Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA XII
PERHITUNGAN INFEKSI MIKROBA PADA AKAR JAGUNG

Oleh :
Nama : Riska Amalia Hidayah
NIM :A1D018005
Rombongan :1
PJ Asisten : Feby Laelia Nur Hibah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki sistem


syaraf gerak, tetapi keberadaannya membawa berkah bagi seluruh
makhluk hidup di bumi. Produksi utamanya yang berupa oksigen
merupakan pasokan yang tidak akan pernah habis dibutuhkan begitu juga
dengan produksi keduanya, yakni hasil perkembangbiakannya.
Hasil perkembangbiakan tanaman sebagian besar merupakan
kebutuhan pangan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Buah, bunga hingga biji semua merupakan bagian yang sering
dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan maupun yang lain terutama dari
kelompok biji-bijian. Demikian juga dengan tanah yang sangat
mendukung keberadaan tanaman. Tanah sebagai media yang seringkali
digunakan oleh manusia sebagai tempat tumbuh tanaman yang ideal
karena di dalam tanah unsur hara terkandung cukup banyak, selain itu hal-
hal yang berkaitan dengan biologi tanah sebagai contoh mikroorganisme
dalam tanah juga sangat mendukung kegiatan tanam-menanam.
Pada dasarnya tidak seluruh unsur hara yang berada di dalam tanah
dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Seringkali akar tanaman
mengalami kesulitan dalam melakukan penyerapan baik disebabkan
karena faktor lingkungan berupa ketersediaan unsur yang minimal atau
bahkan berlebih. Namun semua itu dapat diatasi oleh mikroorganisme
tanah yang berada pada sebagian besar tanaman dan berasosiasi dengan
tanaman sehingga keduanya sama-sama untung (simbiosis mutualisme)
yakni jamur mikoriza. Dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh jamur
mikoriza ini ternyata dapat meningkatkan unsur hara makro pada
tumbuhan seperti N, P, K, Cu dan Zn. Sementara kita tahu bahwa unsur-
unsur tersebut menstimulisasi pertumbuhan tanaman baik dari faktor

2
tumbuh, berkembang hingga perkembangbiakannya. Hal ini sangat
menguntungkan bagi tumbuhan karena dengan begitu seluruh faktor
tumbuh pada tumbuhan akan bekerja secara optimal.
B. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik
inokulasi mikoriza, penanaman jagung dengan perlakuan masing-masing, dan
pemeliharaan tanaman jagung.

C. Manfaat

Manfaat dari praktikum acara 12 ini yaitu diantaranya nantinya kita dapat
mengetahui cara-cara teknik inokulasi mikoriza, penanaman jagung dengan
perlakuan masing-masing, dan pemeliharaan tanaman jagung.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

  Mikoriza Arbuskular merupakan mikroorganisme tanah yang


terdapat hampir di segala jenis tanah. Mikoriza ini memiliki potensi yang sangat
besar untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan memperbaiki agregasi
tanah. Namun demikian belum terlihat jelas pada tingkatan mana mikoriza ini
bekerja di lapangan. Secara umum, manfaat CMA dalam kondisi eksperimental
dengan mikoriza individual berhubungan dengan tingkat dan perluasan
pembentukan CMA. Namun demikian terlihat jelas adanya indikasi bahwa proses
ini tidak dapat dilakukan pada semua mikoriza. Penentuan waktu pembentukan
dilapangan merupakan hal yang penting guna memperoleh manfaat pertumbuhan
tanaman (Delvian, 2006).

Mikoriza ini mulai ditemukan pada profil tanah sekitar kedalaman 20 cm


tetapi walaupun demikian juga, masih terdapat pada kedalaman 70-100 cm. CMA
tersebar secara aktif  dan tersebar secara pasif dimana CMA tersebar dengan
angin, air atau mikroorganisme dalam tanah (Delvian, 2006).
Mikoriza tersebut dapat ditemukan hampir pada sebagian  besar tanah dan
pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun tingkat populasi
dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman
dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban tanah, kandungan
fosfor dan nitrogen. Suhu terbaik untuk perkembangan CMA adalah pada suhu 30
°C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang terbaik adalah pada suhu 28-35 °C
(Budiman dan Saraswati,  2007).
Mikoriza arbuskula dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman
dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau lebih jenis
CMA. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan respon pertumbuhan
positif terhadap inokulasi CMA. Konsep ketergantungan tanaman akan CMA
adalah relatif dimana tanaman tergantung pada keberadaan CMA untuk mencapai
pertumbuhannya. Tanaman yang mempunyai ketergantungan yang tinggi pada
keberadaan CMA, biasanya akan menunjukkan pertumbuhan yang nyata terhadap

