkan timbulnya
pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan tersebut, karena adanya perubahan
yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis (Supardi, 1994). Tiap pencemaran
lingkungan mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda.
Perbedaan tersebut didasarkan pada konsentrasi zat pencemar, waktu tercemarnya,
lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan. Salah satu contoh
peristiwa pencemaran lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh zat pencemar yang berasal dari timbunan sampah. Menurut
Sinabutar (2005) di wilayah perkotaan, pencemaran lingkungan dapat disebabkan
oleh zat pencemar yang berasal dari sampah permukiman, pasar dan perkantoran.
Kasus pencemaran lingkungan merupakan suatu kasus yang sukar dilihat oleh
mata. Misalnya melalui pembusukan sampah oleh bakteri metana dihasilkan gas
metana (CH4) yang beracun dan dapat terbakar. Dalam reaksi degradasi anaerob
bahan organik oleh bakteri metan dihasilkan gas (CH4). Gas metana berpengaruh
dampak adanya perubahan iklim akibat kenaikan temperatur bumi atau pemanasan
global. Sampah mempunyai kontribusi untuk emisi gas rumah kaca yaitu gas
metana (CH4), diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana.
Sampah kota perlu dikelola secara benar, agar laju perubahan iklim bisa
diperlambat (KLH, 2007)
Menurut Tchobanoglous et al. (1977), perolehan gas nitrogen (N2), karbon
dioksida (CO2), dan (CH4), tergantung dari banyaknya komponen organik pada
lahan urug, zat hara yang tersedia, kadar air pada sampah, tingkat kepadatan
sampah pada kondisi awal, waktu penimbunan, dan lain-lain. Secara umum
perolehan gas N2, CO2 dan CH4 pada lahan urug dapat dihitung dengan
melakukan perkalian antara volume sampah pada lahan urug dengan nilai persen
masing-masing gas menurut lamanya sampah telah tertimbun menurut Popov et
al. (1998), CO2 terjadi secara mencolok pada bulan ke 3-12 dan CH4 terjadi secara
mencolok pada bulan ke 18-48.
12

Menurut Sinabutar (2005), gas rumah kaca yang merusak lapisan ozon dan
penyebab naiknya suhu permukaan bumi adalah CO2, CH4, N2O, NFCs, PFCs dan
SF dengan komposisi gas CO2 = 50%, CH4= 19% dan NO2= 4%. Berdasarkan
penelitian Sinabutar (2005) dari 9 kali pengujian sampel gas yang telah dilakukan
diperoleh kadar gas metana (CH4) adalah: (18,80; 37,70; 27,17; 7,40; 68,93;
40,92; 39,59; 67,55; 57,72)%. Kadar CH4 rata-rata adalah 47,58%.
Menurut Sinabutar (2005) kadar gas CH4 dari lahan urug yang layak
dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk tenaga listrik pada kisaran 40-60%, CH4
yang diperoleh dari lahan urug TPA Sampah Bantar Gebang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber daya listrik (pembangkit listrik) yang potensial.
Plastik merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon yang sangat panjang.
Oleh sebab itu ikatan polimer tidak dapat terfraksinasi secara alami, cara
fraksinasi dengan proses pirolisis. Pirolisis sampah plastik adalah penguraian
suatu bahan yang mudah menguap, dengan pemanasan. Pada umumnya bahan-
bahan yang diuraikan adalah bahan organik. Proses pirolisis dilakukan pada suhu
tinggi tanpa oksigen. Pada proses pirolisis diklasifikasikan dalam dua jenis
berdasarkan suhu operasi, yaitu pirolisis pada suhu rendah (< 700 oC) sedangkan
pada proses pirolisis pada suhu tinggi menghasilkan reaksi volatile yang kaya
akan hidrogen dan solid residu yang kaya akan karbon (Samuel dan Lando,
1974).

2.2. Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah


Eksternalitas adalah biaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh pengelola
TPA. Pada umumnya tidak diperhitungkan oleh “private agent” terhadap sampah.
Ada 2 (dua) cara dimana pasar dapat distrukturkan untuk mengupayakan jalan
lingkungan masuk ke dalam sistem pasar lebih efektif (European Commission,
2000). Pertama, penciptaan pasar yang sebelumnya bebas pelayanan. Hal ini
memerlukan pembatasan akses untuk mendapatkan pelayanan melalui
pembebanan biaya masuk dan/atau perubahan hak properti. Kedua, modifikasi
pasar melalui satu keputusan nilai jasa lingkungan dengan memasukkan menjadi
satu harga barang dan jasa pelayanan via beban atau pajak atas pencemaran.
Ekternalitas merupakan pengaruh yang diterima oleh beberapa pihak sebagai
akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh
13

pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities)


atau bersifat merugikan (negative externalities).

2.2.1. Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah.


Setiap kemungkinan pilihan pembuangan sampah (antara lain landfill,
insinerasi dengan atau tanpa pemulihan energi, pengomposan, pengolahan kimia)
membawa eksternalitas. Prakiraan dampak negatif misal ketidaknyamanan
(kebisingan, bau, kabut debu) diakibatkan lokasi TPA. Menurut Studi ANDAL
Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang (Biro BKLH DKI Jakarta,
1989) diantaranya adalah:
1. Pencemaran udara menyebabkan penurunan kualitas udara.
2. Peningkatan kebisingan.
3. Pencemaran air menyebabkan penurunan kualitas air permukaan,
4. Penurunan kualitas air tanah.
5. Penurunan komponen biologi, meliputi jumlah tanaman keras, jumlah
individu, serta keanekaragaman plankton.
6. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang.
7. Peningkatan kepadatan lalu lintas dan kemacetan karena pengangkutan
sampah ke TPA Sampah Bantar Gebang.
8. Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan
pemulung.
9. Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat adanya aktivitas
pemulung di TPA Sampah Bantar Gebang.
10. Berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan
menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka
dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang.

Pemulihan energi (energy recovery) seperti penangkapan gas CH4 pada


lapangan landfill atau proses pembakaran, peningkatan peluang usaha dan
kesempatan kerja dari kegiatan daur-ulang sampah. Sejumlah faktor yang
berkontribusi pada timbulnya biaya eksternal selama proses pembuangan sampah
14

menurut Turner (2000) adalah: komposisi sampah, Luas TPA, karakteriktik fisik
lokasi TPA, umur TPA, tata ruang (spatial) TPA dan teknik operasi TPA.
Lokasi TPA Sampah Bantar Gebang yang dekat permukiman menimbulkan
biaya ekternalitas antara lain penurunan kualitas air, kualitas udara (misal
kebisingan, bau, kabut debu), timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama
antara masyarakat dengan pemulung, berkurangnya nilai estetika akibat pemulung
membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar
tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar
Gebang serta penurunan tingkat kesehatan. Slamet (2007), menyatakan bahwa
kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
permasalahan pencemaran (udara, tanah, air), menimbulkan turunnya harga tanah
(karena daerah yang turun kadar estetikanya), bau dan memperbanyak populasi
lalat dan tikus.
Berdasarkan Nengsih (2002) dalam KLH (2007) untuk 1 juta ton sampah
menghasilkan emisi sebesar 0,005 juta ton CH4.Biaya sosial karbon dioksida
adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia. Biaya ini
diperkirakan sebesar US $ 12 per ton CO2 untuk tahun 2005 dan diperkirakan
meningkat dari waktu ke waktu menurut IPCC (2007) dalam UNEP (2009)
Identifikasi biaya suatu proyek diperoleh dari perhitungan biaya masyarakat.
Biaya masyarakat meliputi biaya perorangan (biaya eksplisit dan biaya implisit),
dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain. Biaya eksplisit merupakan biaya yang
dikeluarkan badan pengelola TPA Sampah Bantar Gebang untuk membeli atau
menyewa faktor-faktor produksi yang diperlukan. Biaya eksplisit ini
diperhitungkan dari biaya operasional TPA Sampah Bantar Gebang, dan biaya
pengadaan alat-alat berat. Biaya implisit merupakan biaya pengeluaran faktor-
faktor produksi yang dimiliki dan digunakan oleh badan usaha TPA Sampah
Bantar Gebang, seperti biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan TPA
Sampah Bantar Gebang. Biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain diperhitungkan
dari dampak negative externality dan positive externality dari keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang tehadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi.
Dampak eksternalitas negatif berasal dari penurunan kualitas air dan kualitas
udara yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Dampak eksternalitas
15

negatif lainnya adalah penurunan nilai properti/harga tanah, dan social cost
(terjadinya konflik sosial dan menurunnya nilai estetika atau ketidak-nyamanan)
dan biaya pengobatan. Besarnya biaya sosial diperkirakan dengan terlebih dahulu
pengumpulan data primer, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif (DPLH, Kota Bekasi, 2008).

2.2.2. Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah


Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam
memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Perkiraan biaya
eksternalitas positif berupa manfaat yang diperoleh masyarakat sejak keberadaan
TPA Sampah Bantar Gebang dimasukkan kedalam identifikasi manfaat/penilaian
manfaat.
Identifikasi manfaat suatu proyek didasarkan pada pendekatan eksternalitas
positif/social benefit, yang diperoleh dari para pelaku (pemulung, lapak, bandar)
yang memanfaatkan sampah menjadi barang ekonomi. Eksternalitas positif yang
diperoleh dari para pelaku yang memanfaatkan sampah adalah melalui jumlah
penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung, lapak maupun bandar. Metoda
yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah replacement cost atau biaya
pengganti. Eksternalitas positif lainnya adalah menghitung besarnya nilai manfaat
gas CH4. apabila digunakan sebagai energi (Turner, 2000).
Penelitian Matahelumual (2007), mengenai sifat-sifat fisika, kimia, biologi
delapan percontohan air di kecamatan Bantar Gebang tahun 2002 menunjukkan
bahwa percontohan air tersebut tidak memenuhi persyaratan air minum
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990. Hasil ini sesuai
dengan penilaian sistem STORET yang menyimpulkan bahwa mutu air tersebut
tergolong buruk.
Utama (2000), menyatakan bahwa pengelolaan persampahan dapat
memberikan net-benefit yang berkelanjutan terutama bagi sektor informal
perkotaan apabila manajemen pengelolaan persampahan dilakukan secara
profesional dan efisien untuk menjaga kerusakan pada lingkungan. Penelitian
Utama, (2000), di TPA Piyungan (16 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta)
dengan luas lahan 12,5 ha dan mampu menampung 2,7 m³ sampah dengan masa
16

operasi 10 tahun. Pekerja informal yang terserap pada sektor persampahan


sebanyak 1200 sampai 2000 orang selain itu ada pihak swasta yang bergerak di
bidang tersebut yaitu UDAU. Pendapatan pelaku pengumpulan barang bekas per-
tahun sebesar Rp 293.232.000, sedangkan biaya pengeluaran pelaku pengumpulan
barang bekas per-tahun sebesar Rp 98.496.000. Retribusi yang diperoleh sebesar
Rp 320.300.000 per-tahun. Nilai manfaat dengan nilai tambah jalan diperoleh Rp
318.750.000. Nilai asset TPA Piyungan Rp 4.562.390.000, biaya investasi untuk
pembangunan TPA Piyungan Rp 3.637.000.000 dan biaya operasional TPA
Piyungan per-tahun Rp 153.922.000. Analisis biaya dan manfaat implikasi dari
pembangunan TPA memberikan nilai NFV sebesar Rp 2.564.907.555 dan nilai
NET/BCR sebesar 1,054. Hal ini menunjukkan pembangunan TPA Piyungan
layak dilaksanakan. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota
Bekasi, (2008).
Mengukur dampak fisik, biologi dan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang
dampak kualitas air tanah digunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air
rumah tangga. Dari hasil survey diketahui bahwa kualitas air tanah di wilayah ring
I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II dan ring III
tidak layak untuk air bersih. Dengan menggunakan pendekatan kebutuhan air
untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5
liter/hari dengan harga air dorongan Rp 75 per-liter/orang/hari. Penduduk
kawasan ring I sebanyak 4.240 jiwa mengeluarkan uang untuk membeli air
sebesar Rp 9.865.950.000. Sedangkan penduduk kawasan ring II sebanyak 13.246
jiwa dan penduduk kawasan ring III sebanyak 26.668 jiwa membayar Rp
5.463.228.750 untuk membeli air.
Dari hasil survey diketahui bahwa rata-rata pengeluaran untuk biaya sakit
saluran pernafasan penduduk kelurahan/desa sekitar TPA sebesar Rp 1.394.004,88
seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Berdasarkan data dari Bekasi Dalam Angka Tahun 2006 tentang kunjungan
pasien dan jenis penyakitnya untuk Kecamatan Bantar Gebang, dapat diperoleh
data kunjungan pasien untuk masyarakat sekitar TPA dengan menggunakan faktor
0,57 sesuai dengan proporsi jumlah penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar
Gebang. Diasumsikan bahwa 75% dari penyakit yang diderita masyarakat sekitar
17

TPA Sampah Bantar Gebang disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan
faktor lain. Biaya rata-rata kunjungan pasien yang berobat untuk jenis penyakit
umum dan mata sebesar Rp 50.000, dan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru
diperlukan biaya sebesar Rp 75.000. Dari asumsi tersebut jumlah pengeluaran
untuk biaya pengobatan yang ditanggung adalah Rp1.816.149 seperti disajikan
pada Tabel 2.

Tabel 1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan


Jumlah Penderita Biaya Sakit Rata- Total Biaya
Desa
(Orang) Rata (Rp/org/bln) (Rp/Tahun)
Ciketing Udik 9 111.428 12.034.224
Sumur Batu 10 121.000 14.520.000
Cikiwul 22 115.909 30.599.976
Jumlah 41 57.154.200
Rata-Rata (Rp/org/tahun) 1.394.004.88
Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006

Tabel 2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit


Jenis Penyakit 2002 2003 2004 2005 2006
Umum 233.436.375 160.170 330.415 161.125 211.912
Kulit & Paru 247.266.000 159.319 258.199 274.872 291.641
Mata 203.233.500 191.178 232.282 259.835 279.799
Anak 899.353.125 1.056.267 1.110.453 1.178.072 1.032.797
Jumlah 1.583.289.000 1.566.934 1.931.349 1.873.904 1.816.149
Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006

Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit terkait dengan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah sebesar Rp 577.640 dengan menggunakan asumsi :
jumlah penduduk yang sakit 1.125 jiwa, rata-rata tidak kerja karena sakit
sebanyak 7 hari dan upah kerja Rp 20.000 per-hari pada tahun 2007.
Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah karena luapan air permukaan
pada musim hujan, sebesar Rp1,320.000.000. Asumsi yang digunakan luas sawah
pada tahun 2008 sebanyak 160 ha, gagal panen 1 kali setiap tahunnya dan rata-
rata produksi padi sekitar 3 ton/ha. (DPLH Kota Bekasi, 2008) Dari hasil
rekapitulasi nilai ekonomi terlihat bahwa setiap 1 ton sampah akan menghasilkan
dampak negatif sebesar Rp 6.433,83 untuk perkiraan rendah dan Rp 8.672,04
untuk perkiraan tinggi dapat dilihat pada Tabel 3 (DPLH Kota Bekasi, 2008).
18

Tabel 3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007


Nilai Ekonomi (Rp Milyar/Tahun)
No. Jenis Dampak
Perkiraan Rendah Perkiraan Tinggi
1 Menanggulani turunnya kualitas air 10,58 15,33
2 Pengobatan sakit karena kualitas air 1,58 1,81
3 Penurunan penghasilan absen kerja 0,58 0,58
4 Penurunan produksi pertanian 1,32 1,32
5 Penurunan kualitas udara/pengobatan 1,39 1,39
Jumlah 15,45 20,43
Sumber : (DPLH Kota Bekasi, 2008)

Fakta yang terjadi adalah kompensasi (tipping fee) yang diberikan oleh
Pemda DKI Jakarta untuk Pemkot Bekasi sebesar 4.500 ton/hari x Rp 6.070 x 30
hari x 12 bulan = Rp 9,8 milyar per-tahun (DPLH Kota Bekasi, 2008).
Masyarakat di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang setiap 3 bulan sekali
menerima dana kompensasi sebesar Rp 200.000 dalam bentuk uang tunai dan Rp
100,000 dialokasikan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) untuk
pembangunan fisik (DPLH Kota Bekasi, 2008).

2.2.3. Perhitungan konversi ekonomi

Untuk perhitungan menggunakan persamaan linier sederhana (DEFRA,


2004) yaitu :
WTAa = WTAb x (PPP GNI per capita a / PPP GNI per kapita a)
dimana,
WTAa = WTA negara a
WTAb = WTA negara b
PPP GNI per kapita a = PPP GNI per kapita negara a
PPP GNI per kapita b = PPP GNI per kapita negara b

Penyesuaian spasial kedua dibuat dengan data yang ada dengan


memperkirakan untuk tahun yang akan dikonversikan. Sementara konversi
memerlukan memilih antara harga indeks, indeks harga yang diberikan adalah
memisahkan oleh komoditi dan kategori layanan yang lebih mencerminkan
sementara perubahan relatif harga khusus untuk subgroups. WTA studi mengukur
manfaat kesehatan dan lingkungan dan biaya manfaat dalam hal pendapatan dan
terkait konsumsi. WTA sesuai berdasarkan perkiraan dapat meningkat atau
menurun dengan menggunakan CPI (Consumer Price Index). Digunaan sebagai
19

dasar perkiraan nilai WTA untuk sesuai waktu yang akan ditentukan (lihat
Eisworth dan Shaw 1997; Kesehatan Kanada, Research Triangle Institute dan
USEPA, 2002).

WTAni = WTAn1 x (CPIni/CPIn1)


dimana,
WTAni = WTA pada tahun berdasarkan data yang ada
WTAn1 = WTA pada tahun yang dikonversikan
CPIni = CPI pada tahun berdasarkan data yang ada
CPIn1 = CPI pada tahun yang dikonversikan

2.3. Valuasi Ekonomi


Valuasi Ekonomi menurut PSSAL (2005) adalah ilmu tentang pembuatan
pilihan-pilihan (making choices). Dalam pembuatan pilihan-pilihan dari alternatif
yang dihadapkan kepada pilihan tentang lingkungan hidup lebih kompleks,
dibandingkan dengan pembuatan pilihan dalam konteks barang-barang privat
murni (purely private goods). Oleh karena itu, prinsip dasar pada valuasi ekonomi
adalah perkiraan harga yang didasari pada kemampuan masyarakat membayar
(WTP) yang diberikan kepada jasa lingkungan atau kemauan menerima
kompensasi untuk suatu gangguan/penurunan kualitas lingkungan (WTA). Dalam
konteks lingkungan hidup, yang harus dibandingkan adalah satu barang dengan
harga (priced good, private good), dan satu barang tanpa harga (unpriced good,
public good).
Tujuan utama dari valuasi ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan
(environmental goods and services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan
supaya dikenal sebagai bagian/komponen integral dari setiap sistem ekonomi.
Dengan demikian valuasi lingkungan harus merupakan suatu bagian integral dari
prioritas sektoral, dalam mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan
pembangunan, dan dalam memilih standard lingkungan. DEFRA, (2004).
Menurut Irawan (2007), suatu lingkungan bukan hanya menghasilkan
barang dan jasa yang dapat langsung dinilai harganya berdasarkan harga pasar,
tetapi juga memberikan jasa lingkungan yang belum ada mekanisme pasarnya.
Valuasi ekonomi dengan pendekatan nilai ekonomi total merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk maksud tersebut.
20

Economic Valuation dilakukan karena: (1) Karakteristik/sifat-sifat khas


yang melekat (peculiarities) dari SDA, (2) Sifat tidak terpisahkan
(interdependency), (3) Sifat Keterpulihan (renewability) dan (4) Sifat dampak
eksternal (externality) (Fauzi, 2004)
Menurut PSSAL (2005) dalam valuasi ekonomi dikenal Nilai Ekonomi
Total (NET) yaitu nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup yang dapat
dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam
kontek penentuan alternatif penggunaan lahan dari hutan mangrove. Berdasarkan
hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk mengembangkan
suatu hutan mangrove dapat dibenarkan (justified) apabila manfaat bersih dari
pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi
dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan NET dari hutan mangrove
tersebut. NET ini dapat diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas
lingkungan hidup.

2.3.1 Analisis Nilai Ekonomi Dampak

Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan
menjumlahkan kesediaan untuk membayar WTP (willingness to pay;) dari banyak
individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, WTP
merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan. Jadi
dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah
tentang pengukuran preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup
yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Dengan kata lain
valuasi merupakan preferensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (PSSAL,
2004).
Dampak lingkungan disebabkan oleh adanya suatu kegiatan baik secara
fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi perlu diidentifikasi dan dikuantifikasi.
Identifikasi dampak lingkungan diperlukan untuk menentukan langkah yang akan
dilakukan dalam upaya menanggulangi dampak yang terjadi. Penilaian dampak
lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan valuasi ekonomi, untuk melihat besarnya kerugian secara keseluruhan
dalam bentuk moneter. Penilaian dampak lingkungan dimonetasi secara kualitatif
maupun kuantitatif (PSSAL, 2005).
21

Tujuan valuasi ekonomi antara lain untuk melihat nilai kepuasan seseorang
atau komunitas atas keberadaan suatu aset, mengetahui nilai ekonomi dari
pemanfaatan sampah, mengetahui gangguan terhadap kehidupan masyarakat
sekitar TPA Sampah Bantar Gebang dan memperoleh perkiraan manfaat di masa
yang akan datang.
Metoda Valuasi Ekonomi dilakukan dengan menyesuaikan nilai mengingat
adanya perbedaan antara kegiatan satu dengan lainnya. Pada umumnya digunakan
nilai rata-rata, berdampak pertimbangan aplikabilitas dari penggunaan nilai
tersebut maka digunakan nilai yang termasuk layak dan dapat diaplikasikan.
Metoda perhitungan valuasi ekonomi didasarkan pada manfaat dan biaya.
Perhitungan nilai per unit waktu adalah nilai total dari dampak per unit
waktu maka nilai per unit waktu harus dikalikan jumlah individu yang terkena
dampak. Apabila dampak tersebut berubah menurut waktu, maka harus diestimasi
pada tiap-tiap waktu di masa datang pada saat pengaruh tersebut diperkirakan
akan menyebar.
Perhitungan nilai total terdiskonto digunakan pada waktu kapan dampak
tersebut akan terjadi, mengingat biaya dan manfaat objek studi dapat terjadi pada
waktu, yang berbeda (misal biaya proyek muncul, sementara manfaat atau
kerusakan terjadi setelah proyek selesai beroperasi). Perhitungan total kerusakan
dan manfaat tahunan terdiskonto, dengan menggunakan tingkat bunga yang
disarankan. Penggunaan tingkat bunga dan nilai dampak, keduanya harus juga
mempertimbangan faktor inflasi dengan cara yang sama yaitu bahwa keduanya
harus dihitung dalam bentuk nilai riil (the real value).
Manfaat SDA dan lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam nilai manfaat
(use values) dan nilai bukan manfaat (non use values). Nilai ekonomi total
diilustrasikan pada Gambar 2. Nilai manfaat ada yang bersifat langsung (direct
use values) dan ada yang tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan
(option values). Sementara itu nilai bukan manfaat mencakup nilai keberadaan
(existence values) dan nilai warisan (bequest values). Apabila nilai nilai ekonomi
SDA tersebut dijumlahkan maka akan diperoleh nilai ekonomi total atau total
economic values. Rumus nilai ekonomi total suatu SDA adalah sebagai berikut
(Munasinghe 1993):
22

NET = NM + NNM
NM = NML + NMTL + NMP
NNM = NK + NW
dimana:
NET = Nilai Ekonomi Total
NM = Nilai Manfaat;
NNM = Nilai Bukan Manfaat
NML = Nilai Manfaat Langsung
NMTL = Nilai Manfaat Tidak Langsung
NMP = Nilai Manfaat Pilihan:
NK = Nilai Keberadaan
NW = Nilai Warisan.
23

Nilai Ekonomi Dampak


TPA Sampah Bantar Gebang

Nilai Bukan
Nilai Manfaat Manfaat

Nilai Manfaat Nilai Manfaat Nilai Nilai Bukan


Nilai Pilihan Keberadaan pengguna lainnya
Langsung Tidak Langsung

Hasil yang Hasil yang tidak Nilai manfaat Nilai yang Nilai pengetahuan
langsung dapat secara langsung langsung dan dirasakan keberlangsungan
dimanfaatkan dapat tidak langsung masyarakat dari keberadaan TPA
dimanfaatkan dapat keberadaan Sampah Bantar
dimanfaatkan sumberdaya Gebang
di waktu
mendatang

- Tingkat - Peluang / - Biogas - Tingkat


pendapatan kesempatan kerja kenyamanan/
- Hutan Kota
estetika
(Daur Ulang) - Pupuk tanaman - Lapangan - Tingkat
olah raga kesehatan
- Tingkat
Keresahan
sosial
- Nilai tanah

Metoda : Metoda : Metoda : Metoda :


- Benefit - Contingent
- Market Value - Replacement
transfer Valuation
Cost
- Productivity
approach

Gambar 2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi)


24

Nilai manfaat langsung (NML) adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara
langsung dari suatu sumber daya. Nilai manfaat langsung yang dihitung merupakan nilai dari
jenis mempunyai nilai ekonomis yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix


No Klasifikasi nilai Metoda Penilaian
1 Nilai Manfaat Langsung - Change in productivity
(Direct Use Values) - Change in income
2 Nilai Manfaat Tidak Langsung - Change in productivity
(Indirect Use Values) - Replacement Cost
- Wage Differential Approach
3 Nilai Non Pakai (Non Use Value) - Benefit Transfer
Nilai pilihan (Option Values) - Contingent Valuation
Nilai keberadaan (Existence Values) - Property value
- Preventive expenditure
Sumber: Irham, 1999

Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut : n

NML = ∑ NMLi
Keterangan : i=1
NML : Nilai Manfaat Langsung
NML1 : Nilai Manfaat Langsung 1
NML2 : Nilai Manfaat Langsung 2

Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir sampah yang digunakan dalam
penilaian ekonomi berbasis pada harga pasar (market price based method).
Nilai manfaat tidak langsung (NMTL) merupakan nilai manfaat dari suatu sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan secara tidak langsung oleh masyarakat. Sebagai contoh manfaat
tidak langsung dari tempat pembuangan akhir sampah dapat berupa manfaat fisik yaitu
peluang/kesempatan kerja, dan sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman.
Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai peluang
kesempatan kerja didekati dengan jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung,
lapak maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah
replacement cost atau biaya pengganti yang dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari
manfaat yang diperoleh untuk memperbaiki lingkungan.
Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai kompos
hasil pemisahan sampah organik menjadi pupuk tanaman. Menurut Adrianto (2006), teknik
pengukuran untuk menilai manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity
approach) sehingga jumlah sampah organik menjadi input bagi produktivitas kompos yang
25

menjadi produk akhir bagi masyarakat. Nilai total manfaat tidak langsung dapat dirumuskan
sebagai berikut :
n

NTML = ∑ NMTLi
Keterangan : i=1
NMTL : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung
NMTL1 : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (peluang kerja)
NMTL2 : Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (kompos)
Nilai manfaat pilihan (NMP) pada umumnya didekati dengan menggunakan metoda
benefit transfer yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit dari tempat lain, kemudian
benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari
lingkungan (Fauzi, 1999). Metoda tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai
manfaat misal: gas metan dimasa yang akan datang Nilai manfaat pilihan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

NMP (Nilai Manfaat Pilihan) = Nilai manfaat per ha x Luas TPA(ha)

2.3.2 Nilai keberadaan (NK)

Nilai keberadaan didefinisikan sebagai nilai yang dirasakan masyarakat dari keberadaan
sumberdaya. Nilai ini muncul dari kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu
aset, walaupun yang bersangkutan tidak berminat. Dengan kata lain nilai keberadaan
diberikan seseorang atau masyarakat kepada sumberdaya alam dan lingkungan tertentu
karena memberikan manfaat spiritual, estetika, dan budaya. Nilai keberadaan suatu
sumberdaya alam dan lingkungan tidak berkaitan dengan penggunaan oleh seseorang atau
masyarakat, baik pada saat sekarang maupun masa yang akan datang, tetapi semata-mata
sebagai-bentuk kepedulian terhadap keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai
obyek. Metoda yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Contingent Valuation Method
(CVM). Metoda CVM ini didasarkan pada kepuasan seseorang terhadap keinginan menerima
perubahan lingkungan yang dinyatakan dalam bentuk besar penerimaan kompensasi WTA
atas perubahan kualitas lingkungan.

2.3.3 Nilai warisan (NW)


Merupakan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat yang hidup saat ini terhadap
sumberdaya dan lingkungan tertentu agar tetap ada dan utuh untuk diberikan kepada generasi
akan datang. Nilai ini berkaitan dengan konsep penggunaan masa datang atau pilihan dari
orang lain untuk menggunakannya. Menurut Barbier et. al. (1997) dalam PSSAL (2005), ada 3
jenis pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam yaitu (1) impact analysis, (2) partial
26

analysis dan (3) total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi
ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari aktivitas tertentu,
misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir. Sedangkan parial analysis
dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem.
Sementara itu, total valuation dilakukan untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah
ekosistem tertentu kepada masyarakat.
Penelitian ini menggunakan adalah metode impact analysis valuation, karena tujuan
utama dari studi ini adalah mengestimasi nilai ekonomi total dari dampak keberadaan Tempat
Pembungan Akhir Sampah Bantar Gebang, yang diharapkan dapat dianalisis dari sudut
pandang publik sebagai salah satu parameter penting dalam sebuah analisis ekonomi.

2.4. Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

2.4.1 Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan


Analisis manfaat biaya dengan memasukkan aspek lingkungan akan melibatkan juga
biaya yang ditanggung sekaligus manfaat yang digunakan secara langsung. Ini sering disebut
dengan Analisis Biaya Manfaat Terkoreksi (Corrected Benefit Cost Analysis). Dalam
menggunakan metoda ini beberapa pilihan skenario pengelolaan akan dianalisis berikut ini:
1. menggunakan analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis, CBA) untuk
mengestimasi nilai sekarang (present value).
2. Penggunaan Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio, BCR) yang paling cocok
dari sudut pandang masyarakat serta menggunakan tingkat potongan (Discount Rate)
yang sesuai.

Pendugaan nilai bersih sekarang (Net Present Value, NFV) dari sebuah skenario
pengelolaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut
(Dixon dan Hufschmidth, 1986):

NFV = Bd + Be – Cd – Ce – Cp

Keterangan:

NFV = Nilai bersih sekarang dari alternatif pengelolaan


Bd = Nilai manfaat langsung dari alternatif pengelolaan
Be = Nilai manfaat tidak langsung dari alternatif pengelolaan
Cd = Biaya Langsung dari alternatif pengelolaan
Ce = Biaya tak langsung dari alternatif pengelolaan
Cp = Biaya mitigasi dari alternatif pengelolaan
27

Mengidentifikasi Alternatif

Mengindentifikasi Manfaat dan Biaya

Penilaian Manfaat dan Biaya

Menghitung Nilai Kriteria yang digunakan


(NFV,MBR,IRR)

Peringkat Alternatif

Gambar 3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya (Dixon dan Hufschmidth, 1986)

Sementara itu dalam kerangka CBA, formulasi dari dua kriteria analasis ini disajikan
sebagai berikut (Barton, 1994):
Net Present Value
NFV = ∑ (Bt – Ct)/(1 + r)t

Benefit Cost Ratio


BCR = ∑ [ Bt/ (1 + r)t ] / [ Ct/ (1 + r)t ]

Kriteria yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah bahwa apabila
BCR > 1 dan NFV > 0 maka alternatif pengelolaan tersebut dapat dilaksanakan (acceptable).
Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis manfaat biaya dapat digambarkan
sebagai berikut:

1. Melakukan definisi alternatif


Langkah ini dilakukan untuk mendefinisikan berbagai alternatif dalam rangka
keputusan kebijakan yang akan diambil. Mengingat keputusan ini mempunyai dampak
lingkungan yang serius, maka pemeliharaan lingkungan akan selalu jadi alternatif yang
berbeda.
28

2. Identifikasi keuntungan dan biaya


Pada langkah ini evaluator diharuskan untuk mengindentifikasi keuntungan dan biaya
yang mempengaruhi seluruh anggota masyarakat. dalam hal ini daftar lengkap tentang semua
kemungkinan keluaran yang dapat muncul dari pelaksanaan tindakan alternatif ini perlu
disiapkan.

3. Penilaian keuntungan dan biaya


Pada tahap ini penilaian secara moneter dilakukan. Setiap satuan yang telah
diidentifikasikan sebelumnya harus dinilai dari aspek keuangan (moneterisasi). Untuk satuan
yang ditukarkan melalui mekanisme pasar, nilai moneternya dapat dihitung dengan
mengalihkan jumlah satuan dengan harganya.

4. Menghitung nilai kriteria yang digunakan (NFV, MBR, IRR)


Dalam langkah akhir ini, nilai-nilai yang diperoleh dari langkah sebelumnya dan
menunjukkan bagaimana keuntungan dan biaya menyebar. hal ini ditunjukkan untuk
membentuk aliran tunai (cash flow).

Pada analisis ini disusun prioritas kebijakan pengelolaan TPA sampah. Kebijakan yang
dihasilkan analisis sebelumnya selanjutnya disusun prioritas dengan menggunakan model
metoda perbandingan eksponensial (MPE). Hasilnya akan terpilih kebijakan prioritas yang
memberikan manfaat pada pengelolaan TPA sampah. Selanjutnya urutan prioritas kebijakan
diranking, untuk mendapatkan pilihan kebijakan dan langkah operasional. Model yang
digunakan ádalah analytical hierarchy proses (AHP).

Tahapan metoda perbandingan eksponensial ada beberapa yang harus dilakukan yaitu:
menyusun alternatif-alternatif keputusan yang dipilih, menentukan kriteria keputusan atau
pertimbangan kriteria keputusan yang penting untuk di evaluasi. Menentukan tingkat
kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian
terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap
alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total
masing-masing alternatif.
Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda perbandingan
eksponensial adalah sebagai berikut:

Total Nilai = (TNi) = ∑ (RKij)TKKj

Keterangan:
TNi = Total nilai alternatif ke –i
RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke –j pada pilihan keputusan i
29

TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat


n = Jumlah pilihan keputusan
m = Jumlah kriteria keputusan

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar
atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria
tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya.
Semakin besar nilai setiap alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor
masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi
eksponensial.
Metoda ini untuk penyelesaian persoalan dilakukan melalui analisis terhadap
keberlanjutan pengelolaan TPA Sampah secara finansial berdasarkan kajian atas berbagai
skenario pengembangan alternatif pengelolaan sampah dengan tetap memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dari
responden dan data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur dan pengalaman yang ada
untuk memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pengelolaan TPA
Sampah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan
sampah menyatakan bahwa pada pasal 5 Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas
menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Pada pasal 5 butir e
menyatakan: mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah.
Pasal 7 Dalam Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Mempunyai Kewenangan: menetapkan
kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah. Pasal 8 Dalam Menyelenggarakan
Pengelolaan Sampah, Pemerintahan Provinsi mempunyai kewenangan menetapkan Kebijakan
dan Strategi dalam Pengelolaan sampah sesuai dengan Kebijakan Pemerintah. Pasal 9 ayat 1
menyatakan Dalam menyelenggarakan Pengelolaan sampah, pemerintahan Kabupaten/kota
mempunyai kewenangan: Menetapkan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan sampah
berdasarkan Nasional dan Provinsi.
Kompensasi pada Pasal 25 ayat 1 menyatakan: Pemerintah dan pemerintah daerah
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang
sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah, ayat 2 menyatakan bahwa kompensasi sebagaimana dimaksud
pada butir a. Relokasi, b. Pemulihan Lingkungan, c. Biaya Kesehatan dan Pengobatan dan d.
Kompensasi dalam bentuk lain. Pada ayat 3 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
30

mengenai dampak negative dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Pada ayat 4 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai pemberian kompensasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatur dengan Peraturan Pemerintah dan atau Peraturan Daerah.
Peran Masyarakat pada pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa Masyarakat dapat berperan
dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah. Pada ayat 2 menyatakan bahwa peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui: pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah; perumusan kebijakan pengelolaan sampah dan/atau, pemberian saran dan
pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Pada ayat 3 menyatakan bahwa
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan
daerah.

Tingkat Diskonto
Menurut Indrajaya (2008), hal terpenting dalam menggunakan Net Present Value
adalah menentukan tingkat diskonto (discount rate). Ada tiga cara dalam menentukan tingkat
diskonto : berdasarkan estimasi konsumsi yang akan datang lebih sedikit dari konsumsi saat
ini, berdasarkan teori produktivitas modal dimana nilai uang sekarang diestimasi dalam
hubungannya dengan penggunaan produktif di masa datang, dan berdasarkan instrumen
kebijakan pemerintah sebagai pedoman investasi dalam sistem ekonomi. Akibat fluktuasi
tingkat inflasi yang menyebabkan cukup kompleks untuk diramalkan/forecasting, maka
digunakan tingkat diskonto berdasarkan laju inflasi selama 20 tahun (Gambar 4). Sesudah
tahun 2010 digunakan kebijakan pemerintah untuk menjaga inflasi pada titik 10%.
Sedangkan Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan fluktuasi suku bunga 1 bulan dan 3 bulan
tahun 2000-2008.
Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007

90%

80%

77,63%
70%

60%
Tingkat Inflasi

50%

40%

30%

20%

17,11%
10% 12,55%
9,77% 9,24% 8,64% 11,06% 10,33% 11,06%
9,53% 9,52% 9,40%
5,47% 5,97% 6,47% 6,50% 6,60% 6,59%
4,94% 5,06%
0%
2,01%
Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Bank Indonesia


Gambar 4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007
31

Sumber : Bank Indonesia


Gambar 5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008

SUKU BUNGA BANK INDONESIA


Jangka Waktu 3 Bulan
20%
17,43%
18%
16% 14,31%
14% 12,93% 12,69% 12,92% 12,83%
Suku Bunga

12% 10,17%
9,19%
10% 8,15%
8%
6%
4%
2%
0%
2000 2002 2003 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Sumber : Bank Indonesia


Gambar 6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008

2.4.2 Metoda Pengolahan Sampah


Sampah merupakan hasil buangan atau sisa dari kegiatan manusia atau alam. Sampah
dapat diklasifikasikan berdasar kemampuan sampah untuk terurai yaitu :
(i) biodegradable yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan alam termasuk
sampah organik seperti sampah dapur, sayuran, buah, bunga, daun dan kertas;
(ii) nonbiodegradable yang terdiri dari sampah daur ulang seperti plastik, logam dan gelas.
32

Timbulan
Sampah

Pemilahan, Pewadahan
dan Pengolahan
Sampah

Pengumpulan

Pemilahan dan
Pemindahan
Pengolahan

Pengangkutan

Pembuangan Akhir

Gambar 7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan (Tchobanoglous et al.,


1977)

Teknis operasional pengelolaan sampah, menurut Tchobanoglous et al., (1977) seperti


pada Gambar 7 adalah proses pengaturan materi sampah (yang umumnya berasal dari hasil
aktivitas manusia). Pengaturan persampahan melibatkan kegiatan pewadahan setempat,
pengumpulan, pengangkutan, dan atau pengolahan sampah sampai kepada kegiatan
pembuangan akhir sampah.
Menurut Adisasmito (1998), Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa persen penyisihan terbaik menjadi pada waktu 20 menit dan pada suhu 280oC, yaitu
32,8%, suhu dan waktu yang terbaik untuk pembentukan bahan bakar cair terjadi pada suhu
360oC dan waktu 60 menit yakni mempunyai kadar 3,12%.
Hasil survai konsultan WJMP pada awal tahun 2005 mendapatkan angka timbulan
sampah sebesar ± 6000 ton per hari. Jumlah penduduk DKI tahun 2005 ± 8,9 juta jiwa.
33

Timbulan sampah per kapita 2,97 liter per kapita per hari atau 0,64 kg per kapita per hari
(berat jenis = 0,21 ton/m3 ). Hasil survai konsultan WJMP pada awal tahun 2005 tercantum
pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta
% di daur % di
No Komponen % total
ulang buang
1 Organik (sisa makanan, daun, dll) 55,37 0 55,37
2 An Organik 44,63 19,95 24,68
2.1. Kertas 20,57 7,32 13,15
2.2. Plastik 13,25 6,85 6,40
2.3. Kayu 0,07 0,07 0
2.4. Kain/tekstil 0,61 0,61 0
2.5. Karet/kulit tiruan 0,19 0,19 0
2.6. Logam/metal 1,06 1,06 0
2.7. Gelas/kaca 1,91 1,91 0
2.8. Sampah bongkahan 0,81 0,81 0
2.9. Sampah B3 1,52 0 1,52
2.10 Lain-lain (batu, pasir, dll) 4,65 0 4,65
Total 100 19,95 80,05
Sumber: Hasil Survai Konsultan WJEMP DKI 2005

Terdapat paling tidak lima cara yang dikenal secara umum dalam pengolahan sampah
(Tchobanoglous et al., 1977) yaitu:
(i) Open dumping. Open dumping mengacu pada cara pembuangan sampah pada area
terbuka tanpa dilakukan proses apapun;
(ii) Landfill. Landfill adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih baik dari open
dumping. Sampah yang ada ditutup dengan tanah kemudian dipadatkan. Setelah lokasi
penuh maka lokasi landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut
biasanya dijadikan tempat parkir.
(iii) Sanitary landfill. Berbeda dengan landfill maka sanitary landfill menggunakan material
yang kedap air sehingga rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan
sekitar. Biaya sanitary landfill relatif jauh lebih mahal.
(iv) Insinerator. Pada cara pengolahan menggunakan insinerator, dilakukan pembakaran
sampah dengan terlebih dahulu memisahkan sampah daur ulang. Sampah yang tidak
dapat didaur ulang kemudian dibakar. Biasanya proses pembakaran sampah dilakukan
sebagai alternatif terakhir atau lebih difokuskan pada penanganan sampah medis.
(v) Pengomposan. Pengomposan adalah proses biologi yang memungkinkan organisme
kecil mengubah sampah organik menjadi pupuk. Kompos lebih berperan untuk
34

memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan cadangan air pada tanah, sehingga
penyerapan air oleh tanaman akan lebih baik. Di sisi lain, pemerintah kurang
menggalakkan gerakan pemanfaatan kompos. Produksi kompos dari beberapa instalasi
pengomposan sampah tidak optimum, dan akhirnya berhenti beroperasi akibat
ketiadaan pelanggan tetap dan berkesinambungan.

