Anda di halaman 1dari 8

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2

April 2015
ISSN : 2338 - 4336
UJI POTENSI JAMUR PELAPUK PUTIH DALAM BIOREMEDIASI
INSEKTISIDA KARBOFURAN

Imam Chanif, Syamsuddin Djauhari, Luqman Qurata Aini


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145.

ABSTRACT
Application of carbofuran insecticide in soil continuously generates residues that have a
negative impact for humans, non-target organism and microorganism. One method that
can be used to reduce the residue is bioremediation by using microbial agent such as
white rot fungi which widely used in bioremediation. The purpose of this study is to
determine the potency of white rot fungi in bioremediation of carbofuran insecticide.
The research was conducted by measuring the growth of white rot fungi and the
degradation of carbofuran insecticide. The results showed that two isolates of white rot
fungi (JPP1 and JPP2) could grow in medium containing carbofuran insecticide at
concentration of 100-400 gr/L. Both isolates of white-rot fungi could degrade the
content of carbofuran insecticide as much as 6-22%. Thus, it can be suggested that both
fungal isolates have potency as the agent for bioremediation of carbofuran insecticide.
Further analysis should be conducted to measure the ability of both fungal isolates in
degradation of active ingredient contained in the carbofuran insecticide.

Keywords: Carbofuran insecticide, white-rot fungi, bioremediation

ABSTRAK
Aplikasi insektisida karbofuran dalam tanah secara terus menerus menimbulkan residu
yang berdampak negatif pada manusia, organisme non target dan mikroorganisme.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi residu insektisida adalah
bioremediasi menggunakan agen berupa mikroorganisme seperti jamur pelapuk putih
yang telah umum digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida karbofuran. Penelitian dilakukan
dengan cara mengukur pertumbuhan jamur pelapuk putih (JPP) dan degradasi
kandungan insektisida karbofuran. Hasil penelitian menunjukkan dua isolat jamur
pelapuk putih (JPP1 dan JPP2) mampu tumbuh dalam media yang mengandung
insektisida karbofuran denga konsentrasi 100 – 400 gr/L. Kedua isolat JPP tersebut
dapat mendegradasi kandungan dari insektisida karbofuran sebanyak 6 – 22 %. Dapat
disimpulkan bahwa kedua isolat JPP berpotensi sebagai agen bioremediasi insektisida
karbofuran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan kedua
isolat JPP dalam mendegradasi bahan aktif dalam insektisida karbofuran.

Kata Kunci: Insektisida Karbofuran, Jamur pelapuk putih, Bioremediasi

PENDAHULUAN petani yaitu pestisida dari golongan


karbamat yang terdiri dari karbofuran,
Pada saat ini permasalahan karbaril dan aldikarb (Sadjusi dan
pencemaran lingkungan terutama tanah Lukman, 2004). Sebanyak 2,5 juta kg
dan air banyak terjadi disekitar kita. karbofuran digunakan setiap tahun di
Pestisida yang banyak digunakan oleh Amerika Serikat dan 48% diantaranya

83
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...

