Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2407 – 1846

TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba Pentandra)


MENJADI METHIL ESTER MELALUI PROSES ESTERIFIKASI
TRANSESTERIFIKASI DENGAN VARIABEL KONSENTRASI
KATALIS KOH DAN WAKTU REAKSI
Arthur Setyawan Fajar 1*, Tri Yuni Hendrawati 2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta
2
Dosen Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
*
arthur.setyawan@gmail.com

ABSTRAK
Minyak biji kapuk diekstraksi dari biji kapuk randu atau kapuk (Ceiba Pentandra). Pohon ini
merupakan pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae. Kata "kapuk" atau
"kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal
sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Daerah penghasil kapuk di Indonesia
meliputi daerah DI.Aceh, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Fatty
Acid Methyl Ester (FAME) sebagai salah satu bahan baku oleokimia dan bahan bakar alternatif yang
dikenal sebagai biodiesel. Pemanfaatan minyak biji kapuk sebagai bahan baku untuk memproduksi
metil ester sebagai topik dari penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan karakteristik
metil ester dari minyak biji kapuk dan mendapatkan proses terbaik. Metode yang digunakan adalah
penelitian di Laboratorium Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta pusat. Penelitian ini meliputi tiga tahapan dimana
tahapan pertama proses degumming minyak biji kapuk menggunakan H3PO4 sebanyak 1% volume
minyak dan direaksikan pada temperatur 70oC selama 30 menit, tahapan dua mereaksikan minyak biji
kapuk dengan katalis H2SO4 (esterifikasi) kemudian tahapan ketiga yang dilakukan untuk
mendapatkan metil ester yaitu dengan mereaksikan minyak biji kapuk dan metanol (transesterifikasi)
dengan variabel katalis KOH (1%, 1,5%, 2% ) dari volume metil ester hasil (esterifikasi) dengan
jumlah metanol sebesar 20% dari volume hasil esterifikasi dengan waktu reaksi 1 Jam, 1.5 jam , dan 2
jam pada suhu 70°C. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut yaitu (1) Bahan baku minyak biji kapuk mengandung zat pengotor dan
asam lemak bebas tinggi sebesar 8,63 maka diperlukan proses degumming dan esterifikasi, (2)
Minyak biji kapuk sebelum mengalami proses esterifikasi memiliki kadar asam lemak bebas 8,63 dan
setelah mengalami proses esterifikasi memiliki kadar asam lemak bebas turun menjadi 0,70275 dan
rendemen yang didapat sebesar 99.15% (3) Kondisi proses terbaik adalah pada katalis 1,5% dan
waktu 2 jam dengan jumlah metanol 20% yakni dengan rendemen 92,24 %, angka asam 0,38, bilangan
penyabunan 164,76. (4) Pengolahan minyak biji kapuk menjadi metil ester menjadi salah satu bahan
bakar alternatif biodiesel dan bahan oleokimia.

Kata Kunci : Minyak Biji kapuk, Methil ester, Katalis, KOH

ABSTRACT
Kapok seed oil is extracted from seeds of kapok randu or kapok (Ceiba pentandra). This tree is a
tropical tree belonging to the order malvales and family Malvaceae. The word "kapuk" or "kapok" is
also used to refer to fibers produced from the seeds. The tree is also known as the Java cotton or Java
kapok, or silk-kapok tree.. Kapok producing areas in Indonesia covers an area DI.Aceh , Jambi , West
Java , Central Java , East Java and North Sumatra. Fatty Acid Methyl Ester (FAME) as one of the
oleokimia raw materials and alternative fuel known as biodiesel. Utilization of kapok seed oil as raw
material to produce methyl ester as a topic of this research. The purpose of this research is to get the
methyl ester characteristics of kapuk seed oil and get the best process. The method used is research in

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

the Laboratory of Chemical Engineering, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah


Jakarta, Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah No.27, Central of Jakarta.. Of this research includes three
stages, the first stage degumming the kapok seed oil using H3PO4 as much as 1% by volume of oil and
reacted at 70oC for 30 minutes, the second stage reacting kapok seed oil with a catalyst H2SO4
(esterification) then the third phase is done to obtain methyl ester namely by reacting kapok seed oil
and methanol (transesterification) with variable KOH catalyst (1%, 1.5%, 2%) the volume of the
methyl ester (esterification) with the amount of methanol at 20% of the volume of esterification with a
reaction time of 1 hour , 1.5 hours and 2 hours at 70°C. Based on the results obtained from the study
can be drawn some conclusions as follows Based on the results obtained from the study can be drawn
some conclusions as follows: (1) raw material kapok seed oil contains impurities and free fatty acids
as high as 8.63 will require degumming process and esterification, (2) kapok seed oil before
experiencing the process esterification of free fatty acid levels of 8.63 and after the process of
esterification of free fatty acid levels decreased to 0.70275 and the yield obtained at 99.15% (3) is the
best process conditions on the catalyst 1.5% and 2 hours with the amount of methanol with a yield of
20% ie 92.24%; acid number 0.38; saponification 164.76, (4) Processing of kapok seed oil into methyl
ester as one of the alternative fuels biodiesel and oleokimia materials.

Keywords : Kapok seed oil, Methyl ester, Catalyst, KOH

PENDAHULUAN tumbuhan ini sangat cocok ditanam di daerah


Beberapa tahun terakhir, Indonesia tropis seperti Indonesia .
juga mulai mengalami adanya kelangkaan Minyak biji kapuk mengandung asam
terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak). Methil lemak tidak jenuh sekitar 71,95%, lebih tinggi
ester merupakan peluang yang besar bagi dibandingkan dengan minyak kelapa. Hal ini
Indonesia untuk mengembangkan penggunaan menyebabkan minyak biji kapuk mudah
bioenergi sebagai energi alternatif, mengingat tengik. Sehingga kurang baik untuk
banyaknya sumber bahan bakar alternatif yang dikembangkan sebagai minyak makanan.
mudah ditemukan di Indonesia. Methil ester Namun minyak kapuk berpotensi untuk
menjadi penting di Indonesia karena sejak dijadikan subsitusi methil ester. (Kusdiana
tahun 2005, Indonesia telah berubah statusnya dalam Hidayat, 2010). Oleh karena itu, pada
dari eksportir menjadi net importer BBM yang penelitian ini akan dibuat methil ester dari
pada tahun 2005 defisit sekitar 100 juta liter. minyak biji kapuk dengan mereaksikan minyak
Ketergantungan impor dan kapasitas biji kapuk dan metanol dengan bantuan katalis
produksi dalam negeri yang tidak mampu KOH dengan variabel metanol dan waktu yang
mengimbangi konsumsi dalam negeri, telah di tentukan. Proses produksi terdapat
menuntut pemerintah dan masyarakat untuk beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
melakukan penelitian guna mendapatkan methil ester yang dihasilkan antara lain: rasio
bahan bakar alternatif dari sumber energi yang molar katalis dengan minyak, rasio molar
dapat diperbaharui, salah satunya adalah metanol dengan minyak, kadar asam lemak
dengan memanfaatkan minyak nabati sebagai bebas minyak, waktu, temperatur, dan
pengganti bahan bakar motor diesel dari bahan kecepatan pengadukan.
bakar minyak solar konvensional, dimana lebih Secara stoikiometri satu mol
ramah lingkungan, dan meningkatkan nilai triasilgliserol (trigliserida) memerlukan tiga
guna serta ekonomis produk pertanian. Kapuk mol etanol (alkohol) dan dihasilkan 1 mol
randu atau kapuk (Ceiba Pentandra) adalah gliserol dan 3 mol ester asam lemak.
pohon tropis yang tergolong pada ordo Berdasarkan kajian mekanisme reaksi yang
Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dilalui, reaksi transesterifikasi pembuatan
dikelompokkan ke dalam famili terpisah methil ester melalui pembentukan zat antara
Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari (intermediate) yaitu mono dan digliserida,
Amerika Selatan, Amerika Tengah dan dengan bentuk molekul tetrahidral (bentuk
Karibia. Kapuk randu mudah sekali ditemui di tidak stabil untuk gugus karbonil), setelah itu
Indonesia terutama di Pulau Jawa karena