Sampah sebagai sumber energi. Perlu konsep baru untuk menangani sampah perkotaan,
Bramono (2004). Sebagai alternatif, sampah bisa diubah menjadi suatu materi baru yang
memiliki nilai jual lebih dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Kompos menurut Bramono (2004) pada dasarnya melakukan konversi energi. Namun
energi yang ada terlepas dalam bentuk materi yang memiliki nilai kalor yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan proses pengomposan secara aerobik akan melepas materi organik padatan
lain yang lebih sederhana, serta gas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaatkan energinya
secara langsung. Tersedia beberapa proses lain yang dapat mengkonversi energi yang
tersimpan di dalam sampah menjadi suatu materi baru. Proses itu antara lain yaitu:

1. Proses anaerobik
Proses ini akan melepas energi yang tersimpan dalam gas CH4 yang memiliki nilai kalor
tinggi yang akan terbentuk. Lahan urug saniter, merupakan reaktor anaerobik dalam kapasitas
yang besar. Beberapa teknik telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gas CH4 yang
terbentuk. Resirkulasi air lindi merupakan salah satu teknik yang diterapkan untuk
meningkatkan produksi gas CH4, selain untuk mempercepat degradasi sampah itu sendiri.
Akan tetapi reaktor anaerobik yang direncanakan secara khusus dengan kapasitas yang lebih
kecil, dapat lebih mudah untuk dimonitor dan dikontrol dalam kinetika pembentukan gas
metana dengan lebih baik ketimbang pada lahan urug saniter. Residu yang terbentuk dapat
dimanfaatkan untuk kompos yang sebelumnya telah diambil sebagian energinya menjadi gas
CH4, ketimbang proses aerobik pada pengomposan yang hanya akan menghasilkan kompos
saja.
Jika tahapan proses anaerobik ini dihentikan hanya pada tahapan fermentasi saja, yaitu
tahapan sebelum pembentukan pembentukan gas CH4 , maka dapat dihasilkan alkohol yang
memiliki nilai kalor tinggi. Penggunaan alkohol ataupun derivatnya sebagai sumber bahan
bakar alternatif dari sampah dapat dipertimbangkan juga (Bramono, 2004).

2. Proses gasifikasi dan pirolisis


Kedua proses ini membutuhkan energi tambahan untuk menaikkan temperatur hingga
600°C yang dilakukan dengan oksigen substoikiometrik atau tanpa kehadiran oksigen sama
35

sekali. Proses pirolisis akan menghasilkan padatan (char) dan cairan (tar) yang memiliki nilai
kalor tinggi. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel (salah satu bahan bakar
pengganti atau aditif solar) yang sedang marak digunakan dewasa ini. Sedangkan gasifikasi,
akan menghasilkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi. Pemanfaatannya sebagai sumber
energi alternatif dapat dipertimbangkan (Bramono, 2004).

3. Proses insinerasi
Proses ini lebih mahal ketimbang dua proses di atas. Sampah dengan kadar air terendah
sekalipun hanya dapat menghasilkan temperatur alami sekitar 200°C. Sementara temperatur
kerja pada proses ini adalah pada rentang 600-800°C, yang bertujuan untuk mereduksi
pembentukan senyawa karsinogenik dioksin dan furan. Riset pada beberapa buah insinerator
di Amerika Serikat masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mereduksi
pembentukan kedua senyawa ini, meskipun proses dijalankan pada temperatur jauh di atas
600-800°C. Proses ini akan menghasilkan panas yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan
sebagai sumber energi pembangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat dikonversi menjadi
energi listrik (Bramono, 2004).
Rentang energi yang dihasilkan.Sebagai suatu proses yang menghasilkan energi jumlah
input energi dan output energi harus dihitung dalam suatu neraca massa dan energi. Energi
yang dimasukkan ke dalam suatu proses diharapkan seminimum mungkin, mengingat output
dari proses yang diharapkan adalah energi pula, sehingga total energi yang dihasilkan dari
proses dapat dihitung. Jika terlalu banyak energi yang harus ditambahkan ke dalam proses,
maka proses tidak efisien.
Selain itu menurut Bramono (2004), masih perlu dikaji rentang energi yang dapat
dimanfaatkan, karena setiap output dari suatu proses memiliki rentang pemakaian. Dalam hal
ini, efisiensi pemanfaatan energi dengan jumlah energi tertentu yang dihasilkan dari suatu
volume sampah harus dipertimbangkan. Setiap proses memiliki jangkauan pemanfaatan
dalam setiap produk yang dihasilkan. Dengan demikian pemanfaatannya bisa dilakukan
secara tepat dan efisien.
Beberapa penelitian sampah di TPA yang telah dilakukan di Indonesia diuraikan
berikut ini. Kholil (2005) menyatakan bahwa penanganan sampah dengan sistem “zero
waste” yang telah diuji cobakan di beberapa tempat di Jakarta Selatan seperti Tebet, Jalan
Asneli Pasar Minggu, Jalan Siaga Kelurahan Tanjung barat dan Jalan Gandaria Jagakarsa
masih terbatas dengan teknologi yang masih sederhana dan belum melibatkan masyarakat
sekitar, sehingga pilot proyek tersebut tidak dapat berkembang dan tidak dapat bertahan lama.
36

Dalam disertasinya, Kholil (2005) melakukan pengembangan sub model pengelolaan


sampah terpadu berbasis zero waste yang didesain di tempat penampungan sementara (TPS)
yang ditempatkan sedekat mungkin dengan sumbernya. Hal ini untuk mengurangi biaya
pengangkutan dari sumber sampah ke TPS. Secara garis besar konsep dasar pengembangan
model pengelolaan sampah terpadu berbasis zero waste ini merupakan gabungan antara
pendekatan 3 R (reduce, reuse, dan recycle), dengan sistem pembakaran (insinerasi) terhadap
sisa sampah organik pada proses pengomposan dan sisa sampah organik yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi (Gambar 8).
Abu hasil proses pembakaran di cetak mejadi batako sebagai bahan bangunan sehingga
sampah yang harus dibuang ke TPA menjadi nol (zero). Jadi titik berat penanganan sampah
berdasarkan pendapat Kholil adalah pada TPS sebagai tempat pengolahan sampah baik
sampah organik maupun sampah anorganik.

Sumber sampah Timbulan sampah

TPS Pemilahan

Kompos Sampah Organik

Produk Daur Ulang Sampah Anorganik

Sampah Sisa

Dibakar

Abu Sisa
Batako Pembakaran

TPA

Gambar 8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005)
37

Dalam analisisnya, Kholil (2005) menyatakan ada beberapa rekomendasi hasil


penelitian dalam pengelolaan sampah di Jakarta selatan yaitu:

1. Melakukan penanganan secara preventif, melalui pengurangan di sumber dengan sistem


3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle), dengan melibatkan masyarakat sebagai sumber
sampah utama. Untuk mendukung kebijakan ini pemerintah perlu melakukan “capacity
development” untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
penanganan sampah kota.
2. Dengan kebijakan “reward and punishment” atau insentif dan disinsentif disertai dengan
penegakan hukum (law enforcement), yakni memberikan sanksi yang berat terhadap
sumber sampah yang mencemari lingkungan, sebaliknya memberikan penghargaan atau
insentif terhadap Badan atau orang yang secara nyata memberikan konstribusi terhadap
pengurangan sampah atau peningkatan kebersihan lingkungan.
3. Pengolahan sampah di TPS dengan pendekatan 3 R + I (Reduce, Reuse, Recycle,
Insinerasi), dengan melibatkan dan sekaligus pemberdayaan (empowering) masyarakat
sekitar.
4. Membentuk Komisi Penanganan Sampah kota dan Badan Layanan Umum (BLU)
Kebersihan untuk menunjang penanganan sampah kota yang cepat dan tepat berdasarkan
pendekatan”waste to clean”.

Menurut Kholil (2005) alternatif pertama absah secara teoritis dan terbukti berhasil
dalam menurunkan volume sampah, kebijakan ini bersifat incremental dan memerlukan
waktu cukup lama (sekitar 20 – 30 tahun). Mengingat prosesnya yang lama, kebijakan ini
menjadi kurang tepat untuk menangani sampah kota yang memerlukan penanganan yang
cepat dan tepat.
Alternatif kedua memerlukan dukungan petugas dan aparat hukum yang memadai,
tetapi dalam pelaksanaannya kebijakan ini bisa menghadapi beberapa kendala teknis di
lapangan antara lain kesulitan petugas dalam menentukan ambang batas pencemaran, dan
memungkinkan terjadinya salah persepsi bagi petugas yang dapat merugikan masyarakat.
Alternatif ketiga dan keempat merupakan perubahan struktural yang bersifat antisipatif ke
depan dalam jangka panjang, sesuai dengan perkembangan kota dan tuntutan masyarakat.
Oleh karena itu alternatif kebijakan ke tiga dan ke empat dapat menjadi pilihan yang terbaik
bagi Pemerintah Kota Jakarta Selatan dalam rangka mereduksi volume sampah untuk
38

mengurangi ketergantungan tehadap TPA, untuk mendukung kebijakan ini perlu dilakukan
revisi dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang atau Perda tentang penanganan sampah
kota.
Menurut Gani (2007), penggunaan teknologi pirolisis pada proses pengolahan sampah
organik padat dapat menghasilkan produk bermanfaat berupa arang dan asap cair, sedangkan
teknologi dekomposer sangat efektif untuk menangani sampah organik lunak menghasilkan
kompos berkualitas. Sebagian besar perlakuan pengomposan sudah menghasilkan kompos
dalam waktu berkisar 20-30 hari, kecuali pada BO (control) berkisar 56-60 hari dan
perlakuan BI (Biodekomposer Orgadec) berkisar 41-45 hari. Mutu kompos yang dihasilkan
pada semua perlakuan pengomposan diatas, secara umum relative mendekati persyaratan
SNI-19-7030-2004 untuk kompos dari sampah domestik (BSN, 2004). Biodekomposer yang
dapat mempercepat proses pengomposan sampah organik menghasilkan kompos bermutu
terbaik adalah FM-4, campuran Orgadec-EM-4-Arang-asap cair dan campuran Orgadec-
Biodek-Arang-Asap cair.
Teknologi pirolisis dapat mengkonversikan sampah organik yang sukar dikomposkan
menjadi arang dan asap cair. Arang hasil pirolisis pada suhu 505ºC bermutu terbaik dan asap
cair yang dihasilkan pada proses tersebut menunjukkan kadar total fenol tertinggi. Metoda
aktivasi arang sampah organik pasar menjadi arang aktif bermutu terbaik, terutama dalam hal
daya serapnya terhadap iodin, ialah dengan cara aktivasi menggunakan uap H 2O pada suhu
800ºC selama 120 menit. Asap cair hasil pirolisis sampah organik pada suhu 505ºC
menghasilkan rendemen 31,24%, kadar total fenol 223,95 mg/l dan pH 4,1. Fraksi methanol
dan air dari asap cair tersebut berpotensi sebagai antifeedant, karena aktivitasnya melebihi
50% terhadap larva S. Litura dan nilai EL5o-nya sama-sama 0,71%.
Penggunaan komarasca hasil konversi sampah organik berpengaruh sangat nyata baik
terhadap pertambahan tinggi batang, jumlah daun, dan anakan maupun terhadap bobot
biomassa tanaman daun dewa terutama ditunjukkan oleh perlakuan campuran tanah-abu-
kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H2O pada suhu 800ºC selama 120
menit, dan fraksi methanol dari asap air. Agar proses pengomposan sampah dapat diterapkan
di lingkungan permukiman, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang
proses pengomposan yang mampu mendapatkan metoda minimisasi bau secara lebih optimal.
Di samping itu juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengisolasi senyawa aktif anti
feedant dari fraksi methanol hasil fraksinasi asap cair sampah organik guna mengetahui
rumus strukturnya. Defra (2004) menyebutkan dalam rangka memperkirakan WTP untuk
39

mengurangi suara, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari suatu landfill dengan
hasil sebagai berikut :

 WTP Marginal sebesar £0.12 sampai dengan £0.19 per hari dengan memperhitungkan
jumlah hari ketika responden menderita karena debu dan sampah yang tertiup angin dari
lokasi landfill

 WTP Marginal sebesar £0.10 sampai dengan £0.15 per hari dengan memperhitungkan
jumlah hari ketika responden bisa mencium bau yang berasal dari lokasi Landfill

 Bising bukan suatu masalah yang signifikan

Anwar (2007), melakukan percobaan untuk penelitian model sentra energi berbasis
biomassa, dimana dilakukan percobaan dengan bahan baku biomassa antara lain sampah kota
yang difermentasi secara anaerobik dengan hasil antara lain sebagai berikut:

1. Gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran adalah jumlah dari hasil gas bio
setiap komponen campuran sesuai dengan proporsi komponen dalam campuran. Model
n
penduga menurut persamaan sebagai berikut: V = ∑ ki Vi dengan V adalah produksi gas
i=1
bio biomassa campuran (l/kg.bk), ki adalah fraksi biomassa ke i dan Vi adalah produksi
gas bio biomassa ke i (l/kg.bk).
2. Kadar CH4 yang terdapat dalam gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran
adalah kumulatip dari kadar metana dalam gas bio komponen campuran secara
proporsional dan dalam satuan massa kering biomassa campuran. Model penduga
n
menurut persamaan V = ∑ ki Vi Ki V, dengan K adalah kadar metana dalam gas bio
i=1
biomassa campuran (%) dan Ki adalah kadar metana dalam gas bio biomassa ke i (%).
3. Model sentra energi berbasis biomassa baik dari aspek penyediaan bahan baku,
penguasaan teknologi, serta secara financial mempunyai kelayakan yang baik untuk
dapat diwujudkan pada suatu kawasan dalam meningkatkan peranan energi biomassa
pada penyediaan energi di kawasan tersebut.
4. Model sentra energi berbasis biomassa dapat memberikan perlindungan lingkungan
dalam bentuk proporsi reduksi sampah yang dihasilkan dari 28,54% sampai dengan
72,33% dari produksi sampah harian dari jenis yang dipergunakan oleh sentra energi.
5. Model simulasi model pengembangan sentra energi biomassa dapat digunakan untuk
memprediksi karakteristik operasional sentra energi berbasis biomassa.
40

6. Dalam penerapan sentra energi berbasis biomassa dapat dimulai dari suatu kawasan
yang tidak terlalu luas, misalnya kawasan setingkat kecamatan atau setingkat desa di
pulau jawa
7. Kajian secara financial selayaknya dilakukan dengan berbagai skenario sumber
biomassa yang digunakan terutama biomassa yang berasal dari limbah peternakan,
khususnya pada kawasan yang penggunaan limbah peternakannya pada tingkatan yang
sangat intensif yang berkecenderungan harga limbah peternakan terlalu mahal
dibandingkan dengan harga metana yang dihasilkan.
8. Pemanfaatan sampah kota oleh sentra energi bersifat prioritas karena memiliki harga
yang relatif rendah dan suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan ladang
energi atau perkebunan energi sebaiknya menjadikannya sebagai prioritas.

9. Kadar CH4 dari gas bio sampah rata-rata 54,54%, secara umum biomassa menghasilkan
kadar CH4 dari gas bio diatas 50% yaitu antara 54,54% sampai 58,64%. Jangka waktu
pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari.

Masa pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari. Rata-rata 30% gas bio
terbentuk pada sepuluh hari pertama, sebesar 58% pada periode sepuluh hari kedua, dan
sampai periode sepuluh hari ketiga mencapai 83,2%, serta pada akhir periode sepuluh hari
keempat gas bio yang berbentuk mencapai 97,5%. Waktu produksi tersebut relatif tidak
berbeda dengan waktu produksi yang menggunakan bahan limbah ternak. Pada sistem tak-
kontinyu dengan bahan limbah ternak lebih dari 66% pembentukan gas bio terjadi waktu
kurang dari 30 hari dengan suhu larutan 30ºC (Pandey, 1997).
Laju pembentukan gas bio diantara bahan yang digunakan relatif tidak banyak berbeda.
Laju rata-rata pembentukan gas bio tertinggi pada sepuluh hari pertama sebesar 3,00%
perhari, kemudian pada periode sepuluh hari kedua 2,80% perhari, periode sepuluh hari
ketiga sebesar 2,52% perhari dan pada periode sepuluh hari keempat sebesar 1,43% perhari,
serta yang terendah pada periode sepuluh hari yang kelima sebesar 0,25% perhari. Pola dari
laju pembentukan gas bio mendekati kurva linier pada periode tiga hari pertama, dan
mempunyai pola eksponensial pada dua puluh hari terakhir. Gambaran ini menunjukkan rata-
rata 90% pembentukan gas bio dalam masa produksi 35 hari.
Menurut Herawati et al., (2007) menyatakan daur ulang sampah adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Bahan-bahan atau
material yang dapat di daur ulang antara lain, adalah sebagai berikut:
41

Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim, kopi, selai/jam; baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. Kertas, terutama kertas bekas di
kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik). Logam
bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton. Plastik
bekas wadah sampo, air mineral, jaringan ember.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi
penampung sampah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai
dari bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 9.

TPA

Sumber: Hasil pengolahan


Gambar 9. Lokasi penelitian
44

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data


Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung dengan pengelola TPA sampah, pengusaha
lapak, pemulung, pelaku usaha kompos, praktisi/pengamat pengelolaan dan pakar
sampah, serta instansi atau lembaga terkait lainnya. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pekerjaan Umum,
Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Kota
Bekasi.

3.2.2. Sumber Data


Data primer diambil berdasarkan purposive sampling yaitu pengambilan
sampel kepada populasi responden dimana tidak seluruh anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jumlah populasi
kepala keluarga dilokasi penelitian berjumlah 15.083KK (kepala Keluarga). Teori
limit pusat menyatakan bahwa perkiraan rata-rata dari suatu sampel cenderung
terdistribusi secara normal ketika ukuran sample n bertambah. Kenormalan rata-
rata dari sampel berlaku dengan baik memperhitungkan distribusi populasi dari
mana sampel itu diambil asalkan ukuran sampel itu masih rasional yaitu n>30.
Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal distribusinya. Agar
kecenderungan distribusi sampel mendekati asumsi distribusi normal maka,
jumlah sampel masyarakat dan pemulung diambil diatas 30. Berdasarkan teori
tersebut ditetapkan jumlah sampel penelitian untuk responden masyarakat diambil
sebanyak 80 responden, sedangkan untuk responden pemulung diambil sebanyak
60 responden. Jumlah tersebut ditetapkan untuk memenuhi pemerataan wilayah
penelitian. Metoda purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari
masyarakat dan pemulung, yang dilakukan dengan menyebar ke 4 kelurahan/desa
secara proporsional. Responden masyarakat dan pemulung yang diwawancara
ditemui secara spontan dan bersedia diwawancara.
45

Teknik purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari


ahli/pakar, lapak dan bandar. Pengambilan sampel lapak dan bandar mengingat
populasinya terbatas diambil secara Purposive Sampling yaitu lapak 20 responden
dan bandar 10 responden. Pengambilan sampel pada lapak dan bandar di sekitar
TPA Sampah Bantar Gebang adalah pengambilan sampel dari responden yang
tidak memiliki peluang sama untuk menjadi sampel penelitian. Penentuan
responden dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) yang diikuti dengan
teknik bola salju (Snow Ball) yaitu menanyakan responden lain yang dapat di
hubungi (Nawawi, 2001). Sampel terbagi atas 5 (lima) responden yaitu:

a. Responden Masyarakat
Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA
Sampah Bantar Gebang. Masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang relatif
Homogen. Jumlah sampel yang diambil sebesar 80 responden.
Wawancara responden dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner
yang dilakukan terhadap 80 kk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur
Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status,
tanggungan keluarga, usia. alamat, profil tempat tinggal, jumlah penghuni, lama
tinggal atau menetap.

b. Responden Pemulung
Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih
dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60
responden.

c. Responden Lapak
Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang
bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar
untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 20 responden.
46

d. Responden Bandar
Bandar dalam penelitian ini adalah seorang pengusaha daur ulang biasannya
melakukan spesialisasi dalam membeli dauran sampah dan omset pembeliannya
relatif besar, sehingga dikenal bandar kertas, bandar plastik, bandar botol/gelas
dan bandar rongsokan/besi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 responden.

e. Responden Pendukung
Pengambilan sampel responden pendukung diambil sebanyak 8 responden,
yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah (Dinas Kebersihan dan Badan
Pengelola Sampah), pakar dari Perguruan Tinggi, dan Praktisi/pengamat/
konsultan dan pakar sampah.

3.3. Metoda Analisis


3.3.1. Kebijakan Pengelolaan Sampah
Analisis kebijakan pengelolaan sampah dilakukan dengan analisis deskriptif
yaitu mengkaji kebijakan yang ada berupa peraturan dan perundangan yang
berlaku dan terkait dengan pengelolaan sampah.

3.3.2. Dampak Tempat Pembuangan Akhir


a. Fisika dan Kimia
Dampak pencemaran lingkungan di TPA Sampah Bantar Gebang perlu
dilakukan observasi lapangan, pengujian laboratorium dan sumber penelitian
terkait lainnya (data sekunder) dengan membandingkan persyaratan standar
kualitas air, tanah, udara sesuai peraturan/kebijakan yang berlaku.
Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik,
Sumur Batu dan Taman Rahayu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim
di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan
botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box
untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium. Data sekunder
berupa data fisik dan kimia yang telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI
Jakarta, gambaran umum serta data pelengkap lainnya.
Air Sumur. Kualitas air sumur penduduk, diukur dengan mengambil
sampel pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter yang digunakan
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990.
47

Titik pengambilan sampel sebagai verifikasi data sekunder dari Dinas


Kebersihan berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur
penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu,
radius 250 m, 500 m dan 750 m dari lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masing-
masing lokasi sampel diambil satu titik sehingga didapatkan 12 (dua belas) sampel
air sumur. Data kesehatan didapat dari data sekunder BPS Kota Bekasi dan
wawancara dengan masyarakat.
Air Permukaan (sungai). Sungai yang dijadikan sampel adalah sungai
Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air 0,409 m3/detik. Pengambilan sampel
didasarkan pada sistem aliran air dan hulu sungai menuju hilir sungai atau dan
tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran
sungai sebelum memasuki wilayah TPA (dianggap sebagai hulu sungai) dan aliran
sungai sesudah melewati wilayah TPA (dianggap sebagai hilir sungai), sehingga
didapatkan dua sampel air sungai. Parameter kualitas air sungai sesuai dengan
Baku Mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Air lindi. Kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam
timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di
dalam sampah) membentuk lindi, diuji dari kualitas air lindi. Sampel diambil dari
setiap zone (karena pemanfaatannya berbeda waktu) dan dari kolam-kolam (bak)
pada unit IPAS, meliputi sampel pada inlet dan outlet, satu titik diambil satu
sampel, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi
yang masuk ke dalam IPAS dan landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah
mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu
golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan
air untuk Perikanan dan Pertanian. Air lindi disetarakan dengan air limbah cair
yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri.
Udara. Kualitas udara tempat pembuangan akhir Bantar Gebang di uji
berdasarkan kualitas udara. Pada umumnya diberi batasan sebagai udara yang
mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk
48

dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan


harta benda. Waktu pengukuran diambil waktu perataan (averaging time) dan
untuk pengukuran tiap jam dilakukan perhitungan secara geometric mean.
Pengukuran SOx dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer, COx
dengan NDIR (non dipersive infared) analyzer, debu dengan high volume
sampling method. Baku mutu udara ambien diatur dengan Surat Keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991.
Kebisingan. Kebisingan berkaitan dengan pengumpulan sampah oleh truk-
truk pengangkut dan pengambilan kaleng-kaleng yang menimbulkan suara bising.
Kebisingan juga terjadi pada saat keluar masuk truk di lokasi tempat pembuangan
akhir sampah. Responden yang diamati adalah kelompok masyarakat, pemulung,
pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Sampah Bantar
Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu dan Taman
Rahayu. Sumber data dalam pengamatan ini berasal dari data primer yang diambil
melalui metoda wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data
potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait.

b. Biologi
Kondisi lingkungan biologi berupa berkembang biaknya lalat didapat dari
data sekunder hasil pengamatan perilaku dan perkembang biakan lalat.
Pengamatan dilakukan pada siang hari, dimana lalat bergerombol/ berkumpul dan
berkembang biak di sekitar sumber makanannya (umumnya lalat menyukai
makanan yang berbau busuk seperti sayuran, buah-buahan yang basah dan
membusuk). Pengamatan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat sekitar
tempat pembuangan akhir yaitu dengan melihat besarnya prosentase penyakit
yang paling banyak dan yang paling sering diderita masyarakat seperti disentri,
kolera, typhus, dan diare.

c. Sosial Ekonomi dan Budaya


Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dan kegiatan pengelolaan sampah
pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan
sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman
49

Rahayu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak


positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara
langsung, ada penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita.
Dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah
sosial seperti timbulnya keresahan (penurunan kualitas lingkungan, muncul
gubuk-gubuk liar), terganggunya keamanan (pencurian), berubahnya sikap
masyarakat menjadi tidak ramah, meningkatnya kriminalitas, dan kecelakaan.
Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat
ekonomi bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan
tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit
pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia
yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan
kompos dan penangkapan gas metan, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui
retribusi dan pajak ditingkatkan.
Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan
data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya. pendapatan dan
pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan. keadaan
kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya. Metode analisis valuasi ekonomi
pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada
Tabel 6.

3.3.3. Biaya Eksternalitas


Sesuai kajian analisis dampak yang negatif menimbulkan eksternalitas
negatif yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang. Setelah kajian dampak negatif diperoleh 6 (enam) eksternalitas
negatif atau biaya eksternalitas yang merugikan pihak lain diluar Pengelola TPA
Sampah.
50

Tabel 6. Valuasi ekonomi dampak


Masalah Tujuan Metoda Data Sumber Data Output
Belum tercapainya Melihat nilai kepuasan - Analisis WTA - Pendapat Responden tentang penyebab Responden Masyarakat 1. Nilai besaran dan
nilai kepuasan seseorang atau komunitas - Statistik deskriptif pencemaran lingkungan (air, udara, bentuk kompensasi
seseorang atau atas keberadaan suatu aset tanah) Jumlah KK 80
komunitas terhadap - Faktor2 penataan lingkungan TPA Sampel
keberadaan suatu Kelurahan Cikiwul,
aset - Bentuk kompensasi atas jasa lingkungan
Ciketing Udik, Sumur Batu
- Nilai manfaat dan nilai kerugian dan Taman Rahayu
- Jenis alat pembayaran WTA
Pemisahan dan Mengetahui nilai ekonomi - Market value - Jumlah penduduk Responden Jumlah 1. Jumlah penerimaan
pemilihan sampah dari pemanfaatan sampah - Biaya Tetap - Volume sampah 2. Biaya produksi
belum maksimal dalam bentuk : 1. Pemulung 60
oleh para pelaku - Biaya Variabel (Berdasarkan Jenis) 3. Lapak 20
- Kompos
usaha yang - Total Biaya Produksi - Harga jual Rp/kg 4. Bandar 10
memanfaatkan - Daur Ulang
- Statistik deskriptif - Upah Tenaga Kerja 5. Pengusaha Kompos
sampah. - Penyerapan Tenaga Kerja
- Replacement cost - Peluang kerja 2
- Peningkatan pendapatan
- Productivity cost 6. Pengelola TPA 1
Gangguan kondisi - Mengetahui pengaruh - Statistik deskriptif - Tingkat kesehatan Responden 1. Jenis penyakit yang
kesehatan gangguan terhadap - Contingent valuation - Tingkat pendidikan sering diderita
masyarakat sekitar kehidupan masyarakat Masyarakat 80
- Tingkat pendapatan 2. Biaya pengobatan
lokasi sekitar TPA & pemulung Pemulung 60
- Fasilitas Prasarana dan Sarana Dasar Rp/bl/kk

Kurangnya Memperoleh perkiraan yang - Benefit transfer - Volume gas metana Data Sekunder : 1. Besarnya nilai
pemanfaatan kasar mengenai manfaat - Luas lahan hutan kota 1. Literatur manfaat di masa
potensial TPA TPA di masa yang akan yang akan datang
sampah dimasa datang - Luas lapangan olah raga
yang akan datang
Belum tercapainya Mengukur biaya dan - NFV - Biaya investasi Data Sekunder : 1. Analisis manfaat
efisiensi manfaat manfaat dari nilai tambah - BCR - Biaya produksi 1. Literatur 2. Analisis biaya
ekonomis suatu sumber daya dan nilai
proyek tambah hasil barang-barang - IRR - Biaya overhead 2. Instansi Terkait
dan jasa - Biaya pemeliharaan
51

Seluruh eksternalitas yang terjadi dan akan terjadi diperhitungkan dan


dirumuskan sebagai berikut:

a. Biaya pengeluaran untuk pembelian air

Keterangan
JP = Jumlah penduduk tahun ke i dalam orang;
KRPO1 = Kebutuhan rata-rata air bersih per orang per tahun dalam
liter/orang;
KRPO2 = Kebutuhan rata-rata air minum per orang per tahun dalam
liter/orang;
HAB = Harga air bersih dalam Rupiah/liter
HAM = Harga air minum dalam Rupiah/liter
Jumlah penduduk di wilayah yang tercemar air tanahnya dikalikan dengan
standar kebutuhan air bersih perkotaan sebanyak 80 liter/orang/hari untuk mandi
dan cuci ditambah untuk kebutuhan air minum dan masak sebanyak 5
liter/orang/hari. Harga air bersih dan air minum Rp 150 per-liter pada Tahun
2009.

b. Biaya pengeluaran untuk penyakit saluran pernapasan, penyakit umum,


kulit dan paru, penyakit mata serta penyakit anak

Keterangan
JKPij = Jumlah kunjungan pasien untuk penyakit i dalam orang;
BPi = Biaya pengobatan rata-rata penyakit i dalam Rupiah per orang.
n = Jumlah penyakit
Berdasarkan studi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (2008) biaya rata-
rata berobat pada Tahun 2006 untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp
50.000 sedangkan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya
sebesar Rp 75.000,-, dalam sekali berobat.

c. Nilai kerugian tidak masuk kerja karena sakit

Keterangan
JPSi = Jumlah penduduk usia kerja yang sakit pada tahun 1 dalam orang;
52

RHS = Rata-rata lama waktu penduduk tidak bekerja karena sakit dalam hari;
UMH = Upah Rata-rata dalam Rupiah/orang/hari

d. Kerugian penurunan produksi pertanian karena sampah TPA

Keterangan
LSi = Luas sawah gagal panen dalam setahun dalam hektare;
RPP = Rata-rata Produksi Padi 1 kali masa tanam dalam ton/hektare/tahun;
(1 tahun = 3 kali masa tanam)
HP = Harga padi dalam Rupiah per ton.

Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah tersebut karena luapan air
hujan yang mengandung sampah, dengan menggunakan asumsi kejadian gagal
panen 1 kali setiap tahunnya.

e. Nilai kerugian akibat emisi gas metan

Keterangan
JEi = Jumlah emisi gas pencemar dalam ton;
BUGP = Biaya kerugian akibat emisi gas metana dalam Rupiah per ton CO2.

f. Nilai kerugian dari dampak bau busuk dari TPA Sampah

Keterangan
JPi = Jumlah penduduk dalam radius yang terkena bau dalam orang;
(setiap radius dianggap sama)
JHB = Jumlah hari dalam setahun timbulnya bau dalam hari;
NKHB = Nilai kompensasi hari bau dalam Rupiah/orang/hari.

3.3.4 Benefit Eksternalitas


Berdasarkan kajian analisis dampak positif menimbulkan eksternalitas
positif yang menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang. Setelah kajian dampak positif diperoleh 2 (dua)
53

eksternalitas positif atau benefit/manfaat eksternalitas yang menguntungkan pihak


lain diluar Pengelola TPA Sampah. Eksternalitas positif tersebut berupa:
a. Nilai manfaat adanya kesempatan kerja bagi pemulung, buruh, lapak dan
bandar kegiatan usaha daur ulang sampah dengan rumus:

Keterangan
JPM = Jumlah orang yang kerja dalam orang;
ICM = Jumlah pendapatan dalam Rupiah/orang/tahun).

Asumsi adanya pengaruh berganda dari kegiatan daur ulang sampah sebesar
25% dari total pendapatan para pelaku usaha daur ulang sampah.

b. Nilai manfaat keberadaan jalan akses ke TPA dengan rumus:


NMJL = PJA x LBR x HTN
Keterangan
PJA = panjang jalan dalam meter;
LBR = lebar wilayah pengaruh jalan dalam meter: dan
HTN = nilai tambah peningkatan harga tanah dalam Rp/m 2 adanya jalan akses
(tahun 2009).

Nilai tambah adanya jalan akses dari semula Rp 150.000/m 2 menjadi Rp


300.000/m2 adalah sebesar Rp 150.000 /m2 . Sehingga dengan demikian Nilai
Manfaat (NM) dapat dirumuskan berikut ini: NM = NMKJ + NMJL. Peningkatan
harga tanah karena adanya akses jalan.

3.3.5 Nilai Ekonomi Total Dampak


Perhitungan Nilai Ekonomi Total (NET) dampak pengelolaan TPA sampah
Bantar Gebang dapat dinyatakan dalam rumus:
NET = NM – NR
Keterangan
NET = Nilai Ekonomi Total dalam Rupiah;
NM = Nilai Manfaat atau Eksternalitas Positif atau Manfaat Eksternalitas
dalam Rupiah;
NR = Nilai kerugian atau Eksternalitas Negatif atau Biaya Eksternalitas
dalam Rupiah).
54

3.3.6 Perumusan Kebijakan


Perumusan kebijakan dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process
(AHP). AHP merupakan metoda analisis yang dapat digunakan secara luas yang
memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan
dan nilai-nilai pribadi secara logis sehingga dapat ditentukan skala prioritas dalam
pengambilan keputusan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan
pendekatan AHP yaitu :

1. Mendefinisikan masalah identifikasi sistem yaitu untuk mengindentifikasi


permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan: Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Swasta/Investor, Pakar/Ahli, NGO dan masyarakat.
2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang
setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan
dengan elemen lainnya.
55

Gambar 10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST


IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Kondisi Geografis Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang


Luas wilayah Kecamatan Bantar Gebang Bekasi adalah 1.997,4 ha yang
terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.552,4 ha (77,72%), lahan sawah
seluas 197,6 ha (9,89%), pertanian darat 13,9 ha (0,70%), dan penggunaan lain-
lain seluas 233,5 ha (11,69 %). Karena adanya pemekaran wilayah, Kecamatan
Bantar Gebang berubah dari 6 desa (1) Desa Ciketing Udik, (2) Desa Cikiwul, (3)
Desa Sumsur Batu, (4) Desa Layung Sari, (5) Desa Padutenan, (6) Cimuning,
menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan (1) Ciketing Udik, (2) Kelurahan Cikiwul,
(3) Kelurahan Sumur Batu, dan (4) Kelurahan Bantar Gebang.
Dari empat kelurahan yang ada, tiga kelurahan diperuntukkan sebagai
Lokasi Pembuangan Akhir Sampah seluas 108 ha, yaitu Kelurahan Ciketing Udik,
Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan fungsinya
Kecamatan Bantar Gebang diperuntukkan bagi jalur industri ringan, Desa
Pedurenan, Desa Mustika Jaya dan Desa Mustika Sari diperuntukkan sebagai jalur
perumahan dan Desa Sumur Batu untuk area hortikultura. Penggunaaan lahan
terbesar di Kecamatan Bantar Gebang adalah lahan pemukiman yang mencapai
77,72%. Banyak lahan pertanian darat dan lahan sawah telah dijadikan lahan
perumahan untuk menampung para pendatang karena Kota Bekasi merupakan
daerah penyangga bagi provinsi DKI Jakarta.
Pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang
merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk daerah lain. Hal ini terutama
disebabkan oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap banyak
tenaga kerja. Jumlah penduduk Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 1997
adalah 68.255 jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 70.559 jiwa. Jumlah
penduduk terbanyak adalah desa Bantar Gebang, Mustika Jaya, dan Pedurenan.
Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 terjadi peningkatan
urbanisasi yang signifikan dan ditandai dengan peningkatan jumlah pendatang
yang mendirikan perumahan liar di sekitar TPA. Kondisi lingkungan yang buruk
berpengaruh pada kesehatan penduduk khususnya anak-anak yang diperlihatkan
dengan penampilan yang tidak sehat. Hal ini diperburuk lagi dengan keikutsertaan
58

anak-anak membantu orang tuanya memilah sampah berupa plastik, botol, kaca,
kain, dan benda-benda lain yang memiliki nilai tukar yang cukup berarti. Penyakit
yang diderita oleh penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang adalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit gigi, infeksi kulit, anemia,
diare, disentri, pneumonia, dan infeksi telinga.
Ditinjau dari mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan
Bantar Gebang pada tahun 1989 bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai petani
maupun buruh tani. Terjadi pergeseran mata pencaharian dimana 40,36%
penduduk Desa Ciketing Udik, Desa Cikiwul, dan Desa Sumur Batu bekerja di
sektor pertanian pada tahun 1998 menjadi hanya 16,81% pada tahun 2007. Hal ini
terjadi karena perubahan tata guna lahan dimana tanah pertanian diperuntukan
menjadi perumahan.