digunakan untuk jagung (Thelin dan lakase dan peroksidase yang dapat
Gianessi, 2000 dalam Indraningsih, 2008). memulai degradasi senyawa polimer
Petani di Indonesia menggunakan aromatik kompleks. JPP diketahui dapat
insektisida karbofuran pada saat sebelum digunakan sebagai agen bioremediasi
penanaman tanaman dengan cara terhadap herbisida (Santi et al, 2007). Dari
dibenamkan dalam tanah untuk mencegah uraian di atas perlu dilakukan penelitian
hama serangga dan nematoda yang untuk mengetahui bagaimana potensi dari
menyerang tanaman (Sadjusi dan jamur pelapuk putih dalam mendegradasi
Lukman, 2004). senyawa kimia dari insektisida
Aplikasi insektisida karbofuran karbofuran.
dalam tanah secara terus menerus
menyebabkan dampak yang negatif pada BAHAN DAN METODE
manusia, organisme non target dan
mikroorganisme. Indraningsih (2008) Penelitian dilaksanakan di
melaporkan bahwa aplikasi insektisida Laboratorium Penyakit Tanaman, Jurusan
karbofuran secara intensif pada lahan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
sawah menyebabkan residu insektisida Pertanian Universitas Brawijaya Malang
pada beras dan daging. Selain itu Bacman pada bulan Maret sampai dengan
dan Clark (1977) juga melaporkan bahwa September 2014.
pemberian insektisida karbofuran pada Bahan yang digunakan dalam
tanaman kacang tanah dapat menurunkan penelitian ini adalah media cair PD
populasi jamur mikoriza Glomus sp. (Potato Dextrose), media padat PDA
setelah 30 hari penanaman. (Potato Dextrose Agar), insektisida
Berdasarkan uraian diatas, perlu karbofuran dengan merek dagang Furadan
adanya upaya untuk mengurangi residu 3GR, dan jamur pelapuk putih yang
dari insektisida karbofuran tersebut. Salah diisolasi dari Tahura Cangar Kabupaten
satu alternatif yang dapat ditempuh yaitu Malang yang diberi kode isolat JPP1 dan
dengan cara bioremediasi. Bioremediasi JPP2. Alat yang digunakan adalah cawan
adalah proses detoksifikasi bahan kimia Petri, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu
berbahaya dalam tanah atau lingkungan ukur, corong, jarum ose, bunsen, kertas
lainnya dengan menggunakan saring halus, timbangan analitik,
mikroorganisme atau tanaman atau enzim autoclave, sentrifuge, mesin gojog, pipet,
mikroba (Angga, 2009). Mikroba yang Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), dan
sering digunakan dalam proses spektrofotometer (Merck Spectroquant
bioremediasi adalah bakteri, jamur, Pharo 300, Darmstadt, Germany).
khamir, dan alga. Dalam proses degradasi, Metode penelitian menggunakan
mikroba menggunakan senyawa kimia Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL
yang beracun tersebut untuk pertumbuhan Faktorial) dengan dua faktor perlakuan
dan reproduksi melalui berbagai proses yang terdiri dari tiga jenis isolat jamur dan
oksidasi (Munir, 2006). lima konsentrasi insektisida, sehingga
Salah satu jenis jamur yang sering didapatkan 15 kombinasi perlakuan.
digunakan adalah Jamur Pelapuk Putih Masing-masing perlakuan diulang
(JPP). JPP dapat digunakan sebagai agena sebanyak tiga kali.
hayati bioremediasi pada berbagai tingkat
kontaminasi. Jamur pelapuk putih dapat Isolasi dan Perbanyakan Jamur
mendekontaminasi polutan tunggal Pelapuk Putih
maupun campuran karena menghasilkan Jamur pelapuk putih diisolasi dan
enzim ekstraselular oksidatif seperti diperbanyak pada media PDA. Substrat

