Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM X

ANALISIS TANAH, JARINGAN TANAMAN DAN PUPUK

“ Identifikasi Spora dan Mikoriza ”

OLEH :

RETNO SINTIA DAMAYANTI


D1B116268

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman perlu dijaga kelestariannya. Oleh


karena di dalam tanah, terutama daerah rhizosfer tanaman banyak jasad mikro
yang berguna bagi tanaman. Salah satunya adalah cendawan mikoriza. Mikoriza
adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuksebagai manifestasi adanya
simbiosis mutualistis cendawan (myces) dan perakaran (rhyza) tumbuhan tingkat
tinggi. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran
inang (host), Cendawan ini dikenal dengan tiga tipe yaitu Ektomikoriza, Endomik
oriza dan Ekstendomikoriza. Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki
pengaruh terhadap pembentukan mikoriza dan derajat infeksi dari sel korteks
inang.
Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem
perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan
rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi
dengan hampir 90% jenis tanaman (pertanian, kehutanan, perkebunan dan
tanaman pakan) dan membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur
hara (terutama fosfor) pada lahan marginal. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah
menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara
intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara.
Cendawan ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang biak
jika berassosiasi dengan tanaman inang. Sampai saat ini berbagai usaha telah
dilakukan untuk menumbuhkan cendawaan ini dalam media buatan, akan tetapi
belum berhasil. Faktor ini merupakan suatu kendala yang utama sampai saat ini
yang menyebabkan CMA belum dapat dipoduksi secara komersil dengan
menggunakan media buatan, walaupun pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman sangat mengembirakan. Spora cendawan ini sangat bervariasi dari sekitar
100 mm sampai 600 mm oleh karena ukurannya yang cukup besar inilah maka
spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan menyaringnya
Cendawan CMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai perakaran yang
spesifik. Organ khusus tersebut adalah arbuskul (arbuscule), vesikel (vesicle) dan
spora.
Keanekaragaman dan penyebaran mikoriza sangat bervariasi, hal ini dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang bervariasi juga. Semua mikoriza tidak
mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang sama. Berdasarkan uraian diatas
maka dilakukan praktikum Tentang identifikasi Spora mikoriza.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud mikorza ?


2. Bagaimana hasil dari Identifikasi Spora dan Mikoriza?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara


mengidentifikasi spora dan micoriza di laboratorium?
Kegunaannya praktikum ini yaitu sebagai bahan pelajar mahasiswa dalam di
mengidentifikasi spora dan micoriza laboratorium?
II. TINJAUAN PUSTAKA

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu kelompok cendawan


yang hidup di dalam tanah, termasuk golongan endomikoriza yang mempunyai
struktur hifa yang disebut arbuskula. Arbuskula berperan sebagai tempat kontak
dan transfer hara mineral antara cendawan dan tanaman inangnya pada jaringan
korteks akar. Mikoriza terbentuk karena adanya simbiosis mutualisme antara
cendawan atau fungi dengan sistem perakaran tumbuhan dan keduanya saling
memberikan keuntungan (Eka, 2016).
Manfaat mikoriza bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai
inangnya, adalah meningkatkan penyerapan unsur hara dari tanah, sebagai
penghalang biologis terhadap infeksi pathogen akar, meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan dan meningkatkan hormon pemacu tumbuh pada
lingkungan yang miskin hara ataupun lingkungan yang tercemar limbah
berbahaya sekalipun FMA dapat tetap hidup dan menginfeksi tanaman ( Yusriadi,
2018).
Mikoriza bersimbiosis dengan perakaran tanaman yang berada pada lahan
marjinal. Aplikasi teknologi mikoriza merupakan salah satu strategi alternatif
yang perlu dicoba dan dikembangkan di lahan marginal, seperti pada tanah masam
dengan daya ikat P sangat tinggi, sehingga tanaman sulit untuk memanfaatkan
unsur hara tersebut. Pada lahan yang subur simbiosis mikoriza arbuskula tidak
berpengaruh nyata. Simbiosis mikoriza dengan perakaran tanaman tidak hanya
membantu penyerapan unsur hara P, tetapi mampu meningkatkan penyerapan
unsur hara lain. Beberapa contoh lahan marjinal di Indonesia, adalah lahan bekas
tambang batubara dan lahan kering masam (Engelbert, 2015).
Mikoriza mampu meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen akar,
misalnya dengan menghasilkan selubung akar atau antibiotik. Mikoriza juga dapat
meningkatkan resistensi terhadap kekeringan, terutama pada daerah yang kurang
hujan, Mikoriza juga mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang ekstrem,
terutama pada tanah marginal seperti daerah kering, pH rendah, tanah masam, dan
lain-lain (Nurhayati, 2012).
Perlakukan menunjukkan jumlah spora yang bervariasi, namun terdapat
kombinasi perlakuan tertentu yang cenderung menghasilkan jumlah spora yang
lebih tinggi dibandingkan kombinasi lain, yaitu kombinasi yang terdapat
perlakuan sumber inokulum D. heterocarpon dengan ketiga jenis tanaman inang,
S. vulgare menghasilkan 105 spora, P. javanica 114 spora, dan D. ovalifolium 65
spora untuk 20 g contoh tanah. Data ini menunjukkan bahwa sumber inokulum
asal D. heterocarpon memiliki spora yang memiliki efektivitas yang tinggi, hal ini
sejalan dengan nilai persentase kolonisasi akar yaitu pada S. vulgare 95.5%, P.
javanica 48.9% dan D. ovalifolium 57.8%. Selain tingkat efektivitas spora yang
mendukung jumlah spora pada perlakuan kombinasi itu, dimungkinkan juga
karena jumlah spora asal dari inokulum D. heterocarpon menunjukkan jumlah
paling banyak dibandingkan sumber inokulum lain yaitu 89 spora per 20 g contoh
tanah. Jumlah spora ini berkaitan dengan meningkatnya kesempatan spora untuk
menginfeksi akar (Muryati, 2016).
Mikoriza tersebut dapat ditemukan hampir pada sebagian besar tanah dan
pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun tingkat populasi
dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman
dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban tanah, kandungan
fosfor dan nitrogen. Suhu terbaik untuk perkembangan CMA adalah pada suhu
30 °C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang terbaik adalah pada suhu 28-35 °C
(Budiman, 2009).
Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman
spesies dan populasi fungi mikoriza, didominasi oleh fraksi lempung berdebu
merupakan tanah yang baik bagi perkembangan Glomus begitu juga dengan tanah
mangrove yang bercirikan tanah berlumpur dan cenderung liat hanya Glomus sp.
yang dapat hidup, sedangkan tanah yang berpasir genus Acaulospora dan
Gigaspora ditemukan dalam jumlah yang tinggi. Kepadatan populasi Acaulospora
meningkat sejalan dengan jarak dari garis pantai, artinya makin jauh dari garis
pantai populasi Acaulospora makin tinggi. Kecenderungan sebaliknya
diperlihatkan oleh Gigaspora yang makin jauh dari garis pantai populasinya
semakin menurun (Margarettha, 2011).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Jumat, 10 Mei 2019 bertempat di


