Nurmala Pangaribuan
Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor
Sumedang Km. 21 Sumedang
Korespondensi: nurmala6268@yahoo.com
ABSTRAK
Ekosistem gambut memiliki jenis dan kepadatan CMA yang beragam. Tanaman yang
dibudidayakan di lahan gambut memiliki sistem perakaran (rhizosfir) yang mengandung
berbagai jenis mikroorganisme CMA, dan dalam jumlah besar. Untuk mengetahui jenis dan
jumlahnya, perlu dilakukan studi potensi CMA indigenous pada ekosistem gambut. Penelitian
ini bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentang potensi sumberdaya
cendawan mikoriza arbuskular dari lokasi penanaman jagung dan kacang-kacangan pada lahan
gambut desa Sidomulyo Rasau Jaya, kabupaten Kubu Raya dan dari Jawai di Kabupaten
Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Kegiatan penelitian ini diawali dengan pengambilan
sampel tanah dari Rasau dan Jawai, yang kemudian diamati dengan mikroskop. Selanjutnya
dilakukan (1) trapping spora mengunakan tanaman Jagung (Zea mays L.), (2) identifikasi jenis
spora, identifikasi CMA menggunakan Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3)
penghitungan jumlah spora dengan menggunakan Metode Saring Basah Pacioni dan teknik
sentrifugasi dari Brunndret. Hasil percobaan menghasilkan jumlah spora Glomus sp. asal Rasau
227 spora per 50 g tanah, dan gambut asal Jawai 181,9 spora per 50 g tanah gambut Rasau dan
Sambas dominan mengandung Glomus sp.
ABSTRACT
Peats ecosystem has different species and densities of Arbuscular Mycoriza Fungi (AMF).
Plant Rhizosphere at peatland has various kinds of microorganisms, including AMF. For further
use, study the potency of indigenous AMF is necessary. This research was conducted to study
on the potency of indigenous AMF, from the where physic corn and nuts, grow on peatland of
Rasau dan Jawai, Pontianak West Kalimantan. Soils samples were collected and then observed
under microscope. The steps to study the potency of AMF were (1) spora trapping, (2)
identifying the types of spore, and (3) counting of spora with Seive and Wet Techniques by
Pacioni and Brunndret. The result showed that the number of spores AMF of Glomus sp from
cultivated Rasau was 227 spores 50 g-1 soil and from of Jawai was 181,9 spores 50 g-1 soil
50
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
Indigenous AMF from the soil where physic corn and nut grown at Rasau and Jawai were
dominated by Glomus sp.
51
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
C-organik, dan N total tanah gambut. Hal pada keberadaan bahan organik (Maftu’ah,
ini menjelaskan bahwa ada 2002). Sebagian dari mikrooorganisme ini
mikroorganisme mampu hidup pada tanah juga berperan besar dalam pelepasan N
gambut dengan bahan organik tinggi, dari bahan organik dengan rasio C/N tinggi
dengan cara mendekomposisi bahan (bahan organik kualitas rendah).
organik. Populasinya sangat tergantung
3. Trapping Glomus sp. dengan tanaman berupa campuran contoh tanah. Polibag
jagung diisi contoh tanah masing-masing dua
Trapping dilakuakan pada bulan kilogram. Setiap polibag ditanami dua
September 2013 di kebun percobaan benih jagung. Benih jagung yang akan
Fakultas Pertanian, Universitas Tanjung digunakan sebagai tanaman inang terlebih
Pura Pontianak. Pengambilan contoh tanah dahulu direndam dengan klorox 5% selama
dilakukan di desa Sidomulyo Rasau dan 5-10 menit sebagai upaya sterilisasi
desa Sarang Burung Nilam Sambas. permukaan benih, kemudian dicuci sampai
Trapping mikoriza menggunakan tanaman bersih dengan air mengalir. Selanjutnya
jagung varitas lokal. Percobaan benih dikecambahkan. Setelah
menggunakan Rancangan Acak Lengkap, berkecambah dipindahkan ke polibag.
contoh tanah gambut sebagai sumber Penyiraman bersamaan dengan pemberian
media (carrier) dari dua lokasi contoh hara Hyponex 25-5-20, dosis pemberian
tanah diambil secara komposit dari 20 0,5 g L-1 air, diberikan dua kali seminggu
titik, pada kedalaman 0-20 cm dari sampai vase akhir vegetatif (Faiqoh, 1999).
permukaan tanah karena spora mikoriza Setelah 35 HST tanaman dipanen, tanah
banyak ditemukan pada bagian top soil. dan tanaman dipisah. Kemudian dari
Setiap lokasi terdiri dari 10 polibag (sebagai sepuluh polibag masing-masing diambil
ulangan). Isolat asal Rasau (IR) dan Isolat 250 gram, dibawa ke laboratorium untuk
asal Jawai (IS) 10 ulangan, sehingga total dilakukan proses penyaringan. Selain
satuan percobaan adalah 20. Teknik identifikasi mikoriza dilakukan juga analisis
trapping yang digunakan mengikuti tanah, kondisi dan sifat tanah sangat
metode Brundrett et al. (1994) dengan mempengaruhi populasi, kolonisasi, dan
menggunakan polibag kecil ukuran tiga jenis mikoriza.
