April 2015
ISSN : 2338 - 4336
UJI POTENSI JAMUR PELAPUK PUTIH DALAM BIOREMEDIASI
INSEKTISIDA KARBOFURAN
ABSTRACT
Application of carbofuran insecticide in soil continuously generates residues that have a
negative impact for humans, non-target organism and microorganism. One method that
can be used to reduce the residue is bioremediation by using microbial agent such as
white rot fungi which widely used in bioremediation. The purpose of this study is to
determine the potency of white rot fungi in bioremediation of carbofuran insecticide.
The research was conducted by measuring the growth of white rot fungi and the
degradation of carbofuran insecticide. The results showed that two isolates of white rot
fungi (JPP1 and JPP2) could grow in medium containing carbofuran insecticide at
concentration of 100-400 gr/L. Both isolates of white-rot fungi could degrade the
content of carbofuran insecticide as much as 6-22%. Thus, it can be suggested that both
fungal isolates have potency as the agent for bioremediation of carbofuran insecticide.
Further analysis should be conducted to measure the ability of both fungal isolates in
degradation of active ingredient contained in the carbofuran insecticide.
ABSTRAK
Aplikasi insektisida karbofuran dalam tanah secara terus menerus menimbulkan residu
yang berdampak negatif pada manusia, organisme non target dan mikroorganisme.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi residu insektisida adalah
bioremediasi menggunakan agen berupa mikroorganisme seperti jamur pelapuk putih
yang telah umum digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida karbofuran. Penelitian dilakukan
dengan cara mengukur pertumbuhan jamur pelapuk putih (JPP) dan degradasi
kandungan insektisida karbofuran. Hasil penelitian menunjukkan dua isolat jamur
pelapuk putih (JPP1 dan JPP2) mampu tumbuh dalam media yang mengandung
insektisida karbofuran denga konsentrasi 100 – 400 gr/L. Kedua isolat JPP tersebut
dapat mendegradasi kandungan dari insektisida karbofuran sebanyak 6 – 22 %. Dapat
disimpulkan bahwa kedua isolat JPP berpotensi sebagai agen bioremediasi insektisida
karbofuran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan kedua
isolat JPP dalam mendegradasi bahan aktif dalam insektisida karbofuran.
83
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...
digunakan untuk jagung (Thelin dan lakase dan peroksidase yang dapat
Gianessi, 2000 dalam Indraningsih, 2008). memulai degradasi senyawa polimer
Petani di Indonesia menggunakan aromatik kompleks. JPP diketahui dapat
insektisida karbofuran pada saat sebelum digunakan sebagai agen bioremediasi
penanaman tanaman dengan cara terhadap herbisida (Santi et al, 2007). Dari
dibenamkan dalam tanah untuk mencegah uraian di atas perlu dilakukan penelitian
hama serangga dan nematoda yang untuk mengetahui bagaimana potensi dari
menyerang tanaman (Sadjusi dan jamur pelapuk putih dalam mendegradasi
Lukman, 2004). senyawa kimia dari insektisida
Aplikasi insektisida karbofuran karbofuran.
dalam tanah secara terus menerus
menyebabkan dampak yang negatif pada BAHAN DAN METODE
manusia, organisme non target dan
mikroorganisme. Indraningsih (2008) Penelitian dilaksanakan di
melaporkan bahwa aplikasi insektisida Laboratorium Penyakit Tanaman, Jurusan
karbofuran secara intensif pada lahan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
sawah menyebabkan residu insektisida Pertanian Universitas Brawijaya Malang
pada beras dan daging. Selain itu Bacman pada bulan Maret sampai dengan
dan Clark (1977) juga melaporkan bahwa September 2014.
pemberian insektisida karbofuran pada Bahan yang digunakan dalam
tanaman kacang tanah dapat menurunkan penelitian ini adalah media cair PD
populasi jamur mikoriza Glomus sp. (Potato Dextrose), media padat PDA
setelah 30 hari penanaman. (Potato Dextrose Agar), insektisida
Berdasarkan uraian diatas, perlu karbofuran dengan merek dagang Furadan
adanya upaya untuk mengurangi residu 3GR, dan jamur pelapuk putih yang
dari insektisida karbofuran tersebut. Salah diisolasi dari Tahura Cangar Kabupaten
satu alternatif yang dapat ditempuh yaitu Malang yang diberi kode isolat JPP1 dan
dengan cara bioremediasi. Bioremediasi JPP2. Alat yang digunakan adalah cawan
adalah proses detoksifikasi bahan kimia Petri, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu
berbahaya dalam tanah atau lingkungan ukur, corong, jarum ose, bunsen, kertas
lainnya dengan menggunakan saring halus, timbangan analitik,
mikroorganisme atau tanaman atau enzim autoclave, sentrifuge, mesin gojog, pipet,
mikroba (Angga, 2009). Mikroba yang Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), dan
sering digunakan dalam proses spektrofotometer (Merck Spectroquant
bioremediasi adalah bakteri, jamur, Pharo 300, Darmstadt, Germany).
khamir, dan alga. Dalam proses degradasi, Metode penelitian menggunakan
mikroba menggunakan senyawa kimia Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL
yang beracun tersebut untuk pertumbuhan Faktorial) dengan dua faktor perlakuan
dan reproduksi melalui berbagai proses yang terdiri dari tiga jenis isolat jamur dan
oksidasi (Munir, 2006). lima konsentrasi insektisida, sehingga
Salah satu jenis jamur yang sering didapatkan 15 kombinasi perlakuan.
