Anda di halaman 1dari 9

Eksplorasi Mikoriza pada Lahan Bekas Tambang Emas Masyarakat di Mandailing Natal.

(The mycorrhizal on Land Explore Former Gold Mine Community in Mandailing Natal)

Sahat A. Sihombing1, Delvian2, Deni Elfiati2


1Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tridarma Ujung No. 1

Kampus USU Medan 20155


(Penulis Korespondensi, Email: sahata.sihombing663@yahoo.co.id)
2Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
The mycorrhizal is affected by biotic and abiotic factor. The purpose of this research is to explore the mycorrhizal on
the soil of former gold mine community in Mandailing Natal so that we know the types of native mycorrhizal of the area. The data
got from this research used to helps land reclamation efforts by the application of mycorrhizal on land mine. This activity will
improve the condition of the damaged environment or increase productivity of the land. This research use soil separating method
to obtain spores and root coloring method to find out root colonization. Result from this research is 2 genus spores are found
they are genus Acaulospora 5 types of spores / 10 g soil and genus Glomus 11 types of spores / 10 g soil. The percentage of
mycorrhizal colonization on former gold mine community in Mandailing Natal is revolve between 8,12% - 28,55% .

Key words: Mycorrhizal, genus Acaulospora and genus Glomus, former gold mine land community.

PENDAHULUAN disebut inang. Hubungan simbiosis antara fungi dengan


inangnya meliputi pemberiaan unsur hara dan mineral
A. Latar Belakang tanah sehingga tumbuhan dapat bertumbuh dan
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang berkembang dengan baik, sedangkan fungi memperoleh
mengeksploitasi sumberdaya alam.Kegiatan penambangan fotosintat berupa karbohidrat dari inangnya
menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar ataupun (Musnamar, 2003).
keberagaman (biodiversity) akan berkurang. Salah satunya Inang dalam pertumbuhannya mendapat sumber
adalah menurunnya produktivitas tanah dan pertumbuhan makanan lebih banyak dari dalam tanah dengan bantuan
tumbuhan. Pencegahan dan pengurangan kerusakan penyerapan lebih luas dari organ-organ mikoriza pada
harus segera dilakukan untuk daerah bekas tambang sistem perakaran dibandingkan yang diserap oleh rambut
dengan melakukan reklamasi lahan. Pemerintah telah akar biasa. Makanan utama yang diserap adalah fosfat (P),
membuat peraturan dalam menjaga kelestarian ekosistem nitrogen (N), kalium (K) dan unsur mikro lain seperti Zn, Cu
dengan peraturan pemerintah tentang reklamasi dan pasca dan B. Melalui proses enzimatik, makanan yang terikat
tambang yang sudah diatur dalam PP No.78 Tahun 2010. kuat dalam ikatan senyawa kimia seperti aluminium (Al)
Adanya peraturan tersebut sehingga para pemilik izin tidak dan besi (Fe) dapat diuraikan dan dipecahkan dalam
menyalahgunakan hak tersebut dan memiliki tanggung bentuk tersedia bagi tumbuhan. Tumbuhan melakukan
jawab yang besar. fotosintesis, hasil fotosintat berupa karbohidrat cair
Pada umumnya lahan tambang emas rusak didistribusikan ke bagian akar inang dan tentunya mikoriza
akibat dari aktivitas tambang. Sifat kimia, fisik dan biologi di jaringan korteks akar inang mendapatkan aliran energi
tanah akan rusak dan menjadi masalah pada ekosistem untuk hidup dan berkembangbiak di dalam tanah. Kegiatan
yang ada. Menurut Suharno dan Sancayaningsih (2013) antara mikoriza dan inang berlangsung terus menerus dan
dalam Suharno dkk (2014) pada lahan tambang terjadi saling menguntungkan seumur hidup inang
kerusakan tanah baik secara kimia dengan ditemukannya ( Santoso dkk, 2007).
logam berat yang berlebihan dan pH tanah yang terlalu Pada umumnya tanaman yang bermikoriza
rendah padahal tanaman memerlukan unsur hara yang mempunyai pertumbuhan yang baik. Hubungan antara
optimal, secara fisik dengan kondisi struktur tanah yang fungi mikoriza dengan tanaman inang yang bersimbiosis
berpasir dan suhu permukaan yang terlalu tinggi dan mutualisme memberikan manfaat positif bagi keduanya.
secara biologi dengan rendahnya keberadaan mikroba Hal ini terjadi karena inokulasi fungi mikoriza bersifat
tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk memperbaiki biofertilization baik untuk tanaman pangan, perkebunan,
kondisi tersebut perlu dilakukan upaya reklamasi lahan kehutanan maupun tanaman penghijauan (Widada, 1994
dengan menggunakan agen-agen hayati dengan mikoriza dalam Nurhayati, 2012).
untuk memperbaiki ekosistem setempat. Penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi
Mikoriza merupakan fungi yang mampu mikoriza asli (indigenous) yang bersifat adaptif dari lahan
bersimbiotik mutualisme dengan akar tumbuhan yang tambang emas yang ada di Mandailing Natal. Hasil
penelitian ini diharapkan sebagai kajian dasar untuk
penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan dan ada pada contoh akar tumbuhan yang didominasi oleh
mengaplikasikan mikoriza yang asli (indigenous) pada tumbuhan rumput manis (Paspalum congjugatum). Jumlah
lahan tambang untuk upaya reklamasi lahan. Mikoriza plot dalam penelitian ada 8 plot dan dikelompokkan
mampu mengurangi toksisitas logam berat dan kedalam 4 blok. Blok I ( Plot 1,2 dan 3), blok II (Plot 4), blok
meningkatkan toleransi tanaman pada tanah-tanah yang III (Plot 5,6 dan 7) dan blok IV (Plot 8).