4.1.1 Iklim
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24ºC-33ºC sepanjang tahun. Suhu
tertinggi terjadi pada bulan Desember-April. Tekanan udara umumnya sepanjang
tahun, yaitu kurang lebih 1.012,5mm dan kelembaban udara bervariasi setiap
bulan, yaitu berkisar 70% - 99%. Iklim di daerah ini sama seperti pada umumnya
daerah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis dengan pergantian musim kemarau
dan penghujan, diselingi musim pancaroba. Pada umumnya angin bertiup dari
arah utara ke barat, dengan kecepatan normal berkisar antara 0,5 – 1,5 m/det. Data
curah hujan rata-rata tiap bulannya di Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang
Bulan Curah Huja n(mm)
J anuari 190
Pebruari 135
Maret 220
April 182
Mei 79
J uni 168
J uli 128
Agust us 118
September 224
Oktober 248
Nopember 300
Desember 199
Sumber: BPS, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2007
59

Jumlah hari hujan berk isar 149 hari dalam satu tahun. Hujan dalam satu
tahun rata-rata 2.230 mm bervariasi antara 79–300 mm tiap bulannya, dengan
pola hujan sebagai berikut : musim kering: Juni–September; musim normal:
Oktober, November, April dan Mei; dan musim basah: Desember, Januari,
Pebruari dan Maret.

4.1.2 Geologi dan Topografi


Struktur geologi Kecamatan Bantar Gebang dan sekitarnya sebagian besar
didominasi oleh satuan batuan Aluvium dan satuan batuan Tufa berumur kuarter.
Lapisan batuan yang umurnya lebih tua menutupi kedua batuan di atas. Aluvium
yang menutupi Bantar Gebang dan sekitarnya adalah aluvium sungai dan pantai.
Aluvium sungai umumnya terdapat di lembah-lembah sungai, batuannya berupa:
pasir, kerikil, lanau dan lempung. Aluvium sungai penyebarannya cukup luas dan
umumnya dipakai sebagai daerah persawahan. Sebagian besar wilayah Bantar
Gebang ditutupi oleh batuan Tufa terutama dari lapisan pasir dan lempung tipis.
Lapisan batuan ini dikenal dengan sebutan kipas aluvium Jakarta–Bogor, tebalnya
berkisar 10-30 meter. Sebagian alas dari batu-batuan di atas adalah batuan yang
bersifat lempungan, batuan ini berumur tersier dan umumnya bersifat kedap air
dengan penyebaran paling luas di sebelah selatan.

4.1.3 Topografi
Kecamatan Bantar Gebang konsistensi terletak pada daerah yang relatif
datar, secara umum tanahnya melandai dari selatan ke utara. Sungai mengalir
sebagian besar dari arah selatan ke utara, kemiringan tanah di sebelah utara jalan
regional berkisar antara 0% - 25% dan dibagian Selatan 0% - 2%. Lahan TPA
Sampah Bantar Gebang yang digunakan, dahulu sebagian besar merupakan area
bekas galian yang sekarang sudah berupa tanah gundul. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ketinggian muka tanah di wilayah Kecamatan Bantar Gebang
berkisar antara 8 – 24 meter dari permukaan laut dan memiliki relief yang datar.
60

4.2 Kualitas Air


4.2.1. Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA
Sampah Bantar Gebang
Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Sampah
Bantar Gebang Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, beberapa
parameter sudah melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan, yaitu: zat padat
terlarut, ammonia, besi (total), BOD dan COD. Efisiensi IPAS untuk menurunkan
parameter zat padat terlarut, ammonia, BOD dan COD, masing-masing 73,77%,
48,39%, 87,48% dan 79,23%.
Pada tahun 2007 efisiensi IPAS 2 cukup baik, dimana hanya parameter
sulfida yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan efisiensi 94,42%,
namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kinerja dimana parameter amonia dan
COD melebihi baku mutu.Pada tahun 2007 efisiensi IPAS 3 cukup baik, dimana
parameter COD yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan efisiensi
94,24%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kinerja dimana parameter
amonia dan COD melebihi baku mutu.Parameter pencemar yang masih melebihi
baku mutu adalah zat padat terlarut (TDS), Amonia (NH3), merkuri, Nitrat, COD
dan BOD.

4.2.2. Kualitas Air Sungai Ciketing


Lokasi sampel air sungai dilakukan di Sungai Ciketing. Titik hulu diambil
di dekat gerbang masuk TPA Sampah Bantar Gebang dan titik hilir diambil dekat
IPAS 1. Baku mutu yang digunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Baku Mutu
Golongan B (untuk bahan baku air minum) dan C (untuk peternakan, perikanan
dan pertanian). Air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hilir kawasan mengalami
penambahan beban pencemaran dari TPA Sampah Bantar Gebang. Penambahan
beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD dan COD), nitrogen
(amoniak), padatan terlarut (TSS) dan sebagian logam (mangan dan sulfida)
mempunyai kecenderungan makin meningkat melebihi baku mutu. Kualitas air
sungai pada titik hulu dan hilir Sungai Ciketing tersebut dapat dilihat pada Tabel 8
dan Tabel 9.
61

Tabel 8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Baku
Mutu 1989 2004 2005 2006 2007 2008
Zat Padat
1 mg/l 200 50 295 85 42 420 265
Tersuspensi (TSS)
2 pH - 5-9 6,8 7,2 6,9 7,6 6,8 6,8
3 Phosfat (PO4) mg/l 5-9 0,11 1,14 0,18 2,06 0,56 0,62
4 Merkuri (Hg) mg/l 0,001 0 0,001 0,001 0,001 * *
5 Mangan (Mn) mg/l 0,5 0,41 0,65 0,86 0,71 8,92 0,81
6 Ammonia (NH3) mg/l 0,02 0,26 0 0,28 0 9,23 8,88
7 Sulfida (H2S) mg/l 0,002 0 0 0,21 0 5,79 1,86
8 Minyak dan Lemak mg/l 1 0 0,16 * 0,05 0,67 1,18
9 BOD5 mg/l 30 5 19,6 10,4 24,6 218 82,8
10 Organik (KMnO4) mg/l 0,2 6,88 28,72 18,26 47,07 555,56 131,02
11 COD mg/l 50 7,87 44,34 23,64 87,55 227,36 274,51
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data

Tabel 9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA
Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Baku
Mutu 1989 2004 2005 2006 2007 2008
Zat Padat
1 mg/l 200 45 1036 97 508 1154 1152
Tersuspensi (TSS)
2 pH - 5-9 6,8 7,6 7,6 8 7,8 7,2
3 Phosfat (PO4) mg/l 5-9 0,154 2,5 0,38 4,69 2,88 0,79
4 Merkuri (Hg) mg/l 0,001 0 * * * * *
5 Mangan (Mn) mg/l 0,5 0,41 2,31 1,24 0,86 20,19 0,74
6 Ammonia (NH3) mg/l 0,02 0,31 0 11,6 0 106 70,5
7 Sulfida (H2S) mg/l 0,002 0 0 0,27 0 10,99 7,32
Minyak dan
8 mg/l 1 0 0,93 * * 3,74 1,33
Lemak
9 BOD5 mg/l 30 5 570 86,6 551,1 298,8 417,6
10 Organik (KMnO4) mg/l 0,2 7,04 636,98 104,61 982 1370,37 590,38
11 COD mg/l 50 7,87 1285,71 145,83 1543,86 1010,44 1450,98
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
62

4.2.3. Kualitas Air Sumur Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang


Data hasil pengukuran air sumur di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang
untuk parameter fisika menunjukkan ada kecenderungan peningkatan zat padat
terlarut (TDS) menunjukkan adanya bahan organik yang larut setelah mengalami
proses pembusukan walaupun masih di bawah baku mutu dan parameter Total
Hardness (kesadahan total) yang melebihi baku mutu mengakibatkan kesulitan
dalam mencuci karena air sabun menjadi tidak mengeluarkan busa karena air
sadah, walaupun ada kecenderungan angkanya makin menurun. Kualitas air
sumur untuk parameter fisika dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008

Maxi Tahun
No. Parameter Satuan
-mum 1989 2004 2005 2006 2007 2008

1 Zat Padat terlarut mg/l 1000 75 92,3 87,1 83,2 93,9 106,8

2 Kekeruhan Skala NTU 5 3,5 2 2 8 1 2

3 Total Hardness mg/l 500 30 234 53 0 34,58 9,1

Utara

1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 129,5 560,5 331 690 724

2 Kekeruhan Skala NTU 5 - 1 5 63 1 2

3 Total Hardness mg/l 500 - 352 424 0 527,8 564,2

Selatan

1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 91,2 83,8 50,6 67,8 97,9

2 Kekeruhan Skala NTU 5 - 2 3 10 2 2

3 Total Hardness mg/l 500 - 216 40 0 61,88 109,2

Barat

1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 267 333 308 404 432

2 Kekeruhan Skala NTU 5 - 2 4 3 3 10

3 Total Hardness mg/l 500 - 232 187 0 45,5 227,5

Timur

1 Zat Padat Terlarut mg/l 1000 - 256 230 250 282 267

2 Kekeruhan Skala NTU 5 - 2 2 2 1 2

3 Total Hardness mg/l 500 - 339 182 0 200,2 182


Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
- = Tidak ada data
63

Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang
untuk parameter kimia pada umumnya masih memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum kecuali kualitas air di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang pada Tahun 2006 kadar besi (Fe) sebesar 1,51 mg/l melebihi baku mutu
0,3 mg/l dan zat organik (KMnO4) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 * * 0,31 * *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 2,96 3,69 0,3 * 2,47
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * 0,01 0,01
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,05 0,15 0,05 0,07 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 1,51 * *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 1,34 1,59 * 0,83 3,03
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,37 4,63 13,75 2 2,22
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data

Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan, Barat dan Timur TPA
Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 masih
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air minum dapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13
dan Tabel 14.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium untuk parameter mikrobiologi,
menunjukan adanya pencemaran coliform dan E. coli. Hal ini disebabkan perilaku
dan budaya masyarakat sekitar TPA dimana masyarakat membuang air besar
(BAB) pada fasilitas toilet yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu berupa
jamban dengan cubluk tanpa sistem pengolahan air limbah. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah oleh tinja yang mengandung fecal
coli.
64

Tabel 12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008

Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 * * * * *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 3,92 3,04 3,81 0,76 0,49
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * * *
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,06 0,09 * 0,04 0,19
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,17 0,12 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 2,74 2,74 0,86 0,45 1,2
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,16 1,75 3,72 0,8 0,89
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data

Tabel 13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 0,13 * * 0,39 *
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 3,67 4,21 6,71 1,38 2,8
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 0,01 * 0,02 0,15 0,04
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,39 0,25 0,26 0,39 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,17 0,01 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 18,07 31,61 23,13 34,24 76,58
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 2,8 4,73 6,07 7,91 8,08
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data

Tabel 14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar
Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
Tahun
No. Parameter Satuan Maxi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Flourida (F) mg/l 1,5 0,31 * * 0,04 0,17
2 Nitrat (NO3) mg/l 50 2,96 2,91 5,07 0,79 3,31
3 Nitrit (NO2) mg/l 3 * * * * *
4 Senyawa Aktif Biru Methilen mg/l 0,07 0,04 0,09 * 0,05 0,2
5 Besi (Fe) mg/l 0,3 * * 0,09 0,44 *
6 Timah Hitam (Pb) mg/l 0,05 * * * * *
7 Sulfat (SO4) mg/l 250 * 1,93 0,52 0,37 1,28
8 Organik (KMnO4) mg/l 10 0,49 1,6 1,78 0,39 1,02
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data
65

Banyaknya TPA liar yang berada disekitar lokasi TPA juga menambah
buruknya kondisi sanitasi lingkungan di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang.
Disamping itu, pada umumnya jarak jamban dengan sumur penduduk terlalu
berdekatan serta kondisi drainase yang buruk. Hasil pengukuran kualitas air
sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi
dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml)
Maxi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Lokasi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kantor TPA 0 240,1 1700 50 < 1,8 79
2 Utara TPA 0 900,1 2400 4 490 790
3 Selatan TPA 0 900 70 50 11000 13000
4 Barat TPA 0 300,1 11000 5000 1300 170000
5 Timur TPA 0 1600 2400 2 < 1,8 < 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Table 16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai
2008 (dalam MPN/100ml)
Maxi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No. Lokasi
-mum 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kantor TPA 0 30 1700 50 < 1,8 79
2 Utara TPA 0 240 1300 <2 49 22
3 Selatan TPA 0 70 70 11 7000 7900
4 Barat TPA 0 300,1 3000 5000 240 170000
5 Timur TPA 0 1600 1300 2 < 1,8 < 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta

4.3. Kualitas Udara dan Kebisingan Di Sekitar TPA Sampah Bantar


Gebang
Pemantauan kualitas udara dilakukan di dalam lokasi TPA dan di luar TPA.
Hasil pemantauan menunjukkan kualitas udara ambien cukup baik kecuali pada
Tahun 2007 total partikel tersuspensi melebihi baku mutu yaitu sebesar 267
μg/NM³ di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar Gebang (IPAS 4) dan di Cikiwul
Tahun 2007 sebesar 267 μg/NM³ dan Tahun 2008 sebesar sebesar 267 μg/NM³ yang
66

diakibatkan padatnya aktifitas pengangkutan sampah. Hasil pengukuran kualitas


udara disekitar TPA Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 17 sampai
Tabel 20.

Tabel 17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar
Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008

Maxi
No. Parameter Satuan 1989 2005 2006 2007 2008
-mum

1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 0 44,2 117,9 33,9 16,3

2 Sulfur Dioksida (SO2) μg/NM³ 900 * 9 9 1 10

3 Hidrogen Sulfida (H2S) μg/NM³ 14000 0 0,071 0,022 0,005 0,002

4 Ammonia (NH3) μg/NM³ 17000 0,0013 0,219 2,042 0,415 2,185


5 Karbon Monoksida (CO) μg/NM³ 30000 0 271,3 1357 1583 456
Total Partikel Tersuspensi
6 μg/NM³ 230 31,54 15,1 230 267 176
(TSP)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
*= Tidak ada data

Tabel 18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 6,9 54,8 9,3 15,4

2 Sulfur Dioksida (SO2) μg/NM³ 900 5 8 3 20

3 Hidrogen Sulfida (H2S) μg/NM³ 14000 0,452 0,016 0,002 0,005

4 Ammonia (NH3) μg/NM³ 17000 0,311 0,665 0,208 0,767


5 Karbon Monoksida (CO) μg/NM³ 30000 904 452 1470 342
Total Partikel Tersuspensi
6 μg/NM³ 230 90 141 67 181
(TSP)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Tabel 19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 1989 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 0 38,2 9,4 35,5 11,7

2 Sulfur Dioksida (SO2) μg/NM³ 900 0,007 8 9 1 12

3 Hidrogen Sulfida (H2S) μg/NM³ 14000 0 0,648 0,018 0,01 0,003

4 Ammonia (NH3) μg/NM³ 17000 0,0011 0,961 6,547 0,368 0,045


5 Karbon Monoksida (CO) μg/NM³ 30000 0 1243 339 1470 456
Total Partikel Tersuspensi
6 μg/NM³ 230 47,87 161 186 405 233
(TSP)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
67

Tabel 20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008
Maxi
No. Parameter Satuan 2005 2006 2007 2008
-mum
1 Nitrogen Dioksida (NO2) μg/NM³ 400 6 12 4 16

2 Sulfur Dioksida (SO2) μg/NM³ 900 0,628 0,012 0,012 0,004

3 Hidrogen Sulfida (H2S) μg/NM³ 14000 * 1,547 0,076 0,752

4 Ammonia (NH3) μg/NM³ 17000 791 904 1243 342


5 Karbon Monoksida (CO) μg/NM³ 30000 108 193 286 145
Total Partikel Tersuspensi
6 μg/NM³ 230 0 0 0 0
(TSP)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Berdasarkan pengukuran Dinas Kebersihan DKI Jakarta, tingkat


kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu yaitu di depan Kantor
TPA Sampah Bantar Gebang, Belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA
Sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong. Hasil pengukuran tingkat
kebisingan disekitar TPA Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 21 dan
Tabel 22.

Tabel 21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA)
No. Lokasi 2005 2006 2007 2008
1 Kantor 60 62,2 - -
2 Timbangan 71,8 74,8 - -
3 IPAS 4 - - 73,9 68,9
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Tabel 22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah Bantar
Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA)

No. Lokasi 2005 2006 2007 2008

1 Jl. Narogong 75,3 71,4 - -


2 Sumur Batu 59,4 53,3 53,6 58,4
3 Pedurenan - - 57,9 63
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA


Hasil survai sosial ekonomi masyarakat dapat memberikan gambaran
karakteristik sosial, ekonomi dan demografi masyarakat di sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang pada waktu penelitian dilakukan. Data persepsi masyarakat ini
sangat berguna untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap kualitas
lingkungannya.

5.1.1. Responden Masyarakat


Jumlah responden masyarakat sebanyak 80 orang dengan tingkat usia,
tingkat pendidikan, lama tinggal, pekerjaan utama dan pekerjaan sambilan,
tanggapan responden mengenai jalan lingkungan, jalan masuk, gangguan
lingkungan dan jenis gangguan lingkungan dapat dilihat dalam uraian berikut.
Responden masyarakat sebesar 80% berusia 21 sampai 50 tahun, yang
merupakan usia produktif. Responden masyarakat didominasi usia 21 sampai 30
tahun sebesar 40%. Data responden masyarakat berdasarkan umur dapat dilihat
pada Tabel 23.

Tabel 23. Tingkat usia responden masyarakat


No Umur masyarakat (tahun) Prosentase (%)
1 < 21 11,25
2 21 - 30 40
3 31 - 40 23,75
4 41 - 50 16,25
5 > 50 8,75
Jumlah 100

Tingkat pendidikan responden masyarakat sebesar 68,75% berpendidikan


sekolah dasar. Responden masyarakat didominasi tingkat pendidikan tamat
Sekolah Dasar sebesar 52,50%. Rincian responden berdasarkan tingkat
pendidikan dan lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 24.
70

Tabel 24. Aspek sosial tingkat pendidikan dan lama tinggal responden masyarakat
No Pendidikan dan lama tinggal Prosentase (%)
1 Tidak tamat SD 16,25
2 Tamat SD 52,5
3 Tamat SLTP 18,75
4 Tamat SLTA 12,5
Jumlah 100
1 1-3 tahun 8,75
2 4-7 tahun 6,25
3 8-11 tahun 1,25
4 > 11 tahun 83,75
Jumlah 100

Tabel 25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden
masyarakat
No Pekerjaan utama Prosentase (%)
1 Buruh 23,75
2 Karyawan 18,75
3 Pemulung 5
4 Pemilik lapak 2,5
5 Ibu rumah tangga 2,5
6 Petani 13,75
7 Pedagang 21,25
8 Sopir/tukang ojek 6,25
9 Tidak menjawab 6,25
Jumlah 100
1 Petani 2,5
2 Pedagang 3,75
3 Sopir/tukang ojek 2,5
4 Buruh 2,5
5 Karyawan 6,25
6 Pemulung 5
7 Tidak ada 77,5
Jumlah 100

Tabel 26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan


No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 53,75
2 Baik 12,5
3 Sangat Jelek 5
4 Jelek 28,75
Jumlah 100
71

Tabel 27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk


No Kondisi jalan masuk TPA Prosentase (%)
1 Baik 21,25
2 Sangat Jelek 5
3 Jelek 17,5
4 Agak baik 56,25
Jumlah 100

Tabel 28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan


No Gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Sedikit terganggu 25
2 Tidak terganggu 17,5
3 Sangat terganggu 16,25
4 Cukup terganggu 41,25
Jumlah 100

Memperhatikan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan TPA Sampah


Bantar Gebang kebanyakan (82.5%) menyatakan terganggu, umumnya (75%)
gangguan yang dirasakan adalah masalah bau. Keberadaan TPA Sampah Bantar
Gebang cukup mengganggu masyarakat. Prosentase data responden masyarakat
mengenai jenis ganggguan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan


No Jenis gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Bau menyengat 68,75
2 Rawan keamanan 2,5
3 Kumuh/kotor 3,75
4 Sumur tercemar & bau menyengat 6,25
5 Sumur tercemar & bau menyengat, kumuh/kotor 10
6 Bau menyengat & kumuh/kotor 6,25
7 Sumur tercemar 2,5
Jumlah 100

Secara umum kondisi sosial responden masyarakat berusia produktif,


telah bertempat tinggal lama di dekat TPA sebagian besar tinggal diatas 10 tahun,
berpendidikan rendah, keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup
mengganggu masyarakat terutama bau sampah. Pekerjaan responden masyarakat
sekitar separuhnya adalah pekerja sebagai buruh dan karyawan. Sebagian
responden masyarakat masih ada yang bekerja sebagai petani sekitar 13% dan
72

sebagai pemulung 5%. Tanggapan responden masyarakat mengenai kondisi jalan


lingkungan dan jalan akses TPA cukup baik.

5.1.2. Responden Pemulung


Jumlah responden pemulung dari segi usia 36,51% dalam usia produktif 21
sampai 30 tahun dan 23,81% dalam usia 31 sampai 40 tahun. Separuh pemulung
berusia muda dibawah 30 tahun dan sekitar 74% berusia dibawah 40 tahun. Hal
ini menunjukkan pekerjaan pemulung pekerjaan berat dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Tingkat usia responden pemulung


No Usia pemulung (th) Prosentase (%)
1 < 21 14,29
2 21 - 30 36,51
3 31 - 40 23,81
4 41 - 50 12,7
5 > 50 12,7
Jumlah 100

Tingkat pendidikan pemulung sebanyak 63 orang dengan latar pendidikan


tidak tamat SD mencapai 52,38% dan 40% hanya tamat SD. Pendidikan pemulung
sebagian besar 93,65% rendah yaitu hanya sampai sekolah dasar yang dapat
dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Tingkat pendidikan responden pemulung

No Pendidikan Prosentase (%)


1 Tidak tamat SD 52,38
2 Tamat SD 41,27
3 Tamat SLTP 4,76
4 Tamat SLTA 1,59
Jumlah 100

Kebanyakan pemulung merupakan pendatang yang berasal dari daerah lain,


44,44% baru menetap 1 sampai 3 tahun di kawasan Bantar Gebang dan 30,16%
sudah menetap selama 4 sampai 7 tahun. Sedangkan yang menetap lebih dari 8
tahun sekitar 25,40%. Hal tersebut menunjukkan pekerjaan pemulung merupakan
73

pekerjaan bersifat jangka menengah dimana sekitar 74 % menjalani profesi


selama 1 – 7 tahun lihat Tabel 32.

Tabel 32. Lama tinggal responden pemulung


No Lama Bermukim Prosentase (%)
1 1-3 tahun 44.44
2 4-7 tahun 30.16
3 8-11 tahun 12.7
4 > 11 tahun 12.7
Jumlah 100
Penghasilan rata-rata pemulung antara Rp 500.000 sampai dengan Rp
1.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 55,56% responden pemulung.
Sedangkan penghasilan rata-rata pemulung diatas 1.000.000 rupiah per bulan
diperoleh oleh 34,93% responden pemulung. Besaran penghasilan tersebut masih
cukup layak untuk mencukupi kebutuhan hidup pemulung secara sederhana,
gambaran tingkatan penghasilan dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung


No Penghasilan Prosentase (%)
1 < 0,5juta 9.52
2 0,5 - 1 juta 55.56
3 2 - 2.5 juta 1.59
4 1 - 1.5 juta 31.75
5 1.5 - 2 juta 1.59
Jumlah 100.00

Sebagian besar responden (93,65%) mengandalkan penghasilan dari


pengumpulan sampah sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai pekerjaan
sampingan/sambilan lainnya. Hal menunjukkan kegiatan daur ulang sampah
merupakan pekerjaan utama pemulung, dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung


No Pekerjaan sambilan Prosentase (%)
1 Petani 1.8
2 Pedagang 1.8
3 Buruh 1.8
4 Tidak ada 94.65
Jumlah 100
Sekitar 69% responden pemulung berpendapat bahwa jalan lingkungan
sekitar TPA dalam kondisi agak baik atau baik, dan 19,05% responden
beranggapan kondisi jalan jelek atau sangat jelek, dapat dilihat pada Tabel 35.
74

Tabel 35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar


TPA
No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 47,62
2 Baik 22,22
3 Sangat Jelek 1,59
4 Jelek 19,05
5 Tidak Jawab 9,52
Jumlah 100

Tanggapan responden pemulung terhadap kondisi jalan masuk ke TPA


sebanyak 34,92% menyatakan baik dan 41,27% agak baik serta sekitar 9,52%
kondisi jalan masuk adalah dalam keadaan jelek. Mereka berarti berpandangan
jalan masuk TPA sampah sebagian besar berpendapat positif lihat Tabel 36.

Tabel 36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA


No Kondisi jalan masuk TPA Prosentase (%)
1 Baik 34,92
2 Sangat Jelek 14,29
3 Jelek 9,52
4 Agak baik 41,27
Jumlah 100

Hanya 17,46% responden yang menyatakan tidak ada gangguan lingkungan


akibat TPA, selebihnya merasa terganggu, dapat dilihat pada Tabel 45. Dimana
52,38% responden merasakan bau yang busuk, 6,35% merasa lingkungan
kumuh/kotor, 11,11% sumur tercemar dan 1,59% rawan keamanan. Hal tersebut
menunjukkan lingkungan sekitarnya bagi sebagian besar pemulung tidak nyaman
seperti yang terlihat pada Tabel 37 dan Tabel 38.

Tabel 37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan


No Gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Sedikit terganggu 4,76
2 Tidak terganggu 17,46
3 Sangat terganggu 3,17
4 Cukup terganggu 69,84
5 Tidak jawab 4,76
Jumlah 100
75

Tabel 38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan


No Jenis gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Bau menyengat & kumuh/kotor 6,35
2 Bau menyengat & kumuh/kotor & rawan keamanan 3,17
3 Kumuh/kotor 9,52
4 Sumur tercemar & kumuh/kotor 1,59
5 Sumur tercemar & bau menyengat, kumuh/kotor 11,11
Sumur tercemar, Bau menyengat & kumuh/kotor &
6 1,59
rawan keamanan
7 Bau menyengat 52,38
8 Tidak jawab 14,29
Jumlah 100,00

Secara umum kondisi sosial responden pemulung berusia produktif,


dimana sekitar 70% berusia dibawah 40 tahun, berpendidikan rendah yaitu 90%
pendidikan sekolah dasar, sekitar 44% bekerja sebagai pemulung di bawah 3
tahun. Hampir seluruh responden pemulung (93,65%) mengandalkan penghasilan
dari pengumpulan sampah sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai
pekerjaan sampingan/sambilan lainnya. Penghasilan responden pemulung
sebagian besar 86% antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.500.000,- masih cukup
layak untuk mencukupi kebutuhan hidup pemulung secara sederhana Tanggapan
terhadap kondisi lingkungan menurut responden keberadaan TPA Sampah Bantar
Gebang cukup mengganggu pemulung terutama bau sampah. Tanggapan
responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan akses TPA baik.

5.1.3. Responden Pemilik Lapak


Jumlah responden pemilik lapak sebanyak 20 orang dengan usia responden
yang berusia lebih dari 50 tahun mencapai 20%, antara 41 sampai 50 tahun
mencapai 30% responden, 30% responden berumur 31 sampai 40 tahun dan 20%
responden berumur 21 sampai 30 tahun, berarti 80% usia produktif lihat Tabel 39.

Tabel 39. Tingkat usia responden pemilik lapak


No Usia pemilik lapak (th) Prosentase (%)
1 21 - 30 20
2 31 - 40 30
3 41 - 50 30
4 > 50 20
Jumlah 100
76

Tingkat pendidikan responden cukup rendah terdiri dari 10% tamat SLTA,
15% tamat SLTP, 55 % tamat dan tidak tamat SD, lihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak


No Pendidikan Prosentase (%)
1 Tidak tamat SD 15
2 Tamat SD 40
3 Tamat SLTP 15
4 Tidak tamat SLTP 10
5 Tamat SLTA 10
6 Tidak tamat SLTA 5
7 Tidak jawab 5
Jumlah 100

Responden pemilik lapak rata-rata yang sudah lama menetap di sekitar TPA
sampah yaitu lama menetap lebih dari 8 tahun mencapai 80%, sedangkan yang
kurang dari 8 tahun mencapai 20%, dapat di lihat pada Tabel 41.

Tabel 41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak


No Lama Bermukim Prosentase (%)
1 1-3 tahun 15
2 4-7 tahun 5
3 8-11 tahun 25
4 > 11 tahun 55
Jumlah 100

Penghasilan rata-rata pemilik lapak antara Rp 500.000 sampai dengan Rp


1.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 25% responden pemilik lapak.
Sedangkan penghasilan rata-rata pemilik lapak diatas Rp 3.000.000 rupiah
perbulan diperoleh oleh 5% responden pemilik lapak. Selain itu 20% responden
berpenghasilan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 2.000.000, 5% responden
berpenghasilan antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 2.500.000, dan 20%
responden berpenghasilan antara Rp 2.500.000 sampai dengan Rp 3.000.000. Ini
menunjukkan bahwa 80% responden pemilik lapak mempunyai penghasilan lebih
dari Rp 1.000.000 perbulan dari hasil usaha lapaknya dapat dilihat pada Tabel 42.
77

Tabel 42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak


No Penghasilan (Rp/bulan) Prosentase (%)
1 < 500 ribu 5
2 500 - 1 juta 25
3 1 - 1.5 juta 20
4 1.5 - 2 juta 20
5 2 - 2.5 juta 5
6 2.5 - 3 juta 20
7 > 3 juta 5
Jumlah 100

Dari hasil analisa data lapangan dan wawancara dengan responden pemilik
lapak, tanggapan mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di
lokasi TPA, 55% responden memberikan tanggapan yang baik atau agak baik
mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di lokasi TPA dan 35%
responden memberikan tanggapan agak baik mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan masuk ke lokasi TPA. Tanggapan responden pemilik lapak
mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 43.

Tabel 43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan
prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA
No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 35
2 Baik 20
3 Jelek 25
4 Sangat Jelek 5
5 Tidak Jawab 15
Jumlah 100

Masalah lingkungan mendapat perhatian dari responden pemilik lapak,


sebanyak 42,11% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA
Sampah Bantar Gebang, namun sebagian besar 57,89 % merasa tidak terganggu
karena merupakan tempat responden mencari nafkah dapat dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan


lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang
No Gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Tidak terganggu 57,89
2 Sedikit terganggu 26,32
3 Cukup terganggu 10,53
4 Sangat terganggu 5,26
Jumlah 100
78

Adanya bau yang busuk dirasakan oleh 64,29% responden. Sebagian besar
pemilik lapak menyadari lingkungan kerjanya tidak nyaman. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 45.

Tabel 45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan


lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang.
No Jenis gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Bau menyengat 64,29
2 Rawan keamanan 7,14
3 Kumuh/kotor 7,14
4 Sumur tercemar 21,43
Jumlah 100

Secara umum kondisi sosial responden pemilik lapak 80% berusia produktif,
dimana sekitar 70% berusia di atas 30 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu
pendidikan sekolah dasar sekitar 37%, dan sekitar 80% bekerja sebagai pemilik
lapak di atas 8 tahun. Responden pemilik lapak sekitar 50% berpenghasilan di atas
Rp 1.500.000,-. Tanggapan terhadap kondisi lingkungan menurut responden
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu pemilik lapak
terutama bau sampah sekitar 64%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan
lingkungan dan jalan akses TPA cukup baik.

5.1.4. Responden Bandar


Usia responden terdiri dari 25% berusia 31 s/d 40% dan 75% berusia antara
41 s/d 50 tahun, dapat dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46. Tingkat usia responden bandar


No Usia Bandar (th) Prosentase (%)
1 31 - 40 25
2 41 - 50 75
Jumlah 100

Responden pemilik bandar sebanyak 8 orang dengan pendidikan Tamat


SLTP ke atas sebanyak 50%, sedangkan sisanya tidak tamat SD 12,5%, tamat
SD 25%, tidak tamat SLTP 12,5%. Hal tersebut menunjukkan tingkat pendidikan
para responden pemilik bandar cukup menunjang pekerjaannya dapat dilihat pada
Tabel 47.
79

Tabel 47. Tingkat pendidikan responden bandar


No Pendidikan Prosentase (%)
1 Tidak tamat SD 12,5
2 Tamat SD 25
3 Tidak tamat SLTP 12,5
4 Tamat SLTP 37,5
5 Tamat SLTA 12,5
Jumlah 100

Responden pemilik lapak yang sudah lama menetap atau berusaha di sekitar
TPA lebih dari 11 tahun mencapai 87,50%, sedangkan yang kurang dari 11 tahun
mencapai 12,50%, dapat di lihat pada Tabel 48.

Tabel 48. Lama menetap/berusaha responden bandar


No Lama Bermukim Prosentase (%)
1 8-11 tahun 12,5
2 > 11 tahun 87,5
Jumlah 100

Penghasilan rata-rata bandar antara Rp 500.000 sampai dengan Rp


3.000.000 rupiah perbulan. Sedangkan penghasilan rata-rata bandar diatas Rp
3.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 75% responden bandar. Selain itu
12,50% responden berpenghasilan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp
1.500.000, 12,50% responden berpenghasilan kurang dari Rp 500.000,- sampai
dengan Rp 2.500.000, dan 20% responden berpenghasilan antara Rp 2.500.000
sampai dengan Rp 3.000.000. Ini menunjukkan bahwa 80% responden pemilik
lapak mempunyai penghasilan lebih dari Rp 1.000.000 perbulan dari hasil usaha
lapaknya dapat dilihat pada Tabel 49.

Tabel 49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar


No Penghasilan (Rp/bulan) Prosentase (%)
1 < 500 ribu 12,5
2 1 - 1.5 juta 12,5
3 > 3 juta 75
Jumlah 100

Tanggapan mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di


lokasi TPA, 12,5% responden menyatakan sangat jelek dan 12,50% menyatakan
jelek, dapat dilihat pada Tabel 50.
80

Tabel 50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA
No Kondisi jalan lingkungan Prosentase (%)
1 Agak baik 50
2 Baik 25
3 Sangat Jelek 12,5
4 Jelek 12,5
Jumlah 100

Hasil survai menunjukkan 75% responden memberikan tanggapan baik dan


kondisi jalan masuk dan jalan lingkungan di lokasi TPA seperti yang terlihat pada
Tabel 51.

Tabel 51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA
No Kondisi jalan masuk TPA Prosentase (%)
1 Agak baik 50
2 Baik 25
3 Sangat Jelek 12,5
4 Jelek 12,5
Jumlah 100

Sebagian besar responden bandar tidak merasa terganggu dengan


lingkungan TPA dimana dipilih oleh 75% responden, sedangkan 12,5% sedikit
tidak terganggu dan 12,5% sangat terganggu, dapat dilihat pada Tabel 52.

Tabel 52. Tanggapan responden bandar mengenai gangguan lingkungan


No Gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Tidak terganggu 75
2 Sedikit terganggu 12,5
3 Sangat terganggu 12,5
Jumlah 100

Responden bandar menyatakan bahwa gangguan terbesar berupa rawan


keamanan sebesar 36,59%, diikuti gangguan lingkungan yang kumuh/kotor
sebesar 24,39% dan bau busuk 12,20% serta gangguan karena sumur tercemar
hanya dipilih oleh 2,44% responden. Hal ini menunjukkan para Bandar
berpendapat masalah keamanan merupakan masalah cukup mengkhawatirkan
mereka, mengingat besarnya aset yang harus mereka jaga berupa material daur-
ulang sampah yang bernilai puluhan sampai ratusan juta rupiah. Sedangkan
mengenai masalah ketidaknyamanan lingkungan tidak cukup berarti bagi para
Bandar karena sumber pendapatan mereka memang dari TPA sampah. Pendapat
81

responden Bandar terhadap jenis gangguan lingkungan dapat dilihat pada Tabel
53.

Tabel 53. Tanggapan responden bandar mengenai jenis gangguan lingkungan


No Jenis gangguan lingkungan Prosentase (%)
1 Bau menyengat 12,2
2 Rawan keamanan 36,59
3 Kumuh/kotor 24,39
4 Sumur tercemar 2,44
5 Tidak jawab 24,39
Jumlah 100

Secara umum kondisi sosial responden bandar sekitar 75% berusia di atas
40 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu pendidikan sekolah dasar sekitar 37%,
dan sekitar 87,5% bekerja sebagai bandar di atas 10 tahun. Responden bandar
sekitar 75% berpenghasilan di atas Rp 3.000.000,-. Tanggapan terhadap kondisi
lingkungan menurut responden keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup
mengganggu bandar adalah masalah keamanan sekitar 36% dan kumuh kotor
sekitar 24%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan
akses TPA 75% cukup baik dan 25% menganggap jelek.

5.2. Kebijakan Pengelolaan Sampah


5.2.1 Peraturan Perundangan Tentang Sampah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006
Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Nasional Sistem
Pengelolaan Persampahan 15 September 2006 dilakukan pendekatan atau
paradigma baru yaitu bahwa sampah dapat dikurangi, digunakan kembali dan atau
didaur ulang; atau yang sering dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse,Recycle).
Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru karena sudah banyak dilakukan oleh
negara maju dan berhasil meningkatkan efisiensi pengelolaan yang signifikan.
Dengan mengurangi sampah sejak di sumbernya maka beban pengelolaan kota
akan dapat dikurangi dan anggaran serta fasilitas akan dapat semakin efisien
dimanfaatkan. Beban pencemaran dapat dikurangi dan lebih jauh lagi dapat turut
menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
82

Hal di atas sesuai dengan Undang–undang No. 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Persampahan Pasal 9 berbunyi: Dalam menyelenggarakan
pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:
Ayat (1) Butir (b) menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah; butir (d) menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST), dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;
Pasal 9 Ayat (2) yang berbunyi: Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah
terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) butir d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

a. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru.


Penjelasan UU No. 18 Tahun 2008 menyatakan: Paradigma pengelolaan
sampah yang bertumpu pada kumpul-angkut-buang sudah saatnya ditinggalkan
dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru
memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan
dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan
baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang
komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi
menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan
sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan
secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan
dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah
meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang,
sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

b. Kompensasi.
Undang-Undang Pengelolaan Persampahan 18/2008 Pasal 25 (1)
Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir
83

sampah. Pasal 25 Ayat (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa: a. relokasi; b. pemulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan;
dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain. Pasal 25 (3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah (PP). Pasal 25 Ayat (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau
peraturan daerah.

c. Sanksi.
Sanksi yang diberikan kepada Pengelola TPA melakukan pelanggaran
operasional TPA ada pada Pasal 40 Ayat (1) Pengelola sampah yang secara
melawan hukum dan dengan sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah
dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Daerah (Perda). Pasal 47 (1)
Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan Undang-Undang
ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan. (2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini
diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
Peraturan sebelum Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 48 Pada saat
berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Berlakunya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 49 Undang-Undang
ini mulai berlaku pada tanggal Diundangkan. Tanggal diundangkan adalah tanggal
7 Mei 2008.
84

d. Kebijakan.
Kebijakan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
21/PRT/M/2006 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan (Daftar Pustaka).
Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari
sumbernya. Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan
sampah paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,
dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang
ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur
ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga
dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur
ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi
pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang
dihasilkan.
Kebijakan (2): Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelolaan. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber
dan meningkatkan pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan
perubahan pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi
lebih sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif
masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.
Kebijakan (3): Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem
pengelolaan. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang
mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama. Untuk
operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu :

i. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan. Pengelolaan


TPA yang buruk dibanyak kota harus diakhiri dengan upaya peningkatan
pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang jelas-jelas
telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera
mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan
yang terjadi dapat diminimalkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah
pelaksanaan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan sesuai dengan
prioritas.
85

ii. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill. TPA yang
masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera dilakukan
upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode Sanitary
landfill dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di
kemudian hari. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman
peningkatan pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk
perbaikan fasilitas persampahan yang dmiliki.
iii. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional. Kota-kota besar pada umumnya
mengalami masalah dengan lokasi TPA yang semakin terbatas dan sulit
diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota / kabupaten lainnya akan
sangat membantu penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan solusi
yang saling menguntungkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah : (1)
Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional sesuai
Tata Ruang dan (2) Ujicoba pengelolaan TPA regional secara profesional.
iv. Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan
tepat guna dan berwawasan lingkungan. Kekeliruan dalam pemilihan
teknologi seperti insinerator tungku yang banyak dilakukan oleh Pemerintah
Daerah perlu segera dihentikan dengan memberikan pemahaman akan kriteria
teknisnya.
v. Disamping itu juga sangat diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan
untuk mendapatkan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di
Indonesia pada umumnya.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
· Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
· Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA
· Penyusunan pedoman waste-to-energy
· Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro

Kebijakan (4): Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.


