MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA XII
PERHITUNGAN INFEKSI MIKROBA PADA AKAR JAGUNG
Oleh :
Nama : Riska Amalia Hidayah
NIM :A1D018005
Rombongan :1
PJ Asisten : Feby Laelia Nur Hibah
A. Latar Belakang
2
tumbuh, berkembang hingga perkembangbiakannya. Hal ini sangat
menguntungkan bagi tumbuhan karena dengan begitu seluruh faktor
tumbuh pada tumbuhan akan bekerja secara optimal.
B. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik
inokulasi mikoriza, penanaman jagung dengan perlakuan masing-masing, dan
pemeliharaan tanaman jagung.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum acara 12 ini yaitu diantaranya nantinya kita dapat
mengetahui cara-cara teknik inokulasi mikoriza, penanaman jagung dengan
perlakuan masing-masing, dan pemeliharaan tanaman jagung.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
inokulasi CMA, dan sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna tanpa adanya
asosiasi dengan CMA (Istiqomah, 2006).
Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman
spesies dan populasi CMA. Tanah yang didominasi oleh fraksi lempung (clay)
merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk perkembangan spora Glomus, dan
tanah berpasir genus Gigaspora ditemukan dalam jumlah tinggi. Pada tanah
berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar dibanding tanah lempung dan
keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora yang berukuran
lebih besar daripada spora Glomus (Istiqomah, 2006).
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap
pembentukan CMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu
yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
: kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora/unit volume tanah,
persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi antar
faktor-faktor biotik memilikiefek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan
tanaman yang diinokulasi. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan
CMA dalam hal suplai dan keseimbangan hara, kelembaban dan pH tanah
(Istiqomah, 2006).
Dalam perkembangannya CMA sangat membutuhkan kondisi lingkungan
yang optimum. Kondisi lingkungan seperti pH tanah, eksudat akar dan suhu akan
mempengaruhi perkembangan CMA di alam. Suhu yang optimum bagi CMA
akan mempercepat terjadinya perkembangbiakan baik dalam hal menginfeksi akar
tanaman (inang) maupun dalam menghasilkan spora-spora sebagai bagian dari
perkembangan berikutnya yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas
cendawan (Delvian, 2006).
CMA mampu beradaptasi secara optimal pada kisaran suhu 18-35 0C.
Proses perkecambahan dan pembentukkan CMA melalui tiga tahap yaitu
perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifa di dalam korteks akar (Musfati, dkk. 2006).
Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya koloni akar dan
kemampuan membentuk spora serta kemampuan hidup dari alat–alat perkembang
5
biakan CMA. Suhu dijadikan sebagai faktor utama pada kolonisasi CMA ini
karena berdasarkan hasil analisis contoh tanah setiap ketinggian tempat memiliki
sifat kimia tanah yang sama di antaranya kriteria pH tanah yaitu masam, P
tersedia termasuk sangat rendah dan C-organik sangat tinggi
Walaupun tingkat kolonisasi CMA bervariasi pada setiap ketinggian
tempat tetapi masih ditemukan adanya hubungan CMA dengan tumbuhan di hutan
Pegunungan Sinabung. Kondisi ini dimungkinkan oleh pengaruh kandungan P
tersedia yang sangat rendah di dalam tanah. Kandungan P tersedia di dalam tanah
pada dasarnya sangat mempengaruhi terbentuknya CMA. Rendahnya jumlah P
tersedia akan meningkatkan terbentuknya CMA pada tanaman karena kondisi
tanah yang seperti ini, tumbuhan akan cenderung memanfaatkan CMA sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah (Delvian, 2006).
6
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum acara 12 ini meliputi spatula, glass
beker, mortal dan pastle, polybag. Bahan yang digunakan meliputi akar jagung,
air steril, tanah steril.
C. Prosedur Kerja
1. Menimbang contoh tanah sebanyak 50 gram, menambahkan air kran 250 ml.
2. Mengaduk contoh tanah selama 1 menit, mendiamkannya selama 30 detik
3. Melakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan bertingkat, contoh tanah
usah di ayak, cukup airnya saja
4. Mengumpulkan hasil ayakan dengan botol pencuci ke petridish (ayakan tingkat 2
dan 3 saja)
5. Mengambil sedikit demi sedikit ayakan tersebut, mengencerkan dengan air kran,
mengamati pada mikroskop perbesaran 100x
6. Mengambil mikoriza dengan menggunakan pipet tetes jika ditemukan,
menyimpan ke dalam botol film, memasukkan pada lemari pendingin dengan
suhu 4 oC.
7
8