terkontaminasi. Menurut Bradley, dkk (1982) mikoriza Pada penelitiaan ini juga dilakukan analisa tanah
mendukung pertumbuhan tanaman pada lahan tambang meliputi pH tanah, C-Organik, P-tersedia dan KTK untuk
dengan kondisi tanahnya yang mengandung logam-logam mengetahui sifat tanah.
beracun dengan mengurangi toksisitas, logam beracun dan
meningkatkan toleransi tanaman pada tanah-tanah yang C.2 Pembuatan Kultur Pemerangkapan (trapping)
terkontaminasi. Hal ini diharapkan memberi pengaruh Teknik trapping yang digunakan mengikuti
positif pada kondisi ekosistem yang ada di lahan tambang metoda Brundrett, dkk (1996) dengan menggunakan pot
sehingga sifat kimia, fisik dan biologi tanah dapat kultur terbuka. Media tanam yang digunakan berupa
diperbaiki. campuran contoh tanah dan pasir. Teknik pengisian media
tanam dalam pot kultur adalah pot kultur diisi dengan pasir
METODE PENELITIAN 1/3 pot kemudian dimasukkan contoh tanah 1/3 pot dan
ditutup pasir 1/3 pot sehingga media tanam tersusun atas
A. Waktu dan Tempat Penelitan pasir-contoh tanah-pasir. Selanjutnya bibit jagung (Zea
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai mays) ditanam pada pot yang sudah diisi dengan pasir,
Oktober 2015. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 2 tanah kemudian ditutupi lagi dengan pasir.
tahapan yaitu kegiatan di lapangan dan di laboratorium.
Pengambilan contoh tanah dan akar dilakukan di lahan C.3 Pengamatan Contoh Tanah dan Akar
bekas tambang emas masyarakat Desa Humbang, C.3.1 Ekstraksi dan Identifikasi Mikoriza
Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal yang Teknik yang digunakan dalam mengekstraksi
ditinggalkan selama 1-2 tahun dan telah mengalami spora adalah teknik tuang-saring dari Pacioni (1992) dan
suksesi. Pengamatan kolonisasi mikoriza, kepadatan akan dilanjutkan dengan teknik sentrifugase dari
spora mikoriza, dan identifikasi spora mikoriza dilakukan di Brundrett, dkk (1996). Pada ekstraksi spora teknik tuang-
Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi saring ini kemudian diikuti dengan teknik sentrifugasi dari
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brundrett, dkk (1996).
Sumatera Utara dan analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian C.3.2 Kolonisasi Mikoriza Pada Akar Tanaman Sampel
(BPTP) Sumatera Utara. Kolonisasi mikoriza diamati pada akar tanaman
contoh dengan teknik pewarnaan akar (staining). Metode
B. Alat dan Bahan yang digunakan untuk pembersihan dan pewarnaan akar
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel adalah metode dari Kormanik dan Mc Graw (1982).
Global Positioning System (GPS), tali plastik, cangkul, Persentase kolonisasi mikoriza dapat dihitung dengan
kantong plastic, spidol, kertas label, saringan (2 mm, 710 menggunakan metode panjang akar terkolonisasi
µm, 250 µm, 106 µm, 53 µm), pinset, Erlenmeyer, gelas (Giovannetti dan Mosse, 1980). Derajat atau persentase
ukur, pipet tetes, spatula, tabung sentrifuge, cawan petri, kolonisasi akar dihitung dengan menggunakan rumus
cover glass, mikroskop stereo, mikroskop binokuler, batang sebagai berikut:
pengaduk, preparat, timbangan, kalkulator dan alat tulis. % Kolonisasi mikoriza = x 100%
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik,
kertas label, tanah, larutan glukosa 60%, pewarna C.4 Variabel Pengamatan
Melzer’s, larutan trypan blue, larutan KOH 10%, larutan Dalam penelitian ini variabel pengamatan
HCl 2%, tisu, terrabuster 0,4%, Hyponex merah, air dan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu variabel lingkungan
buku panduan mikoriza. dan variabel mikoriza. Variabel lingkungan meliputi analisa
tanah (C-Organik, pH, P-tersedia dan KTK) dan variabel
C. Prosedur Penelitian mikoriza yang diamati meliputi yaitu persentase kolonisasi
C.1 Pengambilan Contoh Tanah akar pada tanaman inang, kepadatan spora atau jumlah
Pengambilan contoh tanah dalam penelitian ini spora mikoriza tiap 10 gram tanah dan jenis spora mikoriza
sesuai dengan metode dari ICRAF (Ervayenri dkk, 1999). yang ditemukan. Hasil data-data yang diperoleh dari
Petak ukur pengamatan yang digunakan adalah 20 m x 20 variabel pengamatan akan dilakukan analisis untuk melihat
m. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada lima titik hubungan antara variabel lingkungan dengan variabel
yang diambil dari daerah rizosfir atau pada kedalaman mikoriza. Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan
20 cm. Berat tanah yang diambil dari setiap titik sebanyak bagaimana hubungan antara eksplorasi mikoriza dengan
500 gram secara komposit dan diidentifikasi mikoriza yang kondisi lingkungannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah yang diambil berasal dari kedalaman
0- 20 cm. Hasil analisa tanah yang dilakukan pada tanah
A. Kondisi Analisa Tanah lahan bekas tambang emas diperoleh perbedaan sifat
Penambangan emas masyarakat Desa kimia tanah diantara keempat blok tersebut dan hasilnya
Humbang, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan analisis pH tanah
Natal terdapat pada kawasan hutan dan lahan masyarakat yang dilakukan diperoleh pH tanah yang berbeda-beda
setempat. Lahan bekas tambang emas sudah berumur dari setiap blok mulai dari kriteria masam sampai netral.