kilogram. Media tanam yang digunakan
mengindentifikasi spora CMA, dan bahan glukosa. Endapan yang tersisa dalam
yang digunakan sebagai media tumbuh saringan di atas dituangkan ke dalam
tanaman inang serta benih tanaman jagung cawan petri plastik dan kemudian diamati
Alat-alat yang digunakan antara lain botol di bawah stereoskop untuk identifikasi dan
vial, pinset, saringan kasa, oven, jumlah spora.
mikroskop.
Pengamatan spora awal dilakukan di 5. Identifikasi spora
bawah mikroskop. Ekstraksi CMA dilakukan Spora yang tersaring diidentifikasi
untuk memisahkan spora dari contoh dengan menggunakan mikroskop, dan
tanah sehingga dapat diamati keberadaan pinset spora. Spora hasil identifikasi
spora. Teknik yang digunakan adalah teknik dikumpulkan berdasarkan karakter
tuang-saring dari Pacioni (1992) dan morfologi spora meliputi bentuk spora,
dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi dari ukuran spora, warna spora, susunan spora,
Brundrett et al. (1996). Prosedur untuk spora dengan susunan tunggal atau
teknik tuang-saring ini menggunakan mengumpul menjadi satu yang disebut
contoh tanah sebanyak 50 gram ditambah sporokap; bentuk hifa, silindris, kerucut,
dengan 200-300 ml air, lalu diaduk sampai bergelombang dan bercabang banyak;
butiran-butiran tanah hancur, kemudian ukuran spora, bentuk spora berbentuk
didiamkan selama ± 2-5 menit. Prosedur bulat globe, sub globose, oval dan oblong.
kerja teknik penyaringan basah adalah Identifikasi dilakukan berdasarkan respon
mencampurkan tanah sampel sebanyak spora terhadap PVLG dan pewarna
200 g dengan 1000-1200 ml air dan diaduk Melzer’s serta karakter morfologi. Spora
merata. Selanjutnya disaring dalam satu hasil isolasi diamati di bawah mikroskop.
set saringan bertingkat dengan ukuran 550 Tahapan identifikasi CMA berdasarkan
μm, 250 μm, dan 125 μm secara berurutan karakteristik morfologi spora meliputi:
dari atas ke bawah (Metode Penyaringan a. Susunan spora: susunan tunggal atau
Basah). Dari saringan bagian atas mengumpul menjadi satu yang
disemprot dengan air kran untuk disebut sporokap.
memudahkan bahan saringan lolos. b. Bentuk hifa: silindris, kerucut,
Kemudian saringan paling atas dilepas dan bergelombang dan bercabang banyak.
saringan kedua kembali disemprot dengan c. Ukuran spora: ukuran terkecil dari 10-
air kran. Tanah yang tersisa pada saringan 50 μm sampai 200-300 μm.
250 μm, 125 μm dipindahkan ke dalam d. Warna spora: menggunakan standar
tabung sentrifuse. Kemudian ditambahkan colour chart. berkisar hialin kuning,
aquades sebanyak 25 ml dan disentrifuse kuning kehijauan, coklat, coklat
dengan kecepatan 2000 RPM selama 5 kemerahan sampai coklat hitam
menit. Hasil sentifuse dibuang e. Bentuk spora : secara umum bentuk
supernatannya kemudian ditambahkan spora adalah bulat globe, sub globose,
glukosa 60%. Tabung sentifuse ditutup oval dan
rapat dan disentrifugasi kembali dengan
kecepatan 2000 RPM selama 1 menit. Tahapan identifikasi dilakukan dengan
Selanjutnya larutan supernatan tersebut menggunakan Manual for The
dihisap dengan pipet hisap dan dituangkan Identification of Mychorhiza Fungi
ke dalam saringan 45 μm, dicuci dengan air (Brundrett et al., 1996).
mengalir (air kran) untuk menghilangkan
54
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
Gambar 2. (a) Kumpulan Glomus sp. indigenus (b) hifa, spora Glomus sp. (c) spora bentuk normal
contoh tanah asal Rasau lebih tinggi yaitu tentang pengadaan, memproduksi
51,33% dengan pH 4,0, dan contoh tanah inokulan mikorhiza dalam skala besar
asal Jawai 12,00% dengan pH 5,10. masih sulit. Gambut dapat digunakan
Tanaman jagung efektif untuk menjaring sebagai sumber inokulan alami dalam
Glomus sp. pada gambut. Hasil isolasi jumlah besar. Kepadatan spora juga
Glomus sp. pada gambut lebih tinggi mempunyai perbedaan pada setiap asal
dibanding pada tanah mineral (Puspita, tanah yang berbeda penggunaannya.