84
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

(kayu) beserta jamur yang menempel pada saring digunting bentuk lingkaran dengan
kayu dipotong + 0,5 cm. Permukaan diameter 9 cm. Kertas saring ditimbang
substrat dibersihkan dengan perendaman dengan menggunakan timbangan analitik
dalam larutan klorox (NaOCl 2%), untuk berat awal (m0). Selanjutnya
alkohol 70% dan aquades steril. Jamur miselium dipisahkan dengan media cair
dan substrat ditiriskan pada tissue steril, dengan cara disaring menggunakan kertas
setelah itu jamur dan substrat ditanam saring tersebut. Setelah itu miselium pada
pada media PDA pada cawan Petri. kertas saring dikeringkan dalam oven
Biakan diinkubasi selama 7 hari. Jamur pada suhu 70ºC selama 1 – 1,5 jam.
pelapuk putih yang tumbuh pada media Kertas saring dan miselium ditimbang
PDA dimurnikan dalam media baru. dengan timbangan analitik (m1),
kemudian dihitung dengan menggunakan
Persiapan Media Pengujian rumus:
Media cair PD sebanyak 1L M = m1 − m0
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, Keterangan :
kemudian dicampur dengan masing- M = Massa miselium jamur
masing insektisida karbofuran sebanyak m0 = Berat kertas saring
100, 200, 300, dan 400 gr. Media cair PD m1 = Berat kertas saring + miselia Jamur
yang sudah tercampur dengan insektisida Pelapuk Putih
karbofuran ditutup dengan kapas dan Berat kering yang didapatkan
alumunium foil, setelah itu disterilisasi digunakan untuk mengetahui pengaruh
dengan menggunakan autoclave dengan insektisida karbofuran terhadap
suhu 121ºC dan tekanan 1 atm. pertumbuhan jamur pelapuk putih dengan
Pengujian Potensi Jamur Pelapuk Putih menggunakan rumus hambatan
Untuk Mendegradasi Insektisida pertumbuhan yang dinyatakan dalam
Karbofuran persen. Berikut rumus hambatan
Jamur pelapuk putih diinokulasi pertumbuhan (HPR):
BKo – BP
pada media cair yang mengandung HPR = × 100%
insektisida karbofuran secara aseptik BKo
Keterangan:
dalam LAFC. Sebagai pembanding
BKo = Biomassa Koloni Kontrol
digunakan kontrol yang mengandung
BP = Biomassa Koloni Perlakuan
insektisida karbofuran tanpa inokulum
jamur pelapuk putih, serta medium PD
Pengamatan Biodegradasi Insektisida
yang mengandung inokulum jamur
dalam Medium Cair
pelapuk putih tetapi tanpa ada
Metode yang digunakan adalah
penambahan insektisida karbofuran.
metode menurut Santi (2005) dengan
Untuk memperoleh biomassa, kultur
modifikasi. Pengukuran biodegradasi
jamur ditumbuhkan selama tiga hari pada
insektisida karbofuran dilakukan dengan
temperatur ruang dan digojog dengan
cara mengukur nilai kandungan awal dan
kecepatan 100 rpm. Setelah 3 hari
akhir dari insektisida karbofuran.
dikeluarkan dari mesin gojog dan
a. Pengukuran Kandungan Awal
diinkubasi selama 21 hari.
Insektisida Karbofuran
Pengukuran Biomassa Jamur dan Sebelum dilakukan pengukuran
Potensi Jamur Pelapuk Putih dalam kandungan insektisida karbofuran pada
Mendegradasi Insektisida Karbofuran. media, ditentukan blanko untuk
Prosedur penimbangan berat kering pembacaan spektrofotometer dengan
(biomassa) miselia jamur yaitu kertas menggunakan larutan etanol 70%.

85
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...