kisaran 1-2 tahun dan sudah mengalami suksesi. Pada Tanah pada blok I dan IV memiliki pH masam yaitu
lahan bekas tambang emas sudah mengalami suksesi dan bernilai 4,49 dan 5,48. pH tanah pada blok II dan III
tumbuhan yang mendominasi yaitu tumbuhan memiliki pH netral yaitu bernilai 7,49 dan 6,49. Menurut
rumput manis (Paspalum congjugatum). Penambangan Mass dan Nieman (1978) fungi mikoriza pada umumnya
yang terus menerus semakin meluas dan kurangnya tahan terhadap kemasaman tanah. Adaptasi mikoriza
pengawasan dari pemerintah dapat membuat kerusakan terhadap pH tanah berbeda-beda serta pH tanah
lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap mempengaruhi penyebaran dan peran mikoriza terhadap
lingkungan membuat lingkungan rusak. Semua pihak pertumbuhan tanaman. pH tanah mempengaruhi jumlah
bertanggung jawab untuk semua ini baik pemerintah dan spora dengan semakin masam tanah maka akan semakin
masyarakat untuk menjaga kelestarian alam supaya meningkat jumlah spora. Bahkan mikoriza mampu hidup
terjaga dan berkelanjutan. pada kondisi tanah yang tercemar oleh logam-logam berat.
Upaya reklamasi lahan perlu dilakukan salah Menurut Bradley, dkk (1982) pada lahan tambang dengan
satunya yaitu dengan mikoriza. Sifat kimia tanah sangat kondisi tanahnya yang mengandung logam-logam beracun
mempengaruhi kemampuan mikoriza untuk berasosiasi dengan konsentrasi yang tinggi. Mikoriza mampu
dengan tanaman. Menurut Widada (1994) dalam Nurhayati mengurangi toksisitas dan meningkatkan toleransi
(2012) tanaman yang bermikoriza mempunyai tanaman pada tanah-tanah yang terkontaminasi.
pertumbuhan yang yang baik. Hubungan antara fungi Analisa C-Organik tanah yang diperoleh dalam penelitian
mikoriza dengan tanaman inang yang bersimbiosis ini berbeda-beada pada setiap blok. C-Organik yang
mutualisme sehingga mendatangkan manfaat positif bagi terendah yaitu pada blok I 1,01% yang tergolong dalam
keduanya. Hal ini terjadi karena inokulasi fungi mikoriza kriteria rendah dan yang tertinggi adalah pada blok III
bersifat biofertilization baik untuk tanaman pangan, 2,70% yang tergolong pada kriteria sedang. Menurut
perkebunan, kehutanan maupun tanaman penghijauan. Pujianto (2011) bahan organik 1-2%, mikoriza memiliki
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi jumlah spora yang maksimum sedangkan yang berbahan
pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tumbuhan C-organik kurang dari 0,5% jumlah spora sangat rendah.
bahkan mempengaruhi keberadaan spora mikoriza di Kandungan P-tersedia tanah yang diperoleh
dalam tanah, seperti kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. dalam penelitian ini dari yang terendah yaitu pada blok I
Berikut hasil analisa tanah di lahan bekas tambang emas 3,89 ppm yang termasuk dalam kriteria sangat rendah dan
masyarakat Desa Humbang, Kecamatan Naga Juang, yang tertinggi pada blok III 18,49 ppm. P-tersedia yang
Kabupaten Mandailing Natal (Tabel 1). rendah meningkatkan kolonisasi mikoriza dan sebaliknya
jika P-tersedia yang tinggi dapat menurunkan kolonisasi
Tabel 1. Hasil analisa tanah di lahan bekas tambang emas mikoriza. Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi P-
masyarakat Desa Humbang, Kecamatan Naga tersedia yang ada pada tanah berkisar antara sangat
Juang, Kabupaten Mandailing Natal rendah sampai sedang. Mikoriza bekerja secara efektif
Blok
pada tanah-tanah yang miskin akan unsur hara dan
Parameter kekurangan ketersediaan air. Hal ini pastinya mendukung
I II III IV pertumbuhan tanaman dan dengan terjadinya kolonisasi
pH (H2O) 4,49 m 7,49 n 6,14 n 5,48 m mikoriza pada akar tanaman sehingga ketersediaan air dan
unsur hara khususnya fosfor (P) tersedia. Menurut
C-Organik (%) 1,01 r 1,34 r 2,70 s 2,06 s Tuheteru, dkk (2012) mikoriza mampu meningkatkan
P-tersedia (ppm) 3,80 sr 14,98 r 18,49 s 6,51 sr serapan hara khususnya fosfor (P), magnesium (Mg) serta
meningkatkan keseimbangan K+/Na+ dan efisiensi
KTK (me/100g) 40,91 st 10,85 r 15,06 r 17,56 s
penggunaan air sehingga mendukung pertumbuhan
Keterangan: tanaman.
am = agak masam r = rendah Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 1
s = sedang m = masam diperoleh data analisis tanah yang kurang P-tersedia
sr = sangat rendah n = netral berbanding lurus dengan persentase kolonisasi mikoriza
st= sangat tinggi dan kepadatan spora pada tanah. Penelitian
Sumber Kriteria: Staf Penelitian Tanah (1983) dan BPP Puspitasari (2012) korelasi antara P-tersedia dengan
Medan (1982) dalam Muklis (2007) jumlah spora memberikan pengaruh dimana dengan
adanya peningkatan kandungan P-tersedia tanah Struktur mikoriza yang ditemui adalah hifa dan
menyebabkan jumlah spora Acaulospora dan Gigaspora vesikula. Bentuk struktur hifa pada akar, vesikula pada
mengalami penurunan dan yang sangat mengalami akar dan akar tanpa kolonisasi mikoriza dapat dilihat pada
penurunan yang sangat signifikan yaitu jumlah spora Gambar 1, 2 dan 3.