Untuk melaksanakan KNPP ini diperlukan adanya kebijakan agar aturan-aturan
hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin
semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara
bertanggung jawab.
86

Kebijakan (5): Pengembangan alternatif sumber pembiayaan Pengelolaan


persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus disediakan oleh
Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian pengelolaan
persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga
keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga agar
pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari masyarakat
adalah melalui pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu
mencapai tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri.
Memperhatikan kondisi TPA Sampah Bantar Gebang dibandingkan
dengan kebijakan-kebijakan yang ada TPA Sampah Bantar Gebang belum
sepenuhnya mengikuti peraturan yang telah ditetapkan diantaranya belum
melaksanakan operasional sanitary landfill secara benar, yaitu tidak melakukan
penutupan timbunan sampah setiap hari dengan tanah penutup.

5.2.2 Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah.


Berdasarkan Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum
(Daftar Pustaka). Pedoman ini disusun untuk sejumlah maksud. Maksud yang
paling utama dan mendasar adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia
yang bermukim atau berkegiatan di kawasan tersebut dengan menghindarkan dan
menjauhkan mereka dari risiko-risiko dampak pencemaran kimiawi pada air dan
udara; kemungkinan terjangkit atau tertular penyakit yang dibawa vektor; dan
bahaya ledakan gas yang terbentuk di TPA, serta menjaga kenyamanan dan
keselamatan mereka dengan menghindarkannya dari dampak kegiatan
pengelolaan dan pengolahan sampah. Lebih jauh, pedoman ini disusun untuk
menghindarkan konflik dan masalah sosial lain yang bersumber pada kepentingan
pemanfaatan lahan. Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi pemerintah
daerah, pengelola persampahan dan masyarakat dalam melaksanakan penataan
ruang di kawasan sekitar TPA.
87

a. Zonasi.
Secara umum, kawasan sekitar TPA dibagi menjadi zona penyangga, zona
budi daya terbatas dan zona budi daya. Zona yang diatur dalam pedoman ini
adalah zona penyangga dan zona budi daya terbatas. Aturan di dalam zona budi
daya disesuaikan dengan RTRW kabupaten/kota setempat
.
b. Aspek yang dipertimbangkan.
Aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan pedoman ini adalah
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Pembagian Zona Sekitar TPA. Kawasan
sekitar TPA dibagi menjadi: (1) Zona penyangga; (2) Zona budi daya terbatas.
i. Zona penyangga. Zona penyangga adalah zona yang berfungsi sebagai
penahan untuk mencegah atau mengurangi dampak keberadaan dan
kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan
sehari-hari di kawasan sekitar TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan. Akibat dan gangguan-gangguan misalnya bau, kebisingan, dan
sebagainya. Zona penyangga berfungsi untuk menunjang fungsi
perlindungan bagi penduduk yang melakukan kegiatan sehari-hari di sekitar
TPA dan berfungsi: (1) Mencegah dampak lindi terhadap kesehatan
masyarakat, yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA;
(2) Mencegah binatang-binatang vektor, seperti lalat dan tikus, merambah
kawasan permukiman; (3) Menyerap debu yang beterbangan karena tiupan
angin dan pengolahan sampah; (4) Mencegah dampak kebisingan dan
pencemaran udara oleh pembakaran dalam pengolahan sampah.
ii. Zona budidaya terbatas. Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan
dengan batasan tertentu. Zona budi daya terbatas berada di luar zona
penyangga. Pemanfaatan ruang pada zona tersebut harus sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota bersangkutan. Fungsi zona
tersebut adalah memberikan ruang untuk kegiatan budi daya yang terbatas,
yakni kegiatan budi daya yang berkaitan dengan TPA. Zona budi daya terbatas
hanya dipersyaratkan untuk TPA dengan sistem selain pengurugan berlapis
bersih (sanitary landfill). Zona budi daya adalah wilayah yang ditetapkan
88

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

c. Penentuan jarak zona penyangga.


Zona penyangga diukur mulai dari batas terluar tapak TPA sampai pada
jarak tertentu sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill, yakni
500 meter dan/atau sesuai dengan kajian lingkungan yang dilaksanakan di TPA.

d. Penentuan jarak zona budi daya terbatas.


Zona budi daya terbatas ditentukan mulai dari batas terluar zona penyangga
sampai pada jarak yang telah aman dari pengaruh dampak TPA yang berupa: (1)
Bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai
penduduk untuk kehidupan sehari-hari; (2) Bahaya ledakan gas metan; (3)
Bahaya penyebaran vektor penyakit melalui lalat. Penentuan jarak pada zona budi
daya terbatas pada TPA dengan sistem selain pengurugan berlapis bersih (sanitary
landfill) didasarkan pada kajian lingkungan di sekitar TPA yang meliputi: (1)
Teknis pemrosesan sampah di TPA: pengurugan berlapis bersih atau pengurugan
berlapis terkendali; (2) Mekanisme penimbunan sampah eksisting : melalui
pemilahan atau tanpa pemilahan;(3) Karakteristik sampah yang masuk ke TPA:
organik, non organik, B3 (bahan berbahaya dan beracun);(4) Kondisi air lindi; (5)
Kondisi gas dalam sampah : CH4, CO; (6) Kondisi geologi dan geohidrologi, dan
jenis tanah; (7) Iklim mikro; (8) Pemanfaatan ruang yang telah ada di sekitar
kawasan TPA, sesuai denganperaturan zonasi. Kondisi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 11.

Sumber: Ditjen Penataan Ruang, 2008


Gambar 11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak
89

Ketentuan teknis mengatur ketentuan pola ruang pada zona penyangga. Pada
TPA yang belum memiliki zona penyangga ditetapkan zona penyangga pada area
0 – 500 meter sekeliling TPA dengan pemanfaatan sebagai berikut: (1) 0 – 100
meter diharuskan berupa sabuk hijau; (2) 101 – 500 meter pertanian non pangan,
hutan. Ketentuan pemanfaatan ruang: (1) Sabuk hijau dengan tanaman keras yang
boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap
racun dengan ketentuan sebagai berikut: a) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi
dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun terutama
tanaman yang dapat menyerap bau; dan b) Kerapatan pohon adalah minimum 5 m,
(2) Pemrosesan sampah utama on situ, (3) Instalasi pengolahan sampah menjadi
energi, atau instalasi pembakaran (incenerator) bersama unit pengelolaan
limbahnya dan (4) Kegiatan budi daya perumahan tidak diperbolehkan pada zona
penyangga. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: Ditjen Penataan Ruang, (2008)


Gambar 12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga

Memperhatikan pedoman pemanfaatan lahan yang telah dikemukakan, TPA


Sampah Bantar Gebang belum mempunyai zona penyangga seperti yang telah
dipersyaratkan dalam pedoman.

5.2.3 Kriteria teknis prasarana dan sarana kegiatan pengelolaan sampah.


Kriteria teknis prasarana dan sarana kegiatan pengelolaan sampah di TPA
menurut Ditjen Penataan Ruang Dep.PU (2008) adalah: (1) Tidak menggunakan
air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah; (2) Ketersediaan sistem
drainase yang baik; dan (3) Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat
90

sampah terpilah yang akan didaur ulang di lokasi lain, sedangkan jalan masuk ke
TPA, dipersyaratkan: (1) Dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan
jalan minimum 7 meter; (2) Jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10
ton dan kecepatan 30 km/jam dan (3) Drainase permanen terpadu dengan jalan
dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak permanen.
Memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, TPA
Sampah Bantar Gebang sebagian telah melaksanakan kriteria yang ditetapkan.
TPA Sampah Bantar Gebang belum mempunyai fasilitas parkir dan bongkar muat
sampah terpilah dan masih menggunakan air tanah dalam pengelolaan sampah.

5.3. Dampak Lingkungan yang Terjadi di TPA


Berdasarkan hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata
parameter TSS, Mn dan sulfida yang ada telah melampaui baku mutu yang d
ijinkan, berarti terjadi peningkatan konsentrasi parameter pencemar. Hal ini
menunjukkan adanya kontribusi dari TPA Sampah Bantar Gebang dalam
meningkatkan nilai konsentrasi parameter pencemar pada badan air Sungai
Ciketing, kontribusi ini berasal dari pembuangan air lindi olahan dari IPAS yang
berada di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Gambaran besaran cemaran dapat
dilihat pada Tabel 54.

Tabel 54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir
TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009
Baku
No. Parameter Satuan Hulu Hilir
Mutu
1 Total Suspensi Solid (TSS) mg/l 100 12 71
2 Klorida (Cl) mg/l 50 10 49

3 Phosfat (PO4) mg/l 0,4 7 99


4 Ammonium mg/l 2 58.2 138

5 Nitrat (NO3) mg/l 10 20 270

6 Nitrit (NO2) mg/l 2 0.1 0.8


7 COD mg/l 50 262 665

8 BOD5 mg/l 30 64 315


9 Angka Permanganat mg/l 10 82.5 430.7
10 pH - 5-9 6.93 8.1
0 0
11 Temperatur C T+3 c 24.2 24.2
91

Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter fisika masih
dibawah ambang baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air sumur parameter
fisika dapat dilihat pada Tabel 55 sampai Tabel 58.

Tabel 55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika
tahun 2009.
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 18 110 66
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 46 223 230
3 Suhu 0
C ±30c 27.4 27.1 26.7
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 0.21 0.6 5.51

Tabel 56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
fisika tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 120 76 118
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 164 112 230
3 Suhu 0
C ±30c 27.9 27.8 27.4
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 0.31 0.44 0.73

Tabel 57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
fisika tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum 250
500 (m) 750 (m)
(m)
1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 106 102 170
2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 135 160 201
3 Suhu 0
C ±30c 27.9 28.3 28.7
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 1.19 3.25 2.75
92

Tabel 58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
fisika tahun 2009.
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)

1 Jumlah zat padat terlarut mg/l 1000 136 136 58


2 Daya Hantar Listrik (DHL) m.ohm/cm 500 11.7 122 105
3 Suhu 0
C ±30c 27.4 28 27.9
4 Kekeruhan (Turbidity) NTU <100 1.57 0.44 0.16

Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter kimia masih
dibawah ambang baku mutu, kecuali sampel air sumur di Desa Taman Rahayu
kadar besi di atas baku mutu. Kadar Magnesium cukup tinggi di seluruh lokasi,
namun Mg tidak tercantum dalam baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air
sumur parameter kimia dapat dilihat pada Tabel 59 sampai Tabel 62.

Tabel 59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia
tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 0.018 0.012 0.03
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 3.4 3 3.7
3 Angka Permanganat mg/l 10 5 5.9 13.7
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 1 3 8
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.2 0.6 0.4
6 Ammonium mg/l 1,5 0.43 0.48 0.63
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.04 0.01 0.2
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 23 63 66
9 Klorida mg/l 250 7 29 25
10 Bicarbonat mg/l - 7 19 59
11 Total Alkalinity mg/l - 7 19 59
12 pH mg/l - 4.54 5.57 6.18
13 Magnesium mg/l - 13 14 16
93

Tabel. 60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 9.3 4.9 9.8
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 0.016 0.004 0.014
3 Angka Permanganat mg/l 10 4.7 4.4 5.6
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 2 0 3
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.7 0.5 1
6 Ammonium mg/l 1,5 0.24 0.3 0.41
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.05 0.02 0.02
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 41 41 30
9 Klorida mg/l 250 25 25 44
10 Bicarbonat mg/l - 5 5 4
11 Total Alkalinity mg/l - 5 5 4
12 pH mg/l - 4.21 4.21 4.25
13 Magnesium mg/l - 14 12

Tabel. 61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)
1 Nitrat (NO3) mg/l 50 6.8 1.4 1.7
2 Nitrit (NO2) mg/l 3 0.012 0.023 0.005
3 Angka Permanganat mg/l 10 5.2 4.7 5.2
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 0 0 4
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.5 0.4 0.2
6 Ammonium mg/l 1,5 0.20 0.13 0.15
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.14 0.44 0.65
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 43 60 85
9 Klorida mg/l 250 18 15 5
10 Bicarbonat mg/l - 18 69 95
11 Total Alkalinity mg/l - 18 69 95
12 pH - - 5.14 6.04 6.84
13 Magnesium mg/l - 8 18 31
94

Tabel. 62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter
kimia tahun 2009
Radius Jarak dari pusat
Maxi TPA Bantar Gebang
No. Parameter Satuan
-mum
250 (m) 500 (m) 750 (m)

1 Nitrat (NO3) mg/l 50 4.4 4.7 0.5


2 Nitrit (NO2) mg/l 3 0.001 0.019 0.022
3 Angka Permanganat mg/l 10 3.4 4.1 4.1
4 Sulfat (SO4) mg/l 250 3 1 1
5 Mangan (Mn) mg/l 0,1 0.5 0.5 0.3
6 Ammonium mg/l 1,5 0.47 0.41 0.48
7 Besi Total (Fe) mg/l 0,3 0.1 0.02 0.11
8 Kesadahan Total (CaCO3) mg/l 500 36 36 35
9 Klorida mg/l 250 22 22 14
10 Bicarbonat mg/l - 13 13 10
11 Total Alkalinity mg/l - 13 13 10
12 pH - - 5.01 5.01 4.74
13 Magnesium mg/l - 11 11 13

Mg adalah salah satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan


menyebabkan adany rasa pada air. Kelebihan unsur ini dapat menimbulkan
depresi susunan syaraf pusat dan otot-otot. Toxisitas banyak tergantung pada
anion yang terikat pada Mg. Angka Permanganat di Cikiwul pada radius 750
meter dari TPA Sampah Bantar Gebang sebesar 13,7 mg/l melebihi baku mutu
yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum sebesar 10 mg/l. Angka permanganat yang
melebihi baku mutu merupakan indikator adanya zat organik yang melebihi dari
yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran terhadap
air tersebut. Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan
pesatnya pertumbuhan, sehingga membahayakan masyarakat yang
menggunakannya. Zat organik dapat menyebabkan air menjadi berwarna,
memberikan rasa, dan bau yang tak sedap. Angka permanganat yang melebihi
baku mutu dapat dilihat pada Tabel 59.
Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik dan Taman Rahayu
untuk parameter kimia tahun 2009 menunjukkan kandungan mangan (Mn) sebesar
95

0,7 mg/l; 0,5 mg/l; 1 mg/l dan sebesar 0,5 mg/l; 0,4 mg/l; 0,2 mg/l pada Tabel 60
dan Tabel 61 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang
Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum sebesar 0,1 mg/l. Pada
umumnya mengkonsumsi air yang mengandung kadar mangan yang berlebihan
dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti
penyakit parkinson.
Hasil analisa air sumur di Taman Rahayu menunjukkan kandungan mangan
(Mn) dan besi (Fe) melebihi baku mutu dibandingkan lokasi lainnya. Taman
Rahayu merupakan perumahan baru yang dibangun di lahan bekas sawah. Pada
daerah seperti ini umumnya air tanahnya jelek berwarna kekuning-kuningan. Besi
diperlukan oleh tubuh manusia dalam pembentukan Haemoglobin. Banyaknya Fe
di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tetapi dalam dosis besar dapat
merusak dinding usus yang mungkin dapat berakibat kematian. Akumulasi Fe
yang berlebihan dalam tubuh berakibat warna kulit menjadi hitam. Hasil analisa
air sumur di Taman Rahayu dapat dilihat pada Tabel 61.
Pada pengukuran parameter biologi sebagai indikator sanitasi adalah
keberadaan bakteri untuk menunjukkan media air tersebut sehat untuk
dikonsumsi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam
air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-
bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup
pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan
menunjukkan bahwa air sumur telah mengalami kontak dengan feses yang berasal
dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain
yang berbahaya. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air sumur.
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang,
gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35 o. Adanya bakteri koliform di dalam air sumur menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik
yang berbahaya bagi kesehatan.
96

Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal
misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter
aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati. Keberadaan Escherichia coli dalam air
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. Kehadiran bakteri coli
besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air
minum, secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri
tersebut. Kandungan E Coli tertinggi ditemukan di Taman Rahayu pada jarak 250
meter dari TPA. Tingginya kandungan E Coli dapat disebabkan adanya pengaruh
dari TPA. Sedangkan kawasan Cikiwul terdapat kandungan E Coli yang cukup
tinggi, dimana daerah ini cukup padat dan tidak tertata. Sehingga dimungkinkan
adanya kontaminasi antara jamban yang menggunakan cubluk dengan sumur.
Hasil pengukuran kalitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang
untuk parameter biologi tahun 2009 dilihat pada Tabel 63.

Tabel 63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009.
Maxi
No. Lokasi Satuan E Coli Coliform
-mum
1 Cikiwul
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 60 620
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 50 380
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 50 420
2 Ciketik Udik
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 20 210
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 0 240
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 0 270
3 Taman Rahayu
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 20 230
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 30 250
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 80 340
4 Sumur Batu
- radius jarak 750 m Mg/100ml 0 0 340
- radius jarak 500 m Mg/100ml 0 20 350
- radius jarak 250 m Mg/100ml 0 40 250
97

5.4. Eksternalitas
5.4.1. Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah
a. Penurunan kualitas air tanah
Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Kota
Bekasi (2008), kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/orang/hari dan
kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/orang/hari dengan harga air dorongan
Rp 150 per-liter pada tahun 2009. Penduduk pada ring I (radius 250 meter dari
TPA Sampah Bantar Gebang) akan membeli sebanyak 85 liter air per hari setiap
rumah tangga untuk penggunaan minum, masak dan mandi. Sedangkan penduduk
pada ring II (radius 250 sampai 500 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) dan
ring III (radius 500 sampai 750 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) akan
membeli sebanyak 5 liter air perhari setiap rumah tangga untuk penggunaan
minum dan masak.
Pengamatan lapangan seperti yang diketahui bahwa kualitas air tanah di
wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II
dan ring III tidak layak untuk air minum. Perhitungan jumlah penduduk di setiap
ring diperoleh hasil: a) ring 1 dihuni oleh 10% jumlah pendududk sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang, b) ring 2 dihuni oleh 30% jumlah penduduk sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang, dan c) ring 3 dihuni oleh 60% jumlah penduduk sekitar
TPA Sampah Bantar Gebang. Perhitungan dampak TPA terhadap kualitas air
tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga.
Hasil analisis biaya eksternalitas akibat penurunan kualitas air tanah sebesar Rp
817.194.687.994,- rincian perhitungan biaya eksternalitas penurunan kualitas air
dapat dilihat pada Tabel 64 .

b. Biaya pengobatan akibat penurunan kualitas udara


Penurunan kualitas udara dihitung berdasarkan analisa terjadinya penyakit
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dalam masyarakat sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang. Dari data DPLH Kota Bekasi (2008) diketahui bahwa
kecenderungan penderita yang terkena ISPA terus meningkat sepanjang tahun,
dengan biaya rata-rata yang dikeluaran sebesar Rp 34.643.400,- dari total biaya
yang sakit sejak tahun 1990-2009 adalah sebesar Rp 1.187.469.853,-. Rincian
perhitungan total biaya sakit pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 65.
98

Tabel 64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah penduduk (KK)* Pembelian air (L/org/hari) Harga air
Kebutuhan air Pembelian air NFV pembelian air
Tahun dorongan
Ring 1 Ring 2 Ring 3 Total Ring 1 Ring 2 Ring 3 per-tahun (Liter) per-tahun (Rp) tahun 2009 (Rp)
(Rp/Liter)
1990 4.480 13.439 26.879 44.798 85 5 5 212.567.435 20 4.251.348.700 20.125.105.454
1991 4.637 13.911 27.822 46.370 85 5 5 220.026.769 25 5.500.669.224 23.773.541.319
1992 4.804 14.413 28.825 48.042 85 5 5 227.959.986 25 5.698.999.661 22.489.693.949
1993 4.982 14.947 29.893 49.822 85 5 5 236.404.953 25 5.910.123.818 22.224.931.644
1994 5.172 15.515 31.031 51.718 85 5 5 245.402.830 30 7.362.084.899 25.220.925.049
1995 5.374 16.122 32.244 53.740 85 5 5 254.998.375 30 7.649.951.251 23.990.382.166
1996 5.590 16.770 33.539 55.899 85 5 5 265.240.265 35 9.283.409.273 26.797.620.913
1997 5.820 17.461 34.923 58.205 85 5 5 276.181.452 35 9.666.350.816 26.207.406.219
1998 6.074 18.222 36.443 60.739 85 5 5 288.206.618 55 15.851.363.974 38.696.390.477
1999 6.345 19.035 38.070 63.451 85 5 5 301.074.012 65 19.569.810.798 44.843.358.915
2000 6.635 19.906 39.813 66.355 85 5 5 314.853.073 70 22.039.715.137 49.507.926.525
2001 6.947 20.840 41.680 69.467 85 5 5 329.619.349 75 24.721.451.186 50.760.442.536
2002 7.280 21.841 43.682 72.804 85 5 5 345.455.052 85 29.363.679.440 53.569.354.558
2003 7.639 22.916 45.831 76.386 85 5 5 362.449.665 90 32.620.469.861 53.938.955.650
2004 8.023 24.070 48.139 80.232 85 5 5 380.700.601 95 36.166.557.107 56.922.254.493
2005 7.768 23.304 46.609 77.681 85 5 5 368.597.770 105 38.702.765.876 57.196.218.925
2006 7.514 22.543 45.087 75.144 85 5 5 356.560.569 120 42.787.268.244 53.994.048.941
2007 7.510 22.529 45.057 75.095 85 5 5 356.327.584 125 44.540.947.970 52.727.063.768
2008 7.765 23.296 46.592 77.654 85 5 5 368.468.989 140 51.585.658.525 57.291.032.358
2009 7.997 23.991 47.981 79.969 85 5 5 379.453.561 150 56.918.034.134 56.918.034.134
Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi (2008)
99

Tabel 65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan


Jumlah Biaya sakit
Total biaya sakit NFV total biaya sakit
Tahun penderita rata-rata
(Rp/Tahun) tahun 2009 (Rp)
(Orang)* (Rp/org/bln)*
1990 25 21.000 6.300.000 29.823.045
1991 26 23.000 7.176.000 31.014.214
1992 27 25.000 8.100.000 31.964.649
1993 28 27.000 9.072.000 34.115.119
1994 29 30.000 10.440.000 35.765.203
1995 30 32.000 11.520.000 36.126.923
1996 31 35.000 13.020.000 37.583.717
1997 32 37.000 14.208.000 38.520.724
1998 33 58.000 22.968.000 56.069.541
1999 34 70.000 28.560.000 65.443.981
2000 35 73.000 30.660.000 68.871.717
2001 36 81.000 34.992.000 71.848.913
2002 37 91.000 40.404.000 73.710.660
2003 38 97.000 44.232.000 73.138.980
2004 39 103.000 48.204.000 75.867.889
2005 40 114.000 54.720.000 80.867.014
2006 41 128.000 62.976.000 79.470.585
2007 43 137.000 70.692.000 83.684.379
2008** 45 150.000 81.000.000 89.958.600
2009** 47 166.000 93.624.000 93.624.000
Jumlah 1.187.469.853
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008)
** Data Proyeksi Dihitung oleh DPLH Kota Bekasi

c. Biaya pengobatan akibat penurunan kualitas air.


Berdasarkan data DPLH Kota Bekasi (2008) tentang kunjungan pasien dan
jenis penyakit di Kecamatan Bantar Gebang, terlihat dalam Gambar 13.Dari
Gambar 13 terlihat jumlah penderita anak anak lebih banyak dari penderita
penyakit dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak cenderung lebih peka terkena
penyakit. Perhitungan NFV dari biaya pengobatan untuk setiap penyakit yang di
derita pasien sebesar Rp 41.774.791.034,-.Rincian perhitungan dari biaya
pengobatan dapat dilihat pada Tabel 66.
100

Tabel 66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman
Rahayu akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang
Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit
umum (Rp)* kulit (Rp)* mata (Rp)* anak (Rp)* Total biaya per NFV total biaya tahun
Tahun
Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya tahun (Rp)** 2009 (Rp)**
kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun
1990 11.000 31.129.712 16.000 31.974.739 11.000 27.102.033 16.000 116.298.163 206.504.646 977.555,140
1991 12.000 35.406.392 18.000 37.503.996 12.000 30.825.380 18.000 136.409.113 240.144.880 1.037.890.845
1992 13.000 39.990.956 19.000 41.274.008 13.000 34.816.776 19.000 150.121.360 266.203.100 1.050.504.755
1993 14.000 44.901.875 21.000 47.562.026 14.000 39.092.302 21.000 172.992.069 304.548.272 1.145.249.194
1994 15.000 50.158.635 22.000 51.949.545 15.000 43.668.922 22.000 188.950.302 334.727.404 1.146.704.347
1995 16.000 55.781.789 24.000 59.086.507 16.000 48.564.532 24.000 214.908.781 378.341.609 1.186.485.964
1996 18.000 65.427.899 26.000 66.737.269 18.000 56.962.592 26.000 242.736.047 431.863.807 1.246.624.192
1997 19.000 72.004.905 28.000 74.932.656 19.000 62.688.640 28.000 272.544.215 482.170.415 1.307.260.224
1998 30.000 118.535.311 44.000 122.767.604 30.000 103.198.767 44.000 446.528.952 791.030.634 1.931.066.016
1999 35.000 144.182.497 53.000 154.178.914 35.000 125.527.624 53.000 560.777.817 984.666.851 2.256.320.691
2000 37.000 158.914.758 55.000 166.812.968 37.000 138.353.770 55.000 606.730.260 1.070.811.756 2.405.370.006
2001 41.000 183.596.490 61.000 192.892.333 41.000 159.842.086 61.000 701.585.832 1.237.916.741 2.541.808.776
2002 46.000 214.761.465 68.000 224.187.840 46.000 186.974.820 68.000 815.413.500 1.441.337.625 2.629.490.845
2003 49.000 176.566.478 73.000 155.070.068 49.000 187.354.440 73.000 1.028.099.880 1.547.090.865 2.558.162.587
2004 52.000 343.631.340 77.000 265.084.628 52.000 241.573.410 77.000 1.140.064.695 1.990.354.073 3.132.602.330
2005 57.000 183.682.215 85.000 311.521.388 57.000 296.211.330 85.000 1.335.148.763 2.126.563.695 3.142.705.693
2006 50.000 211.911.750 75.000 291.640.500 50.000 279.798.750 75.000 1.032.797.250 1.816.148.250 2.291.831.227
2007 69.000 304.387.249 103.000 416.884.863 69.000 401.899.242 103.000 1.476.329.728 2.599.501.081 3.077.259.590
2008 76.000 348.966.138 113.000 476.046.828 76.000 460.759.204 113.000 1.685.842.175 2.971.614.345 3.300.274.892
2009 83.000 396.679.830 125.000 548.117.384 83.000 523.758.218 125.000 1.941.068.289 3.409.623.720 3.409.623.720
Jumlah 41.774.791.034
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008)
** Hasil Pengolahan
101

Gambar 13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit.

d. Penurunan produktifitas kerja


Berdasarkan data DPLH Kota Bekasi (2008) jumlah penduduk disekitar
TPA Sampah Bantar Gebang yang menjadi karyawan dan tidak masuk kerja
karena sakit sejak tahun 1990-2009 berjumlah 137.139 orang. Kerugian akibat
tidak masuk kerja sebesar Rp 49.153.528.370,-. Rincian perhitungan kerugian
akibat tidak masuk kerja dapat dilihat pada Tabel 67.

e. Penurunan produksi pertanian


Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah karena luapan air permukaan
pada musim hujan yang mengandung sampah sebesar Rp 1.733.546.040,-.
Perhitungan tersebut dengan asumsi luas sawah yang mengalami gagal panen 1
kali setiap tahunnya dari rata-rata produksi padi. Hasil perhitungan penurunan
hasil produksi pertanian dapat di lihat pada Tabel 68.

f. Penurunan kualitas lingkungan akibat emisi gas metana (CH4)


Sampah dapat menghasilkan salah satu gas rumah kaca (GRK) berupa gas
metana (CH4), yang diperkirakan setiap 1 ton sampah padat akan menghasilkan 50
kg gas CH4. Walaupun dalam jumlah yang cukup kecil namun berdasarkan indeks
potensi pemanasan global (GWT = Global Warning Potential), gas CH4 akan
memberikan dampak yang sama dengan 21 kali dampak yang disebabkan gas
CO2. Indeks potensi pemanasan global Indeks GWT ditentukan dengan
menggunakan CO2 sebagai acuan yaitu dengan membandingkan satu satuan berat
GRK tertentu dengan sejumlah CO2 yang memberikan dampak pemanasan global
102

yang sama. TPA adalah sumber antropogenik CH4 yang merupakan emisi dari
salah satu kegiatan manusia dan memberikan kontribusi secara global sebesar 20-
70 Tg CH4 pertahun

Tabel 67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Karyawan Nilai kerugian tahun
Upah kerja Nilai kerugian 2009 (Rp)*
Tahun yang tidak masuk
perhari (Rp) (Rp/Tahun)*
kerja
1990 3.922 5.000 137.267.230 1.253.654.429
1991 4.154 6.000 174.457.559 1.421.689.601
1992 4.402 6.000 184.889.833 1.344.913.810
1993 4.668 7.000 228.752.985 1.550.594.114
1994 4.954 7.000 242.750.009 1.466.349.389
1995 5.261 8.000 294.598.629 1.594.063.305
1996 5.590 9.000 352.168.864 1.717.000.296
1997 5.944 9.000 374.461.933 1.679.183.551
1998 6.336 14.000 620.923.556 2.454.344.201
1999 6.758 17.000 804.168.314 2.922.357.652
2000 7.212 17.000 858.179.883 2.995.886.010
2001 7.700 19.000 1.024.136.836 3.204.183.673
2002 8.227 22.000 1.266.909.360 3.454.775.529
2003 8.794 23.000 1.415.833.889 3.434.689.844
2004 9.406 24.000 1.580.155.375 3.583.186.350
2005 8.937 27.000 1.689.007.840 3.664.725.506
2006 8.469 34.000 2.015.715.758 2.578.648.529
2007 8.422 36.000 2.122.450.287 2.522.519.208
2008 8.816 35.000 2.159.815.768 3.568.833.794
2009 9.167 44.000 2.823.494.862 2.741.929.578
Jumlah 49.153.528.370
Sumber: * Hasil pengolahan
103

Tabel 68. Penurunan produksi pertanian


Nilai
Rata-rata Rata-rata penurunan NFV nilai
Luas Harga
produksi produksi padi pertanian penurunan
Tahun sawah padi per-
padi yang rusak karena dampak pertanian
(ha)* ton (Rp)*
(ton/ha)* (ton/ha)* TPA (Rp)**
(Rp/tahun)**
1990 197.6 0,47 0,16 382.000 11.871.849 56.199.156
1991 197.6 0,48 0,16 418.000 13.121.881 56.711.930
1992 197.6 0,48 0,16 450.000 14.269.118 56.309.547
1993 197.6 0,49 0,16 493.000 15.790.516 59.379.998
1994 197.6 0,49 0,16 535.000 17.308.841 59.296.381
1995 197.6 0,50 0,17 586.000 19.150.346 60.055.825
1996 197.6 0,50 0,17 632.000 20.862.238 60.221.233
1997 197.6 0,51 0,17 671.000 22.373.357 60.658.636
1998 197.6 0,51 0,17 1.063.000 35.801.952 87.399.816
1999 197.6 0,52 0,17 1.281.000 43.580.015 99.861.683
2000 197.6 0,52 0,17 1.329.000 45.669.686 102.588.053
2001 197.6 0,53 0,18 1.481.000 51.407.077 105.553.916
2002 197.6 0,53 0,18 1.657.000 58.097.195 105.989.076
2003 197.6 0,54 0,18 1.766.000 62.544.361 103.419.036
2004 197.6 0,54 0,18 1.877.000 67.146.989 105.682.108
2005 197.6 0,55 0,18 2.073.000 74.907.685 110.701.038
2006 197.6 0,55 0,18 2.344.000 85.555.806 107.964.461
2007 197.6 0,56 0,19 2.496.000 92.024.034 108.936.996
2008 197.6 0,57 0,19 2.750.000 102.412.787 113.739.641
2009 197.6 0,57 0,19 3.031.000 112.877.511 112.877.511
Jumlah 1.733.546.040
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008)
** Hasil Pengolahan

Tabel 69 menunjukkan estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA


Sampah Bantar Gebang. Didalam laporan IPCC Tahun 2007 terdapat estimasi
biaya sosial karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat
di seluruh dunia yang diperkirakan sebesar 12 USD per ton CO2 untuk tahun 2005
(UNEP, 2009). Perkiraan nilai kerugian akibat emisi CH4 yang merupakan hasil
konversi dari nilai gas CO2 di TPA Sampah Bantar Gebang tahun 1990-2009
adalah sebesar Rp 20.139.375.449,- yang dapat dilihat pada Tabel 69.
104

Tabel 69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang
Sampah DKI
Total Biaya Sosial Emisi Gas Metan

(Juta Jiwa)
(Juta Ton)

Penduduk
Total CH4
Emisi
Tahun Yang yang
CH4* Harga
Volume Masuk dihasilkan Total Biaya NFV Total
(Juta Satuan
Total Bantar (Juta Ton) (Rp/tahun) Biaya (Rp)
Ton) (Rp/ton)
Gebang
1990 8.26 2.20 1.87 0.00935 0.00655 21.200 138.754.000 656.836.002
1991 8.43 2.23 1.88 0.00940 0.00658 23.200 152.656.000 659.769.489
1992 8.60 2.25 1.90 0.00950 0.00665 24.950 165.917.500 654.752.416
1993 8.78 2.20 1.92 0.00960 0.0672 27.400 184.128.000 692.410.572
1994 8.96 2.29 1.94 0.00970 0.00679 29.700 201.663.000 690.854.218
1995 9.11 2.31 1.96 0.00980 0.00686 32.500 222.950.000 699.175.136
1996 8.96 2.33 1.98 0.00990 0.00693 35.100 243.243.000 702.148.695
1997 8.81 2.36 2.00 0.01000 0.00700 37.300 261.000.000 707.894.209
1998 8.67 2.38 2.01 0.01005 0.00704 59.050 415.416.750 1.014.116.438
1999 8.53 2.40 2.03 0.01015 0.00711 71.150 505.520.750 1.158.378.518
2000 8.36 2.42 2.05 0.01025 0.00718 73.800 529.515.000 1.189.452.293
2001 6.46 2.45 2.07 0.01035 0.00725 82.250 595.901.250 1.223.561.308
2002 8.56 2.47 2.09 0.01045 0.00732 92.050 673.345.750 1.228.412.035
2003 8.66 2.50 2.11 0.01055 0.00739 98.100 724.468.500 1.197.931.068
2004 8.77 2.52 2.13 0.01065 0.00746 104.200 776.811.000 1.222.616.610
2005 8.86 2.54 2.15 0.01075 0.00753 115.100 866.127.500 1.279.991.675
2006 8.96 2.57 2.17 0.01085 0.00760 130.200 988.869.000 1.247.872.168
2007 9.07 2.59 2.20 0.01100 0.00770 138.600 1.067.220.000 1.263.362.806
2008 9.18 2.62 2.23 0.01113 0.00779 152.750 1.190.439.526 1.322.102.137
2009 9.29 2.65 2.25 0.01127 0.00789 168.350 1.327.737.657 1.327.737.657
Jumlah 20.139.375.449
Sumber: BPS Kota Jakarta dan hasil analisa
 Total emisi CH4 = 70% dari total CH4 yang dihasilkan (Jegers & Peters, 1985)

g. Penurunan kualitas lingkungan akibat bau busuk


Dampak TPA Sampah Bantar Gebang yang menggunakan metoda sanitary
landfill adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat bau busuk.
Mengacu pada hasil penelitian Defra (2004), perhitungan NFV penurunan kualitas
lingkungan akibat bau busuk pada radius 1000 m, 1000-2500 m dan 2500-5000 m
masing-masing sebesar Rp 338.361.550.652,-, Rp 186.095.207.748,-, Rp
234.607.408.686,-. Atau secara total nilai NFV kerugian atas dampak bau busuk
tahun 1990-2009 mencapai sebesar Rp 759.064.167.086,-. Rincian perhitungan
NFV dari penurunan kualitas akibat bau dapat dilihat pada Tabel 70, Tabel 71 dan
Tabel 72 serta peta titik sampel survai penyebaran bau dapat dilihat pada
Lampiran 1.
105

Tabel 70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius 1000
m dari TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Kompensasi dampak bau busuk per-
tahun selama 1tahun (Rp) kompensasi dampak bau
Tahun penduduk
busuk tahun 2009 (Rp)
(Jiwa) per-orang Total
1990 22.384 62.000 1.387.784.283 6.569.516.407
1991 24.555 67.500 1.657.443.344 7.163.364.350
1992 26.726 72.500 1.937.621.584 7.646.344.797
1993 28.897 79.500 2.297.304.639 8.638.979.508
1994 31.068 86.000 2.671.849.070 9.153.182.292
1995 33.239 94.500 3.141.096.007 9.850.532.526
1996 35.410 102.000 3.611.841.412 10.425.992.662
1997 37.581 108.500 4.077.571.990 11.055.111.446
1998 39.752 171.000 6.797.661.667 16.594.469.134
1999 41.924 206.000 8.636.242.268 19.789.568.519
2000 44.095 213.500 9.414.198.146 21.147.162.166
2001 46.266 238.500 11.034.370.319 22.656.822.055
2002 48.437 266.000 12.884.189.435 23.505.150.757
2003 50.608 283.500 14.347.339.970 23.723.770.309
2004 52.779 301.500 15.912.868.462 25.045.136.190
2005 49.465 333.000 16.471.695.764 24.342.413.149
2006 46.150 376.500 17.375.514.085 21.926.484.124
2007 45.515 401.000 18.251.439.636 21.605.845.079
2008 47.686 442.000 21.077.172.575 23.408.307.861
2009 49.514 487.000 24.113.397.319 24.113.397.319
Jumlah 338.361.550.652
106

Tabel 71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 1000
m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang
Jumlah Kompensasi dampak bau busuk NFV kompensasi dampak
Tahun penduduk per-tahun selama 100 hari (Rp) bau busuk selama 100 hari
(Jiwa) per-orang Total Tahun 2009 (Rp)
1990 44.574 17.500 780.048.484 3.692.606.535
1991 48.898 19.000 929.055.788 4.015.319.820
1992 53.221 20.000 1.064.422.940 4.200.482.116
1993 57.545 22.000 1.265.981.662 4.760.704.980
1994 61.868 24.000 1.484.834.279 5.086.724.016
1995 66.192 26.000 1.720.980.792 5.397.026.145
1996 70.515 28.500 2.009.678.723 5.801.167.113
1997 74.839 30.000 2.245.155.507 6.087.064.655
1998 79.162 47.500 3.760.194.566 9.179.396.639
1999 83.485 57.000 4.758.671.496 10.904.285.997
2000 87.809 59.000 5.180.727.390 11.637.494.831
2001 92.132 66.000 6.080.739.244 12.485.554.050
2002 96.456 73.500 7.089.507.677 12.933.677.170
2003 100.779 78.500 7.911.179.818 13.081.380.470
2004 105.103 83.000 8.723.535.282 13.729.902.293
2005 98.503 91.500 9.012.980.799 13.319.679.130
2006 91.902 103.500 9.511.878.741 12.003.216.549
2007 90.637 110.000 9.970.081.583 11.802.468.321
2008 94.961 121.500 11.537.710.382 12.813.781.150
2009 98.601 133.500 13.163.275.767 13.163.275.767
Jumlah 186.095.207.748
107