Laboratorium Agroteknologi Unit Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cerek, saringan yang
halus dan sedang, tabung reaksi 15 ml, tabung reaksi 10 ml, handspayer,
sentrefius dan erlenmeyer 50 m, cawan petri, suntik, mikroskop, kamera dan alat
tulis.
Bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanah yang
telah dihaluskan pada preparasi sebelumnya, gula dan air.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.2 Identifikasi spora Mikoriza biologi tanah

Cara kerja Identifikasi spora Mikoriza biologi tanah antara lain:

1) Menimbang 50 gram contoh tanah dan memasukannya kedalam cerek aduk


menggunakan tangan sampai rata.
2) Menyaring mengguanakan saringan halus sampai perkirakan tak ada air
yanag menetes.
3) Mengisi handspayer dengan larutan gula dengan konsentrasi 20 % dan 60%.
4) Menyaring larutan sampai tidak ada yang menetes dan bersihkan sisa larutan
dengan menggunakan air gula konsentarasi 60% sampai tidak tersisa partikel
tanah sedikitpun.
5) Memasukan air kedalam tabung reaksi ukuran 15 ml sampai tidak tersisa
mnggunakan air gula atau air biasa konsentrasi 20 %.
6) Memasukan larutan pada tabung reaksi berukuran 10 ml sampai menjadi 6
tabung reaksi.
7) Menyimpan 6 tabung reaksi kedalam sentrifius selama 5 menit sampai larutan
di perkirakan telah mengendap (usahakan dalam posisi seimbang).
8) Memasukan kedalam cawan perti yang telah diberi garis sebanyak 40 kotak
untuk menghitung populasi spora yang ada.
9) Menghitung jumlah spora yang ada tiap kotak dalam cawan petri sampai 40
kotak yang ada.
10) Mengidentifikasi jenis spora pada setiap kotak cawan petri dengan
menggunakan mikroskop.
perhitungan :
 Rata rata = 13

 Luas cawan = 3,14 x (42,5)2 =5.671,625

 Luas bidang pandang = 3,14 x (3,5)2 =38,465

 Rasio = luas cawan = 5,671,625 = 174


L.B.P 38,465

 Total = rata rata x rasio = 13 x 174 = 1.911


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pada pengamatan identifikasi jenis spora mikoriza tanah dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Identifikasi jumlah spora

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
kotak
Jumlah 14 16 20 36 21 12 19 26 21 10 30 12 17 8 8 11 14 17 16 13
spora

No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
kotak
Jumlah 3 18 5 4 - 8 8 9 17 8 7 13 10 12 11 21 5 5 4 3
spora

Tabel 2. Identifikasi jenis spora

No. Nama spora mikoriza Keterangan


Septoglomus :
1  Bentuk bulat
 Warna ciyan 20.
Kuning 20 dan
magenta 40
 Tidak terlihat tangkai
hifa

Gigaspora :
2
 Bentuk oval
 Warna ciyan 20,
kuning 50 dan
magenta 20
 Tangkai hifa tetap
menempel pada
spora
3 Glomeromychota :