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

tahap selanjutnya adalah pembentukan methil dengan bantuan katalis H2SO4. Katalis-katalis
ester (Heyda dalam Hidayat,2010). yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat,
Methil ester ialah sebuah kelas dan karena ini, asam sulfat, asam sulfonat
senyawa kimia yang dibentuk oleh ikatan organik atau resin penukar kation asam kuat
alkohol dan satu atau lebih asam organik, merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih
dengan hilangnya sebuah molekul air untuk dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).
setiap kelompok ester terbentuk. Lemak adalah Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung
ester, yang dihasilkan oleh ikatan asam lemak ke konversi yang sempurna pada temperatur
dengan gliserol alkohol. Karena bahan rendah (misalnya paling tinggi 120° C),
bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau reaktan metanol harus ditambahkan dalam
lemak hewan, methil ester digolongkan jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih
sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan
(Knothe 2005). Pada dasarnya semua minyak air produk ikutan reaksi harus disingkirkan
nabati atau lemak hewan dapat digunakan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui
sebagai bahan baku pembuatan methil ester. kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk kondisi reaksi dan metode penyingkiran air,
mendapatkan bahan baku alternatif yang dapat konversi sempurna asam-asam lemak ke ester
dikembangkan secara luas sebagai bahan baku metilnya dapat dituntaskan dalam waktu 1
pembuatan methil ester. Methil ester berasal sampai beberapa jam.
minyak sawit, minyak jelantah, minyak jarak, Transesterifikasi adalah suatu reaksi
dan minyak kedelai (Zuhdi, 2002). Namun antara ester dengan alkohol membentuk ester
terjadi perdebatan karena bahan bakar ini baru dan alkohol baru, dalam hal ini terjadi
terutama minyak kedelai termasuk dalam pertukaran bagian alkohol suatu ester (Santoso
pangan sehingga hal ini tidak wajar mengingat dalam Hidayat, 2010). Lebih lanjut Shantha
semakin meningkatnya populasi manusia. dalam Hidayat (2010) menyebutkan bahwa
Fatty Acid Methyl Ester (FAME) pereaksi-pereaksi transesterifikasi secara
sebagai salah satu bahan baku oleokimia dan umum dapat dibagi menjadi dua golongan
alternatif bahan bakar, pada industri dihasilkan yaitu pereaksi katalis asam dan basa. Untuk
lewat reaksi metanolisis lemak atau minyak pembuatan methil ester dari minyak biji kapuk
alami yang dikenal dengan nama Fatty Acid randu ialah menggunakan katalis basa / alkali
Trigliserida (FAT) . FAME ini sendiri yang biasa digunakan dengan natrium etoksida
dihasilkan lewat substitusi molekul gliserol dalam etanol dan Natrium hidroksida atau
yang ada di fatty acid trigliserida dengan tiga Kalium Hidroksida dalam metanol.
molekul methanol dengan bantuan katalis. Transesterifikasi secara kimia menggunakan
FAME yang dihasilkan dari lemak atau proses katalis alkali cukup sukses dalam
minyak alami telah menjadi bagian yang mengkonversi trigleserida ke methil ester.
penting di dalam industri oleokimia. Industri Meskipun reaksi transesterifikasi dengan
fatty alkohol yang ada dewasa ini banyak katalis alkali menghasilkan tingkat konversi
menggunakan Fatty Acid Methyl Ester sebagai yang tinggi dan waktu reaksi yang cepat
bahan baku utamanya untuk menggantikan namun reaksi tersebut mempunyai kekurangan
fatty acid murni, dimana kelebihan FAME yakni energy besar, gliserin sulit dipulihkan
dari pada fatty acid murni yaitu dalam hal (recovery), katalis dibuang dan perlu
kestabilan Methyl Ester terhadap pembentukan pengolahan, asam lemak bebas dan air
warna dan degradasi oksidatif jika dipanaskan. bercampur dengan reaksi. Gliserin ialah suatu
Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai senyawa kimia yang dibuat melalui proses
fasilitator yang menjembatani perkembangan transesterifikasi dari triglyseride menggunakan
sektor industri dalam negeri. Bidang industri methanol yang dicampur dengan fatty ester
yang banyak menarik perhatian adalah (Hidayat, 2010).
pengembangan dan pembangunan industri
oleokimia . METODE
Esterifikasi adalah tahap konversi dari Penelitian dilakukan di Laboratorium
asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol Muhammadiyah Jakarta.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Alat yang digunakan dalam penelitian Chromatography Mass Spectrometry (GCMS)