Tabel 72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 2500
m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang
50% kompensasi dampak bau busuk NFV kompensasi
Jumlah
per-tahun selama 100 hari (Rp) dampak bau busuk
Tahun penduduk
selama 100 hari Tahun
(Jiwa) per-orang Total 2009 (Rp)
1990 131.406 9.000 1.182.657.001 5.598.481.456
1991 144.152 10.000 1.441.520.894 6.230.161.302
1992 156.898 10.000 1.568.978.453 6.191.585.774
1993 169.644 11.000 1.866.079.614 7.017.364.295
1994 182.389 12.500 2.279.866.965 7.810.335.611
1995 195.135 13.500 2.634.324.028 8.261.286.655
1996 207.881 14.500 3.014.272.602 8.701.042.058
1997 220.627 15.000 3.309.399.376 8.972.442.181
1998 233.372 24.000 5.600.937.145 13.673.022.153
1999 246.118 28.500 7.014.366.904 16.073.112.606
2000 258.864 30.000 7.765.916.788 11.048.258.823
2001 271.610 33.500 9.098.923.237 18.682.777.424
2002 284.355 37.000 10.521.149.978 19.194.161.777
2003 297.101 39.500 11.735.495.850 19.405.005.290
2004 309.847 42.000 13.013.570.502 20.481.954.359
2005 290.389 46.000 13.357.892.153 9.655.792.765
2006 270.931 52.000 14.088.412.155 11.453.411.063
2007 267.201 55.000 14.696.078.589 11.387.159.618
2008 279.947 61.000 17.076.778.275 12.125.464.396
2009 290.680 67.000 19.475.573.985 12.644.589.080
Jumlah 234.607.408.686

h. Penurunan nilai tanah


Ketidaknyamanan akibat keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
mengakibatkan penurunan nilai tanah dibandingkan apabila tidak ada TPA. Salah
satu cara dalam menentukan penurunan nilai tanah adalah dengan metoda harga
hedonic (Brisson dan Pearce, 1995). NFV kerugian akibat penurunan nilai tanah
tahun 2009 pada kawasan radius 100 m dari TPA Sampah Bantar Gebang sebesar
Rp 43.128.000.000,- dan pada kawasan radius 200 m dari TPA Sampah Bantar
Gebang sebesar Rp 41.068.000.000,-, atau total penurunan nilai tanah sebesar Rp
84.196.000.000,-, rincian perhitungan penurunan nilai tanah dapat dilihat pada
Tabel 73 dan Tabel 74.
108

Tabel 73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100 m dari TPA Sampah Bantar
Gebang Tahun 2009
Luas Lahan Harga Kerugian penurunan
Lokasi Harga Wajar
(m2) Pasaran nilai tanah
Cikiwul 120.200 150.000 250.000 -120.020.000.000
Ciketing Udik 352.800 100.000 150.000 -17.640.000.000
Sumur Batu 264.100 50.000 80.000 -7.923.000.000
Taman Rahayu 110.900 50.000 100.000 -5.545.000.000
Jumlah 848.000 350.000 580.000 -151.128.000.000

Tabel 74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200 m dari TPA Sampah Bantar
Gebang tahun 2009
Luas Lahan Harga Kerugian penurunan
Lokasi Harga Wajar
(m2) Pasaran nilai tanah
Cikiwul 133.600 150.000 250.000 -13.360.000.000
Ciketing Udik 270.100 100.000 150.000 -13.505.000.000
Sumur Batu 288.600 50.000 80.000 -8.658.000.000
Taman Rahayu 110.900 50.000 100.000 -5.545.000.000
Jumlah 803.200 350.000 580.000 -41.068.000.000

5.4.2 Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah


a. Eksternalitas positif dari pendapatan pekerja di TPA Sampah Bantar
Gebang
Pekerjaan yang terkait dalam kegiatan ekonomi di lingkungan TPA Sampah
Bantar Gebang meliputi pemulung, pekerja, pemilik lapak dan bandar. Jumlah
pemulung dan pekerja daur ulang, demikian pula jumlah lapak dan bandar
mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun 1997-2000 hal ini terjadi
akibat dampak dari krisis ekonomi, selanjutnya mengalami penurunan sejalan
dengan menurunnya harga material daur ulang. Perkembangan jumlah pemulung
dan pekerja daur ulang dapat dilihat pada Gambar 14. Perkembangan jumlah
lapak dan bandar dapat dilihat pada Gambar 15.
NFV pendapatan pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar dalam
satu tahun berturut turut sebesar Rp 1.569.020.737.970,-, Rp 214.514.554.019,-,
Rp 163.986.818.901,- dan Rp 55.896.363.790,-, rincian perhitungan NFV dari
pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar dapat di lihat pada Tabel 75.
109

Gambar 14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA
Sampah Bantar Gebang

Gambar 15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah
Bantar Gebang

b. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang


Nilai keberadaan dari TPA Sampah Bantar Gebang yang dihitung
berdasarkan proksi panjang jalan dan luas dampak ekonomi yang ditimbulkan
adalah sebesar Rp 187.500.000.000,-. Rincian perhitungan nilai keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 76.
110

Tabel 75. Rincian perhitungan NPV dari pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar
Buruh pengolah
Discount Discount
Tahun Pemulung material daur Lapak Bandar Eksternalitas Positif
rate rate
ulang sampah
1990 9.53% 473.38% 1,874,591,411 256,291,795 201,372,124 66,782,319 2.399.037.650
1991 9.52% 432.19% 2,852,477,877 389,987,210 311,989,768 101,619,524 3.656.074.379
1992 4.94% 394.63% 4,531,876,832 619,592,536 472,070,503 161,448,112 5.784.987.983
1993 9.77% 376.05% 10,920,448,281 1,493,030,038 1,137,546,696 389,040,970 13.940.065.986
1994 9.24% 342.58% 19,972,330,537 2,730,592,066 2,106,456,736 711,514,275 25.520.893.614
1995 8.64% 313.60% 36,634,958,220 5,008,685,694 3,816,141,481 1,305,120,387 46.764.905.782
1996 6.47% 288.66% 56,265,883,734 7,692,601,292 5,934,292,425 2,004,472,108 71.897.249.559
1997 11.06% 271.12% 126,927,519,283 17,353,371,777 13,262,934,144 4,521,792,874 162.065.618.078
1998 6.54% 244.12% 166,758,547,577 22,799,020,177 17,457,535,449 5,940,773,257 212.955.876.461
1999 2.01% 229.15% 178,962,707,787 24,467,557,705 18,735,158,471 6,375,546,465 228.540.970.428
2000 9.40% 224.63% 197,427,763,256 26,992,077,008 20,668,218,966 7,033,364,066 252.121.423.296
2001 12.55% 205.33% 100,282,948,390 13,710,559,350 10,498,371,160 3,572,580,036 128.064.458.937
2002 10.33% 182.43% 58,818,567,470 8,041,601,021 6,126,934,111 2,095,411,466 75.082.514.069
2003 5.06% 165.35% 96,946,518,039 13,254,406,763 10,149,088,607 3,453,719,705 123.803.733.114
2004 6.50% 157.39% 89,983,339,728 12,302,409,728 9,373,264,555 3,205,656,478 114.864.670.489
2005 17.11% 147.78% 91,001,991,441 12,441,678,517 9,479,374,108 3,241,945,945 116.164.990.011
2006 6.60% 126.19% 83,265,804,864 11,383,996,759 8,673,521,340 2,966,344,298 106.289.667.261
2007 6.59% 118.38% 83,325,691,542 11,392,184,391 8,679,759,536 2,968,477,761 106.366.113.230
2008 11.06% 111.06% 83,066,771,700 11,356,785,193 8,652,788,719 2,959,253,742 106.035.599.354
2009 10.00% 100.00% 79,200,000,000 10,828,125,000 8,250,000,000 2,821,500,000 101.099.625.000
Jumlah 1,569,020,737,970 214,514,554,019 163,986,818,901 55,896,363,790 2.003.418.474.680
111

Tabel 76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang


Luas wilayah
Panjang Harga tanah Nilai keberadaan
Tahun pengembangan
jalan (m)* (Rp/m2)* (Rp)**
(m2)***
2009 2.500 500 150.000 187.500.000.000
Sumber: * DPLH Kota Bekasi 2008
** Hasil pengolahan
*** Utama, 2001

5.5. Nilai Ekonomi Total Dampak


Nilai ekonomi total dampak pengelolaan TPA sampah Tahun 1990 -2009
dihitung dari eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Hasil perhitungan
eksternalitas negatif adalah sebesar Rp 1.708.492.565.826,- sedangkan hasil
perhitungan eksternalitas positif adalah sebesar Rp 2.190.918.474.680,-, dengan
demikian nilai ekonomi total dari keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
sebesar Rp 482.425.908.854,-, artinya kegiatan daur ulang sampah di sektor
informal selama ini manfaatnya lebih besar daripada biaya lingkungan yang
ditanggung oleh masyarakat dan lingkungan sekitar. Rincian penghitungan dapat
dilihat pada Tabel 77.

Tabel 77. Nilai Ekonomi Total Dampak TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009
Eksternalitas Nilai
Eksternalitas negatif terdiri dari:
 Biaya pembelian air minum Rp 817.194.687.994,-
 Biaya pengobatan Rp 41.774.791.034,-
 Biaya akibat penurunan produktifitas kerja Rp 49.153.528.370,-
 Biaya akibat penurunan produksi pertanian Rp 1.733.546.040,-
 Biaya akibat emisi gas metana Rp 20.139.375.449,-
 Biaya akibat penurunan kualitas udara Rp 1.187.469.853,-
 Biaya kerugian akibat bau Rp 759.064.167.086,-
 Biaya akibat penurunan nilai tanah Rp 18.245.000.000,-
 Sub Total Biaya (Cost) Rp 1.708.492.565.826,-
Eksternalitas positif terdiri dari:
 Pendapatan Pemulung Rp 1.569.020.737.970,-
 Pendapatan Lapak Rp 163.986.818.901,-
 Pendapatan Bandar Rp 55.896.363.790,-
 Pendapatan Pekerja Daur Ulang Rp 214.514.554.019,-
 Nilai keberadaan Jalan Akses menuju TPA Rp 187.500.000.000,-
 Sub Total Manfaat (Benefit) Rp 2.190.918.474.680,-
Nilai Ekonomi Total Dampak (Benefit – Cost) Rp 482.425.908.854,-
112

Potensi keberadaan TPA yang masih belum dimanfaatkan sepenuhnya dari


perhitungan tersebut seperti pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi,
sampah basah (organik) sebagai sumber pupuk (kompos) dan sampah kering
(anorganik) sebagai sumber bahan bakar.
Benefit cost ratio (BCR) dari TPA Sampah Bantar Gebang adalah sebesar
1,28, angka tersebut berdasarkan perhitungan (2.190.918.474.680:
1.708.492.565.826).

5.6. Alternatif Teknologi

Analisis penentuan alternatif teknologi digunakan pendekatan model AHP


yang menggunakan judgement dari para pakar. Pakar sebanyak 8 orang sebagai
nara sumber analisis pengambilan keputusan berasal dari :
1. Kementerian Lingkungan Hidup 1 orang
2. Kementerian Pekerjaan Umum 2 orang
3. Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2 orang
4. Dinas Kebersihan Kota Bekasi 1 orang
5. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi 1 orang
6. LSM Pemerhati Masalah Sampah 1 orang

Beberapa kombinasi pengolahan sampah yang dapat diterapkan dalam


pengolahan sampah yaitu

Kombinasi 1 : Biodigester, daur ulang dan Pirolisys


 Sampah basah diolah dengan biodigester menghasilkan kompos
& metana digunakan untuk pembangkit tenaga listrik
menghasilkan energi listrik.
 Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.
 Sisa sampah (basah & kering) diolah secara pirolisys
menghasilkan syngas (syntetic gas) digunakan untuk
pembangkit tenaga listrik menghasilkan energi listrik.

Kombinasi 2 : Biodigester, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse
Derive Fuel (RDF)
113

 Sampah basah diolah dengan biodigester menghasilkan kompos


& metana digunakan untuk energi listrik.
 Sampah kering di daur ulang menghasilkan material daur ulang.
 Sisa sampah (basah & kering) diolah menjadi Refuse Derive
Fuel (RDF).

Kombinasi 3 : Komposter, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse
Derive Fuel (RDF)
 Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos.
 Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.
 Sisa sampah (basah dan kering) diolah menjadi Refuse Derive
Fuel (RDF).

Kombinasi 4 : Komposter, daur ulang dan landfill


 Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos.
 Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.
 Sisa sampah (basah & kering) dibuang ke landfill

Kombinasi 5 : Biodigester, daur ulang dan landfill


 Sampah basah diolah biodigester menghasilkan kompos, metana
digunakan untuk pembangkit listrik menghasilkan energi listrik.
 Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang.
 Sisa sampah (basah & kering) dibuang ke landfill.

5.6.1 Aspek dan Kriteria


Aspek yang paling prioritas berdasarkan analisis gabungan pendapat
responden (Gambar 16) dalah aspek lingkungan (nilai bobot 0,444), Aspek
berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial (nilai bobot 0,255), aspek
teknis (nilai bobot 0,214) dan aspek ekonomi (nilai bobot 0,087)
114

TEKNIS 0.214

LINGKUNGAN 0.444

SOSIAL 0.255

EKONOMI 0.087

Gambar 16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi


pengolahan sampah terpadu

Aspek lingkungan mencakup 4 (empat) kriteria yaitu : konservasi sumber


daya alam dan energi, kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan dan
pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut, faktor pencemaran lingkungan
merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,461.
Selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat (nilai bobot 0,344), kriteria pemanasan
global (nilai bobot 0,104) dan konservasi sumberdaya (nilai bobot 0,092) pada
Gambar 17.

Pemanasan global 0.104

Pencemaran lingkungan 0.461

Kesehatan masyarakat 0.344

Konservasi sumber daya alam dan energi 0.092

Gambar 17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan

Aspek sosial mencakup 3 (tiga) kriteria yaitu : mengembangkan &


meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang
masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah, pemerintah memfasilitasi
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos
dan produk daur ulang sampah serta mengembangkan kerjasama antar daerah dan
kemitraan dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan
masyarakat/pemulung. Dari ketiga kriteria tersebut, yang merupakan prioritas
utama adalah mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan jejaring
115

dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan


masyarakat/pemulung (nilai bobot 0,375), pemerintah memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk
daur ulang sampah (nilai bobot 0,327), mengembangkan dan meningkatkan peran
masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk
memudahkan pengolahan sampah (nilai bobot 0,298) pada Gambar 18.

Mengembangkan kerjasama antar


daerah dan kemitraan jejaring dalam
pengelolaan sampah serta meniadakan 0.375
potensi konflik dengan
masyarakat/pemulung

Pemerintah memfasilitasi penyediaan


prasarana dan sarana pengelolaan
0.327
sampah serta pemasaran kompos dan
produk daur ulang sampah

Mengembangkan & meningkatkan peran


masyarakat dalam upaya mengurangi
0.298
jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk
memudahkan pengolahan sampah

Gambar 18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial


Aspek teknis mencakup 2 (dua) kriteria yaitu : ketersediaan/keterbatasan
lahan serta komposisi dan karakteristik sampah. Dari kedua kriteria tersebut,
faktor komposisi dan karakteristik sampah merupakan kriteria yang paling utama
untuk dipenuhi dengan (nilai bobot 0,581) kemudian kriteria
ketersediaan/keterbatasan lahan (nilai bobot 0,419) pada Gambar 19.

Komposisi dan karakteristik sampah 0.581

Ketersediaan/keterbatasan lahan 0.419

Gambar 19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis


Aspek ekonomi mencakup 4 (empat) kriteria yaitu : penyerapan tenaga kerja
serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan,
mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah, biaya Investasi dan O&M
dapat ditanggung dari pendapatan TPA dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Kota Bekasi. Dari keempat kriteria tersebut, faktor mengembangkan manfaat hasil
116

pengelolaan sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan
nilai bobot 0,291, selanjutnya mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah
(nilai bobot 0,291), penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan
usaha dan peningkatan pendapatan (nilai bobot 0,274) dan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi (nilai bobot 0,147) pada Gambar 20.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi 0.147

Biaya Investasi dan O&M dapat ditanggung dari


0.289
pendapatan TPA

Mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah 0.291

Penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang


0.274
lapangan usaha dan peningkatan pendapatan

Gambar 20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi

5.6.2 Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya


Dari analisis, maka kombinasi 1 merupakan prioritas utama ditinjau dari
aspek ekonomi, lingkungan dan teknis bila dibandingkan dengan kombinasi 2,
kombinasi 3, kombinasi 4 dan kombinasi 5. Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih
prioritas dibandingkan kombinasi 2 dengan urutan aspek adalah aspek teknis,
kemudian aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial. Kombinasi 1 sudah
memenuhi cara pengelolaan sampah yang baik dengan tidak mencemari
lingkungan dibandingkan kombinasi lainnya, dan secara teknis sudah memadai
untuk dapat dioperasikan. Namun dari aspek sosial lebih diprioritaskan alternatif
2, alternatif 3 dan alternatif 5 dipengaruhi kurangnya keterlibatan masyarakat dan
adanya potensi konflik dengan pemulung jika dipilih alternatif 1 seperti yang
terlihat pada Gambar 21.
117

Gambar 21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2


berdasarkan setiap aspek
Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 2 untuk
aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi. Kombinasi 1 lebih baik dari
kombinasi 2 ditinjau dari kriteria teknis, namun kombinasi 2 lebih baik dari segi
kriteria sosial, dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3


berdasarkan setiap aspek
Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan
kombinasi 3, tetapi kombinasi 3 lebih prioritas dari kriteria sosial, dilihat pada
Gambar 23.
118

Gambar 23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4


berdasarkan setiap aspek

Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 4 untuk


semua aspek, terutama aspek lingkungan, dilihat pada gambar dilihat pada
Gambar 24.

Gambar 24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5


berdasarkan setiap aspek

Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan


kombinasi 5, tetapi kombinasi 5 lebih prioritas untuk kriteria sosial, dilihat pada
Gambar 24.

5.6.3 Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya


Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 2
merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 3, kombinasi 4 dan
kombinasi 5. Antara kombinasi 2 dengan kombinasi 3 dan kombinasi 4, aspek
119

lingkungan yang paling prioritas dibandingkan aspek lainnya. Sedangkan antara


kombinasi 2 dengan kombinasi 5, aspek teknis yang paling prioritas dibandingkan
aspek lainnya. Ini menunjukkan bahwa secara teknis kombinasi 5 tidak memadai
dibandingkan kombinasi 2.

Gambar 25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3


berdasarkan setiap aspek
Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas,
sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 3. Penggunaan teknologi
komposter dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada biodigester, karena
menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menghindari konflik
dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat kesempatan mendapatkan
penghasilan, dilihat pada Gambar 25.

Gambar 26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4


berdasarkan setiap aspek
Secara keseluruhan aspek, kombinasi 2 lebih prioritas dibandingkan dengan
kombinasi 4, dilihat pada Gambar 26.
120

Gambar 27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5


berdasarkan setiap aspek

Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas,


sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 5. Penggunaan teknologi
landfill dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada Refuse Derive Fuel
(RDF), karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat
menghindari konflik dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat
kesempatan mendapatkan penghasilan. namun hasil akhir dari kombinasi Refuse
Derive Fuel (RDF) lebih baik dengan kurang mencemari lingkungan (Gambar
27).

5.6.4 Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya


Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 3
merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 4 dan kombinasi 5.

Gambar 28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4


berdasarkan setiap aspek
Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 4, karena seluruh aspek
paling prioritas, dilihat pada Gambar 28.
121

Gambar 29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5


berdasarkan setiap aspek
Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5, karena seluruh aspek
paling prioritas, dilihat pada Gambar 29.

5.6.5 Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya


Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 4
lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5. Ditinjau dari aspek lingkungan,
teknologi biodigester lebih prioritas dibandingkan komposter dikarenakan
biodigester dapat menghasilkan daya listrik dan kompos yang lebih baik, dilihat
pada Gambar 30.

Gambar 30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1


berdasarkan setiap aspek
Dari hasil analisis tersebut disusun skenario pengembangan TPA Sampah
Bantar Gebang dengan pilihan kombinasi 1 yang terdiri dari: Biodigester, daur
ulang dan Pirolisys.
122

5.7. Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan

Kebijakan penggunaan kombinasi 1 mempunyai 2 skenario yaitu skenario 1


menjadikan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST), yang menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW, sedangkan
skenario 2 menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW.
Skenario 1 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST), adalah sesuai dengan rencana Pemerintah
DKI Jakarta yang telah menunjuk Konsorsium perusahaan swasta yang akan
menggunakan teknologi pengolahan sampah yang dapat menghasilkan energi
listrik sebesar 26 MW.

Skenario 2 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat


pengolahan sampah terpadu (TPST), adalah optimalisasi pilihan teknologi
memaksimalkan daur ulang sampah kering dan memaksimalkan potensi gas
metana sampah basah yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW.
Perbedaan produk dan treament Skenario 1 dan Skenario 2 pada Kombinasi 1
disajikan pada Tabel 78 dan diuraikan dalam pembahasan berikut.
Tabel 78 Produk dan treatment skenario 1 dan 2 pada kombinasi 1:
Uraian Satuan Skenario 1 Skenario 2
Produk
Listrik MW 26 31
Kompos Ribu ton/tahun 380 380
Kertas daur ulang Ribu ton/tahun 211 211
Plastik daur ulang Ribu ton/tahun 182 182
Logam daur ulang Ribu ton/tahun 25 25
Refuse Derived Fuel Ribu ton/tahun 114 484

Treatment
Gasifikasi Pyrolysis Unit 3 1
Anaerobic Digester Unit 3 9

5.7.1 TPST Bantar Gebang Skenario 1


Mulai tahun 2010 direncanakan dilakukan perubahan teknologi pengolahan
sampah terpadu, dengan investasi modal sebesar 82.000.000 USD atau Rp
700.000.000.000 (1 USD =Rp. 8.537).
123

Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung
berupa hasil penjualan energi listrik.

a. Manfaat langsung
Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee
yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp
265.198.780.000 pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2025
diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475 seperti pada Tabel 79.

Tabel 79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1


Tahun Volume sampah Tipping fee per Penerimaan tipping NFV tipping fee
(ton/hari) ton (Rp) fee (Rp/tahun) tahun 2010 (Rp)
2010 6,740 107,800 265,198,780,000 265,198,780,000
2011 6,850 113,190 283,003,297,500 257,275,725,000
2012 7,000 124,509 318,120,495,000 262,909,500,000
2013 7,120 136,960 355,931,388,120 267,416,520,000
2014 7,250 150,656 398,673,148,913 272,299,125,000
2015 7,375 165,721 446,101,506,283 276,993,937,500
2016 7,500 182,294 499,028,803,639 281,688,750,000
2017 7,660 200,523 560,642,226,595 287,698,110,000
2018 7,800 220,575 627,977,846,499 292,956,300,000
2019 7,950 242,633 704,059,777,902 298,590,075,000
2020 8,100 266,896 789,078,317,120 304,223,850,000
2021 8,250 293,586 884,059,966,403 309,857,625,000
2022 8,400 322,944 990,147,162,371 315,491,400,000
2023 8,550 355,239 1,108,611,197,869 321,125,175,000
2024 8,700 390,763 1,240,866,568,843 326,758,950,000
2025 8,875 429,839 1,392,409,181,418 333,331,687,500
Jumlah 10,863,909,664,475 4,673,815,510,000

b. Manfaat tidak langsung


i) Penjualan energi listrik
Dengan teknologi pengolahan sampah ini akan dihasilkan energi listrik
sebesar 26 MW yang akan dibangun dalam dua tahap dan diharapkan energi
listrik ini dapat dijual dengan harga sebesar Rp 820 per kWH berdasarkan MOU
antara Pengelola TPST Bantar Gebang dengan PLN Pembangkitan Jawa Barat.
124

Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW, dengan membangun
Jaringan Pengumpul Gas dari Landfill ke 8 unit @ 2MW Power Generator = 16
MW. Produksi efektif Tenaga listrik diperhitungkan sebesar 14 MW. Energi
listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% x 14.000 kW atau 4.200 kW per jam.
Energi listrik yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per
tahun = 9.800 x 24 x 365 x Rp 820 = Rp 70.395.360.000 per tahun.
Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 26 MW, energi listrik yang
digunakan sendiri sebesar 30% atau 7.800 kWh. Power generator menggunakan
bahan bakar gas berasal dari:

- 3 Unit Instalasi Gasifikasi Pyrolysis kapasitas @ 2,8 MW = 8,4 MW


dengan kapasitas efektif 7 MW menggunakan bahan baku 3 x 190
ton/hari = 570 ton sampah kering per hari.atau 208.050 ton per tahun.
- 3 Unit Instalasi Anaerobic Digester kapasitas @2 MW = 6 MW dengan
kapaitas efektif 5 MW. menggunakan bahan baku 3 x 267 ton/hari = 801
ton sampah basah (biowaste) per hari. Atau 292.365 ton per tahun.
Hasil penjualan listrik dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 diperoleh
sebesar Rp 2.031.408.960.000,- lihat pada Tabel 80.

Tabel 80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1


Harga
Produksi PV penerimaan penjualan
Durasi satuan Harga jual listrik
Tahun listrik energi listrik tahun 2010
(jam) listrik (Rp/tahun)
(kWh) (Rp)
(Rp/kWh)
2010 9.800 8.760 820 70.395.360.000 70.395.360.000
2011 18.200 8.760 820 130.734.240.000 118.849.309.091
2012 18.200 8.760 820 130.734.240.000 108.044.826.446
2013 18.200 8.760 820 130.734.240.000 98.222.569.497
2014 18.200 8.760 820 130.734.240.000 89.293.244.997
2015 18.200 8.760 820 130.734.240.000 81.175.677.270
2016 18.200 8.760 820 130.734.240.000 73.796.070.245
2017 18.200 8.760 820 130.734.240.000 67.087.336.587
2018 18.200 8.760 820 130.734.240.000 60.988.487.806
2019 18.200 8.760 820 130.734.240.000 55.444.079.824
2020 18.200 8.760 820 130.734.240.000 50.403.708.931
2021 18.200 8.760 820 130.734.240.000 45.821.553.573
2022 18.200 8.760 820 130.734.240.000 41.655.957.794
2023 18.200 8.760 820 130.734.240.000 37.869.052.540
2024 18.200 8.760 820 130.734.240.000 34.426.411.400
2025 18.200 8.760 820 130.734.240.000 31.296.737.636
Jumlah 2.031.408.960.000 1.064.770.383.637
125

ii) Penjualan Kompos


Penanganan kompos mengacu pada dekomposisi terkontrol materi sampah
yang mengandung karbon oleh mikro-organisme ke dalam satu materi humus
yang stabil. Komposting bisa berpotensi menangani sampai dengan 30 –60%
sampah organik padat. Pada tahun 2010, volume sampah yang diolah dalam TPST
Bantar Gebang sebanyak 6.740 ton, Komposisi sampah organik sebesar 55,37%
dari volume sampah total = 55,37% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 1.267.628
ton/tahun. Kompos yang akan dihasilkan sebanyak 30% dari sampah organik yang
diolah yaitu kompos berasal dari Instalasi Anaerobic Digester menggunakan 801
ton sampah basah per hari atau 292.365 ton per tahun dan Instalasi Aerobik
Komposter menggunakan sisanya sebesar 617.087 ton sampah basah per tahun.
Produksi kompos pada tahun 2010 sebesar = 30% x 1.267.628 ton/tahun =
380.288 ton/tahun. Harga kompos sebesar Rp 300 per kg atau Rp 300.000 per ton.
Sehingga hasil penjualan kompos sebesar = 380.288 ton/tahun x Rp 300.000 per
ton = Rp 114.086.522.475 per tahun. Jumlah penjualan dari produksi kompos
sampai tahun 2025 sebesar Rp 4.176.464.981.453 seperti pada Tabel 81.

iii) Penjualan material hasil daur ulang


Pendapatan lain-lain dari hasil daur ulang sampah berupa logam, kertas dan
plastik dihitung dengan asumsi berdasarkan hasil survai konsultan WJEMP pada
awal tahun 2005 sebagai berikut:
 Volume kertas daur ulang = 7,32 % dari volume sampah yang diolah
 Volume plastik daur ulang = 6,85 % dari volume sampah yang diolah
 Volume logam daur ulang = 1,06 % dari volume sampah yang diolah
Pada tahun 2010 diperkirakan dari jumlah sampah yang masuk ke TPA
Sampah Bantar Gebang rata-rata 6.740 ton/hari, dimana 8,60 % kertas dapat
didaur ulang sehingga menghasilkan 8,60 % x 6740 ton/hari = 579,6 ton/hari atau
211,6 ton/tahun material kertas yang dapat dijual sebesar 211,6 ton/tahun x Rp
700.000 = Rp 148.162.733.666 Jumlah penjualan dari produksi kertas sampai
tahun 2025 sebesar Rp 8.207.402.835.537 seperti yang disajikan pada Tabel 82.
Sebesar 7,41% dari 6.740 ton/hari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah
Bantar Gebang dapat diperoleh hasil daur ulang berupa material plastik sebanyak
7,41% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 182.189 ton/tahun dan dijual dengan harga
126

Rp 5.000.000 per ton = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 83.
Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari jumlah
sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740 ton/hari x
365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp 1.500.000 =
Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 84.
127

Tabel 81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1

Volume sampah Volume sampah Volume kompos Harga Jumlah penjualan PV penjualan
% komposisi
Tahun yang diolah organik yang dihasilkan satuan kompos per tahun kompos tahun 2010
sampah organik
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp) (Rp)
2010 6,740 51.53% 1,267,628 380,288 300,000 114,086,522,475 114,086,522,475
2011 6,850 50.76% 1,269,102 380,731 330,000 125,641,087,853 114,219,170,775
2012 7,000 49.99% 1,277,257 383,177 363,000 139,093,317,248 114,953,154,750
2013 7,120 49.22% 1,279,181 383,754 399,300 153,233,132,239 115,126,320,240
2014 7,250 48.45% 1,282,201 384,660 439,230 168,954,309,803 115,398,066,938
2015 7,375 47.69% 1,283,621 385,086 483,153 186,055,542,220 115,525,853,438
2016 7,500 46.92% 1,284,339 385,302 531,468 204,775,669,381 115,590,526,875
2017 7,660 46.15% 1,290,252 387,076 584,615 226,290,240,288 116,122,673,880
2018 7,800 45.38% 1,291,954 387,586 643,077 249,247,702,786 116,275,892,850
2019 7,950 44.61% 1,294,500 388,350 707,384 274,712,630,484 116,504,972,325
2020 8,100 43.84% 1,296,204 388,861 778,123 302,581,627,857 116,658,316,125
2021 8,250 43.07% 1,297,066 389,120 855,935 333,061,215,681 116,735,924,250
2022 8,400 42.31% 1,297,087 389,126 941,529 366,373,213,799 116,737,796,700
2023 8,550 41.54% 1,296,266 388,880 1,035,681 402,755,539,294 116,663,933,475
2024 8,700 40.77% 1,294,604 388,381 1,139,250 442,462,991,649 116,514,334,575
2025 8,875 40.00% 1,295,750 388,725 1,253,174 487,140,238,397 116,617,500,000
Jumlah 4,176,464,981,453 1,853,730,959,670
128

Tabel 82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1

Jumlah sampah Jumlah kertas Penjualan kertas PV penjualan kertas


% daur Harga satuan kertas
Tahun yang diolah daur ulang daur ulang daur ulang tahun
ulang daur ulang (Rp/ton)
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/tahun) 2010 (Rp)
2010 6,740 8.60% 211,661 700,000 148,162,733,666 148,162,733,666
2011 6,850 8.86% 221,535 770,000 170,581,863,967 155,074,421,789
2012 7,000 9.12% 232,946 847,000 197,305,279,006 163,062,214,054
2013 7,120 9.37% 243,612 931,700 226,973,151,777 170,528,288,338
2014 7,250 9.63% 254,854 1,024,870 261,192,319,586 178,397,868,715
2015 7,375 9.89% 266,160 1,127,357 300,056,849,772 186,311,696,153
2016 7,500 10.14% 277,699 1,240,093 344,372,898,930 194,389,523,663
2017 7,660 10.40% 290,802 1,364,102 396,683,702,612 203,561,462,365
2018 7,800 10.66% 303,427 1,500,512 455,295,496,051 212,398,709,084
2019 7,950 10.91% 316,712 1,650,563 522,753,470,709 221,698,501,924
2020 8,100 11.17% 330,279 1,815,620 599,660,534,077 231,195,094,849
2021 8,250 11.43% 344,126 1,997,182 687,282,969,026 240,888,487,861
2022 8,400 11.68% 358,255 2,196,900 787,050,928,597 250,778,680,959
2023 8,550 11.94% 372,665 2,416,590 900,579,057,665 260,865,674,142
2024 8,700 12.20% 387,356 2,658,249 1,029,689,651,260 271,149,467,412
2025 8,875 12.46% 403,465 2,924,074 1,179,761,928,835 282,425,625,912
Jumlah 8,207,402,835,537 3,370,888,450,886
129

Tabel 83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1

Volume sampah Volume plastik Harga satuan Penjualan plastik


% di daur PV penjualan plastik daur
Tahun yang diolah daur ulang plastik daur ulang daur ulang
ulang ulang tahun 2010 (Rp)
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp/tahun)
2010 6,740 7.41% 182,189 5,000,000 910,944,858,962 910,944,858,962
2011 6,850 7.52% 187,941 5,500,000 1,033,677,885,755 939,707,168,868
2012 7,000 7.63% 194,897 6,050,000 1,179,125,919,670 974,484,231,132
2013 7,120 7.74% 201,127 6,655,000 1,338,497,028,772 1,005,632,628,679
2014 7,250 7.85% 207,740 7,320,500 1,520,761,486,650 1,038,700,557,783
2015 7,375 7.96% 214,314 8,052,550 1,725,773,251,107 1,071,569,410,377
2016 7,500 8.07% 220,989 8,857,805 1,957,478,158,550 1,104,945,389,151
2017 7,660 8.18% 228,811 9,743,586 2,229,441,302,672 1,144,055,903,585
2018 7,800 8.29% 236,158 10,717,944 2,531,123,682,912 1,180,787,878,302
2019 7,950 8.41% 243,924 11,789,738 2,875,804,760,895 1,219,621,950,000
2020 8,100 8.52% 251,813 12,968,712 3,265,689,243,291 1,259,064,573,113
2021 8,250 8.63% 259,823 14,265,584 3,706,528,842,767 1,299,115,747,642
2022 8,400 8.74% 267,955 15,692,142 4,204,789,364,734 1,339,775,473,585
2023 8,550 8.85% 276,209 17,261,356 4,767,737,587,199 1,381,043,750,943
2024 8,700 8.96% 284,584 18,987,492 5,403,538,533,497 1,422,920,579,717
2025 8,875 9.07% 293,909 20,886,241 6,138,656,353,194 1,469,545,524,764
Jumlah 44,789,568,260,626 18,761,915,626,604
130

Tabel 84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 1

Volume sampah Volume logam Harga satuan Penjualan logam PV penjualan logam
% di daur
Tahun yang diolah daur ulang logam daur ulang daur ulang daur ulang tahun
ulang
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp/tahun) 2010 (Rp)
2010 6,740 1.05% 25,708 1,500,000 38,562,067,500 38,562,067,500
2011 6,850 1.04% 26,053 1,650,000 42,986,798,250 39,078,907,500
2012 7,000 1.04% 26,546 1,815,000 48,181,806,750 39,819,675,000
2013 7,120 1.04% 26,924 1,996,500 53,752,903,512 40,385,352,000
2014 7,250 1.03% 27,336 2,196,150 60,033,434,814 41,003,643,750
2015 7,375 1.03% 27,726 2,415,765 66,980,255,317 41,589,468,750
2016 7,500 1.03% 28,114 2,657,342 74,708,831,099 42,171,187,500
2017 7,660 1.02% 28,630 2,923,076 83,687,702,629 42,945,024,000
2018 7,800 1.02% 29,068 3,215,383 93,464,341,294 43,601,805,000
2019 7,950 1.02% 29,540 3,536,922 104,480,007,858 44,309,722,500
2020 8,100 1.02% 30,008 3,890,614 116,751,383,656 45,012,712,500
2021 8,250 1.01% 30,474 4,279,675 130,418,175,802 45,710,775,000
2022 8,400 1.01% 30,936 4,707,643 145,635,347,935 46,403,910,000
2023 8,550 1.01% 31,395 5,178,407 162,574,761,670 47,092,117,500
2024 8,700 1.00% 31,850 5,696,248 181,426,992,500 47,775,397,500
2025 8,875 1.00% 32,394 6,265,872 202,975,099,332 48,590,625,000
Jumlah 1,606,619,909,916 694,052,391,000
131

Berdasarkan prediksi tahun 2010 komposisi sampah rata-rata DKI Jakarta,


sampah kering yang tidak didaur-ulang berupa kertas sebesar 13,15 % x 6.740 ton
= 886,31 ton per hari dan plastik sebesar 6.4 % x 6.740 ton = 431,36 ton per hari
akan dijadikan bahan baku untuk Proses Gasifikasi Pyrolisys. Ini mencukupi
untuk feedstock Instalasi Gasifikasi sebesar 1317,67 ton sampah kering per hari
dari perkiraan kebutuhan 801 ton sampah kering per hari. Pendapatan dari hasil
proses daur ulang material/logam sebesar Rp 1.606.619.909.916 ini. Kontribusi
pendapatan dari daur ulang material plastik sebesar 83,61% adalah yang terbesar,
diikuti material kertas sebesar 12,51% dan material logam/metal 3,88%.
Manfaat tidak langsung dari sampah plastik dan kertas yang tidak dapat di
daur ulang dan tidak digunakan sebagai bahan baku gasifikasi dilakukan dengan
menjadikan material ini menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat di jual ke
pabrik semen. Hasil penjualan menjadi RDF pada tahun 2010 adalah sebesar Rp
51.794.997.392. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 85.

Tabel 85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan
RDF Skenario 1
Tahun Jumlah sampah Harga satuan Penjualan RDF PV manfaat
kering kertas & RDF (Rp/ton) (Rp) penjualan RDF
plastik sebagai tahun 2010
RDF (ton/tahun) (Rp)
2010 345,300 150,000 51,794,997,392 51,794,997,392
2011 368,547 165,000 60,810,300,450 55,282,091,319
2012 395,701 181,500 71,819,760,303 59,355,173,804
2013 420,828 199,650 84,018,288,195 63,124,183,467
2014 447,357 219,615 98,246,246,399 67,103,508,229
2015 473,963 241,577 114,498,267,286 71,094,415,611
2016 501,088 265,734 133,156,104,774 75,163,149,773
2017 532,113 292,308 155,540,758,283 79,817,002,829
2018 561,829 321,538 180,649,589,667 84,274,366,811
2019 593,134 353,692 209,786,755,879 88,970,063,534
2020 625,061 389,061 243,187,094,583 93,759,152,392
2021 657,611 427,968 281,436,092,132 98,641,633,386
2022 690,783 470,764 325,196,122,774 103,617,506,516
2023 724,578 517,841 375,216,213,603 108,686,771,780
2024 758,996 569,625 432,343,017,850 113,849,429,181
2025 796,867 626,587 499,306,856,539 119,530,091,651
Jumlah 3,317,006,466,109 1,334,063,537,676
132

Tabel 86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1


Tahun Penjualan Penjualan Penjualan Penjualan Penjualan Penjualan RDF Nilai Manfaat Manfaat tidak
energi listrik kompos daur ulang kertas daur ulang plastik daur ulang logam (Rp.) Material Daur langsung
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) Ulang (Rp) (Rp.)