Glomus. Hasil penelitian Muzakkir (2011) hasil korelasi
antara pH, P-tersedia dan C-Organik tanah memberi
pengaruh yang positif terhadap perkembangan Arbuscular Hifa
Mycorrhizal Fungi (AMF) dimana dengan rendahnya nilai
pH, P-tersedia dan C-Organik maka perkembangan
mikoriza akan meningkat. Hubungan P-tersedia tanah yang
rendah terhadap perkembangan mikoriza mendukung
penyebaran dan infektivitas mikoriza. Gambar 1. Hifa pada akar
Kapasitas Tukar Kation (KTK) juga
mempengaruhi infektivitas kolonisasi mikoriza pada akar
dan jumlah spora mikoriza. KTK tanah terendah diperoleh
dalam penelitian ini adalah pada blok II 10,85 me/100g Vesikula
yang termasuk dalam kriteria rendah dan KTK tanah
tertinggi pada blok I 40,91 me/100g yang termasuk dalam
kriteria sangat tinggi. Secara umum semakin rendah KTK
tanah maka semakin tinggi kolonisasi mikoriza dan jika Gambar 2. Vesikula pada akar
semakin tinggi KTK tanah maka semakin rendah kolonisasi
mikoriza. Penelitian Puspitasari (2012) peningkatan KTK Tidak ada
tanah akan berbanding terbalik dengan jumlah spora kolonisasi
mikoriza yaitu mengalami penurunan. Tetapi, pada hasil mikoriza
penelitian ini menunjukkan kolonisasi infeksi mikoriza pada
akar dan jumlah spora tetap berkembang tanpa ada
pengaruh nilai KTK tanah. Diperoleh data pada blok I
(Tabel 1.) dengan KTK tanah yang tertinggi memiliki Gambar 3. Akar tanpa kolonisasi mikoriza
persentase kolonisasi mikoriza dan jumlah spora yang
tinggi dibandingkan pada blok III dengan KTK tanah yang C. Persentase Kolonisasi Akar
terendah memiliki persentase kolonisasi mikoriza dan Pemerangkapan (trapping) dilakukan di rumah
jumlah mikoriza yang terendah. kaca dengan menggunakan tanaman jagung (Zea mays)
Hasil analisa tanah yang terdapat pada lahan sebagai inang. Menurut Hardjowigeno (2010) dalam
tambang baik dengan pH, C-Organik, P-tersedia dan KTK Chairiyah, dkk (2013) menyatakan tanaman jagung (Zea
tanah termasuk dalam kondisi tanah yang kurang subur. mays) merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai
Menurut Suharno dan Sancayaningsih (2013) dalam inang bagi mikoriza karena dapat bersimbiosis dengan
Suharno, dkk (2014) pada umumnya tanah pada lahan mikoriza di akar tanaman. Tanaman jagung (Zea mays)
tambang memliki kondisi tanah yang kurang subur. Dalam mempunyai endomikoriza atau arbuskula mikoriza. Adanya
hal ini, perlu dilakukan upaya reklamasi lahan salah mikoriza pada akar tanaman jagung (Zea mays) sehingga
satunya dengan pengaplikasian mikoriza untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan pengamatan lebih
mengembalikan fungsi awal lahan dan diharapkan sifat mudah dilakukan. Setelah pemerangkapan (trapping)
tanah (kimia, fisik dan biologi tanah) dapat diperbaiki. selesai kemudian dilakukan penghitungan kolonisasi
mikoriza pada akar tanaman jagung (Zea mays). Hasil
B. Keberadaan Mikoriza tersebut dapat dikategorikan rendah sesuai dengan
Mikoriza memiliki beberapa struktur untuk dapat klasifikasi tingkat infeksi FMA pada akar menurut Setiadi
bertahan hidup di tanah dan tanaman. Struktur tersebut (1992) (Lampiran 1). Persentase kolonisasi fungi mikoriza
yaitu arbuskula, hifa dan vesikula. Arbuskula berfungsi pada akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.
sebagai tempat pertukaran simbiosis antara spora dan
tanaman, hifa berfungsi sebagai alat menginfeksi tanaman,
menyerap unsur hara dan mineral, dan vesikula berfungsi
sebagai cadangan makanan bagi spora sendiri. Pada
penelitian ini ditemukan hifa dan vesikula, sedangkan
struktur arbuskula tidak ditemukan. Struktur arbuskula tidak
ditemukan karena memiliki umur yang pendek, sehingga
saat pengamatan organ tersebut sudah rusak.
Tabel 2. Persentase kolonisasi mikoriza pada akar Mikoriza melindungi tanaman dari patogen dan unsur
tanaman toksik dan secara tidak langsung melalui perbaikan strutur
Hasil pengamatan tanah. Hal ini disebabkan karena mikoriza memiliki hifa
Blok Lapangan Trapping eksternal yang luas dan diameter yang lebih kecil dari bulu
Kriteria Kriteria
(%) (%) akar , enzim fosfatase dan sekresi hifa lainnya serta
I 28,55 Sedang 52,53 Tinggi terbentuknya mantel yang melindungi akar tanaman secara
II 15,56 Rendah 19,15 Rendah fisik.
III 8,12 Rendah 11,17 Rendah Hasil persentase kolonisasi akar pada masing-
masing blok berbeda-beda tergantung pada infektivitas dari
IV 20,70 Rendah 29,55 Sedang
masing-masing mikoriza. Infektivitas mikoriza merupakan
Rata-rata 18,23 Rendah 28,10 Sedang kemampuan mikoriza untuk menginfeksi dan mengkoloni
Sumber Klasifikasi: Klasifikasi tingkat infeksi mikoriza akar tanaman yang mendukung pertumbuhan tanaman.
pada akar menurut Setiadi (1992) Infektivitas dipengaruhi oleh spesies fungi, tanaman inang,
interaksi mikrobial, tipe perakaran tanaman inang, dan
Data persentase kolonisasi mikoriza pada akar kompetisi fungi mikoriza yang disebut sebagai faktor biotik,
tanaman diperoleh berbanding lurus dengan kondisi sifat dan faktor lingkungan tanah yang disebut faktor abiotik
kimia sampel tanah yang digunakan parameter yaitu (Solaiman dan Hirata, 1995 dalam Nurhayati, 2012).