Etanol digunakan sebagai blanko karena Analisis Data


merupakan pengencer dari media Data yang didapatkan selanjutnya
campuran insektisida yang akan dianalisis secara statistik dengan
dihitung nilai absorbansinya. menggunakan analisis ragam (ANOVA)
Selanjutnya menentukan panjang dan apabila didapatkan pengaruh nyata
gelombang yang akan digunakan, untuk pada perlakuan, maka dilanjutkan analisis
penelitian ini digunakan panjang dengan uji jarak berganda Duncan pada
gelombang 400 nm. Masing-masing taraf 5%.
larutan pada tiap perlakuan maupun
kontrol diambil sebanyak 5 ml, HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian diekstraksi dengan
penambahan 5 ml etanol 70%. Isolasi dan Identifikasi
Pengukuran nilai absorbansi dilakuan Hasil isolasi dari sampel kayu yang
dengan cara memasukkan ekstrak sudah mati di hutan Tahura Cangar
karbofuran kedalam kuvet sebanyak 3 Kabupaten Malang didapatkan dua isolat
ml, dan dilakukan pengukuran nilai jamr pelapuk putih yang diberi nama JPP1
absorbansi dengan menggunakan dan JPP2. Masing-masing JPP diislasi dari
spektrofotometer. jenis substrat (kayu) yang berbeda dan
b. Pengukuran Kandungan Akhir memiliki ciri-ciri badan buah yang
Insektisida Karbofuran dan Pembuatan berbeda pula. Berdasarkan pengamatan
Kurva Degradasi Insektisida. morfologi secara mikroskopis, isolat JPP2
Pengukuran kandungan akhir dari memiliki ciri yang merujuk pada spesies
insektisida karbofuran dilakukan Phanerochaete chrysosporium. Menurut
setelah inkubasi selama 21 hari. Jamur Burshdall (1981), ciri-ciri dari P.
dipisahkan dari media cair dengan chrysosporium yaitu warna hifa hyalin
disaring, media jamur yang sudah dengan dinding hifa tipis sampai dengan
disaring dilakukan pengukuran tebal dan terdapat klamidospora pada
kandungan insektisida karbofuran yang ujung hifa. Hasil pengamatan mikroskopis
tersisa pada media dengan tersebut masih perlu dilakukan identifikasi
menggunakan spektrofotometer. Cara lebih lanjut dengan mengamati struktur
pengukuran kandungan insektisida badan buah dari jamur tersebut. Ciri-ciri
karbofuran sama dengan pengukuran yang ditunjukkan pada isolat JPP1 belum
awal. cukup untuk menentukan jenis jamur
Nilai absorbansi yang didapatkan karena belum ditemukan spesies yang
dari pengukuran kandungan awal dan merujuk pada ciri-ciri tersebut.
akhir menggunakan spektrofotometer
selanjutnya digunakan untuk membuat Biomassa Jamur Pelapuk Putih.
kurva regresi linier. Kurva tersebut Berdasarkan hasil analisis ragam
digunakan untuk menghitung biomassa jamur menunjukkan bahwa
kandungan insektisida karbofuran dan perlakuan jenis isolat JPP dan konsentrasi
tingkat degradasi insektisida insektisida karbofuran berpengaruh nyata
karbofuran dengan menghitung terhadap biomassa jamur pelapuk putih.
pengurangan antara kandungan awal Rata-rata biomassa JPP1 lebih tinggi
dan akhir kandungan insektisida dibandingkan dengan isolat JPP2
karbofuran pada media. (Phanerochaete sp.).

86
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Gambar 1. Substrat (kayu) yang Ditumbuhi Jamur Pelapuk Putih; A. Substrat JPP1 dan
B. Substrat Phanerochaete sp.

Gambar 2. Gambar Mikroskopis Jamur Pelapuk Putih Isolat JPP2; A. Hifa dan
Klamidospora pada Isolat JPP2; B. Hifa dan Klamidospora Phanerochaete
chrysosporium (Burdsall, 1981).

Tabel 1. Rerata Biomassa Jamur Pelapuk Putih.


Perlakuan Biomassa (gr)
Isolat
JPP1 0,353 a
Phanerochaete sp. 0,166 b
Konsentrasi Insektisida (gr/ L)
0 (Kontrol) 0,242 ab
100 0,279 b
200 0,282 b
300 0,370 b
400 0,124 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji
Duncan pada taraf 5%.

87
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...

Biomassa jamur yang diperlakukan Pengaruh Insektisida Karbofuran


dengan insektisida karbofuran dengan Terhadap Pertumbuhan Jamur
konsentrasi 400 gr/l lebih rendah Pelapuk Putih
dibanding perlakuan konsentrasi Hasil analisis persentase hambatan
insektisida yang lain. Biomassa pada pertumbuhan relatif (HPR) menunjukkan
pemberian insektisida karbofuran pada pemberian insektisida karbofuran dengan
semua konsentrasi tidak berbeda nyata konsentrasi 100 – 300 gr/L menghasilkan
dengan kontrol. Dapat disimpukan bahwa nilai HPR negatif pada kedua isolat JPP,
pemberian insektisida karbofuran sampai artinya pemberian insektisida karbofuran
dengan konsentrasi 400 gr/l tidak tidak menghambat tetapi justru
mengurangi pertumbuhan JPP. Biomassa meningkatkan petumbuhan JPP.
pada pemberian insektisida karbofuran Pemberian insektisida karbofuran pada
dengan konsentrasi 400 gr/l lebih redah konsentrasi 400 gr/L menghasilkan nilai
dibanding pada konsentrasi yang lain HPP positif, sehingga disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa terjadi pada konsentrasi insektisida 400 gr/L
penghambatan pertumbuhan oleh terjadi peghambatan pertumbuhan JPP.
insektisida karbofuran pada konsentrasi Menurut Santi (2005) kemampuan jamur
tersebut. Hal tersebut diduga karena suplai pelapuk putih untuk tumbuh pada media
karbon yang berlebihan dari insektisida yang mengandung insektisida diduga
karbofuran akan menimbulkan efek disebabkan karena adanya kemampuan
penghambatan terhadap pertumbuhan jamur pelapuk putih dalam menghasilkan
(Judoamidjojo et al., 1989 dalam enzim-enzim ekstraseluler oksidatif
Suherman, 2000). sehingga dapat memanfaatkan sumber
karbon dari insektisida untuk
pertumbuhan jamur.