2010 70.395.360.000 114.086.522.475 148.162.733.666 910.944.858.962 38.562.067.500 51.794.997.392 1.263.551.179.995 1.333.946.539.995


2011 118.849.309.091 114.219.170.775 155.074.421.789 939.707.168.868 39.078.907.500 55.282.091.319 1.303.361.760.250 1.422.211.069.341
2012 108.044.826.446 114.953.154.750 163.062.214.054 974.484.231.132 39.819.675.000 59.355.173.804 1.351.674.448.741 1.459.719.275.187
2013 98.222.569.497 115.126.320.240 170.528.288.338 1.005.632.628.679 40.385.352.000 63.124.183.467 1.394.796.772.724 1.493.019.342.221
2014 89.293.244.997 115.398.066.938 178.397.868.715 1.038.700.557.783 41.003.643.750 67.103.508.229 1.440.603.645.415 1.529.896.890.412
2015 81.175.677.270 115.525.853.438 186.311.696.153 1.071.569.410.377 41.589.468.750 71.094.415.611 1.486.090.844.329 1.567.266.521.599
2016 73.796.070.245 115.590.526.875 194.389.523.663 1.104.945.389.151 42.171.187.500 75.163.149.773 1.532.259.776.962 1.606.055.847.207
2017 67.087.336.587 116.122.673.880 203.561.462.365 1.144.055.903.585 42.945.024.000 79.817.002.829 1.586.502.066.658 1.653.589.403.245
2018 60.988.487.806 116.275.892.850 212.398.709.084 1.180.787.878.302 43.601.805.000 84.274.366.811 1.637.338.652.047 1.698.327.139.854
2019 55.444.079.824 116.504.972.325 221.698.501.924 1.219.621.950.000 44.309.722.500 88.970.063.534 1.691.105.210.283 1.746.549.290.107
2020 50.403.708.931 116.658.316.125 231.195.094.849 1.259.064.573.113 45.012.712.500 93.759.152.392 1.745.689.848.980 1.796.093.557.911
2021 45.821.553.573 116.735.924.250 240.888.487.861 1.299.115.747.642 45.710.775.000 98.641.633.386 1.801.092.568.139 1.846.914.121.712
2022 41.655.957.794 116.737.796.700 250.778.680.959 1.339.775.473.585 46.403.910.000 103.617.506.516 1.857.313.367.759 1.898.969.325.553
2023 37.869.052.540 116.663.933.475 260.865.674.142 1.381.043.750.943 47.092.117.500 108.686.771.780 1.914.352.247.841 1.952.221.300.381
2024 34.426.411.400 116.514.334.575 271.149.467.412 1.422.920.579.717 47.775.397.500 113.849.429.181 1.972.209.208.385 2.006.635.619.785
2025 31.296.737.636 116.617.500.000 282.425.625.912 1.469.545.524.764 48.590.625.000 119.530.091.651 2.036.709.367.327 2.068.006.104.963
Jumlah 1.064.770.383.637 1.853.730.959.670 3.370.888.450.886 18.761.915.626.604 694.052.391.000 1.334.063.537.676 26.014.650.965.836 27.079.421.349.473
133

c. Manfaat eksternalitas
i) Penghematan sumberdaya dengan melakukan daur ulang
Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air,
pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill.

Daur ulang plastik


Menurut PSSI- Standford Recycling Center, 2009 daur ulang plastik untuk
setiap 1 ton plastik daur ulang dapat diperoleh penghematan 16,3 barrel bahan
bakar ( = 2591,4929 liter) dan menghemat penggunaan ruang landfill (landfill
space) sebesar 30 kubik yard ( = 22,947 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya
material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 sebesar Rp
178.894.335.290.242,- yang dapat dilihat pada Tabel 87.

Daur ulang kertas


Menurut PSSI- Standford Recycling Center, 2009 daur ulang kertas untuk
setiap 1 ton kertas daur ulang dapat diperoleh penghematan 9 barrel bahan bakar (
= 1430,885653 liter), 7000 galon air ( = 26,495 m³), dan menghemat penggunaan
lahan landfill sebesar 3,3 kubik yard ( = 1,497 m³). Proyeksi konservasi
sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 pada Tabel
88 sebesar Rp 126.453.650.160.712,-
Tabel 89 menampilkan total konservasi sumberdaya material sampah dari
hasil daur ulang logam atau metal yang dapat dihemat selama tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 sebesar Rp 2.384.538.579.047,-

ii) Total manfaat eksternalitas


Total manfaat eksternalitas diperoleh dari penjumlahan merupakan
penjumlahan nilai konservasi energi dan nilai konservasi sumberdaya material
sampah dari material daur ulang. Dari Tabel 90, diperoleh total manfaat
eksternalitas sebesar Rp 127.903.390.954.825,- untuk tahun 2010-2025.
134

Tabel 87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 1

Jumlah konservasi PV manfaat


Volume Jumlah konservasi sumberdaya Manfaat konservasi
sumberdaya konservasi sumber
daur ulang sumberdaya material
Tahun material daya daur
plastik Konservasi energi Penghematan Harga daur ulang plastik
Harga ruang ulang plastik
(ton) (bahan bakar) ruang bahan bakar (Rp)
landfill (Rp/m3) (Rp)
(liter) landfill (m3) (Rp/l)
2010 182,189 472,141,427 4,180,690 7,352 40,000 3,638,411,383,692 3,638,411,383,692
2011 187,941 487,048,891 4,312,692 8,087 44,000 4,128,620,244,792 3,753,291,131,629
2012 194,897 505,073,793 4,472,298 8,896 48,400 4,709,555,278,483 3,892,194,445,028
2013 201,127 521,217,963 4,615,250 9,786 53,240 5,346,100,566,471 4,016,604,482,698
2014 207,740 538,357,024 4,767,012 10,764 58,564 6,074,084,342,725 4,148,681,335,103
2015 214,314 555,392,904 4,917,861 11,840 64,420 6,892,923,299,058 4,279,963,054,597
2016 220,989 572,691,626 5,071,036 13,025 70,862 7,818,377,528,920 4,413,270,290,394
2017 228,811 592,962,550 5,250,530 14,327 77,949 8,904,627,470,158 4,569,481,876,132
2018 236,158 612,000,681 5,419,108 15,760 85,744 10,109,579,225,168 4,716,193,319,356
2019 243,924 632,128,325 5,597,333 17,336 94,318 11,486,272,386,715 4,871,300,763,183
2020 251,813 652,571,380 5,778,351 19,069 103,750 13,043,512,789,488 5,028,838,826,575
2021 259,823 673,329,847 5,962,162 20,976 114,125 14,804,273,390,234 5,188,807,509,532
2022 267,955 694,403,725 6,148,766 23,074 125,537 16,794,379,308,647 5,351,206,812,052
2023 276,209 715,793,015 6,338,162 25,381 138,091 19,042,854,834,797 5,516,036,734,137
2024 284,584 737,497,716 6,530,352 27,919 151,900 21,582,311,946,841 5,683,297,275,787
2025 293,909 761,663,359 6,744,332 30,711 167,090 24,518,451,294,054 5,869,522,302,642
Jumlah 178,894,335,290,242 74,937,101,542,536
135

Tabel 88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 1

Volume Jumlah konservasi sumberdaya Jumlah konservasi sumberdaya


Manfaat konservasi PV manfaat
daur Harga Harga
Konservasi Penghematan Penghemat Penghemat sumberdaya material konservasi sumber
Tahun ulang bahan ruang
energi (bahan ruang landfill an air an air daur ulang kertas daya material daur
kertas bakar landfill
bakar) (liter) (m3) (m3) (Rp/m3) (Rp) ulang kertas (Rp)
(ton) (Rp/l) (Rp/m3)
2010 211,661 302,862,746 316,857 5,607,959 7,352 40,000 7,750 2,282,782,856,561 2,282,782,856,561
2011 221,535 316,991,082 331,638 5,869,567 8,087 44,000 8,525 2,628,200,392,028 2,389,273,083,662
2012 232,946 333,319,106 348,720 6,171,905 8,896 48,400 9,378 3,039,935,193,413 2,512,343,135,052
2013 243,612 348,580,675 364,687 6,454,496 9,786 53,240 10,315 3,497,036,042,443 2,627,374,937,974
2014 254,854 364,667,059 381,517 6,752,359 10,764 58,564 11,347 4,024,259,911,138 2,748,623,667,194
2015 266,160 380,843,890 398,441 7,051,898 11,840 64,420 12,481 4,623,056,120,153 2,870,554,122,702
2016 277,699 397,355,957 415,716 7,357,643 13,025 70,862 13,730 5,305,845,339,720 2,995,011,371,169
2017 290,802 416,104,522 435,331 7,704,801 14,327 77,949 15,103 6,111,811,880,040 3,136,325,883,342
2018 303,427 434,168,935 454,230 8,039,291 15,760 85,744 16,613 7,014,859,454,456 3,272,483,706,638
2019 316,712 453,178,848 474,118 8,391,288 17,336 94,318 18,274 8,054,202,508,389 3,415,768,101,698
2020 330,279 472,591,046 494,427 8,750,734 19,069 103,750 20,102 9,239,130,198,786 3,562,084,648,308
2021 344,126 492,405,526 515,157 9,117,629 20,976 114,125 22,112 10,589,152,484,423 3,711,433,346,468
2022 358,255 512,622,291 536,308 9,491,973 23,074 125,537 24,323 12,126,304,115,667 3,863,814,196,180
2023 372,665 533,241,338 557,880 9,873,766 25,381 138,091 26,755 13,875,462,357,832 4,019,227,197,441
2024 387,356 554,262,669 579,873 10,263,007 27,919 151,900 29,431 15,864,703,797,739 4,177,672,350,253
2025 403,465 577,312,516 603,987 10,689,810 30,711 167,090 32,374 18,176,907,507,923 4,351,407,139,515
Jumlah 126,453,650,160,712 51,936,179,744,156
136

Tabel 89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 1

Volume Jumlah konservasi sumberdaya Jumlah konservasi sumberdaya Manfaat konservasi PV manfaat
daur ulang sumberdaya material konservasi sumber
Tahun Konservasi energi Penghematan
logam Harga bahan Harga ruang daur ulang logam daya material daur
(ton) (bahan bakar) ruang (Rp) ulang logam (Rp)
bakar (Rp/l) landfill (Rp/m3)
(liter) landfill (m3)
2010 25,708 7,356,843 78,654 7,352 40,000 57,233,659,980 57,233,659,980
2011 26,053 7,455,445 79,708 8,087 44,000 63,800,826,931 58,000,751,756
2012 26,546 7,596,768 81,219 8,896 48,400 71,511,236,911 59,100,195,794
2013 26,924 7,704,688 82,373 9,786 53,240 79,779,835,522 59,939,771,241
2014 27,336 7,822,645 83,634 10,764 58,564 89,101,373,924 60,857,437,282
2015 27,726 7,934,408 84,829 11,840 64,420 99,411,815,981 61,726,916,307
2016 28,114 8,045,388 86,015 13,025 70,862 110,882,535,969 62,590,300,853
2017 28,630 8,193,020 87,594 14,327 77,949 124,208,939,699 63,738,825,763
2018 29,068 8,318,320 88,933 15,760 85,744 138,719,386,088 64,713,617,388
2019 29,540 8,453,376 90,377 17,336 94,318 155,068,792,524 65,764,305,593
2020 30,008 8,587,492 91,811 19,069 103,750 173,281,917,375 66,807,680,424
2021 30,474 8,720,668 93,235 20,976 114,125 193,566,113,359 67,843,741,879
2022 30,936 8,852,904 94,649 23,074 125,537 216,151,376,863 68,872,489,959
2023 31,395 8,984,200 96,052 25,381 138,091 241,292,784,179 69,893,924,664
2024 31,850 9,114,555 97,446 27,919 151,900 269,273,186,661 70,908,045,995
2025 32,394 9,270,084 99,109 30,711 167,090 301,254,797,078 72,118,003,255
Jumlah 2,384,538,579,047 1,030,109,668,133
137

Tabel 90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1

PV manfaat konservasi SDA PV manfaat konservasi SDA PV manfaat konservasi SDA Total manfaat
Tahun
daur ulang plastik (Rp) daur ulang kertas (Rp) daur ulang logam (Rp) eksternalitas (Rp)
2010 3,638,411,383,692 2,282,782,856,561 57,233,659,980 5,978,427,900,234
2011 3,753,291,131,629 2,389,273,083,662 58,000,751,756 6,200,564,967,047
2012 3,892,194,445,028 2,512,343,135,052 59,100,195,794 6,463,637,775,874
2013 4,016,604,482,698 2,627,374,937,974 59,939,771,241 6,703,919,191,914
2014 4,148,681,335,103 2,748,623,667,194 60,857,437,282 6,958,162,439,579
2015 4,279,963,054,597 2,870,554,122,702 61,726,916,307 7,212,244,093,606
2016 4,413,270,290,394 2,995,011,371,169 62,590,300,853 7,470,871,962,416
2017 4,569,481,876,132 3,136,325,883,342 63,738,825,763 7,769,546,585,237
2018 4,716,193,319,356 3,272,483,706,638 64,713,617,388 8,053,390,643,382
2019 4,871,300,763,183 3,415,768,101,698 65,764,305,593 8,352,833,170,474
2020 5,028,838,826,575 3,562,084,648,308 66,807,680,424 8,657,731,155,307
2021 5,188,807,509,532 3,711,433,346,468 67,843,741,879 8,968,084,597,879
2022 5,351,206,812,052 3,863,814,196,180 68,872,489,959 9,283,893,498,191
2023 5,516,036,734,137 4,019,227,197,441 69,893,924,664 9,605,157,856,243
2024 5,683,297,275,787 4,177,672,350,253 70,908,045,995 9,931,877,672,034
2025 5,869,522,302,642 4,351,407,139,515 72,118,003,255 10,293,047,445,412
Jumlah 74,937,101,542,536 51,936,179,744,156 1,030,109,668,133 127,903,390,954,825
138

iii) Biaya Investasi dan operasional


Investasi modal sebagai biaya langsung sebesar Rp 700.000.000.000,-
dimana dana sebesar Rp 665.307.692.308 digunakan untuk pembelian peralatan
instalasi pengolahan sampah yang terdiri dari:

2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 = Rp. 42.923.076.923


8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 171.692.307.692
3 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 42.923.076.923
3 Unit Power Generator 2MW@ EUR1.500.000 = Rp 64.384.615.385
3 Unit Pyrolysis Equipment 2,8MW@EUR8.000.000 = Rp 343.384.615.385
Total Rp 665.307.692.308

Sedangkan sisanya kurang lebih Rp 34.692.307.692 dipakai untuk


pembangunan prasarana dan sarana pendukung TPST. Biaya yang dibutuhkan
untuk operasional meliputi operasional kantor, pengolahan dan pembuangan
akhir sampah Tahun 2010 lihat pada Tabel 91.

Tabel 91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010
No. Jenis biaya Jumlah (Rp)
Biaya tetap (Fixed cost) 9.100.000.000
1 Gaji dan upah karyawan utama 3.185.000.000
2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 182.000.000
3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 637.000.000
4 Biaya utilitas kantor 182.000.000
5 Asuransi 364.000.000
6 Depresiasi 910.000.000
7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat 3.640.000.000
Biaya tidak tetap (Variable cost) 402.123.871.300
1 Produksi kompos 34.225.956.743
2 Daur ulang kertas 44.448.820.100
3 Daur ulang plastik 273.283.457.689
4 Daur ulang logam 19.281.033.750
5 Produksi RDF 15.538.499.218
6 Pengolahan sampah B3 7.478.704.000
7 Landfill 7.867.399.800
Total biaya operasional 411.223.871.300

Total biaya langsung meliputi penjumlahan dari Biaya Investasi dan Biaya
Operasional. Biaya langsung dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 mencapai
Rp 9.028.947.332.991 sesuai dengan Tabel 92.
Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan
untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill
139

Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya
penutupan lapisan landfill.
Biaya operasional tidak langsung digunakan untuk kegiatan pengolahan
sampah untuk energi listrik, didaur ulang maupun dijadikan kompos. Perkiraan
jumlah sampah yang masuk Tahun 2010 sebesar 2.460.100 ton/tahun. Jumlah
sampah basah sebesar 1.267.628 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses
anerobic digestion sebesar 292.000 ton/tahun dan bahan baku proses komposting
sebesar 975.628 ton/tahun dapat dilihat pada Tabel 93. Jumlah sampah kering
kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 322.751,25 ton/tahun
digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 208.050 ton/tahun
dan di jual sebagai RDF sebesar 114.701,25 ton/tahun.

Tabel 92. Biaya Investasi dan operasional Skenario 1.


PV Total Biaya
Total Biaya Investasi
Biaya Investasi Biaya Operasional Investasi &
Tahun & Operasional
(Rp) (Rp) Operasional
(Rp)
(Rp)
2010 700.000.000.000 411.223.871.299 1.111.223.871.299 1.111.223.871.299
2011 465.546.223.313 465.546.223.313 423.223.839.375
2012 529.855.722.863 529.855.722.863 437.897.291.622
2013 600.149.502.920 600.149.502.920 450.901.204.297
2014 680.413.582.228 680.413.582.228 464.731.631.875
2015 770.529.327.599 770.529.327.599 478.438.089.549
2016 872.205.746.582 872.205.746.582 492.337.405.589
2017 991.420.305.912 991.420.305.912 508.755.378.558
2018 1.123.402.921.469 1.123.402.921.469 524.075.753.814
2019 1.273.980.445.960 1.273.980.445.960 540.292.072.985
2020 1.444.039.716.053 1.444.039.716.053 556.739.822.194
2021 1.636.031.332.614 1.636.031.332.614 573.419.001.442
2022 1.852.707.201.927 1.852.707.201.927 590.329.610.728
2023 2.097.156.891.036 2.097.156.891.036 607.471.650.052
2024 2.372.848.301.133 2.372.848.301.133 624.845.119.416
2025 2.691.257.257.272 2.691.257.257.272 644.265.590.198
Jumlah 20.512.768.350.178 9.028.947.332.991

Biaya untuk membuang dan mengolah sampah di landfill memerlukan biaya


sebesar Rp 60.000 per-ton dengan diskon faktor sebesar 10% setiap tahun. Dari
volume sampah yang diolah di landfill diperlukan biaya sebesar = 131.123 ton x
Rp 60.000 per-ton = Rp 7.867.399.800,-. Total biaya pengolahan sampah landfill
seperti pada Tabel 94.
140

Tabel 93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1
Tahun Jumlah Jumlah sampah Jumlah Sampah basah (ton/tahun) Sampah Jumlah Sampah
sampah masuk per sampah kering sampah dibuang ke
masuk tahun daur ulang Bahan baku Anaerobic Bahan baku Jumlah Gasifikasi B3 landfill
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) Digestion Kompos (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
2010 6,740 2,460,100 470,605 292,000 975,628 1,267,628 208,050 37,394 131,123
2011 6,850 2,500,250 488,234 292,000 977,102 1,269,102 208,050 38,004 128,313
2012 7,000 2,555,000 509,092 292,000 985,257 1,277,257 208,050 38,836 126,064
2013 7,120 2,598,800 528,160 292,000 987,181 1,279,181 208,050 39,502 123,079
2014 7,250 2,646,250 548,333 292,000 990,201 1,282,201 208,050 40,223 120,087
2015 7,375 2,691,875 568,498 292,000 991,621 1,283,621 208,050 40,917 116,827
2016 7,500 2,737,500 589,026 292,000 992,339 1,284,339 208,050 41,610 113,387
2017 7,660 2,795,900 612,717 292,000 998,252 1,290,252 208,050 42,498 110,270
2018 7,800 2,847,000 635,244 292,000 999,954 1,291,954 208,050 43,274 106,649
2019 7,950 2,901,750 659,006 292,000 1,002,500 1,294,500 208,050 44,107 102,954
2020 8,100 2,956,500 683,204 292,000 1,004,204 1,296,204 208,050 44,939 99,043
2021 8,250 3,011,250 707,838 292,000 1,005,066 1,297,066 208,050 45,771 94,915
2022 8,400 3,066,000 732,907 292,000 1,005,087 1,297,087 208,050 46,603 90,570
2023 8,550 3,120,750 758,412 292,000 1,004,266 1,296,266 208,050 47,435 86,008
2024 8,700 3,175,500 784,353 292,000 1,002,604 1,294,604 208,050 48,268 81,229
2025 8,875 3,239,375 813,020 292,000 1,003,750 1,295,750 208,050 49,239 76,449
Jumlah 124,120 45,303,800 10,088,648 4,672,000 15,925,011 20,597,011 3,328,800 688,618 1,706,967
141

Tabel 94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 1
Tahun Jumlah sampah Biaya Total biaya NFV total biaya
yang dibuang ke landfill pengolahan pengolahan
landfill (Rp/ton) sampah di landfill sampah di landfill
(ton/tahun) (Rp) (Rp)
2010 131,123 60,000 7,867,399,800 7,867,399,800
2011 128,313 66,000 8,468,646,780 7,698,769,800
2012 126,064 72,600 9,152,224,620 7,563,822,000
2013 123,079 79,860 9,829,102,356 7,384,750,080
2014 120,087 87,846 10,549,147,229 7,205,209,500
2015 116,827 96,631 11,289,099,343 7,009,642,500
2016 113,387 106,294 12,052,345,800 6,803,235,000
2017 110,270 116,923 12,893,136,686 6,616,217,760
2018 106,649 128,615 13,716,647,306 6,398,917,200
2019 102,954 141,477 14,565,621,528 6,177,245,400
2020 99,043 155,625 15,413,483,162 5,942,565,000
2021 94,915 171,187 16,248,145,855 5,694,876,000
2022 90,570 188,306 17,054,779,695 5,434,178,400
2023 86,008 207,136 17,815,349,629 5,160,472,200
2024 81,229 227,850 18,508,085,616 4,873,757,400
2025 76,449 250,635 19,160,849,377 4,586,955,000
Jumlah 1,706,967 2,156,984 214,584,064,781 102,418,013,040

5.7.2 TPST Bantar Gebang Skenario 2


Mulai tahun 2010 direncanakan akan dilakukan perubahan teknologi
pengolahan sampah terpadu, dengan investasi modal sebesar 82.000.000 USD
atau Rp 700.000.000.000.. Skenario 2 melakukan optimalisasi pilihan teknologi
dengan memaksimalkan daur ulang sampah kering dan memaksimalkan potensi
gas metana sampah basah dengan lebih banyak penggunaan Instalasi Anaerobic
Digester untuk investasi modal dibatasi maksimal sebesar Rp 700.000.000.000,- .
Sebagian besar dana sebesar Eur 45.500.000 atau Rp 651.000.000.000, (1 Eur
=Rp. 14.308) digunakan untuk pembelian peralatan instalasi pengolahan sampah
yang terdiri dari:

2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 = Rp. 42.923.076.923


8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 171.692.307.692
9 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 128.769.230.769
9 Unit Power Generator kap2MW@ EUR1.500.000 = Rp 193.153.846.154
1 Unit Pyrolysis Equipment@ EUR8.000.000 = Rp 114.461.538.462
Total Rp 651.000.000.000
142

Investasi lebih rendah dibandingkan Skeario 1 yaitu selisih dari pembelian


peralatan pengolah sampah sebesar Rp 665.307.692.308,- dikurang Rp
651.000.000.000,- yaitu sebesar Rp 14.307.692.308,-. Investasi Skenario 2 sebesar
Rp 700.000.000.000 dikurangi Rp 14.307.692.308,- menjadi sebesar Rp
685.692.307.692,-.
Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung
berupa hasil penjualan daur ulang, kompos dan energi listrik.

a. Manfaat langsung
Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee
yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp
265.198.780.000,- pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun
2024 diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475,- seperti pada Tabel
95.

Tabel 95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2


Volume Penerimaan PV tipping fee
Tipping fee per
Tahun sampah tipping fee tahun 2010
ton (Rp)
(ton/hari) (Rp/tahun) (Rp)
2010 6,740 107,800 265,198,780,000 265,198,780,000
2011 6,850 113,190 283,003,297,500 257,275,725,000
2012 7,000 124,509 318,120,495,000 262,909,500,000
2013 7,120 136,960 355,931,388,120 267,416,520,000
2014 7,250 150,656 398,673,148,913 272,299,125,000
2015 7,375 165,721 446,101,506,283 276,993,937,500
2016 7,500 182,294 499,028,803,639 281,688,750,000
2017 7,660 200,523 560,642,226,595 287,698,110,000
2018 7,800 220,575 627,977,846,499 292,956,300,000
2019 7,950 242,633 704,059,777,902 298,590,075,000
2020 8,100 266,896 789,078,317,120 304,223,850,000
2021 8,250 293,586 884,059,966,403 309,857,625,000
2022 8,400 322,944 990,147,162,371 315,491,400,000
2023 8,550 355,239 1,108,611,197,869 321,125,175,000
2024 8,700 390,763 1,240,866,568,843 326,758,950,000
2025 8,875 429,839 1,392,409,181,418 333,331,687,500
Jumlah 10,863,909,664,475 4,673,815,510,000
143

b. Manfaat tidak langsung


i) Penjualan energi listrik
Dengan teknologi pengolahan sampah ini akan dihasilkan energi listrik
sebesar 31 MW yang akan dibangun dalam dua tahap dan diharapkan energi
listrik ini dapat dijual dengan harga minimal sebesar Rp 700 per kWH.
Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW, dengan
membangun Jaringan Pengumpul Gas dari Lanfill ke Power Generator. Energi
listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% atau 4.200 kW per jam. Energi listrik
yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per tahun = 9.800 x
24 x 365 x Rp 700 = Rp 60.093.600.000 per tahun.
Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 31 MW, energi listrik yang
digunakan sendiri sebesar 30% atau 9.300 kWh. Power generator menggunakan
bahan bakar gas berasal dari:

- 1 Unit Instalasi Gasifikasi Pyrolysis kapasitas @ 2,8 MW = 2,8 MW


dengan kapasitas efektif 2 MW menggunakan bahan baku 1 x 190
ton/hari = 190 ton sampah kering per hari.atau 69.350,00 ton/tahun

- 9 Unit Instalasi Anaerobic Digester kapasitas @2 MW = 18 MW dengan


kapasitas efektif 15 MW. menggunakan bahan baku 9 x 267 ton/hari =
2.403 ton sampah basah (biowaste) per hari. Atau 877.095 ton/tahun

Energi listrik yang dapat dijual sebesar = 31.000 kWh – 9.300 kWh = 21.700
kWh. Harga jual listrik per tahun = 21.700 x 24 x 365 x Rp 820 =
Rp155.875.440.000,- per tahun. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
diperoleh hasil penjualan energi listrik sebesar Rp 2.408.526.960.000,- seperti
pada Tabel 96.

ii) Penjualan Kompos

Pada tahun 2010, volume sampah yang diolah dalam TPST Bantar Gebang
sebanyak 6.740 ton, Komposisi sampah organik sebesar 55,37% dari volume
sampah total = 55,37% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 1.267.628 ton/tahun.
Kompos yang akan dihasilkan sebanyak 30% dari sampah organik yang diolah
yaitu kompos berasal dari Instalasi Anaerobic Digester menggunakan 801 ton
144

sampah basah per hari atau 292.365 ton per tahun dan Instalasi Aerobik
Komposter menggunakan sisanya sebesar 617.087 ton sampah basah per tahun.

Tabel 96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2

Harga
Produksi PV penerimaan
Durasi satuan Harga jual listrik
Tahun listrik penjualan energi listrik
(jam) listrik (Rp/tahun)
(kWh) tahun 2010 (Rp)
(Rp/kWh)

2010 9.800 8.760 820 70.395.360.000 70.395.360.000


2011 21.700 8.760 820 155.875.440.000 141.704.945.455
2012 21.700 8.760 820 155.875.440.000 128.822.677.686
2013 21.700 8.760 820 155.875.440.000 117.111.525.169
2014 21.700 8.760 820 155.875.440.000 106.465.022.881
2015 21.700 8.760 820 155.875.440.000 96.786.384.437
2016 21.700 8.760 820 155.875.440.000 87.987.622.216
2017 21.700 8.760 820 155.875.440.000 79.988.747.469
2018 21.700 8.760 820 155.875.440.000 72.717.043.153
2019 21.700 8.760 820 155.875.440.000 66.106.402.867
2020 21.700 8.760 820 155.875.440.000 60.096.729.879
2021 21.700 8.760 820 155.875.440.000 54.633.390.799
2022 21.700 8.760 820 155.875.440.000 49.666.718.908
2023 21.700 8.760 820 155.875.440.000 45.151.562.644
2024 21.700 8.760 820 155.875.440.000 41.046.875.131
2025 21.700 8.760 820 155.875.440.000 37.315.341.028
Jumlah 2.408.526.960.000 1.255.996.349.721

Produksi kompos pada tahun 2010 sebesar = 30% x 1.267.628 ton/tahun =


380.288 ton/tahun. Harga kompos sebesar Rp 300 per kg atau Rp 300.000 per ton.
Sehingga hasil penjualan kompos sebesar = 380.288 ton/tahun x Rp 300.000 per
ton = Rp 114.086.522.475 per tahun. Jumlah penjualan dari produksi kompos
sampai tahun 2025 sebesar Rp 4.176.464.981.453,- seperti pada Tabel 97.

iii) Penjualan material hasil daur ulang


Pendapatan lain-lain dari hasil daur ulang sampah berupa logam, kertas dan
plastik dihitung dengan asumsi berdasarkan hasil survai konsultan WJEMP pada
awal tahun 2005 sebagai berikut:

 Volume kertas daur ulang = 7,32 % dari volume sampah yang diolah
 Volume plastik daur ulang = 6,85 % dari volume sampah yang diolah
 Volume logam daur ulang = 1,06 % dari volume sampah yang diolah

Pada tahun 2010 diperkirakan dari jumlah sampah yang masuk ke TPA
Sampah Bantar Gebang rata-rata 6.740 ton/hari, dimana 8,60 % kertas dapat
145

didaur ulang sehingga menghasilkan 8,60 % x 6740 ton/hari = 579,6 ton/hari atau
211,6 ton/tahun material kertas yang dapat dijual sebesar 211,6 ton/tahun x Rp
700.000 = Rp 148.162.733.666 Jumlah penjualan dari produksi kertas sampai
tahun 2025 sebesar Rp 8.207.402.835.537 seperti yang disajikan pada Tabel 97.
Sebesar 7,41% dari 6.740 ton/hari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah
Bantar Gebang dapat diperoleh hasil daur ulang berupa material plastik sebanyak
7,41% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 182.189 ton/tahun dan dijual dengan harga
5.000.000 = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 98.
Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari
jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740
ton/hari x 365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp
1.500.000 = Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 99.
Berdasarkan prediksi tahun 2010 komposisi sampah rata-rata DKI Jakarta,
sampah kering yang tidak didaur-ulang berupa kertas sebesar 13,15 % x 6.740 ton
= 886,31 ton per hari dan plastik sebesar 6.4 % x 6.740 ton = 431,36 ton per hari
akan dijadikan bahan baku untuk Proses Gasifikasi Pyrolisys. Ini mencukupi
untuk feedstock Instalasi Gasifikasi sebesar 1317,67 ton sampah kering per hari
dari perkiraan kebutuhan 801 ton sampah kering per hari.
Pendapatan dari hasil proses daur ulang material/logam sebesar Rp
1.606.619.909.916 lihat Tabel 100. Kontribusi pendapatan material plastik sebesar
83,61% adalah yang terbesar, diikuti material kertas sebesar 12,51% dan material
logam/metal 3,88%.
146

Tabel 97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2


Volume kompos yang dihasilkan
Volume % Volume (ton/tahun) Harga Jumlah penjualan PV penjualan
sampah yang komposisi sampah
Tahun Total satuan kompos per tahun kompos tahun
diolah sampah organik Anaerobic Pengolahan
Produksi (Rp/ton) (Rp) 2010 (Rp)
(ton/hari) organik (ton/tahun) Digester Komposter
Kompos
2010 6,740 51.53% 1,267,628 263,129 117,160 380,288 300,000 114,086,522,475 114,086,522,475
2011 6,850 50.76% 1,269,102 263,129 117,602 380,731 330,000 125,641,087,853 114,219,170,775
2012 7,000 49.99% 1,277,257 263,129 120,049 383,177 363,000 139,093,317,248 114,953,154,750
2013 7,120 49.22% 1,279,181 263,129 120,626 383,754 399,300 153,233,132,239 115,126,320,240
2014 7,250 48.45% 1,282,201 263,129 121,532 384,660 439,230 168,954,309,803 115,398,066,938
2015 7,375 47.69% 1,283,621 263,129 121,958 385,086 483,153 186,055,542,220 115,525,853,438
2016 7,500 46.92% 1,284,339 263,129 122,173 385,302 531,468 204,775,669,381 115,590,526,875
2017 7,660 46.15% 1,290,252 263,129 123,947 387,076 584,615 226,290,240,288 116,122,673,880
2018 7,800 45.38% 1,291,954 263,129 124,458 387,586 643,077 249,247,702,786 116,275,892,850
2019 7,950 44.61% 1,294,500 263,129 125,221 388,350 707,384 274,712,630,484 116,504,972,325
2020 8,100 43.84% 1,296,204 263,129 125,733 388,861 778,123 302,581,627,857 116,658,316,125
2021 8,250 43.07% 1,297,066 263,129 125,991 389,120 855,935 333,061,215,681 116,735,924,250
2022 8,400 42.31% 1,297,087 263,129 125,997 389,126 941,529 366,373,213,799 116,737,796,700
2023 8,550 41.54% 1,296,266 263,129 125,751 388,880 1,035,681 402,755,539,294 116,663,933,475
2024 8,700 40.77% 1,294,604 263,129 125,253 388,381 1,139,250 442,462,991,649 116,514,334,575
2025 8,875 40.00% 1,295,750 263,129 125,597 388,725 1,253,174 487,140,238,397 116,617,500,000
Jumlah 4,176,464,981,453 1,853,730,959,670
147

Tabel 98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2
Jumlah sampah Jumlah kertas Harga satuan Penjualan kertas
% daur PV penjualan kertas daur
Tahun yang diolah daur ulang kertas daur ulang daur ulang
ulang ulang tahun 2010 (Rp)
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/ton) (Rp/tahun)
2010 6,740 8.60% 211,661 700,000 148,162,733,666 148,162,733,666
2011 6,850 8.86% 221,535 770,000 170,581,863,967 155,074,421,789
2012 7,000 9.12% 232,946 847,000 197,305,279,006 163,062,214,054
2013 7,120 9.37% 243,612 931,700 226,973,151,777 170,528,288,338
2014 7,250 9.63% 254,854 1,024,870 261,192,319,586 178,397,868,715
2015 7,375 9.89% 266,160 1,127,357 300,056,849,772 186,311,696,153
2016 7,500 10.14% 277,699 1,240,093 344,372,898,930 194,389,523,663
2017 7,660 10.40% 290,802 1,364,102 396,683,702,612 203,561,462,365
2018 7,800 10.66% 303,427 1,500,512 455,295,496,051 212,398,709,084
2019 7,950 10.91% 316,712 1,650,563 522,753,470,709 221,698,501,924
2020 8,100 11.17% 330,279 1,815,620 599,660,534,077 231,195,094,849
2021 8,250 11.43% 344,126 1,997,182 687,282,969,026 240,888,487,861
2022 8,400 11.68% 358,255 2,196,900 787,050,928,597 250,778,680,959
2023 8,550 11.94% 372,665 2,416,590 900,579,057,665 260,865,674,142
2024 8,700 12.20% 387,356 2,658,249 1,029,689,651,260 271,149,467,412
2025 8,875 12.46% 403,465 2,924,074 1,179,761,928,835 282,425,625,912
Jumlah 8,207,402,835,537 3,370,888,450,886
148

Tabel 99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2
Harga satuan
Jumlah sampah Jumlah plastik Penjualan plastik PV penjualan plastik
% di daur plastik daur
Tahun yang diolah daur ulang daur ulang daur ulang tahun
ulang ulang
(ton/hari) (ton/tahun) (Rp/tahun) 2010 (Rp)
(Rp/ton)
2010 6,740 7.41% 182,189 5,000,000 910,944,858,962 910,944,858,962
2011 6,850 7.52% 187,941 5,500,000 1,033,677,885,755 939,707,168,868
2012 7,000 7.63% 194,897 6,050,000 1,179,125,919,670 974,484,231,132
2013 7,120 7.74% 201,127 6,655,000 1,338,497,028,772 1,005,632,628,679
2014 7,250 7.85% 207,740 7,320,500 1,520,761,486,650 1,038,700,557,783
2015 7,375 7.96% 214,314 8,052,550 1,725,773,251,107 1,071,569,410,377
2016 7,500 8.07% 220,989 8,857,805 1,957,478,158,550 1,104,945,389,151
2017 7,660 8.18% 228,811 9,743,586 2,229,441,302,672 1,144,055,903,585
2018 7,800 8.29% 236,158 10,717,944 2,531,123,682,912 1,180,787,878,302
2019 7,950 8.41% 243,924 11,789,738 2,875,804,760,895 1,219,621,950,000
2020 8,100 8.52% 251,813 12,968,712 3,265,689,243,291 1,259,064,573,113
2021 8,250 8.63% 259,823 14,265,584 3,706,528,842,767 1,299,115,747,642
2022 8,400 8.74% 267,955 15,692,142 4,204,789,364,734 1,339,775,473,585
2023 8,550 8.85% 276,209 17,261,356 4,767,737,587,199 1,381,043,750,943
2024 8,700 8.96% 284,584 18,987,492 5,403,538,533,497 1,422,920,579,717
2025 8,875 9.07% 293,909 20,886,241 6,138,656,353,194 1,469,545,524,764
Jumlah 44,789,568,260,626 18,761,915,626,604
149

Tabel 100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 2
Harga
Volume sampah Volume logam satuan Penjualan logam PV penjualan
% di daur
Tahun yang diolah daur ulang logam daur ulang logam daur ulang
ulang
(ton/hari) (ton/tahun) daur ulang (Rp/tahun) tahun 2010 (Rp)
(Rp/ton)
2010 6,740 1.05% 25,708 1,500,000 38,562,067,500 38,562,067,500
2011 6,850 1.04% 26,053 1,650,000 42,986,798,250 39,078,907,500
2012 7,000 1.04% 26,546 1,815,000 48,181,806,750 39,819,675,000
2013 7,120 1.04% 26,924 1,996,500 53,752,903,512 40,385,352,000
2014 7,250 1.03% 27,336 2,196,150 60,033,434,814 41,003,643,750
2015 7,375 1.03% 27,726 2,415,765 66,980,255,317 41,589,468,750
2016 7,500 1.03% 28,114 2,657,342 74,708,831,099 42,171,187,500
2017 7,660 1.02% 28,630 2,923,076 83,687,702,629 42,945,024,000
2018 7,800 1.02% 29,068 3,215,383 93,464,341,294 43,601,805,000
2019 7,950 1.02% 29,540 3,536,922 104,480,007,858 44,309,722,500
2020 8,100 1.02% 30,008 3,890,614 116,751,383,656 45,012,712,500
2021 8,250 1.01% 30,474 4,279,675 130,418,175,802 45,710,775,000
2022 8,400 1.01% 30,936 4,707,643 145,635,347,935 46,403,910,000
2023 8,550 1.01% 31,395 5,178,407 162,574,761,670 47,092,117,500
2024 8,700 1.00% 31,850 5,696,248 181,426,992,500 47,775,397,500
2025 8,875 1.00% 32,394 6,265,872 202,975,099,332 48,590,625,000
Jumlah 1,606,619,909,916 694,052,391,000
150

Manfaat tidak langsung dari penjualan sampah plastik dan kertas yang tidak
dapat di daur ulang dan tidak digunakan bahan baku gasifikasi dilakukan dengan
menjadikan material ini menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat di jual ke
pabrik semen Hasil penjualan RDF pada tahun 2010 adalah sebesar Rp
72.599.997.392,-. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 101.

Tabel 101 Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik
tidak daur ulang skenario 2
Jumlah sampah
Harga PV manfaat
kering kertas & Penjualan RDF
Tahun satuan RDF penjualan RDF
plastik sebagai (Rp)
(Rp/ton) tahun 2010 (Rp)
RDF (ton/tahun)
2010 484,000 150,000 72,599,997,392 72,599,997,392
2011 507,247 165,000 83,695,800,450 76,087,091,319
2012 534,401 181,500 96,993,810,303 80,160,173,804
2013 559,528 199,650 111,709,743,195 83,929,183,467
2014 586,057 219,615 128,706,846,899 87,908,508,229
2015 612,663 241,577 148,004,927,836 91,899,415,611
2016 639,788 265,734 170,013,431,379 95,968,149,773
2017 670,813 292,308 196,083,817,548 100,622,002,829
2018 700,529 321,538 225,246,954,859 105,079,366,811
2019 731,834 353,692 258,843,857,590 109,775,063,534
2020 763,761 389,061 297,149,906,466 114,564,152,392
2021 796,311 427,968 340,795,185,203 119,446,633,386
2022 829,483 470,764 390,491,125,151 124,422,506,516
2023 863,278 517,841 447,040,716,218 129,491,771,780
2024 897,696 569,625 511,349,970,727 134,654,429,181
2025 935,567 626,587 586,214,504,704 140,335,091,651
Jumlah 11,112,957 5,392,459 4,064,940,595,921 1,666,943,537,676

c. Manfaat eksternalitas
i) Penghematan sumberdaya
Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air,
pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill.

