Anda di halaman 1dari 12

BIOTEKNOLOGI TANAH

“MIKORIZA”

Oleh :

Kelompok 3

I Gusti Putu Oka Mahaputra Wardana Liran 1806541004

Shandy Bimo Saksono 1806541007

I Made Prayudiyasa 1806541013

I Ketut Agus Wahyu Wiradharma 1806541017

Tessalonika Gloria Sianpar 1806541028

I Gusti Ayu Ari Santikadewi 1806541037

Vincent Pranata 1806541077

I Made Satria Dwi Arta 1806541089

Made Alit Desy Adnyani Putri 1806541094

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri
dantingkat produktivitasnya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia, fisika dan biologi
tanah.Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah.
Karenaada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living
System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.
Tanah sebagai suatu pedosistem dengan tanaman tingkat tinggi tumbuh
diatasnyamembentuk ekosistem yang terbuka dan dinamis sehingga terdapat aliran energi
dan bahan(panas, air, hara, bahan mineral dan organik, organisme). Sifat tanah yang
penting dalammempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kesesuaiannya sebagai media
pertumbuhan akartanaman: air, udara, penyerapan panas dan pasokan unsur hara.
Keadaan tersebut bersama-sama menentukan tingkat kesuburan tanah.Sejumlah besar
organisme tanah hidup di dalam tanah. Bagian terbesar organisme tanah terdiri dari
kehidupan tumbuhan. Hal ini tidaklah berarti memperkecil arti hewan-hewan terutama
dalam tahap permulaan dekomposisi organik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Mikoriza?
2. Apa saja manfaat Mikoriza?
3. Bagaimana prinsip kerja Mikoriza ?
4. Bagaimana pengelompokan Mikoriza?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Mikoriza
2. Untuk mengetahui manfaat Mikoriza
3. Untuk mengetahui prinsip kerja Mikoriza
4. Untuk mengetahui pengelompokan Mikoriza
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikoriza

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu dengan
akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza berasal dari kata
miko (mykes = fungi) dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal dengan fungi tanah
karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer).
Selain disebut sebagai fungi tanah, FMA juga biasa dikatakan sebagai fungi akar.
Keistimewaan dari fungi ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara terutama unsur hara fosfor atau P (Syib’li, 2008).

Fungi Mikoriza Arbuskular merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangat
luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan antara tanaman dengan
rizosfer. Simbiosis terjadi di dalam akar tanaman yaitu fungi mengolonisasi apoplast dan sel
korteks untuk memperoleh karbon hasil fotosintesis dari tanaman. Fungi Mikoriza
Arbuskular termasuk fungi divisi Zygomicetes, family Endogonaceae yang terdiri dari genus
Glomus, Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora, Paraglomus, Gigaspora dan
Scutellospora. Berdasarkan struktur dan cara fungi menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu ektomikoriza, endomikoriza, dan ektendomikoriza.
Jenis ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang,
rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif
dalam menyerap unsur hara dan air.

Hifa fungi tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang di antara dinding-
dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti pada jaringan hartiq. Fungi jenis
endomkoriza memiliki jaringan hifa yang masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk
struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicular dan sistem percabangan hifa yang
disebut arbuskul, sehingga endomikoriza disebut juga vesikular-arbuskular mikoriza.
Sedangkan ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang
lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa
dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas
dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas
(Brundrett, 2004).
2.2 Manfaat Mikoriza

1. Mikoriza sebagai biokontrol tanaman terhadap kekeringan.

Mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi
lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat. Mencermati
kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat komentar mengenai potensi mikoriza
yang cukup menjanjikan dalam bidang agribisnis. Tanaman yang bermikoriza lebih tahan
terhadap kekeringan dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat
kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza.
Setelah periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali
normal. Hal ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-
pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat
luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat.

Jaringan hifa ekternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air dan hara.
Disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa
menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada
kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman
bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran masa
seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat.

2. Lebih Tahan terhadap Serangan Patogen Akar

Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari


patogen akar dan unsur toksik. Imas et al (1993) menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat
berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya patogen akar. Terbungkusnya permukaan
akar oleh mikoriza menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi
patogen akar terhambat. Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat,
sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak, cendawan
mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen. Mekanisme
perlindungan dapat diterangkan sebagai berikut:

Adanya selaput hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen.

Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya,


sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.
Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti
logam berat. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang
diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau
penimbunan unsur tersebut dalam hifa cendawan.

3. Produksi Hormon dan zat Pengatur Tumbuh

Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan mikoriza dapat menghasilkan
hormon seperti, sitokinin dan giberalin. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah
dilaporkan sebagai hasil metabolisme cendawan mikoriza. Cendawan mikoriza bisa
membentuk hormon seperti auxin, citokinin, dan giberalin, yang berfungsi sebagai
perangsang pertumbuhan tanaman.