100,00%
80,00%
Persentase (%)

60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
-20,00%
-40,00%
-60,00%
-80,00%
100 gr/L 200 gr/L 300 gr/L 400 gr/L
JPP 1 -7,45% -20,08% -56,33% 32,77%
Phanerochaete sp. -30,89% -10,15% -47,01% 79,43%

Gambar 3. Grafik Persentase Hambatan Pertumbuhan Relatif (HPR %)Isolat


JPP 1 dan JPP 2 Pada Media Cair PD yang Ditambahkan Karbofuran
dengan Konsentrasi100, 200, 300, dan 400gr/l.

88
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Biodegradasi Insektisida Karbofuran oksidasi dengan menggunakan oksigen


Hasil perhitungan nilai absorbansi (Thurston, 1994). Menurut Matsumura
didapatkan perbedaan antara kandungan (1975) reaksi oksidasi dapat
insektisida sebelum inokulasi dan sesudah mempengaruhi toksisitas dari insektisida
inokulasi. Pada kedua perlakuan isolat JPP karbamat.
(JPP1 dan Phanerochaete sp) kandungan Berdasarkan hasil tersebut dapat
insektisida karbofuran pada media lebih disimpulkan bahwa jamur pelapuk putih
kecil dari pada kontrol. Persentase memiliki potensi dalam mendegradasi
penurunan kandungan pada semua insektisida karbofuran. Dari hasil
perlakuan juga positif, artinya terjadi penelitian ini belum dapat dipastikan
penurunan kandungan insektisida apakah bahan aktif dari insektisida
karbofuran pada perlakuan kedua isolat karbofuran tersebut juga terdegradasi oleh
JPP maupun semua konsentrasi insektisida aktivitas jamur pelapuk putih. Hal tersebut
karbofuran. Dapat disimpulkan bahwa karena pengukuran dengan
terdapat aktivitas degradasi kandungan spektrofotometer terbatas hanya dapat
insektisida karbofuran oleh jamur pelapuk mengukur tingkat kekeruhannya saja
putih isolat JPP1 maupun Phanerochaete belum dapat mengukur kandungan bahan
sp. Jamur pelapuk putih mampu aktif dari insektisida karbofuran.
mendegradasi insektisida karena mampu
menghasilkan enzim ekstraseluler KESIMPULAN
oksidatif seperti enzim lakase yang
Hasil penelitian disimpulkan bahwa
memiliki peranan dalam mendegradasi
jamur pelapuk putih isolat JPP1 maupun
warna (Christian et al., 2007). Selain itu
Phanerochaete sp. mampu tumbuh pada
enzim ekstraseluler oksidatif ini dapat
media yang mengandung insektisida
juga mendegradasi senyawa aromatik dan
karbofuran dengan konsentrasi
non-aromatik dengan beberapa reaksi
Tabel 2. Kandungan Insektisida Karbofuran pada Media PD
Isolat Konsentrasi Kandunga Kandunga Penurunan Persentas
(gr/l) n n Kandungan e
Insektisida Insektisida Insektisida Penuruna
Awal (gr) Akhir (gr) (gr) n
Kontrol 0 1,28 1,35 -0,07 -5%
Tanpa 100 1,33 1,57 -0,24 -18%
Isolat 200 1,35 1,51 -0,16 -12%
300 1,36 1,63 -0,27 -20%
400 1,42 1,87 -0,45 -31%
JPP1 0 1,43 1,10 0,33 23%
100 1,45 1,15 0,30 20%
200 1,47 1,25 0,22 15%
300 1,53 1,20 0,33 22%
400 1,54 1,32 0,22 14%
Phanerochaete 0 1,51 1,25 0,26 18%
sp. 100 1,51 1,34 0,17 11%
200 1,52 1,36 0,16 11%
300 1,53 1,37 0,16 10%
400 1,54 1,44 0,10 6%