Daur ulang plastik


Menurut PSSI-Standford Recycling Center (2009), daur ulang plastik untuk
setiap 1 ton plastik daur ulang dapat diperoleh penghematan 16,3 barrel bahan
bakar ( = 2591,4929 liter) dan menghemat penggunaan ruang landfill (landfill
151

space) sebesar 30 kubik yard ( = 22,947 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya


material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 sebesar Rp
178.894.335.290.242 ,-dapat dilihat pada Tabel 103.

Daur ulang kertas

Menurut PSSI- Standford Recycling Center (2009), daur ulang kertas untuk
setiap 1 ton kertas daur ulang dapat diperoleh penghematan 9 barrel bahan bakar
(= 1430,885653 liter), 7000 galon air ( = 26,495 m³), dan menghemat penggunaan
lahan landfill sebesar 3,3 kubik yard ( = 1,497 m³). Proyeksi konservasi
sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 sebesar Rp
126.453.650.160.712,- dapat dilihat pada Tabel 104.
Tabel 105. menampilkan total konservasi sumberdaya material sampah dari
hasil daur ulang logam atau metal yang dapat dihemat selama tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025 sebesar Rp 2.384.538.579.047,-.
152

Tabel 102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2


Penjualan energi Penjualan daur Nilai Manfaat
Penjualan kompos Penjualan daur ulang Penjualan daur ulang Penjualan RDF Manfaat tidak
Tahun listrik ulang logam Material Daur Ulang
(Rp.) kertas (Rp.) plastik (Rp.) (Rp.) langsung (Rp.)
(Rp.) (Rp.) (Rp)

2010 70.395.360.000 114.086.522.475 148.162.733.666 910.944.858.962 38.562.067.500 72.599.997.392 1.284.356.179.995 1.354.751.539.995


2011 141.704.945.455 114.219.170.775 155.074.421.789 939.707.168.868 39.078.907.500 76.087.091.319 1.324.166.760.250 1.465.871.705.705
2012 128.822.677.686 114.953.154.750 163.062.214.054 974.484.231.132 39.819.675.000 80.160.173.804 1.372.479.448.741 1.501.302.126.427
2013 117.111.525.169 115.126.320.240 170.528.288.338 1.005.632.628.679 40.385.352.000 83.929.183.467 1.415.601.772.724 1.532.713.297.893
2014 106.465.022.881 115.398.066.938 178.397.868.715 1.038.700.557.783 41.003.643.750 87.908.508.229 1.461.408.645.415 1.567.873.668.296
2015 96.786.384.437 115.525.853.438 186.311.696.153 1.071.569.410.377 41.589.468.750 91.899.415.611 1.506.895.844.329 1.603.682.228.767
2016 87.987.622.216 115.590.526.875 194.389.523.663 1.104.945.389.151 42.171.187.500 95.968.149.773 1.553.064.776.962 1.641.052.399.177
2017 79.988.747.469 116.122.673.880 203.561.462.365 1.144.055.903.585 42.945.024.000 100.622.002.829 1.607.307.066.658 1.687.295.814.127
2018 72.717.043.153 116.275.892.850 212.398.709.084 1.180.787.878.302 43.601.805.000 105.079.366.811 1.658.143.652.047 1.730.860.695.201
2019 66.106.402.867 116.504.972.325 221.698.501.924 1.219.621.950.000 44.309.722.500 109.775.063.534 1.711.910.210.283 1.778.016.613.150
2020 60.096.729.879 116.658.316.125 231.195.094.849 1.259.064.573.113 45.012.712.500 114.564.152.392 1.766.494.848.980 1.826.591.578.859
2021 54.633.390.799 116.735.924.250 240.888.487.861 1.299.115.747.642 45.710.775.000 119.446.633.386 1.821.897.568.139 1.876.530.958.938
2022 49.666.718.908 116.737.796.700 250.778.680.959 1.339.775.473.585 46.403.910.000 124.422.506.516 1.878.118.367.759 1.927.785.086.667
2023 45.151.562.644 116.663.933.475 260.865.674.142 1.381.043.750.943 47.092.117.500 129.491.771.780 1.935.157.247.841 1.980.308.810.485
2024 41.046.875.131 116.514.334.575 271.149.467.412 1.422.920.579.717 47.775.397.500 134.654.429.181 1.993.014.208.385 2.034.061.083.516
2025 37.315.341.028 116.617.500.000 282.425.625.912 1.469.545.524.764 48.590.625.000 140.335.091.651 2.057.514.367.327 2.094.829.708.355
Jumlah 1.255.996.349.721 1.853.730.959.670 3.370.888.450.886 18.761.915.626.604 694.052.391.000 1.666.943.537.676 26.347.530.965.836 27.603.527.315.557
153

Tabel 103. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 2
Jumlah konservasi sumber daya alam PV manfaat
Manfaat konservasi
Volume daur konservasi
Konservasi Penghematan Harga ruang sumberdaya material
Tahun ulang plastik Harga bahan bakar sumberdaya
energi (bahan ruang landfill daur ulang plastik
(ton) (Rp/l) material daur ulang
bakar) (liter) landfill (m3) (Rp/m3) (Rp)
plastik (Rp)
2010 182,189 472,141,427 4,180,690 7,352 40,000 3,638,411,383,692 3,638,411,383,692
2011 187,941 487,048,891 4,312,692 8,087 44,000 4,128,620,244,792 3,753,291,131,629
2012 194,897 505,073,793 4,472,298 8,896 48,400 4,709,555,278,483 3,892,194,445,028
2013 201,127 521,217,963 4,615,250 9,786 53,240 5,346,100,566,471 4,016,604,482,698
2014 207,740 538,357,024 4,767,012 10,764 58,564 6,074,084,342,725 4,148,681,335,103
2015 214,314 555,392,904 4,917,861 11,840 64,420 6,892,923,299,058 4,279,963,054,597
2016 220,989 572,691,626 5,071,036 13,025 70,862 7,818,377,528,920 4,413,270,290,394
2017 228,811 592,962,550 5,250,530 14,327 77,949 8,904,627,470,158 4,569,481,876,132
2018 236,158 612,000,681 5,419,108 15,760 85,744 10,109,579,225,168 4,716,193,319,356
2019 243,924 632,128,325 5,597,333 17,336 94,318 11,486,272,386,715 4,871,300,763,183
2020 251,813 652,571,380 5,778,351 19,069 103,750 13,043,512,789,488 5,028,838,826,575
2021 259,823 673,329,847 5,962,162 20,976 114,125 14,804,273,390,234 5,188,807,509,532
2022 267,955 694,403,725 6,148,766 23,074 125,537 16,794,379,308,647 5,351,206,812,052
2023 276,209 715,793,015 6,338,162 25,381 138,091 19,042,854,834,797 5,516,036,734,137
2024 284,584 737,497,716 6,530,352 27,919 151,900 21,582,311,946,841 5,683,297,275,787
2025 293,909 761,663,359 6,744,332 30,711 167,090 24,518,451,294,054 5,869,522,302,642
Jumlah 178,894,335,290,242 74,937,101,542,536
154

Tabel 104. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 2
Volume Jumlah konservasi sumber daya alam PV manfaat
Manfaat konservasi
daur Konservasi Harga Harga konservasi sumber
Penghema Penghema sumberdaya material
Tahun ulang energi Penghema bahan ruang daya material
tan ruang tan air daur ulang kertas
kertas (bahan tan air (m3) bakar landfill daur ulang kertas
landfill (m3) (Rp/m3) (Rp)
(ton) bakar) (liter) (Rp/l) (Rp/m3) (Rp)
2010 211,661 302,862,746 316,857 5,607,959 7,352 40,000 7,750 2,282,782,856,561 2,282,782,856,561
2011 221,535 316,991,082 331,638 5,869,567 8,087 44,000 8,525 2,628,200,392,028 2,389,273,083,662
2012 232,946 333,319,106 348,720 6,171,905 8,896 48,400 9,378 3,039,935,193,413 2,512,343,135,052
2013 243,612 348,580,675 364,687 6,454,496 9,786 53,240 10,315 3,497,036,042,443 2,627,374,937,974
2014 254,854 364,667,059 381,517 6,752,359 10,764 58,564 11,347 4,024,259,911,138 2,748,623,667,194
2015 266,160 380,843,890 398,441 7,051,898 11,840 64,420 12,481 4,623,056,120,153 2,870,554,122,702
2016 277,699 397,355,957 415,716 7,357,643 13,025 70,862 13,730 5,305,845,339,720 2,995,011,371,169
2017 290,802 416,104,522 435,331 7,704,801 14,327 77,949 15,103 6,111,811,880,040 3,136,325,883,342
2018 303,427 434,168,935 454,230 8,039,291 15,760 85,744 16,613 7,014,859,454,456 3,272,483,706,638
2019 316,712 453,178,848 474,118 8,391,288 17,336 94,318 18,274 8,054,202,508,389 3,415,768,101,698
2020 330,279 472,591,046 494,427 8,750,734 19,069 103,750 20,102 9,239,130,198,786 3,562,084,648,308
2021 344,126 492,405,526 515,157 9,117,629 20,976 114,125 22,112 10,589,152,484,423 3,711,433,346,468
2022 358,255 512,622,291 536,308 9,491,973 23,074 125,537 24,323 12,126,304,115,667 3,863,814,196,180
2023 372,665 533,241,338 557,880 9,873,766 25,381 138,091 26,755 13,875,462,357,832 4,019,227,197,441
2024 387,356 554,262,669 579,873 10,263,007 27,919 151,900 29,431 15,864,703,797,739 4,177,672,350,253
2025 403,465 577,312,516 603,987 10,689,810 30,711 167,090 32,374 18,176,907,507,923 4,351,407,139,515
Jumlah 126,453,650,160,712 51,936,179,744,156
155

Tabel 105 Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 2
Jumlah konservasi sumber daya alam Manfaat konservasi PV manfaat konservasi
Volume
Konservasi Penghematan Harga bahan Harga ruang sumberdaya material sumberdaya material
Tahun daur ulang
energi (bahan ruang landfill bakar landfill daur ulang logam daur ulang logam
logam (ton)
bakar) (liter) (m3) (Rp/l) (Rp/m3) (Rp) Rp)
2010 25,708 7,356,843 78,654 7,352 40,000 57,233,659,980 57,233,659,980
2011 26,053 7,455,445 79,708 8,087 44,000 63,800,826,931 58,000,751,756
2012 26,546 7,596,768 81,219 8,896 48,400 71,511,236,911 59,100,195,794
2013 26,924 7,704,688 82,373 9,786 53,240 79,779,835,522 59,939,771,241
2014 27,336 7,822,645 83,634 10,764 58,564 89,101,373,924 60,857,437,282
2015 27,726 7,934,408 84,829 11,840 64,420 99,411,815,981 61,726,916,307
2016 28,114 8,045,388 86,015 13,025 70,862 110,882,535,969 62,590,300,853
2017 28,630 8,193,020 87,594 14,327 77,949 124,208,939,699 63,738,825,763
2018 29,068 8,318,320 88,933 15,760 85,744 138,719,386,088 64,713,617,388
2019 29,540 8,453,376 90,377 17,336 94,318 155,068,792,524 65,764,305,593
2020 30,008 8,587,492 91,811 19,069 103,750 173,281,917,375 66,807,680,424
2021 30,474 8,720,668 93,235 20,976 114,125 193,566,113,359 67,843,741,879
2022 30,936 8,852,904 94,649 23,074 125,537 216,151,376,863 68,872,489,959
2023 31,395 8,984,200 96,052 25,381 138,091 241,292,784,179 69,893,924,664
2024 31,850 9,114,555 97,446 27,919 151,900 269,273,186,661 70,908,045,995
2025 32,394 9,270,084 99,109 30,711 167,090 301,254,797,078 72,118,003,255
Jumlah 2,384,538,579,047 1,030,109,668,133
156

ii) Total manfaat eksternalitas


Total manfaat eksternalitas diperoleh dari penjumlahan nilai konservasi
energi dan nilai konservasi sumberdaya material sampah dari material daur ulang,
diperoleh total manfaat eksternalitas sebesar Rp 127.903.390.954.825 untuk tahun
2010-2025 dapat dilihat pada Tabel 106.

Tabel 106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2


PV manfaat PV manfaat PV manfaat
Total manfaat
konservasi SDA konservasi SDA konservasi SDA
Tahun eksternalitas
daur ulang plastik daur ulang kertas daur ulang logam
(Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
2010 3,638,411,383,692 2,282,782,856,561 57,233,659,980 5,978,427,900,234
2011 3,753,291,131,629 2,389,273,083,662 58,000,751,756 6,200,564,967,047
2012 3,892,194,445,028 2,512,343,135,052 59,100,195,794 6,463,637,775,874
2013 4,016,604,482,698 2,627,374,937,974 59,939,771,241 6,703,919,191,914
2014 4,148,681,335,103 2,748,623,667,194 60,857,437,282 6,958,162,439,579
2015 4,279,963,054,597 2,870,554,122,702 61,726,916,307 7,212,244,093,606
2016 4,413,270,290,394 2,995,011,371,169 62,590,300,853 7,470,871,962,416
2017 4,569,481,876,132 3,136,325,883,342 63,738,825,763 7,769,546,585,237
2018 4,716,193,319,356 3,272,483,706,638 64,713,617,388 8,053,390,643,382
2019 4,871,300,763,183 3,415,768,101,698 65,764,305,593 8,352,833,170,474
2020 5,028,838,826,575 3,562,084,648,308 66,807,680,424 8,657,731,155,307
2021 5,188,807,509,532 3,711,433,346,468 67,843,741,879 8,968,084,597,879
2022 5,351,206,812,052 3,863,814,196,180 68,872,489,959 9,283,893,498,191
2023 5,516,036,734,137 4,019,227,197,441 69,893,924,664 9,605,157,856,243
2024 5,683,297,275,787 4,177,672,350,253 70,908,045,995 9,931,877,672,034
2025 5,869,522,302,642 4,351,407,139,515 72,118,003,255 10,293,047,445,412
Jumlah 74,937,101,542,536 51,936,179,744,156 1,030,109,668,133 127,903,390,954,825

d. Biaya investasi dan operasional


Investasi modal sebagai biaya langsung sebesar 45.500.000 EURO atau Rp
651.000.000.000, mencakup pembiayaan pembelian peralatan pengolahan sebagai
berikut:.

2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 = Rp. 42.923.076.923


8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 171.692.307.692
9 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 128.769.230.769
9 Unit Power Generator kap2MW@ EUR1.500.000 = Rp 193.153.846.154
1 Unit Pyrolysis Equipment@ EUR8.000.000 = Rp 114.461.538.462
Total Rp 651.000.000.000

Biaya yang dibutuhkan untuk operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2


Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 107.
157

Tabel 107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010
No. Jenis biaya Jumlah (Rp)
Biaya tetap (Fixed cost) 9.100.000.000
1 Gaji dan upah karyawan utama 3.185.000.000
2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 182.000.000
3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 637.000.000
4 Biaya utilitas kantor 182.000.000
5 Asuransi 364.000.000
6 Depresiasi 910.000.000
7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat 3.640.000.000
Biaya tidak tetap (Variable cost) 408.365.371.300
1 Produksi kompos 34.225.956.743
2 Daur ulang kertas 44.448.820.100
3 Daur ulang plastik 273.283.457.689
4 Daur ulang logam 19.281.033.750
5 Produksi RDF 21.779.999.218
6 Pengolahan sampah B3 7.478.704.000
7 Landfill 7.867.399.800
Total biaya operasional 417.465.371.300

Total biaya meliputi penjumlahan dari Biaya Investasi dan Biaya


Operasional. Total biaya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 mencapai Rp
9.114.503.640.683 sesuai dengan Tabel 108.
Tabel 108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2
Tahun Biaya Investasi Biaya Operasional Total Biaya PV Total Biaya
(Rp) (Rp) Investasi & Investasi &
Operasional (Rp) Operasional (Rp)
2010 685.692.307.692 417.465.371.299 1.103.157.678.991 1.103.157.678.991
2011 472.411.873.313 472.411.873.313 429.465.339.375
2012 537.407.937.863 537.407.937.863 444.138.791.622
2013 608.456.939.420 608.456.939.420 457.142.704.297
2014 689.551.762.378 689.551.762.378 470.973.131.875
2015 780.581.325.764 780.581.325.764 484.679.589.549
2016 883.262.944.563 883.262.944.563 498.578.905.589
2017 1.003.583.223.692 1.003.583.223.692 514.996.878.558
2018 1.136.782.131.026 1.136.782.131.026 530.317.253.814
2019 1.288.697.576.474 1.288.697.576.474 546.533.572.985
2020 1.460.228.559.618 1.460.228.559.618 562.981.322.194
2021 1.653.839.060.535 1.653.839.060.535 579.660.501.442
2022 1.872.295.702.640 1.872.295.702.640 596.571.110.728
2023 2.118.704.241.820 2.118.704.241.820 613.713.150.052
2024 2.396.550.386.997 2.396.550.386.997 631.086.619.416
2025 2.717.329.551.722 2.717.329.551.722 650.507.090.198
Jumlah 20.722.840.896.814 9.114.503.640.683

Biaya operasional tidak langsung digunakan untuk kegiatan pengolahan


sampah untuk energi listrik, didaur ulang maupun dijadikan kompos pada tahun
158

2010 sebesar 2.291.583 ton/tahun. Jumlah sampah basah sebesar 1.267.628


ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses anerobic digestion sebesar 292.000
ton/tahun dan bahan baku proses komposting sebesar 975.628 ton/tahun. Jumlah
sampah kering kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 553.350
ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 69.350
ton/tahun dan di jual sebagai RDF sebesar 484.000 ton/tahun lihat Tabel 109.
Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan
untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill.
Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya
penutupan lapisan landfill. Biaya untuk membuang dan mengolah sampah di
landfill memerlukan biaya sebesar Rp 60.000 per-ton dengan kenaikan biaya
sebesar 10% setiap tahun. Dari volume sampah yang diolah di landfill diperlukan
biaya sebesar = 131.123 ton x Rp 60.000 per-ton = Rp 7.867.399.800,-. Total
biaya pengolahan sampah landfill seperti pada Tabel 110.

5.7.3 Nilai Ekonomi Total TPST


Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang meliputi jumlah dari keseluruhan
nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung dan nilai biaya. Nilai manfaat
langsung meliputi nilai penerimaan dari tipping fee.. Nilai manfaat tidak langsung
meliputi nilai ekonomi material daur ulang, energi listrik, konservasi sumberdaya
material sampah dengan asumsi dampak negatif operasional TPST Bantar Gebang
sudah sangat kecil. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa
konservasi sumberdaya diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
sebesar Rp 31.753.236.859.473,- dan nilai manfaat dengan konservasi
sumberdaya Rp 159.656.627.814.298,- rincian pada Tabel 111. Nilai biaya
TPST Bantar Gebang Skenario 1 diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2025 sebesar Rp 9.028.947.332.991,-dengan rincian pada Tabel 112. Nilai
ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi
sumberdaya adalah nilai manfaat (tanpa konservasi sumberdaya) dikurangi nilai
biaya menjadi sebesar Rp 22.724.289.526.482,-. Rencana TPST Bantar Gebang
Skenario Skenario 1 positif memenuhi kelayakan. Nilai manfaat konservasi
sumberdaya material sampah bersifat intangible namun penting untuk diketahui
besaran penghematannya penggunaan material, ruang dan energi bila dilakukan
159

daur ulang material sampah. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah
sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai konservasi atau penghematan penggunaan
material dan energi nilainya sangat besar, maka masuk akal China mengimpor
sebagian besar produk daur ulang plastik dan kertas dari seluruh dunia, termasuk
dari bijih plastik daur ulang dari Indonesia. Produk daur ulang berupa bijih plastik
dan kertas harganya jauh lebih murah dan menghemat pemakaian energi untuk
pengolahannya dibanding material original. Nilai ekonomi total TPST Bantar
Gebang Skenario 1 dengan konservasi sumberdaya sebesar Rp
150.627.680.481.307,-
Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi
sumberdaya diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp
32.277.342.825.557,- dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp
160.180.733.825.557,- rincian pada Tabel 113. Nilai biaya TPST Bantar
Gebang Skenario 2 diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar
Rp 9.114.503.640.683,-dengan rincian pada Tabel 114. Nilai ekonomi total
TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya adalah nilai
manfaat (tanpa konservasi sumberdaya) dikurangi nilai biaya menjadi sebesar Rp
23.162.839.184.874,-. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah
sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang
Skenario 2 dengan konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp
151.066.230.139.699,- Rencana TPST Bantar Gebang Skenario Skenario 2 positif
berarti memenuhi kelayakan.
Nilai manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 2 (tanpa konservasi
sumberdaya) sebesar Rp 23.162.839.184.874,-) lebih besar dari pada nilai
manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 1 (tanpa konservasi sumberdaya)
sebesar Rp 22.724.289.526.482,-.
160

Tabel 109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2
Volume Volume Jumlah Sampah basah (ton/tahun) Sampah Jumlah Jumlah sampah
sampah sampah masuk sampah Bahan baku kering sampah dibuang ke
Tahun Bahan baku
masuk per tahun daur ulang Anaerobic Jumlah Gasifikasi B3 landfill
(ton/hari) (ton/tahun) (ton/tahun) Kompos (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
Digestion
2010 6,740 2,460,100 470,605 292,000 975,628 1,267,628 69,350 37,394 131,123
2011 6,850 2,500,250 488,234 292,000 977,102 1,269,102 69,350 38,004 128,313
2012 7,000 2,555,000 509,092 292,000 985,257 1,277,257 69,350 38,836 126,064
2013 7,120 2,598,800 528,160 292,000 987,181 1,279,181 69,350 39,502 123,079
2014 7,250 2,646,250 548,333 292,000 990,201 1,282,201 69,350 40,223 120,087
2015 7,375 2,691,875 568,498 292,000 991,621 1,283,621 69,350 40,917 116,827
2016 7,500 2,737,500 589,026 292,000 992,339 1,284,339 69,350 41,610 113,387
2017 7,660 2,795,900 612,717 292,000 998,252 1,290,252 69,350 42,498 110,270
2018 7,800 2,847,000 635,244 292,000 999,954 1,291,954 69,350 43,274 106,649
2019 7,950 2,901,750 659,006 292,000 1,002,500 1,294,500 69,350 44,107 102,954
2020 8,100 2,956,500 683,204 292,000 1,004,204 1,296,204 69,350 44,939 99,043
2021 8,250 3,011,250 707,838 292,000 1,005,066 1,297,066 69,350 45,771 94,915
2022 8,400 3,066,000 732,907 292,000 1,005,087 1,297,087 69,350 46,603 90,570
2023 8,550 3,120,750 758,412 292,000 1,004,266 1,296,266 69,350 47,435 86,008
2024 8,700 3,175,500 784,353 292,000 1,002,604 1,294,604 69,350 48,268 81,229
2025 8,875 3,239,375 813,020 292,000 1,003,750 1,295,750 69,350 49,239 76,449
Jumlah 124,120 45,303,800 10,088,648 4,672,000 15,925,011 20,597,011 1,109,600 688,618 1,706,967
161

Tabel 110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill
Skenario 2
Jumlah sampah Total biaya PV total biaya
yang dibuang ke Biaya landfill pengolahan pengolahan
Tahun
landfill (Rp/ton) sampah di sampah di landfill
(ton/tahun) landfill (Rp) (Rp)
2010 131,123 60,000 7,867,399,800 7,867,399,800
2011 128,313 66,000 8,468,646,780 8,468,646,780
2012 126,064 72,600 9,152,224,620 9,152,224,620
2013 123,079 79,860 9,829,102,356 9,829,102,356
2014 120,087 87,846 10,549,147,229 10,549,147,229
2015 116,827 96,631 11,289,099,343 11,289,099,343
2016 113,387 106,294 12,052,345,800 12,052,345,800
2017 110,270 116,923 12,893,136,686 12,893,136,686
2018 106,649 128,615 13,716,647,306 13,716,647,306
2019 102,954 141,477 14,565,621,528 14,565,621,528
2020 99,043 155,625 15,413,483,162 15,413,483,162
2021 94,915 171,187 16,248,145,855 16,248,145,855
2022 90,570 188,306 17,054,779,695 17,054,779,695
2023 86,008 207,136 17,815,349,629 17,815,349,629
2024 81,229 227,850 18,508,085,616 18,508,085,616
2025 76,449 250,635 19,160,849,377 19,160,849,377
Jumlah 1,706,967 2,156,984 214,584,064,781 214,584,064,781

Tabel 111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai
2025

Nilai manfaat langsung (Rp)


Nilai penerimaan dari tipping fee (A) 4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung (B = A) 4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung (Rp)
Nilai ekonomi energi listrik (C) 1.064.770.383.637
Nilai ekonomi material daur ulang (D) 26.014.650.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung (tanpa konservasi sumberdaya) (E = C + D) 27.079.421.349.473
Nilai konservasi sumberdaya material sampah (F) 127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung (dengan konservasi sumberdaya) (G = E + F) 154.982.812.304.298
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya (H = B + E) 31.753.236.859.473
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya (I = B + G) 159.656.627.814.298
162

Tabel 112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan
tahun 2025
Tahun Biaya langsung (Rp) Biaya tidak langsung (Rp) Total nilai biaya (Rp)
2010 716.967.399.800 394.256.471.499 1.111.223.871.299
2011 16.798.769.800 406.425.069.575 423.223.839.375
2012 16.663.822.000 421.233.469.622 437.897.291.622
2013 16.484.750.080 434.416.454.217 450.901.204.297
2014 16.305.209.500 448.426.422.375 464.731.631.875
2015 16.109.642.500 462.328.447.049 478.438.089.549
2016 15.903.235.000 476.434.170.589 492.337.405.589
2017 15.716.217.760 493.039.160.798 508.755.378.558
2018 15.498.917.200 508.576.836.614 524.075.753.814
2019 15.277.245.400 525.014.827.585 540.292.072.985
2020 15.042.565.000 541.697.257.194 556.739.822.194
2021 14.794.876.000 558.624.125.442 573.419.001.442
2022 14.534.178.400 575.795.432.328 590.329.610.728
2023 14.260.472.200 593.211.177.852 607.471.650.052
2024 13.973.757.400 610.871.362.016 624.845.119.416
2025 13.686.955.000 630.578.635.198 644.265.590.198
Jumlah 948.018.013.040 8.080.929.319.951 9.028.947.332.991

Tabel 113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
2025
Nilai manfaat langsung (Rp)
Nilai penerimaan dari tipping fee (A) 4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung (B = A) 4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung (Rp)
Nilai ekonomi energi listrik (C) 1.255.996.349.721
Nilai ekonomi material daur ulang (D) 26.347.530.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung (tanpa konservasi sumberdaya) (E = C + D) 27.603.527.315.557
Nilai konservasi sumberdaya material sampah (F) 127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung (dengan konservasi sumberdaya) (G = E + F) 155.506.918.270.382
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya (H = B + E) 32.277.342.825.557
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya (I = B + G) 160.180.733.780.382
163

Tabel 114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai
dengan tahun 2025
Tahun Biaya langsung Biaya tidak langsung Total nilai biaya
(Rp) (Rp) (Rp)

2010 702.659.707.492 400.497.971.499 1.103.157.678.991


2011 16.798.769.800 412.666.569.575 429.465.339.375
2012 16.663.822.000 427.474.969.622 444.138.791.622
2013 16.484.750.080 440.657.954.217 457.142.704.297
2014 16.305.209.500 454.667.922.375 470.973.131.875
2015 16.109.642.500 468.569.947.049 484.679.589.549
2016 15.903.235.000 482.675.670.589 498.578.905.589
2017 15.716.217.760 499.280.660.798 514.996.878.558
2018 15.498.917.200 514.818.336.614 530.317.253.814
2019 15.277.245.400 531.256.327.585 546.533.572.985
2020 15.042.565.000 547.938.757.194 562.981.322.194
2021 14.794.876.000 564.865.625.442 579.660.501.442
2022 14.534.178.400 582.036.932.328 596.571.110.728
2023 14.260.472.200 599.452.677.852 613.713.150.052
2024 13.973.757.400 617.112.862.016 631.086.619.416
2025 13.686.955.000 636.820.135.198 650.507.090.198
Jumlah 933.710.320.732 8.180.793.319.951 9.114.503.640.683

Rekapitulasi nilai ekonomi dari 2 Skenario TPST Bantar Gebang dapat


dilihat pada Tabel 115.
Tabel 115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar Gebang
Konservasi
Nilai Ekonomi Existing Setelah Pengembangan*
Sumberdaya Alam dan
(Rp) (Rp) (Rp)
Energi (Rp)
1,70 Trilyun Skenario 1 : 9,03 Trilyun
Biaya
Skenario 2 : 9,11 Trilyun
2,19 Trilyun Skenario 1 : 31,75 Trilyun
Manfaat 127,90 Trilyun
Skenario 2 : 32,28 Trilyun
Nilai Ekonomi Skenario 1 : 22,72 Trilyun
0,48 Trilyun
Total Skenario 2 : 23,16 Trilyun
* Tidak termasuk nilai konservasi
Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 ada yang sama yaitu
produksi kompos 380.288 ton/tahun, kertas daur ulang 211. 661 ton/tahun,
plastik daur ulang 182.189 ton/tahun, logam daur ulang 25.708 ton/tahun.
Perbedaan Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 yaitu Skenario 1
menghasilkan tenaga listrik 26 MW, Bahan bakar biomassa RDF 114.701
ton/tahun sedang Skenario 2 menghasilkan tenaga listrik 31 MW dan bahan bakar
biomassa RDF 484.000 ton/tahun. Jadi dapat dilihat Skenario 2 lebih
menguntungkan lebih banyak menghasilkan tenaga listrik dan lebih banyak
164

menghasilkan RDF. Pada saat ini tenaga listrik sangat diperlukan, karena masalah
kekurangan tenaga listrik menjadi isu nasional. Sedangkan peran RDF sebagai
bahan bakar subtitusi batubara masih belum penting, kecuali ada kenaikan harga
batubara yang sangat tinggi.

5.7.4 Nilai Benefit Cost Ratio TPST


Penggunaan Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio, BCR) yang
paling cocok dari sudut pandang masyarakat serta menggunakan tingkat potongan
(Discount Rate) untuk pembangunan fasilitas publik biasanya diambil angka 10%.
Kriteria manfaat meliputi eksternalitas manfaat dalam hal ini manfaat konservasi
sumberdaya material sampah tidak diperhitungkan karena bersifat intangible,
sedangkan yang termasuk biaya mencakup biaya esternalitas ditambah biaya
investasi.
Berdasarkan Tabel 111 dan Tabel 112, Benefit Cost Ratio (BCR) TPST
Bantar Gebang Skenario 1 adalah 31.753.236.859.473 : 9.028.947.332.991,- =
3,52 berarti BCR Skenario 1 sebesar 3,52 > 1. Investasi pengelolaan TPST
Bantar Gebang pada Skenario 1 layak dilaksanakan.
Berdasarkan Tabel 113 dan Tabel 114, Benefit Cost Ratio (BCR) TPST
Bantar Gebang Skenario 2 adalah 32.277.342.825.557 : 9.114.503.640.683=
3,54 berarti BCR= 3,54 > 1. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada
Skenario 2 layak dilaksanakan.
Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada Skenario 2 lebih baik dari
Skenario 1 dilihat dari perbandingan besarnya manfaat dengan biaya, walaupun
biaya untuk Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 sebesar Rp
85.556.307.692 karena ada biaya pengolahan RDF yang jumlah lebih besar dan
nilai jualnya kecil.
Berdasarkan kedua analisa yaitu Nilai Ekonomi Total (NET) dan BCR,
untuk NET Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 dan hasil analisis BCR
Skenario 2 lebih baik dari Skenario 1 maka Skenario 2 direkomendasi untuk
dilaksanakan yaitu energi listrik yang dihasilkan Skenario 2 sebesar 31 MW lebih
besar dibanding Skenario 1 sebesar 26 MW dan adanya prinsip untuk pengolahan
sampah kering dengan memaksimalkan kegiatan daur ulang sampah sebagai
upaya konservasi sumberdaya alam dan energi; dan kegiatan pengolahan sampah
165

basah secara anaerobik digestion yang mengurangi emisi gas metana. Langkah ini
sebagai upaya pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan.

5.7.5 Analisis Kelayakan Finansial TPST


Usaha sebagai operator pengelola TPST merupakan bisnis baru di
Indonesia sedangkan di Amerika Serikat dan negara maju lainnya sudah biasa
dilakukan oleh perusahaan swasta misal Waste Management inc yang sudah go
publik terdaftar pada New York Stock Exchange. Operator pengelola TPST dapat
menjalankan usaha dengan baik apabila pendapatan dari tipping fee memadai
contohnya Pemerintah DKI JAKARTA membayar tipping fee Rp 107.800,- per
ton sampah disamping pendapatan dari penjualan kompos dan material daur ulang
sampah. Usaha daur ulang sampah mempunyai resiko jatuhnya harga material
hasil daur ulang seperti plastik dan kertas pada waktu kondisi ekonomi melemah.
Pengukuran potensi bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
dilakukan dengan menyusun proyeksi pendapatan (Income Statement Projection)
kemudian diestimasi kondisi kesehatan finansialnya dengan mengukur EBITDA
dan DCR (Debt Coverage Ratio)-nya. Asumsi yang dilakukan adalah pinjaman
untuk mesin dan peralatan mendapat kredit ekspor dari negara asal barang sebesar
100% dari nilai barang dengan bunga pinjaman menggunakan angka yang besar
yaitu sebesar 12% per tahun walaupun umumnya kredit besaran kredit ekspor
lebih rendah yaitu antara 3,5% - 8% per tahun dengan jangka waktu pengembalian
selama 15 tahun.

Berdasarkan proyeksi pendapatan yang dapat dilihat pada Lampiran 2


untuk Skenario 1 dan Lampiran 3 untuk Skenario dapat dilihat bahwa proyeksi
laba bersih Skenario 1 terus meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp 1.008
milyar sampai Tahun 2025 sebesar Rp 6.090 milyar dan Skenario 2 juga terus
meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp1.020 milyar sampai Tahun 2025 sebesar
Rp 6.165 milyar dengan asumsi pembangunan TPST berjalan baik dan pemasaran
produk kompos dan daur ulang sampah berjalan lancar.

EBITDA adalah singkatan dari "earnings before interest, taxes,


depreciation and amortization", kata-kata ini sering digunakan sebagai alat
166

pengukur nilai sebuah bisnis. EBITDA digunakan untuk menganalisis


profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga
dan beban lainnya) dan depresiasi serta amortisasi. EBITDA dapat digunakan
sebagai estimasi cash flow yang tersedia untuk membayarkan hutang pada asset
jangka panjang, seperti peralatan. Asumsi yang diambil disini adalah pinjaman
untuk pembelian peralatan dari luar negeri menggunakan fasilitas kredit ekspor
dari negara asal barang dengan bunga sebesar 12% per tahun. Bunga sebesar 12%
diambil sebagai angka aman karena biasanya bunga pinjaman untuk kredit ekspor
dari rendah antara 3,5% - 8% per tahun. Estimasi berdasarkan EBITDA akan lebih
akurat. EBITDA juga dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
dibandingkan lainya dan terhadap rata-rata industri serta EBITDA merupakan
pengukuran terbaik bagi trend profit di masa akan datang. Berdasarkan proyeksi
pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel
Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran
EBITDA mulai dari Rp 1,20 trilyun sampai Rp 6,59 trilyun. Sedangkan untuk
Skenario 2 berdasarkan Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun
2015 Skenario 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 3 besaran EBITDA mulai dari
Rp 1,2 trilyun pada Tahun 2010 sampai Rp 6,6 trilyun pada Tahun 2025. Besaran
EBITDA Rp 1,2 trilyun sampai Rp 6,6 trilyun dengan trend yang semakin
meningkat dan asumsi penjualan dan pembayaran lancar menunjukkan prospek
bisnis operator TPST Bantar Gebang sangat baik dimana trend profit semakin
meningkat di masa akan datang.

Debt Coverage Ratio (DCR) diukur dengan membagi EBITDA dengan


pembayaran hutang. DCR adalah rasio kas yang tersedia untuk pembayaran
hutang untuk pembayaran bunga, pokok dan sewa. Ini adalah patokan yang
populer digunakan dalam pengukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan cukup uang untuk menutup utang (termasuk sewa) pembayaran.
Semakin tinggi rasio ini, semakin mudah untuk mendapatkan pinjaman. Ungkapan
ini juga digunakan dalam perbankan komersial dan dapat dinyatakan sebagai rasio
minimum yang dapat diterima oleh pemberi pinjaman, mungkin kondisi pinjaman
atau perjanjian. DCR lebih dari 1 berarti bahwa (dalam teori, yang dihitung
dengan standar bank dan asumsi) entitas menghasilkan arus kas yang cukup untuk
167

membayar kewajiban utangnya. DCR bawah 1,0 menunjukkan bahwa tidak ada
arus kas yang cukup untuk menutupi pembayaran pinjaman. Berdasarkan proyeksi
pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel
Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran DCR
mulai dari 26,71 sampai 146,53. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel
Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 2 yang dapat
dilihat pada Lampiran 3 besaran DCR mulai dari 27,58 pada Tahun 2010 sampai
151,59 pada Tahun 2025. Besaran DCR sebesar 26,71 sampai 151,59 sampai Rp
6,6 trilyun menunjukkan arus kas perusahaan sangat mampu untuk menutupi
pembayaran pinjaman.

Prospek bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)


sangat baik berdasarkan proyeksi angka EBITDA dan DCR di atas dimana arus
kas perusahaan sangat kuat dengan trend yang semakin meningkat dan perusahaan
sangat mampu untuk menutupi pembayaran pinjaman. Bisnis pengelolaan sampah
khususnya TPST patut didukung penuh oleh pemerintah dan pemerintah daerah
karena bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar tempat pembuangan
akhir sampah dengan diolahnya seluruh sampah yang masuk dan sekaligus
meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan menyerap banyak tenaga kerja.