2012). Awalnya contoh tanah asal Rasau
Jumlah spora dari isolasi Glomus sp. merupakan kebun Jagung, dan gambut
dari gambut Rasau dan Jawai dapat Jawai merupakan kebun kacang-kacangan
menjawab kekhawatiran penelitian dan sayuran yang intensif diusahakan.
Simanungkalit (2003) dan Twin (2003),
Tabel 2. Jumlah spora Glomus sp. pada gambut Rasau dan Jawai
JUMLAH SPORA
Lokasi ULANGAN Jumlah Rataan
I II III IV V VI VII VIII IX X
Rasau (IR) 260 210 235 270 220 211 200 220 223 218 2267 226,7
Jawai (IJ) 178 220 127 168 200 181 179 199 169 198 1819 181,9
56
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
Jawai dan Rasau termasuk daerah metabolik antara tanaman dan jamur
beriklim tropis. Jawai masuk wilayah walau kondisi kurang baik. Pernyataan ini
Kabupaten Sambas, dengan curah hujan juga berkaitan dengan laporan Yusnaini et
tertinggi pada bulan September sampai al. (1999), bahwa penggunaan CAM ini
dengan Januari, dan terendah pada bulan dapat meningkatkan produksi jagung walau
Juni sampai dengan bulan Agustus. Suhu mengalami kekeringan sesaat pada fase
udara terendah 21,2°C pada bulan Agustus vegetatif dan generatif. Lebih jauh Setiadi
dan tertinggi 33°C pada bulan Juli. (2003), melaporkan bahwa mikoriza
Sementara Rasau Jaya masuk wilayah berperan dalam meningkatkan toleransi
Kabupaten Kubu Raya. Iklim di Kubu Raya tanaman terhadap kondisi lahan kritis,
termasuk type Iklim A (Schmit & Ferguson) kekeringan dan terdapatnya logam-logam
yaitu iklim sangat basah dengan curah berat. Kolonisasi akar tanaman dengan
hujan bulanan diatas 100 mm dengan total CMA dapat mempengaruhi komunitas yang
curah hujan tahunan rata-rata berkisar berasosiasi dengan akar langsung dan tidak
3000 mm rata-rata bulan basah mencapai langsung. Interaksi langsung termasuk
tujuh bulan pertahun, yaitu Agustus, penyediaan senyawa karbon yang kaya
September, sampai Februari. Curah hujan energi, perubahan pH mycorrhizosphere,
terendah pada bulan Juli rata-rata 144,2 kompetisi nutrisi, dan eksudasi jamur dari
mm dan tertinggi pada bulan Oktober penghambatan atau stimulasi senyawa.
mencapai 533,5 mm. Kabupaten Kubu Raya Interaksi langsung juga juga dapat terjadi
secara umum merupakan dataran rendah dalam bentuk efek mikoriza pada
yang relatif datar. Dengan suhu udara yang pertumbuhan tanaman inang, hasil
tinggi, panas, ditambah lagi oleh karena eksudasi akar dan perbaikan struktur tanah
dekat dengan garis khatulistiwa. Suhu rata- (Johansson, 2004).
rata maksimum 33,40°C terjadi pada bulan
Mei, dan suhu minimum rata-rata 22,50°C
terjadi pada bulan Agustus. SIMPULAN
Menurut Rainiyati (2007), terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah spora Spora Glomus sp. berhasil diisolasi dan
dengan berkurangnya jumlah curah hujan, diidentifikasi dari rhizosfer jagung (Zea
fluktuasi kelembapan tanah juga dapat mays L.) dari gambut asal Rasau dan Jawai.
mempengaruhi pembentukan spora atau Percobaan menunjukkan bahwa Glomus
sporulasi. Lebih jauh Johansson (2003), sp. dominan dijumpai pada kedua lokasi
kekeringan tidak menghambat contoh tanah. Bentuk spora umumnya
pertumbuhan mikoriza namun berbentuk bulat globe, dengan warna
meningkatkan perkembangan akar lateral kuning sampai coklat kemerahan. Tanaman
dan setelah pembasahan kembali laju jagung hibrida, dapat digunakan untuk
pemanjangan akar dan jumlah mikoriza menjaring Glomus sp. pada gambut.
meningkat dengan cepat. Struktur jamur Ditinjau dari jenis isolat CMA, Glomus sp.
(terutama arbuscules bercabang) dominan di jumpai di gambut. Kelimpahan
meningkatkan luas permukaan, jangkauan spora CAM di Rasau ditemukan jumlah
atau jelajah akar sehingga memungkinkan spora jenis Glomus sp. sebanyak 226,7 dan
pengoptimalan kegiatan pertukaran di Jawai 181,9. Penemuan ini menjadi
58
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
59
Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014
60