ini adalah Labu bundar leher empat,Water dapat diketahui bahwa komposisi minyak biji
batch, Motor pengaduk, Condenser, Magnetic kapuk didominasi oleh palmitic acid, stearic
strirer. Bahan baku yang di pergunakan pada acid, dan linoleic acid. (Ade Sonya, 2013).
penelitian ini adalah minyak biji kapuk,
Metanol, Asam Fosfat, Aquades, Air panas. Tabel 1. Data hasil analisa minyak biji kapuk
Bahan baku utama pembuatan metil Analisa Hasil
ester adalah minyak biji kapuk yang
mempunyai kadar FFA sangat tinggi sekitar Kekuningan
Warna
8,63 mg KOH/mg sampel, maka pada agak coklat
pembuatan metil ester dilakukan melalui tiga Densitas 0,912 kg/L
tahap yaitu poses deguming, reaksi esterifikasi, Asam lemak 8,63 mg
dan tranesterifikasi. Sebelum melalui tahap bebas KOH/g sampel
esterifikasi minyak biji kapuk terlebih dahulu
melalui tahap perlakuan yaitu degumming. Minyak biji kapuk mengandung free
Degumming bertujuan memisahkan pengotor fatty acid (asam lemak bebas) yang cukup
dari minyak biji kapuk berupa gum. Pada tinggi sehingga perlu dilakukan proses
proses degumming minyak biji kapuk esterifikasi untuk menurunkan kadar asam
menggunakan H3PO4 sebanyak 1% volume lemak bebas. Pada minyak biji kapuk
minyak dan direaksikan pada temperatur 70oC mengandung asam lemak bebas sebagai oleic
selama 30 menit. Reaksi esterifikasi acid. Kadar asam lemak bebas yang tinggi
mengubah asam lemak bebas menjadi methil dapat mengganggu reaksi transesterifikasi
ester sehingga kadar asam lemak bebas karena adanya asam lemak bebas
menjadi turun dengan mereaksikan minyak menyebabkan reaksi penyabunan atau
dengan metanol sebanyak 25% dari volume saponifikasi sehingga yield methil ester yang
minyak dengan bantuan katalis asam yaitu dihasilkan akan menjadi rendah. Kandungan
H2SO4 sebanyak 1% volume minyak pada asam lemak bebas bahan baku merupakan
temperatur 70oC selama 2 jam. Tahapan penentu jenis proses yang digunakan. Bahan
selanjutnya untuk mendapatkan methil ester baku yang memiliki kadar asam lemak bebas
yaitu dengan mereaksikan minyak biji kapuk (free fatty acid) rendah, maksimal 2 mg
dan metanol (transesterifikasi) dengan katalis KOH/mg sampel bisa langsung diproses
KOH (1% dari volume methil ester hasil dengan metode transesterifikasi. Namun bila
esterifikasi) dengan variabel jumlah metanol kadar asam lemak bebas minyak tersebut
sebesar 10%, 20%, dan 30% dari volume hasil masih tinggi, maka sebelumnya perlu
esterifikasi dengan waktu reaksi 1 Jam, 1.5 dilakukan proses praesterifikasi terhadap
jam, dan 2 jam pada suhu 70°C. Setelah proses minyak tersebut dengan menentukan terlebih
berhenti kemudian dilakukan pemurnian dahulu harga bilangan asam/kadar asam lemak
produk. bebasnya (Pusat Penelitian Surfaktan dan
Produk yang dihasilkan dari kondisi Bioenergi, LPPM IPB).
optimal didiamkan selama 24 jam untuk Berdasarkan hasil analisa, diperoleh
memisahkan dengan sempurna metil ester dan kadar asam lemak bebas dalam bahan baku
gliserol. Lapisan atas methil ester dan lapisan minyak biji kapuk sebesar 8,63 mg KOH/mg
bawah gliserol. Methil ester dipisahkan dari sampel. Nilai ini berada di atas toleransi yang
gliserol kemudian dicuci dengan air dengan diijinkan yaitu 2 mg KOH/g sampel, namun
temperatur 120oC untuk menghilangkan sisa untuk minyak biji kapuk diharapkan kadar
alkohol, katalis dan gliserol yang tidak asam lemak bebas 1 mg KOH/g sampel.
bereaksi dan tertinggal dalam methil ester
hingga air cucian telah agak bening. B. Perlakuan Awal Minyak Biji Kapuk
Sebelum ditranesterifikasi minyak biji
HASIL DAN PEMBAHASAN kapuk terlebih dahulu melalui tahap
A. Hasil analisis Minyak Biji Kapuk preperlakuan yaitu degumming dan
Minyak biji kapuk berwarna kuning esterifikasi. Degumming bertujuan
kecoklatan. Berdasarkan hasil analisa Gas memisahkan pengotor dari minyak biji kapuk