4
inokulasi CMA, dan sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna tanpa adanya
asosiasi dengan CMA (Istiqomah, 2006).
Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman
spesies dan populasi CMA. Tanah yang didominasi oleh fraksi lempung (clay)
merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk perkembangan spora Glomus, dan
tanah berpasir genus Gigaspora  ditemukan dalam jumlah tinggi. Pada tanah
berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar dibanding tanah lempung dan
keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora yang berukuran
lebih besar daripada spora Glomus (Istiqomah, 2006).
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap
pembentukan CMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu
yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
: kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora/unit volume tanah,
persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi antar
faktor-faktor biotik memilikiefek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan
tanaman yang diinokulasi. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan
CMA dalam hal suplai dan keseimbangan hara, kelembaban dan pH tanah
(Istiqomah, 2006).
Dalam perkembangannya CMA sangat membutuhkan kondisi lingkungan
yang optimum. Kondisi lingkungan seperti pH tanah, eksudat akar dan suhu akan
mempengaruhi perkembangan CMA di alam. Suhu yang optimum bagi CMA
akan mempercepat terjadinya perkembangbiakan baik dalam hal menginfeksi akar
tanaman (inang) maupun dalam menghasilkan spora-spora sebagai bagian dari
perkembangan berikutnya yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas
cendawan (Delvian, 2006).
CMA mampu beradaptasi secara optimal pada kisaran suhu 18-35 0C.
Proses perkecambahan dan pembentukkan CMA melalui tiga tahap yaitu
perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifa di dalam korteks akar (Musfati, dkk. 2006).
Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya koloni akar dan
kemampuan membentuk spora serta kemampuan hidup dari alat–alat perkembang

5
biakan CMA. Suhu dijadikan sebagai faktor utama pada kolonisasi CMA ini
karena berdasarkan hasil analisis contoh tanah setiap ketinggian tempat memiliki
sifat kimia tanah yang sama di antaranya kriteria pH tanah yaitu masam, P
tersedia termasuk sangat rendah dan C-organik sangat tinggi
Walaupun tingkat kolonisasi CMA bervariasi pada setiap ketinggian
tempat tetapi masih ditemukan adanya hubungan CMA dengan tumbuhan di hutan
Pegunungan Sinabung. Kondisi ini dimungkinkan oleh pengaruh kandungan P
tersedia yang sangat rendah di dalam tanah. Kandungan P tersedia di dalam tanah
pada dasarnya sangat mempengaruhi terbentuknya CMA. Rendahnya jumlah P
tersedia akan meningkatkan terbentuknya CMA pada tanaman karena kondisi
tanah yang seperti ini, tumbuhan akan cenderung memanfaatkan CMA sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah (Delvian, 2006).

6
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara satu dilakukan di laboratorium tanah Fakultas Pertanian


Universitas Jenderal Soedirman pada Jumat, 20 september 2019 pukul 13.00-
selesai.

B. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada praktikum acara 12 ini meliputi spatula, glass
beker, mortal dan pastle, polybag. Bahan yang digunakan meliputi akar jagung,
air steril, tanah steril.

C. Prosedur Kerja

1.      Menimbang contoh tanah sebanyak 50 gram, menambahkan air kran 250 ml.
2.      Mengaduk contoh tanah selama 1 menit, mendiamkannya selama 30 detik
3.      Melakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan bertingkat, contoh tanah
usah di ayak, cukup airnya saja
4.      Mengumpulkan hasil ayakan dengan botol pencuci ke petridish (ayakan tingkat 2
dan 3 saja)
5.      Mengambil sedikit demi sedikit ayakan tersebut, mengencerkan dengan air kran,
mengamati pada mikroskop perbesaran 100x
6.      Mengambil mikoriza dengan menggunakan pipet tetes jika ditemukan,
menyimpan ke dalam botol film, memasukkan pada lemari pendingin dengan
suhu 4 oC.

7
8

Anda mungkin juga menyukai