kondisi pH tanah yang agak masam dan ketersediaan P-
tersedia yang rendah sehingga mendukung kolonisasi D. Kepadatan Spora di Lapangan dan Hasil
mikoriza pada akar tanaman. Pemerangkapan (trapping)
Hasil persentase kolonisasi mikoriza pada akar Kepadatan spora dari sampel tanah di lapangan
tanaman yang dilakukan di laboratorium memperoleh dan pemerangkapan (trapping) (Tabel 3) menunjukkan
persentase kolonisasi mikoriza pada tiap blok berbeda- jumlah spora yang diperoleh berbeda-beda pada setiap
beda dan menunjukkan pada kempat blok tersebut mampu blok. Data kepadatan spora yang diperoleh dari sampel
berasosiasi dengan mikoriza. Persentase kolonisasi tanah di lapangan dan hasil pemerangkapan (trapping)
mikoriza pada keempat blok memiliki keberagaman dan dapat dilihat pada Tabel 3.
dapat dibagi dalam beberapa kriteria berdasarkan
Setiadi (1992) dalam Mukhlis (2007) (Lampiran 1). Tabel 3. Kepadatan spora dari sampel tanah dari lapangan
Pengamatan persentase kolonisasi mikoriza di lapangan dan hasil pemerangkapan (trapping)
tersebut menghasilkan data persentase yang terendah Blok
Hasil pengamatan (Spora/10 gram tanah)
pada blok III 8,12% yang termasuk dalam kriteria rendah Lapangan Trapping
dan yang tertinggi pada blok I 28,55% yang termasuk I 5 23
dalam kriteria sedang. Seteleh dilakukan pemerangkapan II 3 15
(trapping) terjadi peningkatan persentase kolonisasi III 2 7
mikoriza pada akar tanaman. Hasil persentase kolonisasi IV 1 18
mikoriza pada akar tanaman yang terendah yaitu pada Rata-
blok III 11,17% yang termasuk dalam kriteria rendah dan 6 16
rata
yang tertinggi pada blok I 52,53% yang termasuk dalam
kriteria tinggi. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi
Mikoriza yang bersimbiosis mutualisme dengan peningkatan jumlah spora dari hasil pemerangkapan
tanaman akan mendukung pertumbuhan dan (trapping) dibandingkan dengan jumlah spora yang
perkembangan tanaman. Menurut Sieverding (1991) ditemukan dilapangan. Hal ini didasarkan pada proses
simbiosis antara mikoriza dengan tanaman akan pemerangkapan (trapping) bertujuan untuk meningkatkan
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut akan jumlah propagul spora yang ada di dalam tanah yang
saling menguntungkan, mikoriza akan memperoleh diambil dari lapangan dan juga tidak semua mikoriza aktif
karbohidrat dan unsur pertumbuhan lainnya dari tanaman pada waktu yang sama.
inang, sebaliknya mikoriza akan memberikan keuntungan Di dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi
kepada tanaman inang dengan cara membantu tanaman sampel tanah dari lapangan dan hasil pemerangkapan
untuk menyerap unsur hara terutama unsur fosfor (P). (trapping) di lahan bekas tambang emas masyarakat
Penelitian Kartika, dkk (2014) menunjukkan pertumbuhan Mandailing Natal. Hasil ekstraksi yang dilakukan pada
dan serapan fosfor (P) tanaman jarak pagar keempat blok ditemukan tipe genus Acaulospora dan
(Jatropha curcas L.) pada media tanah bekas tambang genus Glomus pada sampel tanah yang ada di lapangan
batu bara yang diinokulasi FMA lebih tinggi dibandingkan dan hasil pemerangkapan (trapping). Jumlah spora
dengan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) tanpa terendah yang terdapat pada lapangan yaitu pada blok IV
FMA. Mikoriza mampu menyediakan air dan hara bagi 1 spora/10 gram tanah dan yang tertinggi pada blok I 5
tanaman baik dalam kondisi kering dan miskin unsur hara. spora/10 gram tanah.
Spora mikoriza yang diambil dari lapangan tidak Tabel 4. Jumlah tipe spora setiap genus dari lapangan dan
sepenuhnya dapat diidentifikasi karena tidak semua hasil pemerangkapan (trapping)
mikoriza aktif pada waktu yang sama. Pemerangkapan Jumlah tipe spora
No Tipe spora
(trapping) dilakukan untuk meningkatkan jumlah spora Lapangan Trapping
mikoriza. Setelah dilakukan pemerangkapan (trapping) 1 Acaulospora 2 5
jumlah spora dan tipe genus spora bertambah. Jumlah 2 Glomus 8 11
spora yang terendah yaitu pada blok III 7 spora/10 gram
tanah dan yang tertinggi pada blok I 23 spora/10 gram
tanah. Data jumlah tipe spora setiap genus dari
Peningkatan spora terjadi setelah dilakukan lapangan dan hasil pemerangkapan (trapping), genus
pemerangkapan (trapping) dibandingkan dengan Glomus memiliki jumlah tipe spora yang lebih banyak
sebelumnya. Pada pemerangkapan (trapping) dilakukan dibandingkan dengan genus Acaulospora. Data
stressing atau tidak ada dilakukan perlakuan pada sampel menunjukkan terjadi peningkatan jumlah spora dari hasil
baik itu memberi air atau larutan unsur hara. Adanya lapangan dengan hasil pemerangkapan (trapping).