4. Perbaikan Struktur Tanah

Sekresi senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir oleh jaringan hifa eksternal
yang mampu mengikat butir-butir primer menjadi agregat mikro. “Organic binding agent” ini
sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat mikro. Kemudian agregat mikro melalui
proses “mechanical binding action” oleh hifa eksternal akan membentuk agregat makro yang
mantap.Cendawan VAM menghasilkan senyawa glikoprotein glomalin yang sangat
berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat.

Seperti yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu meningkatkan
produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lebih lanjut
dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat meningkatkan produksi jagung yang
mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999).

Faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti benang-
benang jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel lainnya Selain akibat dari
perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari senyawa-senyawa
polysakarida, asam organik dan lendir yang di produksi juga oleh hifa-hifa eksternal, akan
mampu mengikat butir-butir primer/agregat mikro tanah menjadi butir sekunder/agregat
makro. Agen organik ini sangat penting dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui
kekuatan perekat dan pengikatan oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat
makro yang mantap.
5. Meningkatkan Serapan Hara P

Mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut fosfat atau bakteri
pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan mikoriza dapat meningkatkan serapan
P oleh tanaman tomat dan pada tanaman gandum.

6. Manfaat Tambahan dari Mikoriza

Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai
contoh mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan
nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro. Mikoriza berpegaruh juga dari
segi fisik, yaitu dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak mengandung logam berat, dan
daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk digunakan pada proyek
rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang. Bahkan ada mikoriza yang menginfeksi
tanaman yang tumbuh di dalam air. Hasil penelitian sementara staf Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian IPB menunjukkan bahwa dari akar padi sawah juga dapat diinokulasi mikoriza
tertentu. Bila ini benar, maka tidak mustahil mikoriza akan memegang peranan sangat
penting dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Mikoriza memanfaatkan sekresi akar
tanaman atau zat-zat yang dikeluarkan akar tanaman karena mengandung gula sebagai
sumber karbon untuk pertumbuhan tanaman.

Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yangperlu dihadapi dalam upaya
pemanfaatan mikoriza ini, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Simanungkalit (2003),
bahwa upaya untuk memproduksi inokulan mikoriza dalam skala besar masih sulit. Twn
(2003) juga menyampaikan bahwa dalam bidang kehutanan aplikasi pemanfaatan mikoriza
masih belum mendapat perhatian utama, kecuali terbatas pada kegiatan-kegiatan penelitian.
Di samping hal-hal tersebut penggunaan mikoriza ini masih mendapatkan kesulitan karena
penggunaannya yang dalam jumlah relatif besar dan lamanya waktu untuk memproduksinya.
Oleh karena itu masih diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dalam upaya untuk
memaksimalkan potensi mikoriza ini.

2.3 Prinsip Kerja Mikoriza

Jamur yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, akan memproduksi jalinan
hifa secara intensif di luar sel akar, di dalam sel akar atau di luar dan di dalam sel akar
sekaligus. Hifa jamur memperpanjang daya jelajah akar dalam mencari unsur hara tanah dan
air. Luas rizosfir tanaman bermikoriza 100 kali lebih besar dari tanaman tanpa mikoriza.
Akar tanaman yang bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan
unsur hara (fosfor, nitrogen) dan air.

Terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui beberapa tahap, yakni :

1) Pra infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk appressoria.


2) Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada akar tanaman.
3) Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara interselluler,
arbuskula terbentuk didalam sel saat setelah penetrasi. Arbuskula percabangannya
lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada dinding sel. Arbuskula hidup hanya 4-15
hari, kemudian mengalami degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat
pembentukan arbuskula, beberapa cendawan mikoriza membentuk vesikel pada
bagian interselluler, dimana vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal
atau interkalar dan hifa.
4) Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat tiga fase:
 Fase awal dimana saat infeksi primer.
 Fase exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat
 Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5) Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di
dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut hifa eksternal yang
berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat transportasi
nutrisi ke akar, hifaeksternal tidak bersepta dan membentuk percabangan dikotom.

2.3 Pengelompokan Mikorhiza

Pengelompokan jamur (fungi), organisme ini dimasukkan dalam kelompok dunia


tersendiri, disamping tumbuhan, hewan, dan mikrobia. Fungsi utama Jamur adalah sebagai
dekomposer, namun sebagian dapat di makan (edibel), banyak dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan, penyakit, beracun, ada pula yang bersimbiosis dengan tanaman. Walaupun
demikian hingga kini masih banyak kelompok jamur yang belum diketahui fungsinya di
alam. Salah satu yang diketahui mampu bersimbiosis dengan sistem perakaran tumbuhan
adalah mikoriza. Mikoriza merupakan simbiosis antara jamur dengan akar tanaman yang
bersifat saling menguntungkan. Tumbuhan mampu memperoleh sumber nutrisi dari peran
jamur yang mampu menyerap unsur hara, sedangkan mikoriza memperoleh nutrien hasil
asimilat dari tumbuhan. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran
tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang
mengandung mikoriza tersebut mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur.
Umumnya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu endomikoriza (pada jenis tanaman
pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan) dan ektendomikoriza. Lebih lanjut,
Brundrett (2008) mengelompokkan mikoriza dalam 6 tipe asosiasi.