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

berupa gum. Berdasarkan hasil penelitian 20%, dan 30% dari berat methil ester tahap
proses degumming muncul gum berwarna esterifikasi katalis 1 .
putih. Gum tersebut merupakan latey dan oil Penambahan katalis H2SO4 pada proses
slime. Pengotor lain berupa alkoloid, fosfatida, transesterifikasi dapat menyebabkan terjadinya
karoteid, dan lain-lain juga dapat dihilangkan proses transesterifikasi secara sumultan namun
dengan proses degumming. Esterifikasi laju reaksinya sangat lambat dan hanya bisa
bertujuan untuk menurunkan kadar asam terjadi pada kondisi tertentu yaitu pada suhu
lemak bebas dalam minyak. Esterifikasi tinggi serta perbandingan molar rasio antara
dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan metanol dan minyak yang tinggi.
metanol dengan bantuan katalis asam yaitu Adanya air dapat mengganggu proses
H2SO4. Reaksi esterifikasi mengubah asam transesterifikasi karena dapat menyebabkan
lemak bebas menjadi methil ester sehingga trigliserida terhidrolisis menjadi asam lemak
kadar asam lemak bebas menjadi turun. bebas. Kadar asam lemak bebas yang tinggi
Minyak biji kapuk sebelum mengalami proses dapat menyebabkan reaksi penyabunan.
esterifikasi memiliki kadar asam lemak bebas Apabila ada kandungan air dalam minyak
turun menjadi 8,63 mg KOH/g sampel dan maka akan menghasilkan produk yang sangat
setelah mengalami proses transesterifikasi viscous. Untuk mengatasi hal tersebut maka
memiliki kadar asam lemak bebas turun minyak hasil esterifikasi di panaskan diatas
menjadi 0,70275 mg KOH/g sampel dan suhu 120°C sebelum dilanjutkan ke proses
rendemen yang didapat sebesar 99.15%. Kadar transeterifikasi.
ini sudah memenuhi ketentuan untuk dilakukan
proses transesterifikasi yaitu kadar asam lemak C. Pengaruh waktu reaksi transesterifikasi
bebas dibawah 1%. Turunnya kadar asam terhadap rendemen methil ester pada
lemak bebas diharapkan menekan terjadinya berbagai komposisi katalis
reaksi saponifikasi. Hasil samping reaksi Salah satu analisis yang dilakukan pada
esterifikasi adalah terbentuknya air. Untuk methil ester yaitu analisis rendemen, analisis
menghilangkan katalis H2SO4 dari produk ini bertujuan untuk mengetahui rendemen yang
esterifikasi maka dilakukan pencucian dengan dihasilkan dari tiap produk.
air. Pada tahap esterifikasi menggunakan Adapun pengaruh waktu reaksi
katalis asam yang berupa H2SO4 sebanyak 1% transesterifikasi terhadap rendemen methil
dari volume minyak dan metanol sebanyak ester pada pada berbagai komposisi katalis
25% dari volume minyak, sedangkan pada dapat dilihat pada gambar 1.
tahap transesterifikasi diberi perlakuan dengan
memvariasikan penggunaan metanol 10%,

Gambar 1. Pengaruh waktu reaksi terhadap rendemen methil ester pada berbagai komposisi
katalis