89
Chanif et al., Uji Potensi jamur pelapuk putih dalam bioremediasi insektisida...

100-400 gr/L. Isolat JPP1 dan Indraningsih. 2008. Pengaruh Insektisida


Phanerochaete sp. dapat mendegradasi Karbamat Terhadap Ternak dan
kandungan insektisida karbofuran sebesar Produknya. Wartazoa Vol. 18 No.
6 – 22 %. Kedua isolat Isolat JPP1 dan 2 Th. 2008. Balai Besar Penelitian
Phanerochaete sp. berpotensi dalam Veteriner. Bogor.
mendegradasi insektisida karbofuran. Judoamidjojo, M., A.A. Darwis, dan E.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Gumbira-Said. 1989. Teknologi
untuk mengetahui apakah kedua isolat JPP Fermentasi. Rajawali Press.
mampu mendegradasi kandungan bahan Jakarta.
aktif dari insektisida karbofuran.
Matsmura, F. 1975. Toxicology of
DAFTAR PUSTAKA Insecticides. Plenum Press. New
York.
Angga. 2009. Pemanfaatan Mikroba Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba
Dalam Bioremediasi. Diunduh Dalam Bioremediasi Suatu
Tanggal 14 Juni 2013 dari Teknologi Alternatif Untuk
http://kampunghejo. blogspot.com. Pelestarian Lingkungan. Pidato
Bacman dan E. M. Clark. 1977. Effect Of Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Carbofuran And other Pesticides Tetap dalam Bidang Mikrobiologi
On Vesicular Arbuscular pada Fakultas Matematika dan
Mycorhyzae In Peanut. Ilmu Pengetahuan Alam,
Department of Botany And Universitas Sumatera Utara.
Microbiology, Agriculuture Medan.
Experiment Station, Auburn Santi, L. P. 2005. Tesis Potensi Sejumlah
University. Alabama. USA. Isolat Fungi Pelapuk Putih Untuk
Burdsall, H. H. 1981. The Taxonomy Of Bioremediasi Herbisida Dalam
Sporotrichum Pruinosum And Tanah. Sekolah Pasca Sarjana
Sporotrichum Pulverulentum/ Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Phanerochaete Chrysosporium. Santi, L. P., Lisdar I. S., & Didiek, H. G.
Madison. U.S. Department of 2007. Potensi Fungi Pelapuk Putih
Agriculture, Forest Service. Asal Lingkungan Tropik Untuk
Christian1, H., Edy S., Tomy A., Bioremediasi Herbisida. Balai
Ferdian1T. S., Sri H. S. 2007. Penelitian Bioteknologi
Seminar Nasional Kemampuan Perkebunan Indonesia. Bogor.
Pengolahan Warna Limbah Tekstil Suherman, A. D. 2000. Bioremediasi
oleh Berbagai Jenis Fungi dalam Pestisida Organofosfat Diazonin
Suatu Bioreaktor. Institut Secara Ex Situ dengan
Teknologi Sepuluh November. Menggunakan Mikroba Indigenous
Surabaya. dari Areal Persawahan. Skripsi
Hariyono. 2007. Uji Antagonis Beberapa Fakultas Pertanian Institut
Isolat Trichoderma sp. secara In Pertanian Bogor. Bogor.
vitro terhadap Ganoderma sp. Thurston, C. F. 1994. The Structure and
Penyebab Penyakit Akar Merah Function of Fungal Lacasse.
pada Akasia (Acacia mangilum). Mikrobiol 140: 19-26.
Skripsi.FP-UB. Malang.

90

Anda mungkin juga menyukai