A. Fungi Mycorrhiza Arbuscular (FMA).

FMA merupakan mikoriza yang dalam asosiasinya dengan perakaran tanaman dengan
membentuk vesikel dan arbuskula. Fungi yang tergolong dalam mikoriza dengan tipe ini
umumnya dikenal dengan endomikoriza dan biasanya berasal dari kelompok Zygomycetes,
yaitu Glomales.

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) tergolong ke dalam tipe endomikoriza dan mampu
membentuk organ-organ khusus yaitu arbuskul, vesikular dan spora.

Vesikular

Vesikular merupakan struktur fungi yang berasal dari pembengkakan hifa internal, berbentuk
bulat telur yang berukuran 30-50 μm-sampai 80-100 μm dan berisi banyak senyawa lemak
sehingga merupakan organ penyimpan cadangan makanan dan pada kondisi tertentu dapat
berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan fungi. Jika suplai
metabolik dari tanaman inang berkurang, maka cadangan makanan itu akan digunakan oleh
fungi sehingga versikular mengalami degenerasi. Tipe FMA yang bervesikular memiliki
fungsi yang paling menonjol dari tipe fungi mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
kemampuannya dalam berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman, sehingga dapat
digunakan secara luas untuk meningkatkan ketahanan tanaman (Brundrett, 2004).

Arbuskular

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) di dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut
arbuskular. Arbuskular merupakan hifa yang bercabang halus yang dibentuk oleh
percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon di dalam sel inang.
Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, dimulai dengan penetrasi cabang hifa
lateral yang dibentuk oleh ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang
(Brundrett, 2004). Arbuskular merupakan percabangan hifa yang masuk ke dalam sel
tanaman inang. Dengan bertambahnya umur, arbuskular akan berubah menjadi suatu struktur
yang menggumpal dan cabang-cabang pada arbuskular tidak dapat dibedakan lagi. Pada akar
yang telah dikolonisasi oleh FMA dapat dilihat berbagai arbuskular dewasa yang dibentuk
berdasarkan umur dan letaknya. Arbuskular dewasa terletak dekat pada sumber unit
kolonisasi tersebut (Pattimahu, 2004).

Spora

Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal,
berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis funginya. Perkecambahan spora
sangat sensitif tergantung pada lingkungan seperti pH, temperatur dan kelembaban tanah.
Spora dapat hidup di dalam tanah sampai beberapa tahun. Namun untuk perkembangan, FMA
memerlukan tanaman inang. Spora dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum
digunakan lagi (Mosse, 1981). Ukuran spora fungi yaitu sekitar >35 sampai >500 μm. Karena
ukurannya yang cukup besar, maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah
dengan menyaringnya (Simanungkalit, 2004)

B. Ectomycorrhiza (ECM)

Mikoriza yang dalam asosiasinya dengan perakaran tanaman dengan membentuk mantel yang
menutupi permukaan perakaran dan membentuk hartig net di sekeliling sel epidermis dan
korteks. Fungi yang tergolong dalam mikoriza dengan tipe ini biasanya berasal dari
kelompok Basidiomycetes.

Ektomikoriza adalah hifa jamur yang menyelubungi masing-masing cabang akar di bagian
luar akar sehingga membentuk mantel akar. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar
yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar
dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk
ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks
membentuk struktur seperrti pada jaringan.

C. Ectendomycorrhiza (Arbutoid)

Hampir sama dengan ECM. Hifa fungi dapat masuk ke dalam sel epidermis.

D. Orchid mycorrhiza
Mikoriza ini terdapat pada tanaman anggrek, terutama banyak dijumpai pada kecambah
anggrek maupun tanaman anggrek dewasa yang klorofilnya kurang baik. Fungi dengan tipe
ini membentuk struktur hifa berupa lilitan padat (peloton).

E. Ericoid mycorrhiza

Fungi dengan tipe ini biasanya membentuk struktur yang disebut “hair root” pada tanaman
Ericales.

F. Thysanotus mycorrhiza

Tipe mikoriza ini terdapat pada kelompok tanaman lili (Liliaceae). Fungi ini hanya tumbuh
berkembang di bawah sel epidermis perakaran lili.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan asosiasi antara fungi tertentu dengan akar
tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza adalah suatu bentuk
hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan/jamur (mykes) dan perakaran (rhiza)
tanaman. Umumnya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu endomikoriza (pada
jenis tanaman pertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan) dan ektendomikoriza.
Lebih lanjut, Brundrett (2008) mengelompokkan mikoriza dalam 6 tipe asosiasi.
Daftar Pustaka

Kasifah. 2017. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Muhammaddiyah:


Makasar. Dalam https://www.researchgate.net/publication/322291889_DASAR-
DASAR_ILMU_TANAH diakses pada 9/10/2019

http://digilib.unila.ac.id/12060/8/II.pdf

Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan


dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran:
Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo- Ektomikoriza untuk
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. pp 11.

Anda mungkin juga menyukai