digunakan adalah Jamur Pelapuk Putih Masing-masing perlakuan diulang
(JPP). JPP dapat digunakan sebagai agena sebanyak tiga kali.
hayati bioremediasi pada berbagai tingkat
kontaminasi. Jamur pelapuk putih dapat Isolasi dan Perbanyakan Jamur
mendekontaminasi polutan tunggal Pelapuk Putih
maupun campuran karena menghasilkan Jamur pelapuk putih diisolasi dan
enzim ekstraselular oksidatif seperti diperbanyak pada media PDA. Substrat
84
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
(kayu) beserta jamur yang menempel pada saring digunting bentuk lingkaran dengan
kayu dipotong + 0,5 cm. Permukaan diameter 9 cm. Kertas saring ditimbang
substrat dibersihkan dengan perendaman dengan menggunakan timbangan analitik
dalam larutan klorox (NaOCl 2%), untuk berat awal (m0). Selanjutnya
alkohol 70% dan aquades steril. Jamur miselium dipisahkan dengan media cair
dan substrat ditiriskan pada tissue steril, dengan cara disaring menggunakan kertas
setelah itu jamur dan substrat ditanam saring tersebut. Setelah itu miselium pada
pada media PDA pada cawan Petri. kertas saring dikeringkan dalam oven
Biakan diinkubasi selama 7 hari. Jamur pada suhu 70ºC selama 1 – 1,5 jam.
pelapuk putih yang tumbuh pada media Kertas saring dan miselium ditimbang
PDA dimurnikan dalam media baru. dengan timbangan analitik (m1),
kemudian dihitung dengan menggunakan
Persiapan Media Pengujian rumus:
Media cair PD sebanyak 1L M = m1 − m0
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, Keterangan :
kemudian dicampur dengan masing- M = Massa miselium jamur
masing insektisida karbofuran sebanyak m0 = Berat kertas saring
100, 200, 300, dan 400 gr. Media cair PD m1 = Berat kertas saring + miselia Jamur
yang sudah tercampur dengan insektisida Pelapuk Putih
karbofuran ditutup dengan kapas dan Berat kering yang didapatkan
alumunium foil, setelah itu disterilisasi digunakan untuk mengetahui pengaruh
dengan menggunakan autoclave dengan insektisida karbofuran terhadap
suhu 121ºC dan tekanan 1 atm. pertumbuhan jamur pelapuk putih dengan
Pengujian Potensi Jamur Pelapuk Putih menggunakan rumus hambatan
Untuk Mendegradasi Insektisida pertumbuhan yang dinyatakan dalam
Karbofuran persen. Berikut rumus hambatan
Jamur pelapuk putih diinokulasi pertumbuhan (HPR):
BKo – BP
pada media cair yang mengandung HPR = × 100%
insektisida karbofuran secara aseptik BKo
Keterangan:
dalam LAFC. Sebagai pembanding
BKo = Biomassa Koloni Kontrol
digunakan kontrol yang mengandung
BP = Biomassa Koloni Perlakuan
insektisida karbofuran tanpa inokulum
jamur pelapuk putih, serta medium PD
Pengamatan Biodegradasi Insektisida
yang mengandung inokulum jamur
dalam Medium Cair
pelapuk putih tetapi tanpa ada
Metode yang digunakan adalah
penambahan insektisida karbofuran.
metode menurut Santi (2005) dengan
Untuk memperoleh biomassa, kultur
modifikasi. Pengukuran biodegradasi
jamur ditumbuhkan selama tiga hari pada
insektisida karbofuran dilakukan dengan
temperatur ruang dan digojog dengan
cara mengukur nilai kandungan awal dan
kecepatan 100 rpm. Setelah 3 hari
akhir dari insektisida karbofuran.
dikeluarkan dari mesin gojog dan
a. Pengukuran Kandungan Awal
diinkubasi selama 21 hari.
Insektisida Karbofuran
Pengukuran Biomassa Jamur dan Sebelum dilakukan pengukuran
Potensi Jamur Pelapuk Putih dalam kandungan insektisida karbofuran pada
Mendegradasi Insektisida Karbofuran. media, ditentukan blanko untuk
Prosedur penimbangan berat kering pembacaan spektrofotometer dengan
(biomassa) miselia jamur yaitu kertas menggunakan larutan etanol 70%.
85
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...
86
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
Gambar 1. Substrat (kayu) yang Ditumbuhi Jamur Pelapuk Putih; A. Substrat JPP1 dan
B. Substrat Phanerochaete sp.
Gambar 2. Gambar Mikroskopis Jamur Pelapuk Putih Isolat JPP2; A. Hifa dan
Klamidospora pada Isolat JPP2; B. Hifa dan Klamidospora Phanerochaete
chrysosporium (Burdsall, 1981).
87
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...
100,00%
80,00%
Persentase (%)
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
-20,00%
-40,00%
-60,00%
-80,00%
100 gr/L 200 gr/L 300 gr/L 400 gr/L
JPP 1 -7,45% -20,08% -56,33% 32,77%
Phanerochaete sp. -30,89% -10,15% -47,01% 79,43%
88
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
89
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...
90