stressing memberi pengaruh positif pada perkembangan Dalam penelitian eksplorasi mikoriza pada lahan
mikoriza. Kondisi yang kering dan tidak ada pemberian bekas tambang emas masyarakat di Mandailing Natal
unsur hara memacu respon fisiologisya sehingga spora ditemukan 2 tipe genus spora yaitu genus Acaulospora dan
mokoriza meningkat dan bahkan bertambah tipe genus genus Glomus. Tipe spora pada setiap genus yang ada
sporanya. Hasil penelitian Hartoyo, dkk (2011) dari lapangan dan hasil pemerangkapan (trapping)
menunjukkan di dalam penelitiannya setelah dilakukan berbeda-beda jumlah dan tipenya. Jumlah dan tipe spora
pemerangkapan (trapping) terjadi peningkatan jumlah yang ada pada lapangan terdapat 2 genus Acaulospora
spora dan tipe genus sporanya. Adanya peningkatan yang dan 8 genus Glomus. Setelah dilakukan pemerangkapan
terjadi setelah pemerangkapan (trapping) bisa saja (trapping) terjadi peningkatan jumlah dan pertambahan tipe
dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut Delvian (2003) spora. Jumlah dan tipe spora yang ada pada hasil
dalam Hartoyo, dkk (2011) FMA memiliki faktor intrinsik pemerangkapan (trapping) terdapat 5 genus Acaulospora
yang akan memberikan respon yang berbeda-beda dan 11 genus Glomus.
terhadap lingkungan atau musim. Meskipun ada tipe spora Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan
yang tidak dipengaruhi musim atau lingkungan akan tetapi bahwa genus Glomus lebih dominan dibandingkan dengan
terdapat tipe spora yang dipengaruhi oleh musim atau genus Acaulospora. Genus Glomus lebih dominan
lingkungan. Hal ini menunjukkan pengaruh musim atau dikarenakan oleh genus Glomus lebih adaptif di tanah
lingkungan tergantung pada tipe spora mikoriza yang ada tersebut. Penelitian Yulianitha, dkk (2011) menyatakan tipe
pada tanah. genus Glomus yang merupakan jenis mikoriza yang lebih
Jumlah kepadatan spora yang tertinggi dalam dominan karena 23 dari 26 spesies yang telah
penelitian ini yaitu 23 spora/10 gram tanah. Hasil penelitian diidentifikasi spesies yang ditemukan adalah genus
ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian beberapa Glomus sp. Penelitian tersebut menjelaskan tingkat
orang yang mengeksplorasi mikoriza pada lahan tambang. penyebaran genus Glomus yang tinggi dengan
Berdasarkan penelitian Suharno dkk (2014) menunjukkan kemampuan simbiosis dan adaptasinya lebih tinggi
jumlah kepadatan spora yang tertinggi yaitu 17 spora/10 dibandingkan dengan genus Acaulospora dan genus
gram tanah. Penelitian Setiadi dan Arif (2011) Gigaspora. Tipe spora genus Glomus sp yang memiliki
menunjukkan jumlah kepadatan spora tertinggi yaitu 477 tingkat adaptasi yang tinggi dalam penelitian ini dengan 11
spora/50 gram tanah (10 spora/10 gram tanah) dan tipe spora. Proses perkembangan spora genus adalah dari
penelitian Setyaningsih (2008) menunjukkan jumlah ujung hifa yang membesar dan terbentuk spora. Spora dari
kepadatan spora tertinggi yaitu 23 spora/10 gram tanah. genus Glomus sp berasal dari perkembangan hifa maka
disebut dengan chlamydospora. Spora genus Glomus sp
E. Tipe Spora dan Karakteristik Spora ada yang memiliki hifa bercabang-cabang dan tiap cabang
Tipe spora pada setiap genus dari lapangan dan terbentuk chlamydospora serta membentuk sporocarp.
hasil pemerangkapan (trapping) diidentifikasi spora Setelah dewasa spora dipisahkan dari hifa pelekat oleh
mikorizanya sehingga diperoleh data jumlah tipe dari sebuah sekat, spora berbentuk globos, subglobos, ovoid
setiap genus spora yang dapat dilihat pada Tabel 4. ataupun obovoid dengan dinding spora terdiri dari lebih
satu lapis (Patriyasari, 2007 dalam Puspitasari 2012).
Menurut Smith dan Read (1997) dalam Puspitasari (2012)
spora genus Glomus dapat ditemukan dalam bentuk
tunggal atau agregat lepas, sporokarp tidak seperti pada
Sclerocystis dan sporokarp terdiri dari spora dengan
dinding lateral yang tidak bisa pisah satu sama lainnya.
Spora genus Glomus yang ditemukan dalam penelitian ini Hasil ekstraksi tanah dan identifikasi terhadap
rata-rata memiliki bentuk bulat sampai bulat lonjong. spora mikoriza yang dilakukan pada lahan bekas tambang
Warna dari spora Glomus ada kuning, kuning gelap, merah ditemukan 2 genus spora mikoriza yaitu genus
kecoklatan, merah gelap, coklat, coklat kekuningan. Acaulospora sebanyak 5 tipe spora dan genus Glomus
Sedangkan dinding spora Glomus ada tebal dan tipis. sebanyak 11 tipe spora. Tipe dan karakteristik spora dapat
Setiap spora memiliki ciri-ciri tersendiri yang lebih dilihat pada Tabel 5.
spesifik yang membedakan antara spora yang satu dengan
yang lainnya. Tabel 5. Tipe dan karakteristrik spora pada tanah dari
Dalam penelitian ini juga ditemukan 5 tipe spora lapangan dan pemerangkapan (trapping)
genus Acaulospora. Menurut Smith dan Read (1997) Tipe spora Karakteristik L T
dalam Puspitasari (2012) menyatakan Genus Acaulospora Spora berbentuk bulat
perkembangannya berawal dari ujung hifa (subtending lonjong, berwarna
hyphae) yang membesar seperti spora yang disebut Hypal cokelat kekuningan,
√ √
terminus. Bulatan kecil akan muncul diantara Hypal dinding spora tebal
dengan permukaan
terminus dan subtending hyphae yang akan berkembang mirip kulit jeruk
semakin besar dan akan terbentuk spora. Di dalam Acaulospora sp 2 (H : 40x)
perkembangannya hifa terminus akan rusak dan isinya
akan masuk ke spora. Hifa terminus yang rusak akan Spora berentuk bulat,
berwarna cokelat
meninggalkan bekas lubang yang kecil yang disebut kemerahan, dinding
Cycatric. - √
spora tipis dengan
Menurut Nusantara, dkk (2012) genus permukaan seperti
Acaulospora memiliki karakteristik yang yang kulit jeruk
Acaulospora sp 4 (H : 40x)
membedakannnya dengan tipe genus spora lainnya.