5.7.6 Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca

Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM), adalah mekanisme di bawah


Protokol Kyoto untuk mempromosikan transfer teknologi dan investasi dari
negara-negara industri ke negara berkembang untuk proyek-proyek difokuskan
pada mitigasi emisi gas rumah kaca. Ini menyediakan bagi negara-negara industri
untuk berinvestasi dalam mengurangi emisi-proyek di negara berkembang dan
menggunakan Certified Pengurangan Emisi yang dihasilkan (CER) kredit
terhadap kepatuhan mereka sendiri dengan pembatasan emisi target yang
ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Proyek energi terbarukan yang mendukung
transisi dari penggunaan bahan bakar konvensional menjadi penggunaan bahan
bakar yang dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca. Gas-gas penghasil efek
rumah kaca itu di antaranya adalah: karbon dioksida, metana, nitrous oxide, sulfur
heksafluorida, HFC, dan PFC. Gas metana paling banyak dihasilkan dari sampah.
168

Gas metana termasuk golongan gas rumah kaca yang memiliki nilai global
warming potential lebih kuat sebesar 21 kali lipat dibanding karbondioksida
(CO2).Mereka yang menjalankan proyek CDM ini memperoleh sertifikat reduksi
emisi (certified emission reduction –CER), yang dapat diperjualbelikan. Satu unit
reduksi emisi gas rumah kaca sebanding dengan 1 metrik ton CO 2 menurut
protokol Kyoto. Sertifikat itu kemudian dijual ke negara maju untuk membantu
mengurangi target pengurangan emisi gas rumah kaca di negaranya.
CDM diharapkan menghasilkan 2,6 milyar CER hingga periode Protokol Kyoto
berakhir pada 2012. Harga CER di pasar spot dunia kini 10 euro hingga 12 euro
per ton CO2. TPST Bantar Gebang diharapkan memperoleh pendapatan CER dari
kegiatan pengurangan emisi GRK dimana gas metana dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Pendaftaran untuk mendapatkan CER memerlukan
persyaratan yang ketat dan terbuka, proses penerbitannya dirancang untuk
memastikan pengurangan emisi nyata, terukur dan dapat diverifikasi dibandingkan
tanpa adanya proyek ini. Mekanisme ini diawasi oleh Dewan Eksekutif CDM,
untuk pendaftaran proyek harus disetujui oleh Otoritas Nasional Ditunjuk (DNA),
di Indonesia oleh Komite Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KNMPB).
Kompensasi / insentif dari perdagangan karbon ini dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pengelolaan sampah dari hulu (sumber) sampai hilir (TPA).
Berdasarkan perhitungan ada potensi pendapatan sebesar Rp 333.023.707.731,-
dengan harga CER 10 euro per ton ekivalen CO2 apabila sampah yang masuk ke
TPST Bantar Gebang diolah dapat dilihat pada Tabel 116.
Cara mendapatkan dana CER cukup berat yaitu tidak menjual hasil
pengolahan sampah yang mempunyai potensi memcemarkan lingkungan.
Penjualan RDF pada pabrik pembuatan keramik,batu bata dan kapur mempunyai
potensi mencemarkan lingkungan sekitar industri tersebut. Pilihan antara
mendapatkan dana CER dengan potensi penjualan RDF yang lebih besar hasilnya
perlu pertimbangan yang matang. Pilihan tetap menjual RDF dari segi lingkungan
memang berpotensi menimbulkan pencemaran, namun ada sisi positifnya dari
sudut pandang lingkungan yaitu pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan
bakar tungku pemanasan industri tersebut. Penggunaan teknologi yang sedikit
menimbulkan polusi udara pada industri pembuatan batu bata dan pembakaran
169

kapur perlu dilakukan untuk memanfaatkan RDF sebagai bahan bakar industri
tersebut.
Tabel 116. Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi GRK
Potensi
Jumlah Potensi
Reduksi Nilai Nilai PV
Sampah Reduksi
Tahun CH4 CER CER CER
diolah CH4
Setara CO2 (Euro) (Rp) (Rp)
(ton/tahun) ( ton/tahun)
(ton/tahun)
2010 2.291.583 11.457,92 240.616,22 2.406.162,15 34.426.622.132 34.426.622.132
2011 2.333.933 11.669,67 245.062,97 2.450.629,65 35.062.849.337 31.875.317.579
2012 2.390.100 11.950,50 250.960,50 2.509.605,00 35.906.650.362 29.674.917.655
2013 2.436.219 12.181,10 255.803,00 2.558.029,95 36.599.499.535 27.497.745.706
2014 2.485.940 12.429,70 261.023,70 2.610.237,00 37.346.461.823 25.508.135.935
2015 2.534.131 12.670,66 266.083,76 2.660.837,55 38.070.438.806 23.638.747.233
2016 2.582.503 12.912,52 271.162,82 2.711.628,15 38.797.134.965 21.899.971.249
2017 2.643.132 13.215,66 277.528,86 2.775.288,60 39.707.968.949 20.376.466.625
2018 2.697.077 13.485,39 283.193,09 2.831.930,85 40.518.388.703 18.902.127.364
2019 2.754.689 13.773,45 289.242,35 2.892.423,45 41.383.898.071 17.550.812.611
2020 2.812.518 14.062,59 295.314,39 2.953.143,90 42.252.667.447 16.290.232.395
2021 2.870.564 14.352,82 301.409,22 3.014.092,20 43.124.696.829 15.114.943.156
2022 2.928.827 14.644,14 307.526,84 3.075.268,35 43.999.986.219 14.019.751.588
2023 2.987.307 14.936,54 313.667,24 3.136.672,35 44.878.535.615 12.999.713.183
2024 3.046.003 15.230,02 319.830,32 3.198.303,15 45.760.329.996 12.050.125.095
2025 3.113.687 15.568,44 326.937,14 3.269.371,35 46.777.151.771 11.198.078.226
Jumlah 333.023.707.731
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kebijakan Tahun 1990 -2009


1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum sepenuhnya sesuai
dengan petunjuk teknik operasional sanitary landfill.
2. Dampak-dampak yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang:
a. Dampak negatif antara lain: pencemaran air tanah, pencemaran udara
berupa bau busuk, penurunan kualitas udara dari emisi gas metana dan
penurunan nilai tanah.
b. Dampak positif antara lain adanya kesempatan kerja dan usaha kegiatan
daur-ulang sampah dan adanya jalan akses menuju TPA Sampah Bantar
Gebang
3. Nilai eksternalitas negatif mempunyai nilai sebesar Rp 1,7 trilyun sedangkan
Eksternalitas positif mempunyai nilai sebesar Rp 2,19 trilyun.
4. Nilai Ekonomi Total dampak pengelolaan TPA sampah berupa eksternalitas
positif sebesar Rp 482 miliar, yang berarti secara keseluruhan keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak positif terhadap masyarakat
sekitar. Benefit cost ratio (BCR) sebesar 1,28.
5. Kebijakan dan strategi pengelolaan TPA sampah adalah menjadikan TPA
Sampah Bantar Gebang sebagai TPST yang menghasilkan energi listrik dari
proses biodigester dan pirolisys serta memaksimalkan daur ulang sampah.

Alternatif Kebijakan ke Depan

1. Kebijakan TPA menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik dan


kompos.

2. Nilai Biaya Skenario 1 sebesar Rp 9,03 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp


9,11 Trilyun.

3. Nilai Manfaat Skenario 1 sebesar Rp 31,75 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp


32,28 Trilyun.
172

4. Nilai Ekonomi Total (Nilai Manfaat dikurangi Nilai Biaya) dari dampak
pengelolaan TPST Bantar Gebang Skenario 1 sebesar Rp 22,72 Trilyun dan
Skenario 2 sebesar Rp 23,16 Trilyun

5. Benefit cost ratio (BCR) Skenario 1 sebesar 3,52 dan Skenario 2 sebesar 3,54

6. Nilai manfaat konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp 127,9


Trilyun merupakan nilai sangat besar. Nilai sebesar ini menunjukan bahwa
usaha daur ulang sampah sangat bermanfaat dalam rangka penghematan
penggunaan sumberdaya dan energi serta mengurangi terjadinya degradasi
lingkungan.

6.2. Saran
1. TPA Sampah Bantar Gebang mengikuti aturan yang telah ditetapkan yaitu
menyediakan lahan parkir, lahan bongkar muat sampah, tidak menggunakan air
tanah dalam proses pengolahan sampah, melakukan penutupan timbunan
sampah dengan tanah penutup dan menetapkan zona penyangga.

2. Pengelola TPST disarankan menggunakan skenario 2 untuk memaksimalkan


pemanfaatan TPAS Bantar Gebang.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan potensi sampah basah
maupun kering sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik
pengganti migas dan batubara.

4. Perlu ada penelitian yang mengkaji pengurangan subsidi pengelolaan sampah


secara keseluruhan, yaitu mulai dari pengumpulan di sumber sampah sampai
dengan TPA.
173

DAFTAR PUSTAKA

Ahadis, MH. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap


Lingkungan Perairan di Sekitarnya : Studi Kasus TPA Sampah Bantar
Gebang, Bekasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anwar, AS. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi


Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Askari dan Wijayanti. 2004. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak


Lingkungan untuk Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup,
Bapedal, Jakarta.

Barton, AMF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons.
New York, Toronto, Brisbane, Chichester.

Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia
Persampahan Indonesia, Pokja AMPL. Percik. 5:16 – 17.

Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan
Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang
Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.Jakarta.

Brisson, I. Pearce, D. 1995. Benefit Transfer for Dissamenity from Waste


Disposal. Working Paper WM 95-06 CSERGE. London.

BSN. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. Jakarta

Defra, (Department for Environment, Food and Rural Affairs). 2004. Valuation
Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste
Management Options, Defra, London.

Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. Laporan Akhir WJEMP IBRD Loan 4612-
IND/IDA Credit 3519-IND Solid Waste Management for Jakarta: Master
Plan Review and Program Development (TA Package No. DKI 3-11.
Jakarta.

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi. 2008. Valuasi


Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA. Jakarta

Ditjen Penataan Ruang, 2008, Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA


Sampah
174

Dixon, J.A. dan Hufschmidth. 1986. Economic Analysis of The Enviromental


Impacts of Development Project. Earthsean Publication Limited, 3 Ed.
Sleight Street. London.

Djajadiningrat, ST. 2001. Untuk Generasi Masa Depan : Pemikiran, Tantangan


dan Permasalahan Lingkungan. Studi Tekno Ekonomi. Departemen Teknik
Industri Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen.


Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Eugene, A.S. 1987. Contamination by Landfill Leachate South Biscayne Bay


Florida. University of Miami. Miami

European Commission, DG Environment. 2005. Economic Analysis of Options


for Managing Biodegradable Municipal Waste. United Kingdom.

European Commission, DG Environment. 2000. A Study on the Economic


Valuation of Environmental Externalities from Landfill Disposal and
Incineration of Waste. United Kingdom.

Fauzi, A. 1999. Teknik Valuasi Ekosistem Mangrove. Bahan Pelatihan


Management for Mangrove Forest (Rehabilitation). Bogor.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Gani, A. 2007. Konversi Sampah Organik Menjadi Komarasca (Kompos-Arang-


Aktif-Asap Cair) dan Aplikasinya pada Tanaman Daun Dewa. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gittinger, JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. (Edi Series in


Economic Development). UI Press – John Hopkins. Jakarta.

Grigalunas, T.A and Conges, R. 1995. Environmental Economics for Integrated


Coastal Area Management: Valuation Methods and Policy Instrument.
UNEP Regional Seas Report and Studies. No. 164.

Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL : Sejarah, Teori dan Metode,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Haeruman, H. 1979. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


dalam Kerangka Strategi Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah FPS-IPB,
Bogor.

Herawati dan Yulimarni. 2007. Mengatasi Sampah dengan Daur Ulang. Jurnal
Khazanah Vol. 3 No. 1 71-72
175

Indrajaya, Denny D. 2008. Simulasi Perhitungan Replacement Cost dalam


Mengkaji Kebijakan Konversi Hutan Mangrove. Jurnal Ekonomi
Lingkungan Vol. 12/No. 2/2008. Jakarta.

Irawan. 2007. Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian: Pendekatan Nilai Manfaat


Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan Kering. (Disertasi). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irham. 2001. Analisis Biaya Manfaat Dalam Proyek Pembangunan Berdampak


Lingkungan. in Sulistiyo.L, Whiting.P, Environmental Economics For
Practitioners. Canora (Asia) Incorporated. Montreal.

JICA. 2001. JICA Expert on Solid Management: The Investigation of Jakarta


Solid Waste Recycling Situation. Japan International Cooperation Agency.
Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Kontribusi Sampah Terhadap


Pemanasan Global. Jakarta

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1995. Surat Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Kementerian Negara Lingkungan
Hidup. Jakarta

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1991. Surat Keputusan Menteri Negara


Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991
tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Kholil. 2005. Rekayasa Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu


Berbasis Nirlimbah (Zero Waste) Studi Kasus Jakarta Selatan. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.


Grasindo. Jakarta.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.


World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank Washington,
D.C.

Mungkasa, O. 2004. Sampah Masih Jadi „Sampah”, Pokja AMPL. Percik. 5:3 – 5.

Matahelumual, BC 2007 .Penentuan Mutu Air dengan sistem STORET di


Kecamatan Bantar Gebang. J. Geologi Indonesia. 2007.; 2 (3): 113-118

Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University


Press. Yogyakarta.

OECD, 1992, Enviromental Data Compendium 1992, Paris, OECD.


176

Pandey, G.N. 1997. A Text Book on Energy System Engineering, Vikas


Publishing House PVT LTD. New Delhi.

Popov.V, Power.H and Baldasano. J.M. 1998. BEM solution for design of
Trenches in Multilayered Landfills. J. Envir. Engrg. Volume 124, Issue 1,
pp. 59-66 (January 1998)

(PSSAL) Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. 2005. Pedoman Penyusunan


Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Bakosurtanal. Cibinong.

PSSI- Stanford Recycling Center. 2009. Frequently Asked Questions – Benefits of


Recycling. Stanford University. Stanford.

http;//bgm.stanford.edu/pssi_faq_recycling dikunjungi: 19 Januari 2010

Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis


Masyarakat (Studi Kasus TPA Sampah Bantar Gebang, Bekasi). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saeni, M.S. 1989. Bahan Pengajaran Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor.Bogor

Sampah Masih Jadi “Sampah”. Percik, 2004; 5:3-5. Mungkasa,O.

Samuel, M. Lando, J.B. 1974. Fundamentals of Phisical Chemistry. Mc Millan


Publishing Co. Inc. New York.

Saraswati, E. 2007. Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan


Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota
Bandung). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saribanon, N. 2007. Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah


Permukiman Berbasis Masyarakat (Kasus di Kotamadya Jakarta Timur).
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sinabutar, A. 2005. Analisis kesehatan dan keamanan lingkungan pada


pengelolaan sampah kota (Studi kasus di Kecamatan Bantar Gebang
Kotamadya Bekasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Slamet. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.

Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit Alumni.


Bandung.

Suparmoko, M. Suparmoko, M.R. 2000. Ekonomika Lingkungan (Edisi Pertama).


BPPE. Yogyakarta.

Suratmo, G.F. 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada


University Press. Yogyakarta‟
177

Tchobanouglos, G., Theisen, H. and Eliassen, R. 1977.Solid Waste: Engineering


Principles and Management Issues, Mc. Graw Hill, New York.

Tchobanouglos, G., Theisen, H. And Vigil, SA. 1993. Integreted Solid Waste:
Management, Mc. Graw Hill, New York.

Turner, R.K.2000. Waste Management, in Former.H, Gabel.L (ed), Principle


Environmental and Resources Economic, Edward Elgar Publishing Limited.
Cheltenham.

Utama, AY. 2000. Implikasi Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Terhadap Pengembangan Ekonomi Lingkungan (Studi Kasus TPA Piyungan
Bantul). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

UNEP. 2009. Climate in Peril: a popular guide to the latest IPPC report. GRID-
Arendal. Birkeland Trykkeri.

Vasu, K. 1998. Nitrat Pollution of Groundwater Around a Sewage Stabilitation


Pond, Kerala India, IAEA-TECDOC-1045, 57-65.

Wardhana, W.,A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi.


Yogyakarta.
178

Lampiran 1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari


TPA Sampah Bantar Gebang
Lampiran 1 Radius Titik Pemantauan di Sekitar TPA Bantar Gebang
Lampiran 2. Tabel Proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 sampai Tahun 2025
Tahun Anggaran 2010 2011 2012 2013
Pendapatan
Tipping Fee (Rp 107.800/ton)
265.198.780.000 283.003.297.500 318.120.495.000 355.931.388.120
Penjualan listrik (Rp70.395.360.000
820/kwh) 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000
Penjualan kompos114.086.522.475 125.641.087.853 139.093.317.248 153.233.132.239
Penjualan kertas daur
148.162.733.666
ulang 170.581.863.967 197.305.279.006 226.973.151.777
Penjualan plastik daur
910.944.858.962
ulang 1.033.677.885.755 1.179.125.919.670 1.338.497.028.772
Penjualan besi/logam 38.562.067.500
bekas 42.986.798.250 48.181.806.750 53.752.903.512
Penjualan lain-lain 51.794.997.392 60.810.300.450 71.819.760.303 84.018.288.195
Pendapatan Total1.599.145.319.995 1.847.435.473.775 2.084.380.817.976 2.343.140.132.616
Biaya penjualan barang
12.635.511.800 14.336.979.363 16.355.260.830 18.564.745.045
Biaya Pengangkutan 109.944.399.101 126.219.692.888 143.232.543.348 161.855.260.195
Total biaya penjualan
122.579.910.901
dan pengangkutan140.556.672.251 159.587.804.178 180.420.005.240
Keuntungan Kotor 1.476.565.409.095 1.706.878.801.524 1.924.793.013.799 2.162.720.127.376
Pengeluaran
Gaji dan upah 0 0 0 0
Pekerja kontrak 82.244.774.260 86.357.012.973 90.674.863.621 95.208.606.803
Biaya jasa pelayanan 4.112.238.713 4.317.850.649 4.533.743.181 4.760.430.340
Jasa keahlian (profesional
2.056.119.356
fees) 2.158.925.324 2.266.871.591 2.380.215.170
Biaya supplies 2.056.119.356 2.158.925.324 2.266.871.591 2.380.215.170
Telekomunikasi 2.854.955.163 2.997.702.922 3.147.588.068 3.304.967.471
Pos dan Pengiriman 41.122.387 43.178.506 45.337.432 47.604.303
Biaya okupansi 20.561.193.565 21.589.253.243 22.668.715.905 23.802.151.701
Biaya bahan bakar 15.461.193.565 16.234.253.243 17.045.965.905 17.898.264.201
Perbaikan dan pemeliharaan
17.618.163.882 18.499.072.076 19.424.025.679 20.395.226.963
Biaya transportasi 287.856.710 302.249.545 317.362.023 333.230.124
Biaya bunga/interest80.000.000.000
pinjaman 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
Biaya penyusutan 62.593.580.695 65.723.259.730 69.009.422.716 72.459.893.852
Biaya amortisasi 6.168.358.069 6.476.775.973 6.800.614.772 7.140.645.510
Biaya Asuransi 4.085.014.842 4.289.265.584 4.503.728.863 4.728.915.306
Biaya Inventory 8.224.477.426 8.635.701.297 9.067.486.362 9.520.860.680
Biaya Organisasi Profesi123.367.161 129.535.519 136.012.295 142.812.910
Biaya lain-lain 99.550.336.147 142.289.011.404 194.435.650.359 251.958.426.790
Pengeluaran Total 411.223.871.299 465.546.223.313 529.855.722.863 600.149.502.920
Pendapatan Bersih
Pendapatan operasional internal 0 0 0 0
Pendapatan penyesuaian tahun sebelumnya
0 0 0 0
Perubahan ketentuan akuntansi 0 0 0 0
Pendapatan lain-lain total 0 0 0 0
Pengeluaran lain-lain 0 0 0 0
Jasa Administrasi Internal
12.336.716.139 13.966.386.699 31.791.343.372 36.008.970.175
Pengeluaran Operasional Internal 0 0 0 0
Biaya Operasional Internal 0 0 0 0
Pendapatan lain-lain Bersih 0 0 0 0
1.053.004.821.657
Laba Sebelum Pajak 1.227.366.191.512
Penghasilan Badan 1.363.145.947.564 1.526.561.654.281
44.776.068.960
Beban (Manfaat) Pajak 51.593.793.266
Penghasilan Badan 58.228.262.903 65.473.523.713
Laba Bersih 1.008.228.752.697 1.175.772.398.246 1.304.917.684.660 1.461.088.130.568
EBITDA 1.201.766.760.421 1.379.566.227.215 1.518.955.985.051 1.686.162.193.643
DCR 26,71 30,66 33,75 37,47
mpai Tahun 2025
2014 2015 2016 2017

398.673.148.913 446.101.506.283 499.028.803.639 560.642.226.595


130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000
168.954.309.803 186.055.542.220 204.775.669.381 226.290.240.288
261.192.319.586 300.056.849.772 344.372.898.930 396.683.702.612
1.520.761.486.650 1.725.773.251.107 1.957.478.158.550 2.229.441.302.672
60.033.434.814 66.980.255.317 74.708.831.099 83.687.702.629
98.246.246.399 114.498.267.286 133.156.104.774 155.540.758.283
2.638.595.186.165 2.970.199.911.984 3.344.254.706.373 3.783.020.173.077
21.091.877.973 23.933.641.657 27.144.916.627 30.916.437.065
183.153.146.945 207.100.341.419 234.158.827.989 265.934.945.571
204.245.024.917 231.033.983.076 261.303.744.616 296.851.382.636
2.434.350.161.248 2.739.165.928.908 3.082.950.961.756 3.486.168.790.442

0 0 0 0
99.969.037.143 104.967.489.000 110.215.863.450 115.726.656.622
4.998.451.857 5.248.374.450 5.510.793.172 5.786.332.831
2.499.225.929 2.624.187.225 2.755.396.586 2.893.166.416
2.499.225.929 2.624.187.225 2.755.396.586 2.893.166.416
3.470.215.845 3.643.726.637 3.825.912.969 4.017.208.617
49.984.519 52.483.744 55.107.932 57.863.328
24.992.259.286 26.241.872.250 27.553.965.862 28.931.664.156
18.793.177.411 19.732.836.281 20.719.478.095 21.755.452.000
21.414.988.312 22.485.737.727 23.610.024.614 24.790.525.844
349.891.630 367.386.211 385.755.522 405.043.298
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
76.082.888.544 79.887.032.972 83.881.384.620 88.075.453.851
7.497.677.786 7.872.561.675 8.266.189.759 8.679.499.247
4.965.361.071 5.213.629.125 5.474.310.581 5.748.026.110
9.996.903.714 10.496.748.900 11.021.586.345 11.572.665.662
149.953.556 157.451.233 165.323.795 173.589.985
318.812.952.292 394.848.666.166 481.741.052.078 585.432.376.683
680.413.582.228 770.529.327.599 872.205.746.582 991.420.305.912

0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
40.824.814.934 46.231.759.656 52.332.344.795 59.485.218.355
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1.713.111.764.086 1.922.404.841.654 2.158.412.870.380 2.435.263.266.175
73.746.265.213 83.031.197.536 93.504.731.778 105.790.164.846
1.639.365.498.873 1.839.373.644.118 2.064.908.138.601 2.329.473.101.329
1.876.692.330.416 2.090.164.436.300 2.330.560.444.759 2.612.018.219.273
41,70 46,45 51,79 58,04
2018 2019 2020 2021

627.977.846.499 704.059.777.902 789.078.317.120 884.059.966.403


130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000
249.247.702.786 274.712.630.484 302.581.627.857 333.061.215.681
455.295.496.051 522.753.470.709 599.660.534.077 687.282.969.026
2.531.123.682.912 2.875.804.760.895 3.265.689.243.291 3.706.528.842.767
93.464.341.294 104.480.007.858 116.751.383.656 130.418.175.802
180.649.589.667 209.786.755.879 243.187.094.583 281.436.092.132
4.268.492.899.208 4.822.331.643.726 5.447.682.440.585 6.153.521.501.810
35.097.808.127 39.875.376.258 45.278.698.835 51.387.272.954
301.161.040.365 341.406.265.563 386.918.827.848 438.367.503.261
336.258.848.492 381.281.641.821 432.197.526.682 489.754.776.216
3.932.234.050.716 4.441.050.001.905 5.015.484.913.903 5.663.766.725.595

0 0 0 0
121.512.989.453 127.588.638.926 133.968.070.872 140.666.474.416
6.075.649.473 6.379.431.946 6.698.403.544 7.033.323.721
3.037.824.736 3.189.715.973 3.349.201.772 3.516.661.860
3.037.824.736 3.189.715.973 3.349.201.772 3.516.661.860
4.218.069.048 4.428.972.500 4.650.421.125 4.882.942.182
60.756.495 63.794.319 66.984.035 70.333.237
30.378.247.363 31.897.159.732 33.492.017.718 35.166.618.604
22.843.224.600 23.985.385.830 25.184.655.122 26.443.887.878
26.030.052.136 27.331.554.743 28.698.132.480 30.133.039.104
425.295.463 446.560.236 468.888.248 492.332.660
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
92.479.226.544 97.103.187.871 101.958.347.265 107.056.264.628
9.113.474.209 9.569.147.919 10.047.605.315 10.549.985.581
6.035.427.416 6.337.198.787 6.654.058.726 6.986.761.662
12.151.298.945 12.758.863.893 13.396.807.087 14.066.647.442
182.269.484 191.382.958 200.952.106 210.999.712
701.115.595.778 834.578.753.985 986.667.939.479 1.159.790.967.211
1.123.402.921.469 1.273.980.445.960 1.444.039.716.053 1.636.031.332.614

0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
67.404.175.288 76.438.826.758 86.642.382.963 98.161.879.957
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
2.741.426.953.959 3.090.630.729.188 3.484.802.814.886 3.929.573.513.024
119.383.401.178 134.890.886.024 152.400.708.336 172.164.202.051
2.622.043.552.781 2.955.739.843.164 3.332.402.106.550 3.757.409.310.973
2.923.019.654.712 3.277.303.064.978 3.676.808.767.466 4.127.179.763.233
64,96 72,83 81,71 91,72
179

2022 2023 2024 2025

990.147.162.371 1.108.611.197.869 1.240.866.568.843 1.392.409.181.418


130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000
366.373.213.799 402.755.539.294 442.462.991.649 487.140.238.397
787.050.928.597 900.579.057.665 1.029.689.651.260 1.179.761.928.835
4.204.789.364.734 4.767.737.587.199 5.403.538.533.497 6.138.656.353.194
145.635.347.935 162.574.761.670 181.426.992.500 202.975.099.332
325.196.122.774 375.216.213.603 432.343.017.850 499.306.856.539
6.949.926.380.210 7.848.208.597.301 8.861.061.995.599 10.030.983.897.715
58.290.449.778 66.088.631.594 74.894.611.868 85.078.404.763
496.503.925.770 562.172.648.698 636.322.407.628 722.067.365.425
554.794.375.548 628.261.280.292 711.217.019.496 807.145.770.188
6.395.132.004.662 7.219.947.317.009 8.149.844.976.103 9.223.838.127.527

0 0 0 0
147.699.798.137 155.084.788.044 162.839.027.446 170.980.978.818
7.384.989.907 7.754.239.402 8.141.951.372 8.549.048.941
3.692.494.953 3.877.119.701 4.070.975.686 4.274.524.470
3.692.494.953 3.877.119.701 4.070.975.686 4.274.524.470
5.127.089.291 5.383.443.755 5.652.615.943 5.935.246.740
73.849.899 77.542.394 81.419.514 85.490.489
36.924.949.534 38.771.197.011 40.709.756.861 42.745.244.705
27.766.082.272 29.154.386.385 30.612.105.704 32.142.710.990
31.639.691.060 33.221.675.613 34.882.759.393 36.626.897.363
516.949.293 542.796.758 569.936.596 598.433.426
80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000 80.000.000.000
112.409.077.859 118.029.531.752 123.931.008.340 130.127.558.757
11.077.484.860 11.631.359.103 12.212.927.058 12.823.573.411
7.336.099.745 7.702.904.733 8.088.049.969 8.492.452.468
14.769.979.814 15.508.478.804 16.283.902.745 17.098.097.882
221.549.697 232.627.182 244.258.541 256.471.468
1.356.654.818.254 1.580.301.888.179 1.834.150.548.133 2.129.624.616.622
1.852.707.201.927 2.097.156.891.036 2.372.848.301.133 2.691.257.257.272

0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
111.162.432.116 125.829.413.462 142.370.898.068 161.475.435.436
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
4.431.262.370.619 4.996.961.012.511 5.634.625.776.902 6.371.105.434.819
194.463.538.646 219.615.440.724 247.975.335.877 280.733.149.136
4.236.798.831.973 4.777.345.571.786 5.386.650.441.026 6.090.372.285.683
4.634.748.933.339 5.206.621.903.366 5.850.769.712.301 6.594.056.566.987
102,99 115,70 130,02 146,53
180

Lampiran 3. Tabel Proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 sampai Tahun 2025
Tahun Anggaran 2010 2011 2012
Pendapatan
Tipping Fee (Rp 107.800/ton) 265.198.780.000 283.003.297.500 318.120.495.000
Penjualan listrik (Rp 820/kwh) 70.395.360.000 155.875.440.000 155.875.440.000
Penjualan kompos 114.086.522.475 125.641.087.853 139.093.317.248
Penjualan kertas daur ulang 148.162.733.666 170.581.863.967 197.305.279.006
Penjualan plastik daur ulang 910.944.858.962 1.033.677.885.755 1.179.125.919.670
Penjualan besi/logam bekas 38.562.067.500 42.986.798.250 48.181.806.750
Penjualan lain-lain 72.599.997.392 83.695.800.450 96.993.810.303
Pendapatan Total 1.619.950.319.995 1.895.462.173.775 2.134.696.067.976
Biaya penjualan barang 12.843.561.800 14.565.834.363 16.607.001.330
Biaya Pengangkutan 111.608.799.101 129.056.180.888 146.252.115.348
Total biaya penjualan dan pengangkutan 124.452.360.901 143.622.015.251 162.859.116.678
Keuntungan Kotor 1.495.497.959.095 1.751.840.158.524 1.971.836.951.299
Pengeluaran
Gaji dan upah 3.185.000.000 3.344.250.000 3.511.462.500
Pekerja kontrak 83.493.074.260 87.667.727.973 92.051.114.371
Biaya jasa pelayanan 4.174.653.713 4.383.386.399 4.602.555.719
Jasa keahlian (profesional fees) 2.087.326.856 2.191.693.199 2.301.277.859
Biaya supplies 2.087.326.856 2.191.693.199 2.301.277.859
Telekomunikasi 2.895.524.913 3.040.301.159 3.192.316.217
Pos dan Pengiriman 41.746.537 43.833.864 46.025.557
Biaya okupansi 20.873.268.565 21.916.931.993 23.012.778.593
biaya bahan bakar 12.523.961.139 13.150.159.196 13.807.667.156
Perbaikan dan pemeliharaan 17.817.891.882 18.708.786.476 19.644.225.799
Biaya transportasi 292.225.760 306.837.048 322.178.900
Biaya bunga/interest pinjaman 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000
Biaya penyusutan 63.529.805.695 66.706.295.980 70.041.610.779
Biaya amortisasi 6.261.980.569 6.575.079.598 6.903.833.578
Biaya Asuransi 4.121.188.342 4.327.247.759 4.543.610.147
Biaya Inventory 8.349.307.426 8.766.772.797 9.205.111.437
Biaya Organisasi Profesi 125.239.611 131.501.592 138.076.672
Biaya lain-lain 107.355.849.173 150.709.375.082 203.532.814.720
Pengeluaran Total 417.465.371.299 472.411.873.313 537.407.937.863
Pendapatan Bersih
Pendapatan operasional internal 0 0 0
Pendapatan penyesuaian tahun sebelumnya 0 0 0
Perubahan ketentuan akuntansi 0 0 0
Pendapatan lain-lain total 0 0 0
Pengeluaran lain-lain 0 0 0
Jasa Administrasi Internal 12.523.961.139 14.172.356.199 32.244.476.272
Pengeluaran Operasional Internal 0 0 0
Biaya Operasional Internal 0 0 0
Pendapatan lain-lain Bersih 0 0 0
Laba Sebelum Pajak Penghasilan Badan 1.065.508.626.657 1.265.255.929.012 1.402.184.537.164
Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan Badan 44.776.068.960 51.593.793.266 58.228.262.903
Laba Bersih 1.020.732.557.697 1.213.662.135.746 1.343.956.274.260
EBITDA 1.213.550.412.921 1.416.787.304.590 1.557.379.981.520
DCR 27,58 32,20 35,39
ai Tahun 2025
2013 2014 2015 2016 2017

355.931.388.120 398.673.148.913 446.101.506.283 499.028.803.639 560.642.226.595


155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000
153.233.132.239 168.954.309.803 186.055.542.220 204.775.669.381 226.290.240.288
226.973.151.777 261.192.319.586 300.056.849.772 344.372.898.930 396.683.702.612
1.338.497.028.772 1.520.761.486.650 1.725.773.251.107 1.957.478.158.550 2.229.441.302.672
53.752.903.512 60.033.434.814 66.980.255.317 74.708.831.099 83.687.702.629
111.709.743.195 128.706.846.899 148.004.927.836 170.013.431.379 196.083.817.548
2.395.972.787.616 2.694.196.986.665 3.028.847.772.534 3.406.253.232.978 3.848.704.432.343
18.841.659.595 21.396.483.978 24.268.708.263 27.513.489.893 31.321.867.657
165.076.224.595 186.595.642.985 210.786.522.263 238.113.062.117 270.184.038.312
183.917.884.190 207.992.126.962 235.055.230.525 265.626.552.011 301.505.905.970
2.212.054.903.426 2.486.204.859.703 2.793.792.542.009 3.140.626.680.967 3.547.198.526.373

3.687.035.625 3.871.387.406 4.064.956.777 4.268.204.615 4.481.614.846


96.653.670.090 101.486.353.595 106.560.671.274 111.888.704.838 117.483.140.080
4.832.683.505 5.074.317.680 5.328.033.564 5.594.435.242 5.874.157.004
2.416.341.752 2.537.158.840 2.664.016.782 2.797.217.621 2.937.078.502
2.416.341.752 2.537.158.840 2.664.016.782 2.797.217.621 2.937.078.502
3.351.932.028 3.519.528.629 3.695.505.061 3.880.280.314 4.074.294.330
48.326.835 50.743.177 53.280.336 55.944.352 58.741.570
24.163.417.523 25.371.588.399 26.640.167.819 27.972.176.209 29.370.785.020
14.498.050.514 15.222.953.039 15.984.100.691 16.783.305.726 17.622.471.012
20.626.437.089 21.657.758.944 22.740.646.891 23.877.679.236 25.071.563.197
338.287.845 355.202.238 372.962.349 391.610.467 411.190.990
78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000
73.543.691.318 77.220.875.883 81.081.919.678 85.136.015.661 89.392.816.444
7.249.025.257 7.611.476.520 7.992.050.346 8.391.652.863 8.811.235.506
4.770.790.654 5.009.330.187 5.259.796.696 5.522.786.531 5.798.925.857
9.665.367.009 10.148.635.359 10.656.067.127 11.188.870.484 11.748.314.008
144.980.505 152.229.530 159.841.007 167.833.057 176.224.710
261.800.560.120 329.475.064.113 406.413.292.586 494.299.009.726 599.083.592.113
608.456.939.420 689.551.762.378 780.581.325.764 883.262.944.563 1.003.583.223.692

0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
36.507.416.365 41.373.105.743 46.834.879.546 52.995.776.674 60.214.993.422
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1.567.090.547.641 1.755.279.991.582 1.966.376.336.699 2.204.367.959.730 2.483.400.309.260
65.473.523.713 73.746.265.213 83.031.197.536 93.504.731.778 105.790.164.846
1.501.617.023.928 1.681.533.726.369 1.883.345.139.164 2.110.863.227.952 2.377.610.144.414
1.726.133.264.215 1.918.362.343.985 2.133.700.306.722 2.376.145.628.254 2.659.854.361.210
39,23 43,60 48,49 54,00 60,45
2018 2019 2020 2021 2022

627.977.846.499 704.059.777.902 789.078.317.120 884.059.966.403 990.147.162.371


155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000
249.247.702.786 274.712.630.484 302.581.627.857 333.061.215.681 366.373.213.799
455.295.496.051 522.753.470.709 599.660.534.077 687.282.969.026 787.050.928.597
2.531.123.682.912 2.875.804.760.895 3.265.689.243.291 3.706.528.842.767 4.204.789.364.734
93.464.341.294 104.480.007.858 116.751.383.656 130.418.175.802 390.491.125.151
225.246.954.859 258.843.857.590 297.149.906.466 340.795.185.203 390.491.125.151
4.338.231.464.401 4.896.529.945.438 5.526.786.452.467 6.238.021.794.881 7.285.218.359.804
35.543.781.779 40.365.947.275 45.818.326.953 51.980.863.885 61.391.957.574
305.734.477.581 346.336.481.700 392.241.500.798 444.121.878.707 522.321.636.138
341.278.259.360 386.702.428.975 438.059.827.752 496.102.742.592 583.713.593.712
3.996.953.205.041 4.509.827.516.463 5.088.726.624.716 5.741.919.052.289 6.701.504.766.092

4.705.695.588 4.940.980.368 5.188.029.386 5.447.430.856 5.719.802.398


123.357.297.084 129.525.161.938 136.001.420.035 142.801.491.037 149.941.565.588
6.167.864.854 6.476.258.097 6.800.071.002 7.140.074.552 7.497.078.279
3.083.932.427 3.238.129.048 3.400.035.501 3.570.037.276 3.748.539.140
3.083.932.427 3.238.129.048 3.400.035.501 3.570.037.276 3.748.539.140
4.278.009.046 4.491.909.498 4.716.504.973 4.952.330.222 5.199.946.733
61.678.649 64.762.581 68.000.710 71.400.746 74.970.783
30.839.324.271 32.381.290.485 34.000.355.009 35.700.372.759 37.485.391.397
18.503.594.563 19.428.774.291 20.400.213.005 21.420.223.655 22.491.234.838
26.325.141.357 27.641.398.425 29.023.468.346 30.474.641.764 31.998.373.852
431.750.540 453.338.067 476.004.970 499.805.219 524.795.480
78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000
93.862.457.267 98.555.580.130 103.483.359.137 108.657.527.093 114.090.403.448
9.251.797.281 9.714.387.145 10.200.106.503 10.710.111.828 11.245.617.419
6.088.872.150 6.393.315.758 6.712.981.546 7.048.630.623 7.401.062.154
12.335.729.708 12.952.516.194 13.600.142.003 14.280.149.104 14.994.156.559
185.035.946 194.287.743 204.002.130 214.202.237 224.912.348
715.970.017.868 850.757.357.658 1.004.303.829.862 1.179.030.594.291 1.377.659.313.083
1.136.782.131.026 1.288.697.576.474 1.460.228.559.618 1.653.839.060.535 1.872.295.702.640

0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
68.206.927.862 77.321.854.588 87.613.713.577 99.230.343.632 112.337.742.158
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
2.791.964.146.153 3.143.808.085.400 3.540.884.351.521 3.988.849.648.122 4.716.871.321.294
119.383.401.178 134.890.886.024 152.400.708.336 172.164.202.051 194.463.538.646
2.672.580.744.975 3.008.917.199.376 3.388.483.643.184 3.816.685.446.071 4.522.407.782.648
2.973.328.400.701 3.330.328.052.676 3.732.817.817.160 4.186.467.287.043 4.920.457.342.161
67,58 75,69 84,84 95,15 111,83
2023 2024 2025

1.108.611.197.869 1.240.866.568.843 1.392.409.181.418


155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000
402.755.539.294 442.462.991.649 487.140.238.397
900.579.057.665 1.029.689.651.260 1.179.761.928.835
4.767.737.587.199 5.403.538.533.497 6.138.656.353.194
162.574.761.670 181.426.992.500 202.975.099.332
447.040.716.218 511.349.970.727 586.214.504.704
7.945.174.299.916 8.965.210.148.476 10.143.032.745.880
66.806.876.620 75.684.681.396 85.947.481.245
568.924.256.907 643.648.611.858 730.025.625.278
635.731.133.527 719.333.293.255 815.973.106.522
7.309.443.166.389 8.245.876.855.221 9.327.059.639.357

6.005.792.518 6.306.082.144 6.621.386.251


157.438.643.868 165.310.576.061 173.576.104.864
7.871.932.193 8.265.528.803 8.678.805.243
3.935.966.097 4.132.764.402 4.339.402.622
3.935.966.097 4.132.764.402 4.339.402.622
5.459.944.070 5.732.941.273 6.019.588.337
78.719.322 82.655.288 86.788.052
39.359.660.967 41.327.644.015 43.394.026.216
23.615.796.580 24.796.586.409 26.036.415.730
33.598.292.544 35.278.207.172 37.042.117.530
551.035.254 578.587.016 607.516.367
78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000
119.794.923.620 125.784.669.801 132.073.903.292
11.807.898.290 12.398.293.205 13.018.207.865
7.771.115.262 8.159.671.025 8.567.654.576
15.743.864.387 16.531.057.606 17.357.610.486
236.157.966 247.965.864 260.364.157
1.603.248.532.785 1.859.234.392.511 2.157.060.257.511
2.118.704.241.820 2.396.550.386.997 2.717.329.551.722

0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
127.122.254.509 143.793.023.220 163.039.773.103
0 0 0
0 0 0
0 0 0
5.063.616.670.060 5.705.533.445.005 6.446.690.314.532
219.615.440.724 247.975.335.877 280.733.149.136
4.844.001.229.335 5.457.558.109.128 6.165.957.165.396
5.273.469.491.970 5.921.966.408.011 6.670.032.425.688
119,85 134,59 151,59
68
42

Anda mungkin juga menyukai