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Pada pengaruh waktu reaksi yang optimum dari jumlah katalis yang lain.
transesterifikasi terhadap rendemen metil ester Untuk waktu reaksi yang maksimal adalah 2
pada jumlah katalis 1% didapat persamaan y = jam, karena pada penggunaan waktu reaksi 1
2,102x + 84,52 dengan R2 = 0,946 batas waktu jam dan 1.5 jam grafik terlihat masih linear
1-2 jam. Pada pengaruh waktu reaksi terhadap menanjak dan sampai pada puncaknya pada
rendemen metil ester pada jumlah katalis 1,5% waktu 2 jam. Waktu reaksi pada proses
didapat y = 1,067x + 88,98 dengan R2= 0,991 transesterifikasi sangat mempengaruhi
batas waktu 1-2 jam. Pada pengaruh waktu rendemen metil ester yang dihasilkan. Semakin
reaksi terhadap rendemen metil ester pada lama waktu reaksi semakin banyak kadar metil
jumlah katalis 2% didapat y = 2.191x + 72,62 ester yang dihasilkan karena situasi ini akan
dengan R2= 0,780 batas waktu 1-2 jam. Pada memberikan kesempatan terhadap molekul-
pengaruh waktu reaksi transesterifikasi dan molekul reaktan untuk semakin lama
jumlah katalis terhadap rendemen metil ester bertumbukan.
maka semakin lama waktu reaksi terjadi
kenaikan rendemen. Hal ini secara lengkap D. Pengaruh waktu reaksi terhadap
dapat dilihat pada Gambar 1. bilangan asam pada berbagai
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa komposisi katalis
pada kondisi metanol 20% dari massa minyak Bilangan asam yang tinggi merupakan
dengan konsentrasi katalis KOH yaitu 1.5% indikator methil ester masih mengandung asam
massa minyak terlihat bahwa dengan waktu 2 lemak bebas. Berarti, methil ester bersifat
jam rendemen semakin lama semakin korosif dan dapat menimbulkan jelaga atau
mendekati standar yaitu 96,5%. Nilai % kerak diinjektor mesin diesel.
rendemen tertinggi yaitu berada pada kondisi Gambar 2 menunjukan respon bilangan
jumlah metanol 20%, dengan katalis 1,5% asam methil ester yang dihasilkan terhadap
dalam waktu 2 jam yaitu 92.24%. Kenaikan perubahan penambahan katalis dan lamanya
rendemen metil ester ini disebabkan katalis waktu reaksi.
yang digunakan dengan jumlah dan waktu

Gambar 2. Pengaruh waktu reaksi terhadap bilangan asam pada berbagai komposisi katalis

Pada pengaruh waktu reaksi 1-2 jam. Pada pengaruh waktu reaksi terhadap
transesterifikasi terhadap bilangan asam pada bilangan asam pada jumlah katalis 1,5%
jumlah katalis 1% didapat persamaan y = - didapat y = -0.001x + 0,395 dengan R2= 0,013
0.033x + 0,262 dengan R2 = 0,910 batas waktu batas waktu 1-2 jam. Pada pengaruh waktu

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

reaksi terhadap bilangan asam pada jumlah menggunakan indikator fenolftalein untuk
katalis 2% didapat y = -0,071x + 0,484 dengan menentukan titik netral dari sampel.
R2= 0,987 batas waktu 1-2 jam. Pada pengaruh Terjadinya penurunan bilangan asam ini
waktu reaksi transesterifikasi terhadap karena putusnya ikatan rangkap pada
bilangan asam metil ester maka semakin lama gugustrigliserida minyak jarak pagar tersebut
waktu reaksi terjadi kenaikan bilangan asam yang disebabkan oleh interaksi antara asam
sampai waktu tertentu dan dapat mengalami lemak dan metanol yang bersifat bolak balik
penurunan bilangan asam. Hal ini secara (reversible) dan prosesnya sangat lambat.
lengkap dapat dilihat pada Gambar 2. Mekanisme reaksi esterifikasi berkatalis
Bilangan asam adalah miligram KOH heterogen yang bersifat asam melibatkan
yang digunakan untuk menetralkan asam- proses protonisasi atom oksigen pada gugus
Asam lemak bebas didalam satu gram sampel karbonil asam lemak membentuk ion
metil ester atau bahan bakar metil ester. Asam karbonium, yaitu suatu ion konjugat asam dari
lemak ini terutama terdiri dari Asam lemak asam lemaknya. Ion ini mengalami reaksi
bebas dan sisa asam mineral. pertukaran dengan molekul metanol sepanjang
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa dipol C-O+ gugus karbonil untuk
nilai bilangan asam hanya pada sampel menghasilkan molekul air. Selanjutnya proton
pertama (katalis 1%) yang memenuhi syarat dilepaskan untuk menghasilkan metil ester.
yaitu dibawah 0.2 . Bilangan asam digunakan Angka asam paling kecil yaitu pada
untuk menentukan jumlah kandungan Asam katalis 1 % dalam waktu 2 jam yaitu
lemak bebas yang terdapat di dalam suatu 0,1559961. Oleh karena itu, metil ester pada
minyak. Adanya Asam lemak bebas di dalam penelitian ini tidak dapat menimbulkan korosi
metil ester akan menyebabkan terjadinya pada mesin(SNI 7182:2012).
korosi di dalam mesin dan akan menyebabkan
gejala oksidasi dari bahan bakar. Nilai E. Pengaruh waktu reaksi terhadap
bilangan asam juga merupakan salah satu bilangan penyabunan pada berbagai
indikator mutu metil ester. Hal ini disebabkan komposisi katalis
peningkatan bilangan asam seperti halnya Methil ester yang mempunyai bilangan
peningkatan viskositas dan massa jenis adalah penyabunan tinggi menunjukkan kandungan
hasil aktifitas oksidasi pada metil ester senyawa intermediet (mono- dan digliserida)
(Canacki dkk, 1999). Nilai bilangan asam dan senyawa trigliserida yang tidak
metil ester yang tinggi menunjukkan terjadinya bereaksinya rendah. Dari hasil analisis
kerusakan atau penurunan mutu metil ester diperoleh bilangan penyabunan untuk setiap
akibat terjadinya oksidasi. Metode ini sampel dari pengaruh penambahan jumlah
mengukur jumlah dari miligram basa (KOH) katalis, KOH dan lama waktu reaksi yang
per gram sampel minyak yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
untuk menetralkan Asam lemak bebas yang
terdapat di dalam sampel, dengan