Karakteristik tersebut yaitu: Spora berbentuk
1. Genus Acaulospora memilik hifa pada titik masuk bulat, berwarna merah
(entry point) yang bercabang. Hifa pada korteks bata,dinding spora
- √
tipis, permukaan
terluar biasanya memiliki percabangan lebih tidak bercorak mirip kulit
teratur, lebih ikal, atau keriting dibanding dengan jeruk
hifa genus Glomus. Acaulospora sp 5 (H : 40x)
2. Hifa internalnya berdinding tipis dan pada Spora berbentuk
umumnya berwarna lebih pucat (pewarnaan lebih bulat, berwarna
lemah), sehingga sulit untuk dilihat dan dipersulit kuning, dinding spora
√ √
dengan adanya jejeran tetes lemak. tipis dengan
permukaan bercorak
3. Genus Acaulospora memiliki vesikel yang kulit jeruk
awalnya berbentuk empat persegi panjang, tetapi Acaulospora sp 8 (H : 40x)
sering kali berubah menjadi agak lonjong (lobed)
karena berkembang kearah sel-sel yang Spora berbentuk
bulat, berwarna
berdekatan dan vesikel tersebut berdinding tipis kuning, dinding spora
dan tidak bertahan lama di akar. - √
tipis dengan
Dalam penelitian ini jenis spora yang ditemukan permukaan bercorak
yaitu genus Acaulospora dan genus Glomus. Penelitian kulit jeruk
Acaulospora sp 9 (H : 40x)
Suharno, dkk (2014) menyatakan di dalam penelitiannya
bahwa jenis-jenis spora yang ada pada lahan tambang Spora berbentuk
emas yang ditemukan pada daerah Timika yaitu genus bulat, berwarna coklat
Acaulospora, genus Archaeospora, genus Gigaspora, kekuningan, dinding √ √
genus Glomus, genus Scutellospora. Pada penelitian spora tebal dengan
permukaan halus
Setiadi dan Arif (2011) jenis spora yang ditemukan pada
Glomus sp 2 (H : 40x)
lahan tambang di daerah Sulawesi Selatan yaitu genus
Acaulospora, genus Gigaspora dan genus Glomus.
Penelitian Setyaningsih (2008) jenis mikoriza yang Spora berbentuk
ditemukan yaitu genus Acaulospora, genus Gigaspora dan bulat, berwarna merah
- √
kecokelatan, dinding
genus Glomus. Hasil penelitian tersebut menunjukan spora tipis
bahwa genus Acaulospora dan genus Glomus merupakan
mikoriza yang keberadaannya bersifat adaptif pada lahan Glomus sp 8 (H : 40x)
tambang.
Spora berbentuk bulat Spora berbentuk
lonjong, warna bulat, berwarna
cokelat, dinding spora √ √ cokelat muda, dinding √ √
tipis dengan spora tebal dengan
permukaan halus permukaan halus
Glomus sp 9 (H : 40x) Glomus sp 29 (H : 40x)
Keterangan:
L= Lapangan
Spora berbentuk bulat
lonjong, berwarna
T= Trapping
hitam, dinding spora √ √
tebal dengan Berdasarkan data tipe dan karakteristik spora
permukaan halus pada tanah di lapangan dan pemerangkapan (trapping)
Glomus sp 12 (H : 40x) diperoleh tipe spora yang baru. Penyebaran spora mikoriza
dipengaruhi oleh sifat kimia tanah (pH tanah, C-Organik, P-
Spora berbentuk tersedia dan KTK tanah). Penyebaran spora dipengaruhi
bulat, berwarna adanya dilakukan proses stressing yang dilakukan selama
kuning gelap, dinding √ -
spora tebal dengan 14 hari yang membuat ditemukannya tipe spora yang baru.
permukaa berbintik Proses stressing meningkatkan respon fisiologis dari
Glomus sp 15 (H : 40x) mikoriza untuk membentuk spora-spora yang baru.
Penyebaran genus Acaulospora dan genus
Spora berbentuk Glomus dalam penelitian ini belum dapat diidentifikasi lebih
bulat, berwarna merah akurat tentang penyebaran dan nama spesiesnya, karena
gelap, dinding spora - √ dari seluruh jumlah spora yang ditemukan hanya sedikit
tebal dengan
permukaan kasar
yang dapat diidentifikasi. Kondisi ini juga dikarenakan
banyak ditemukan spora-spora yang kotor belum terpisah
Glomus sp 16 (H : 40x)
dari tanah dan keadaan spora yang rusak. Identifikasi
spora juga terkendala oleh terbatasnya peralatan di
Spora berbentuk
bulat, berwarna
laboratorium sehingga penamaan spora belum dapat
cokelat, dinding spora √ √ mencapai penamaan spesies.
tidak tebal dengan
permukaan berbintik
KESIMPULAN
Glomus sp 18 (H : 40x)
Spora berbentuk
bulat, berwarna Hasil eksplorasi mikoriza pada lahan bekas
ccoklat kekuningan, tambang emas masyarakat di Mandailing Natal ditemukan
dinding spora tidak 2 genus spora mikoriza yaitu genus Acaulospora sebanyak
√ √
tebal dengan
permukaan halus dan
5 tipe spora dan genus Glomus sebanyak 11 tipe spora.
memiliki Hyfal Persentase kolonisasi mikoriza berkisar antara 8,12% -
Glomus sp 19 (H : 40x) attchment 28,55%.

Spora berbentuk DAFTAR PUSTAKA


bulat, berwarna hitam,
dinding spora tebal √ √
dengan permukaan Bradley, R., A.J. Burt dan D.J. Read. 1982. The Biology of
kasar. michorhiza in the Ericaceae. VIII. The role of
Glomus sp 21 (H : 40x) micorhizal infection in heavy metal resistance. New
Phytol. 91 : 197-209.