 Bentuk bulat
 Warna bening
 Tidak terlihat tangkai
hifa

4.2. Pembahasan.

Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem


perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan
rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi
dengan hampir 90% jenis tanaman (pertanian, kehutanan, perkebunan dan
tanaman pakan) dan membantu dalam meningkatkan efisiensi penyerapan unsur
hara (terutama fosfor) pada lahan marginal. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah
menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara
intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara.
Mikoriza mampu meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen
akar, misalnya dengan menghasilkan selubung akar atau antibiotik. Mikoriza juga
dapat meningkatkan resistensi terhadap kekeringan, terutama pada daerah yang
kurang hujan, Mikoriza juga mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang
ekstrem, terutama pada tanah marginal seperti daerah kering, pH rendah, tanah
masam, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada tabel
identifikasi jumlah spora didapatkan 40 kotak yang dihitung masing-masing kotak
terdapat beberapa jumlah spora yang bervariasi jumlahnya. Jumlah spora tiap
kotak dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan jenis spora yang didapatkan ada 3
jenis spora yaitu Septoglomus, Gigaspora, Glomeromychota. Ciri dari spora ini
memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Spora Septoglomus berbentuk bulat,
berwarna ciyan 20, kuning 20 dan magenta 40 dan tidak terlihat tangkai. Spora
Gigaspora berbentuk oval, berwarna ciyan 20, kuning 50 dan magenta 20 dan
mempunyai tangkai hifa tetap menempel pada spora. . Spora Glomeromychota
berbentuk bulat, berwarna bening dan mempunyai tangkai hifa yang tidak
kelihatan. Keanekaragaman dan penyebaran mikoriza sangat bervariasi, hal ini
dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang bervariasi juga. Semua mikoriza
tidak mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang sama.
Mikoriza tersebut dapat ditemukan hampir pada sebagian besar tanah dan
pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun tingkat populasi
dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman
dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban tanah, kandungan
fosfor dan nitrogen.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem
perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan
rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk
berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman (pertanian, kehutanan,
perkebunan dan tanaman pakan) dan membantu dalam meningkatkan
efisiensi penyerapan unsur hara (terutama fosfor) pada lahan marginal.
2. Hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada tabel identifikasi jumlah
spora didapatkan 40 kotak yang dihitung masing-masing kotak terdapat
beberapa jumlah spora yang bervariasi jumlahnya. Jumlah spora tiap kotak
dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan jenis spora yang didapatkan ada 3
jenis spora yaitu Septoglomus, Gigaspora, Glomeromychota. Ciri dari spora
ini memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Spora Septoglomus berbentuk bulat,
berwarna ciyan 20, kuning 20 dan magenta 40 dan tidak terlihat tangkai.
Spora Gigaspora berbentuk oval, berwarna ciyan 20, kuning 50 dan magenta
20 dan mempunyai tangkai hifa tetap menempel pada spora. Spora
Glomeromychota berbentuk bulat, berwarna bening dan mempunyai tangkai
hifa yang tidak kelihatan.

5.2 Saran
Saran saya dalam praktikum ini diharapakan kepada praktikan dan asisten
melakukan kerja sama agar praktikum dapat berjalan dengan lancar sesuai apa
yang telah disepakati dan diharapkan kepada praktikan dalam melakukan
praktikum lebih sungguh-sungguh agar hasil yang di dapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman S., dan Saraswati D, 2009. Kesuburan Tanah Masyarakat Badui karena
Mikoriza V-A terjaga. Penerbit Niaga Swadaya. Bandun.

Eka S , Hafsan, Asrian. 2016. Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari


Perakaran Tanaman Pertanian. Jurnal Biogenesis. 4 (1)

Engelbert M, A.A. Lolong. 2015. Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskular


(Cma) Pada Beberapa Tekstur Tanah Di Lahan Kelapa Sawit Di
Kalimantan Tengah. Jurnal B. Palma. 16 (2) : 203- 210

Margarettha, 2011. Eksplorasi dan Identifikasi Mikoriza Indigen Asal Tanah


Bekas Tambang Batu Bara. Jurnal Berita Biologi, 10 (5) : 641-646.

Muryati S., I Mansur dan S W Budi. 2016. Keanekaragaman Fungi Mikoriza


Arbuskula (Fma) Pada Rhizosfer Desmodium Spp. Asal Pt. Cibaliung
Sumberdaya, Banten. Jurnal Silvikultur Tropika. 7 (3) : 188-197
Nurhayati. 2012. Infektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis Tanaman Inang Dan
Beberapa Jenis Sumber Inokulum. J. Floratek 7: 25 – 31

Yusriadi, Yosep S P, Uswah H. 2018. Kepadatan Dan Keragaman Spora Fungi


Mikoriza Arbuskula Pada Daerah Perakaran Beberapa Tanaman Pangan
Di Lahan Pertanian Desa Sidera. Jurnal Agroland 25 (1) : 64-73.

Anda mungkin juga menyukai