Gambar 3. Pengaruh waktu reaksi terhadap bilangan penyabunan pada berbagai komposisi
katalis

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Pada pengaruh waktu reaksi (1). Bahan baku minyak biji kapuk
transesterifikasi terhadap bilangan penyabunan mengandung zat pengotor dan asam lemak
pada jumlah katalis 1% didapat persamaan y = bebas tinggi sebesar 8,63 maka diperlukan
3,807x + 194,4 dengan R2 = 0,750 batas waktu proses degumming dan esterifikasi.
1-2 jam. Pada pengaruh waktu reaksi terhadap (2). Minyak biji kapuk sebelum mengalami
bilangan penyabunan pada jumlah katalis 1,5% proses esterifikasi memiliki kadar asam lemak
didapat y = -2,182x + 171,5 dengan R2= 0.966 bebas 8,63 dan setelah mengalami proses
batas waktu 1-2 jam. Pada pengaruh waktu esterifikasi memiliki kadar asam lemak bebas
reaksi terhadap bilangan penyabunan pada turun menjadi 0,70275 dan rendemen yang
jumlah katalis 2% didapat y = 9,455x + 158,2 didapat sebesar 99.15%.
dengan R2= 0,995 batas waktu 1-2 jam. Pada (3). Kondisi proses terbaik adalah pada katalis
pengaruh waktu reaksi transesterifikasi 1,5% dan waktu 2 jam dengan jumlah metanol
terhadap bilangan penyabunan metil ester pada 20% yakni dengan rendemen 92,24 % ; angka
maka semakin lama waktu reaksi terjadi asam 0,38 ; bilangan penyabunan 164,76.
kenaikan bilangan penyabunan, sedangkan (4) Pengolahan minyak biji kapuk menjadi
pada kondisi tertentu semakin lama waktu metil ester menjadi sebagai salah satu bahan
reaksi terjadi kenaikan bilangan penyabunan. bakar alternatif biodiesel dan bahan oleokimia.
Hal ini secara lengkap dapat dilihat pada
Gambar 3. Saran
Bilangan penyabunan metil ester yang Untuk penelitian berikutnya
dihasilkan dari seluruh perlakuan diharapkan dapat dilakukan proses analisa
menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Dari secara lengkap pada seluruh spesifikasi
data terlihat bahwa nilai bilangan penyabunan mutu bahan bakar alternatif menurut SNI
minyak biji kapuk yang diperoleh berkisar
terbaru, memperpanjang waktu reaksi
antara 168 - 206. Hal ini menunjukan bahwa
minyak biji kapuk yang diperoleh mempunyai untuk mengetahui kondisi optimum dari
berat molekul yang kecil atau memiliki rantai reaksi esterifikasi, dan transesterifikasi.
C yang pendek. Tingginya nilai bilangan
penyabunan ini dipengaruhi oleh perlakuan DAFTAR PUSTAKA
awal minyak biji kapuk dan sangat dipengaruhi Ketaren. S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak
oleh lamanya penyimpanan biji kapuk sebelum dan Lemak Pangan. UI-Press, Jakarta.
diproses menjadi minyak biji kapuk. Semakin Fitri Yuliani, Mira Primasari, Orchidea
lama minyak biji kapuk disimpan maka Rachmaniah Dan M. Rachimoellah,
hidrolisa minyak oleh air yang mengubah 2010, Pengaruh Katalis Asam (H2SO4)
minyak menjadi free fatty acid semakin besar. Dan Suhu Reaksi Pada Reaksi
Lepasnya rantai asam dari rantai utama Esterifikasi Minyak Biji Karet (Hevea
trigliserida akan membuat minyak memiliki Brasiliensis) Menjadi Metil ester,
berat molekul yang rendah. Oleh karena itu Jurnal Teknik Kimia, Fakultas
penanganan awal bahan baku biji kapuk harus Teknologi Industri Institut Teknologi
benar-benar diperhatikan supaya didapatkan Sepuluh Nopember, Surabaya.
minyak dengan mutu yang baik. Dapat dilihat Tejo Laksono S, 2013, Pengaruh Jenis Katalis
dari Gambar 3, pada metanol 20% dengan Naoh Dan Koh Serta Rasio Lemak
waktu reaksi 2 jam, dan katalis 1,5% didapat Dengan Metanol Terhadap Kualitas
Bilangan penyabunan paling rendah. Hal Metil ester Berbahan Baku Lemak
tersebut disebabkan akibat suhu reaksi yang Sapi, Jurnal teknologi Fakultas
belum mencapai kondisi optimum. Sehingga Peternakan Universitas
senyawa trigliserida yang bereaksi rendah. Hasanuddin,Makasar.
Maharani Nurul Hikmah, Zuliyana,
2010,Pembuatan Metil Ester (Metil
SIMPULAN DAN SARAN ester) Dari Minyak Dedak Dan
Simpulan Metanol Dengan Proses Esterifikasi
Dari penelitian yang telah dilakukan Dan Transesterifikasi. Jurnal Teknik
dapat ditarik kesimpulan yaitu :

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 8


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
ISSN : 2407 – 1846
TK - 015 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek

Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahyudi, Sada. 2013. Pengaruh Katalis dan
Diponogoro, Semarang. Waktu Reaksi Esterifikasi pada
Nixon P F, 2013, Pembuatan Metil ester Dari Minyak Kapuk menjadi Biodiesel.
Minyak Biji Kapok Dengan Proses Politeknik Negeri Malang
Esterifikasi Dan Transesterifikasi, Dharsono, W. dan Y. Saptiana Oktari. 2010.
Jurnal Teknologi Kimia Industri 2 (2): Proses Pembuatan Biodiesel dari
262-266, Jurnal Teknik Kimia Fakultas Dedak dan Metanol dengan
Teknik Universitas Diponogoro, Esterifikasi IN SITU. Skripsi Tekinik
Semarang. KimiaUniversitas Diponegoro. Online.
O. Rachmaniah, A. Baidawi Dan I. Latif, 2009, Available
Produksi Metil ester Berkemurnian at:http://eprints.undip.ac.id/11903/1/Sk
Tinggi Dari Crude Palm Oil (Cpo) ripsi_-_Wulandari_Dharsono.pdf
Dengan Tertrahidrofuran-Fast Single- [diakses 23/3/2015].
Phase Proces,jurnal teknik kimia Shilvia Sinaga, Agus. 2014. Pengaruh Suhu
Institute Teknologi Sepuluh dan Waktu Reaksi pada Pembuatan
Nopember, Surabaya Biodiesel dari Minyak Jelantah.
Universitas Lampung
Rizky Lubis. 2008. Pembuatan Biodiesel dari Fatmawati, Santy. 2014. Eksttraksi Minyak Biji
Minyak Sawit Dengan Metanol Kapuk dengan Metode Soxhlet. Teknik
Menggunakan Katalis Kalium Kimia Universitas Sriwijaya
Hidroksida. Skripsi Kimia Analisis
Hidayat Rahmat, 2010, Pemanfaatan minyak
Universitas Sumatera Utara. Medan
biji kapuk randu(ceiba pentandra)
dalam pembuatan biodiesel dengan
teknologi gelombang mikro, Jakarta

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015 9


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015

Anda mungkin juga menyukai