Spora berbentuk
bulat, berwarna Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave dan N.
cokelat kekuningan, Malajezuk. 1996. Working with Mycorrhizae in
- √
dinding spora tidak Forestry and Agriculture. Australian Centre for
tebal dengan International Agricultural Research (ACIAR).
permukaan halus
Glomus sp 25 (H : 40x) Carbera.
Chairiyah, R.R., Hardy G. dan Abdul R. 2013. Bioremediasi
Tanah Tercemar Logam Berat Cd, Cu, Dan Pb
Dengan Menggunakan Endomikoriza. Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol 2. Hlm 348-361.
Ervayenri, Y., Setiadi , N. Sukarno dan C. Kusmana. 1999. Puspitasari, D., Kristanti I.P., dan Anton M. 2012.
Arbuskular Mycorrhizae Fungi (AMF) Diversity in Eksplorasi Vesicular Arbuscular Mycorrhizae (VAM)
Peat Soil influenced by land Vegetation Types. Indigenous Pada Lahan Jagung di Desa Torjun,
Proceedings on International Conference Mycorrhiza Sampang Madura. Jurnal Sain dan Seni ITS Vol 1.
in Suitanable Tropical Agriculture and Forest Hlm 20-22.
Ecosystem. In Commenoration of 100 Years the Santoso, E.,Maman T., Ragil S.B. dan Irianto. 2007.
World Pioneering Studies on Tropical Mycorrhizas in Aplikasi Mikoriza Untuk Meningkatkan Kegiatan
Indonesian by Professor JM Janse. 27-30 Oktober Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi.
1997. Bogor.pp.85-92. Prosiding Expose Hasil-hasil Penelitian.
Giovanneti, M. dan Mosse B. 1980. An Evaluation of Setiadi, Y. dan Arif S. 2011. Studi Status Fungi Mikoriza
Technique for Measuring Vesicular-Arbuscular Arbuskula di Areal Rehabilitasi Pasca Penambangan
Mycorrhizae Infection in Roots. New Phytol. 84:317- Nikel (Studi Kasus PT INCO Tbk. Sorowako,
321. Sulawesi Selatan). Jurnal Silvikultur Tropika Vol 3.
Hartoyo, B., M. Ghulamahdi, L.K. Darusman, S.A. Aziz, Hlm 88-95.
dan I. Mansur. 2011. Keanekaragaman Fungi Setyaningsih, L. 2008. Stimulasi Kolonisasi Cendawan
Arbuskula (FMA) Pada Rizosfer Tanaman Pegagan Mikoriza Arbuskula Pada Semai Mindi (Melia
(Contella asiatica (L) Urban). Jurnal Littri Vol 17. Hlm azedarach LINN) Melalui Pemberian Kompos Aktif
32-40. Pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor. Jurnal
Kartika, E., Lizawati dan Hamzah. 2014. Efektifitas Fungi Nusa Sylva Vol 18. Hlm 40-48.
Mikoriza Arbuskular Terhadap Bibit Jarak Pagar Sieverding, E. 1991. Vesicular Arbuscular Mycorrhizal
(Jatropha curcas L.) pada Media Tanah Bekas Management in Tropical Ecosystem. Technical
Tambang Batu Bara. Prosiding Seminar Nasional Cooperation, Federal Republic of Germany. Escborn.
Lahan Suboptimal 2014. 26-27 September 2014. Suharno, Retno P.S., Endang S.S. dan Rina S.K. 2014.
Palembang. Keberadaan Fungi Mikoriza Arbuskula di Kawasan
Kormanik, P.P. dan Mc Graw A.C. 1982. Quantification of Tailing Tambang Emas Timika Sebagai Upaya
VA Mycorrhizae in Plant Root. Di dalam: N.C. Rehabilitasi lahan Ramah Lingkungan. Jurnal
Schenk (Ed). Methods and Principles of Mycorrhizae Manusia dan Lingkungan Vol 21. Hlm 295-303.
Research. The American Phytop. Soc. 46:37-45. Tuheteru, F.D., Husna, Asrianti A. dan Irdika M. 2012.
Mass, E.V. dan R.H. Nieman. 1978. Physiology of Plant Pupuk Hayati Mikoriza Untuk Budidaya dan
Tolerance to Salinity. Dalam G.A. Jung (Ed). Crop Rehabilitasi Wilayah Pantai. SEAMEO BIOTROP.
Tolerance to Suboptimal Land Conditions. ASA Bogor.
Spec.Pub. Hlm 277-299. Yulianitha, A., T. Nurhidayati dan I. Trisnawati D.T. 2011.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Komposisi Jenis Mikoriza Dari Perakaran Tembakau
Medan. (Nicotiana Tabaccum) di Desa Bajur dan Orai
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik, Cair dan Padat, Pamekasan Madura. FMIPA-ITS. Surabaya.
Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muzakkir. 2011. Hubungan Antara Cendawan Mikoriza
Arbuskular Indegenous dan Sifat Kimia Tanah di
Lahan Kritis Tanjung Alai, Sumatera Barat. Jurnal
Solum Vol 8. Hlm 53-57.
Nurhayati. 2012. Infektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis
Tanaman Inang Dan Beberapa Jenis Sumber
Inokulum. Jurnal Floratek Vol 7. Hlm 25-30.
Nusantara, A.D., Rr. Yudy H.B. dan H.Irdika M. 2012.
Bekerja Dengan Fungi Mikoriza Arbuskula. SEAMEO
BIOTROP. IPB. Bogor.
Pacioni, G.1992. Wet Sieving and Decanting Techniques
for the Extraction of Spores of VA Mycorrhyzae
Fungi. Di dalam: Norris JR, Read DJ, Varma AK,
editor. Methods in Microbiology. San Diego (GB):
Academic Pr. Hlm 317-322.
Pujianto. 2011. Pemanfaatan Jasad Mikro, Jamur Mikoriza
dan Bakteri Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan
Di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah Sains
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai