Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI TANAH

MIKORIZA (JASAD SIMBIOTIK)

Kelompok 2
Mariyani (134150098)
Olga Sisca Novarian S (134150100)
Ayu Widhiyatningsih (134150101)
Daniar Nastiti Ayunani (134150

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
tugas makalah yang diberikan kepada kelompok 4 dapat terselesaikan. Adapun
judul dari makalah ini adalah MIKORIZA. Sebelumnya kami berterima kasih
kepada setiap pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian penyusunan makalah
ini.
Dalam membuat makalah ini kami Menggunakan metode Diskriptif, yaitu
suatu metode dimana kami memaparkan, menjelaskan, serta merangkum rumusan
masalah menjadi suatu sajian yang nantinya dapat menjadi sumber referensi bagi
teman-teman Mahasiswa sekalian. Materi dari Sub Bab URAIAN MATERI di
makalah ini kami ambil dari berbagai sumber. Baik itu buku maupun internet.
Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan. Maka dari itu, apabila dalam penulisan dan penyusunan makalah
ini terdapat kekeliruan sudilah kiranya memberikan saran & kritik dan saran
kepada kami.
Yogyakarta, November 2016
Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II. ISI......................................................................................................... 3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Sejarah Perkembangan Epidemiologi.....................................................


Pengertian Epidemiologi.........................................................................
Epidemiologi dan Ilmu-Ilmu Pendukungnya..........................................
Arti Penting Epidemiologi Dalam Pertanian...........................................
Konsep Epidemiologi Penyakit Tanaman...............................................
Perkembangan Penyakit..........................................................................
Klasifikasi Pathogen................................................................................

3
5
6
6
10
11
15

BAB III. PENUTUP.......................................................................................... 31


A. Kesimpulan............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki sistem syaraf
gerak, tetapi keberadaannya membawa berkah bagi seluruh makhluk hidup di
bumi. Produksi utamanya yang berupa oksigen merupakan pasokan yang tidak
akan pernah habis dibutuhkan begitu juga dengan produksi keduanya, yakni
hasil perkembangbiakannya. Hasil perkembangbiakan tanaman sebagian besar
merupakan kebutuhan pangan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Buah, bunga hingga biji semua merupakan bagian yang sering
dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan maupun yang lain terutama dari
kelompok biji-bijian.
Demikian juga dengan tanah yang sangat mendukung keberadaan
tanaman. Tanah sebagai media yang seringkali digunakan oleh manusia sebagai
tempat tumbuh tanaman yang ideal karena di dalam tanah unsur hara
terkandung cukup banyak, selain itu hal-hal yang berkaitan dengan biologi
tanah sebagai contoh mikroorganisme dalam tanah juga sangat mendukung
kegiatan tanam-menanam. Pada dasarnya tidak seluruh unsur hara yang berada
di dalam tanah dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Seringkali akar
tanaman mengalami kesulitan dalam melakukan penyerapan baik disebabkan
karena faktor lingkungan berupa ketersediaan unsur yang minimal atau bahkan
berlebih. Namun semua itu dapat diatasi oleh mikroorganisme tanah yang
berada pada sebagian besar tanaman dan berasosiasi dengan tanaman sehingga
keduanya sama-sama untung (simbiosis mutualisme) yakni jamur mikoriza.
Dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh jamur mikoriza ini
ternyata dapat meningkatkan unsur hara makro pada tumbuhan seperti N, P, K,
Cu dan Zn. Sementara kita tahu bahwa unsur-unsur tersebut menstimulisasi
pertumbuhan tanaman baik dari faktor tumbuh, berkembang hingga
perkembangbiakannya. Hal ini sangat menguntungkan bagi tumbuhan karena

dengan begitu seluruh faktor tumbuh pada tumbuhan akan bekerja secara
optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mikoriza?
2. Apa saja manfaat mikoriza terhadap tanaman?
3. Bagaimana mekanisme dari peranan mikoriza terhadap tanaman?
C. Manfaat
1. Mengetahui definisi dari mikoriza.
2. Mengetahui manfaat dari mikoriza.
3.Mekanisme dari peranan mikoriza terhadap tanaman.

BAB II
ISI
A. Pengerian Mikoriza
Mikoriza merupakan bentuk simbiosis antara jamur dan akar tumbuhan
tingkat tinggi. Misalnya, hubungan antara jamur dan akar tumbuhan pinus.
Pada akar pinus ditemukan banyak jenis jamur berbentuk paying. Dalam
bentuk hubungan ini, jamur memperoleh zat makanan berupa zat organic dari
tumbuhan pinus, sedangkan tumbuhan pinus memperoleh mineral dan air dari
jamur.
Tumbuhan yang hidup dengan mikoriza biasanya lebih tahan terhadap
kekeringan dan terlindung dari infeksi jamur lain yang membahayakan.
Adapun jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan biasanya
berasal dari kelompok jamur zigospora, jamur kantong, dan jamur gada.
Mikoriza merupakan gejala umum pada perakaran tumbuhan. Sekitar 90%
suku tumbuhan (mencakup sekitar 80% spesies tumbuhan) memiliki asosiasi
simbiotik ini. Catatan fosil menunjukkan asosiasi ini telah ada sejak Zaman
Karbon. Nama "mikoriza" adalah serapan dari istilah bahasa Inggris,
mycorrhiza, yang juga bentukan dari dua kata bahasa Yunani Kuna: mks,
"jamur", dan rhiza "akar".
Mikoriza sangat penting untuk nutrisi mineral dari banyak tanaman
karena hifa benang jamur dapat memanfaatkan tanah lebih luas daripada akar
tanaman, dan dengan demikian asosiasi mikoriza sangat meningkatkan
penyerapan mineral dan air. Biasanya, mikoriza memasok mineral jamur untuk
tanaman inang mereka, yang membalas dengan menyediakan karbohidrat
untuk rekan jamur mereka, tetapi ada beberapa pengecualian. Pada anggrek,
dan beberapa tanaman bebas klorofil-dalam urutan Ericales, aliran karbon
dibalik, dan jamur mikoriza memasok tanaman dengan karbon organik yang
berasal dari materi tanaman mati atau dari tetangga tanaman yang hidup.
Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan
mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung

merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman


pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah
kedelai, barley, bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada,
singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya
terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk,
kakao, apel dan anggur.
B. Jenis Mikoriza
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza
dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe, yaitu:
1. Ektomikoriza, merupakan jamur yang pendek, bercabang dua, dan
terkadang seperti tandan yang rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat antara
lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak
ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam
menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya
berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk
struktur seperti pada jaringan Hartiq.
2. Ektendomikoriza, merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza
yang lain. Ciri-cirinya antaralain. adanya selubung akar yang tipis berupa
jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel
korteknya.
3. Endomikoriza, Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun
membentuk meselium yang tersusun longgar pada permukaan akar. Jamur juga
membentuk vesikular dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks. Vesikular
merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat yang mengandung cairan
lemak dan berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang
menjadi klamidospora yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur
tahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Arbuskular adalah struktur hifa yang
bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola

dikotom) berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang


dengan jamur. Endomikoriza tidak membentuk mantel yang menyelimuti akar,
karena jamur ini berada di dalam korteks akar. Tipe jamur ini, adalah dengan
adanya arbuskula yang berada di dalam korteks akar. Arbuskula ini digunakan
untuk menyerap nutrisi yang berada di area perakaran.
C. Kaitan Mikoriza dengan Tanaman
D. Peranan Mikoriza
Manfaat yang diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan penyerapan unsur hara. Tanaman yang bermikoriza biasanya
tumbuh lebih baik daripada yang tidak bermikoriza, dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro. Selain itu
akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk
terikat dan tidak tersedi auntuk tanaman.
2. Tahan terhadap serangan pathogen. Mikoriza dapat berfungsi sebagai
pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar. Mekanisme
perlindungan ini bisa diterangkan sebagai berikut:
a. Adanya lapisan hifa(mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik
untuk masuknya pathogen.
b. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat
akar lainnya, sehingga tidak cocok bagi patogen.
c. Fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat
perkembangan patogen.
3. Sebagai konservasi tanah. Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar
berperan dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk
menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat
agregat-agregat tanah dan bahan organik tanah
4. Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh Fungi
mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga

zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.-Sebagai sumber


pembuatan pupuk biologis.-Fungi ini dapat diisolasi, dimurnikan dan
diperbanyak dalam biakan non-esensial.
5. Isolat-isolat tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai
sumber material pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada
kondisi daerah setempat.
6. Sinergis dengan mikroorganisme lain Keberadaan mikoriza juga bersifat
sinergis dengan mikroba potensial lainnya seperti bakteri penambat N dan
bakteri pelarut fosfat.
7. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan Fungi mikoriza berperan
dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara
transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang
berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.
E. Mekanisme dari Peranan Mikoriza
Mikoriza memberikan berbagai macam manfaat bagi tanaman inang.
Menurut Imas et al. (1989) ; Fakuara (1988) mikoriza dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara terutama P dan hara lainnya (N, K, Ca, Mg, Cu, Mn dan
Zn), produksi hormon dan zat pengatur tumbuh, serta ketahanan kekeringan
dan serangan patogen akar. Mikoriza juga dapat mengurangi kandungan logam
berat disekitar perakaran, selain sebagai proteksi terhadap patogen akar dan
nematoda.
Berdasarkan penelitian-penelitian telah dikaji manfaat mikoriza pada
tanaman perkebunan maupun tanaman pangan khususnya dalam serapan hara.
Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan, serapan P dan hasil padi
gogo varietas IR 64, meningkatkan mineralisasi P organik pada 11 kelapa
sawit, serta meningkatkan serapan P sebanyak 0.3881 ppm dan hasil jagung
sebesar 280.15 g/tanaman. Inokulasi mikoriza dapat meningkatkan kadar N
sebesar 11.5%, kadar P sebesar 14.9% dan kadar K sebesar 12.2% pada padi
gogo.
Mekanisme peningkatan penyerapan unsur hara terjadi karena adanya
selubung hifa yang tebal, peningkatan metabolisme akar akibat peningkatan

konsumsi oksigen, dan enzim phospatase. Mikoriza dapat mengeluarkan suatu


enzim phospatase yang dapat mengurai hara dari keadaan tidak tersedia
menjadi tersedia bagi tanaman dan menyerap hara khususnya fosfat yang
konsentasinya rendah dalam larutan tanah. Mikoriza dengan adanya selubung
hifa tebal dapat meningkatkan luas permukaan sistem perakaran sehingga
meningkatkan bidang penyerapan. Adanya hifa cendawan memberikan
keuntungan dalam pengam-bilan unsur hara, yaitu dapat menembus tanah
dengan mudah, memberikan ruang jelajah yang lebih luas akibat diameter yang
lebih kecil, serta memberikan bidang penyerapan nutrisi yang lebih luas.
Mikoriza dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh
seperti auksin, sitokinin, giberelin dan vitamin. Auksin dapat mencegah
penuaan dan suberinisasi pada akar sehingga memperlama fungsi akar sebagai
penyerap hara dan air. Sitokinin dapat mempengaruhi aktivitas fotosintesis dan
transpirasi, penyerapan P dan transpor ion.
Tanaman bermikoriza akan lebih tahan terhadap serangan patogen akar.
Ada tiga mekanisme perlindungan mikoriza. Mekanisme pertama yaitu adanya
lapisan hifa sebagai pelindung fisik. Mekanisme kedua yaitu adanya
lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen, karena mikoriza
menyerap semua kelebihan karbohirdrat dan eksudat akar. Mekanisme ketiga
adalah adanya antibiotik yang dihasilkan cendawan. Peningkatan ketahanan
terhadap logam berat merupakan salah satu manfaat yang penting dari
mikoriza. Oleh karena itu mikoriza sering digunakan untuk memperbaiki
kondisi lahan bekas tambang. Logam berat tersebut diikat dan dikelilingi oleh
gugus karboksil dari senyawa pektat (hemiselulose) yang dihasilkan diantara
matriks cendawan dan tanaman inang
F. Proses Infeksi Mikoriza
Proses infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Pra infeksi. Spora dari mikoriza berkecambah membentuk appressoria.
2. Infeksi. Dengan appressoria mikoriza melakukan penetrasi pada akar
tanaman.
3. Pasca infeksi. Setelah melakukan penetrasi, hifa akan tumbuh secara

intraseluler, arbuskula terbentuk di dalam sel pada saat setelah penetrasi.


Arbuskula memiliki percabangan yang lebih kuat dari hifa setelah penetrasi
pada dinding sel. Arbuskula, hanya dapat hidup 4 5 hari, kemudian
mengalami pemendekan dan degenerasi pada sel inang. Beberrapa
cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian intraseluler dimana
vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan
hifa pada saat pembentukan arbuskula.
4. Perluasan infeksi cendawan mikoriza terdapat tiga fase, yaitu fase awal
dimana saat infeksi primer, fase exponential dimana pertumbuhan dan
penyebarannya lebih cepat, dan fase dimana setelah pertumbuhan mikoriza
dan akar sama.
5. Setelah terjadi fase awal dan infeksi primerr, hifa tumbuh keluar dari akar
dan di dalam rhizofer tanah.
G. Perkecambahan Spora Mikoriza
1. Pengaruh suhu
Perkecambahan spora Gigaspora coralloidea terjadi pada suhu
optimum 34 C, Gigaspora margarita kedua spora tidak berkecambah pada
suhu 15oC dan berkecambah pada suhu optimum 31oC, Glomus epigaeum
berkecambah pada suhu 18-25oC, berkecambah pada suhu optimum 20oC,
spora mati pada suhu 60oC untuk waktu 1-5 menit. Suhu berpengaruh pada
perkecambahan spora mikoriza. Hal itu dimungkinkan lebih disebabkan
oleh secara genetis ada perbedaan ketahanan enzim masing-masing spesies
mikoriza terhadap suhu.
2. Pengaruh kelembaban
Pada perkecambahan Glomus epigaeum menggunakan lempung
berdebu

dengan

berbagai

kandungan

air,

menunjukkan

bahwa

perkecambahan paling baik pada kandungan air mulai air jenuh sampai
dengan kapasitas lapang (0-1/3 bar). Perkecambahan menurun drastis mulai
di atas kapasitas lapang sampai dengan titik layu permanen (di atas 1/3-15
bar) dan perkecambahan tidak ada sama sekali mulai di atas titik layu
permanen sampai dengan koefisien higroskopis (di atas 15-31 bar).

Kelebihan air akan mendesak oksigen keluar dari dalam spora, yang
kemudian oksigen yang merupakan unsur penting diperlukan dalam
perkecambahan menjadi tidak tersedia, yang mengakibatkan spora tidak
berkecambah. Sebaliknya kekurangan air mengakibatkan tidak berlangsung
proses perkecambahan karena air selain merupakan komponen dasar
pembentukan zat makanan, air juga berfungsi membantu mengedarkan
nutrisi ke bagian jaringan yang aktif membelah dan sebagai media
berlangsungnya reaksi enzimatik proses perkecambahan spora.
3. Pengaruh pH
Perkecambahan spora fungi mikoriza arbuskula pH optimumnya
berbeda-beda. Glomus mosseae mengalami perkecambahan dengan baik
pada pH 6,0-9,0, Gigaspora coralloidea dan Gigaspora heterogama pada pH
4,0-6,0, Glomus

pigaeum pada

pH

6,0-8,0. Antara

pH

dengan

perkecambahan spora fungi mikoriza arbuskula terdapat hubungan yaitu pH


berpengaruh pada aktivitas enzim, aktivitas enzim berpengaruh pada
perkecambahan. Selain itu pH rendah atau asam juga berpengaruh menjadi
tidak tersedianya fosfat sebagai unsur penting dalam pembelahan sel pada
proses perkecambahan spora mikoriza.
4. Pengaruh mikroba tanah
Pengaruh mikroba tanah terhadap perkecambahan Glomus spp.
dengan menggunakan rangkaian percobaan media agar ditambahkan tanah
non steril dan air secukupnya diperoleh hasil perkecambahan meningkat.
Pada

rangkaian percobaan lainnya tentang pengaruh mikroba tanah

terhadap perkecambahan pada spora Glomus epigaeum menggunakan tanah


steril baik yang disterilkan dengan otoklaf, dipanaskan dengan uap, diberi
radiasi sinar gamma diperoleh hasil perkecambahan gagal. Kegagalan
perkecambahan karena pada tanah steril tidak ada kehidupan berbagai
mikroba tanah termasuk bakteri endofitik diazotrop yang diharapkan
mampu memproduksi zat perangsang perkecambahan spora mikoriza.
Peningkatan perkecambahan terjadi dikarenakan pada tanah nonsteril

terdapat mikroba tanah yang memberikan zat perangsang pertumbuhan bagi


perkecambahan spora mikoriza.

5. Pengaruh tanaman inang


Perkecambahan spora tidak mutlak tergantung pada tanaman inang,
tetapi proses selanjutnya membutuhkan tanaman inang. Tanaman inang
penting dalam melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan spora mikoriza
setelah berkecambah, karena tanaman inang memberi ketersediaan karbon
bagi mikoriza. Eksudat akar tanaman inang berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan FMA dan pengaruh akan meningkat jika dikombinasi dengan
CO2 konsentrasi tinggi. Mikoriza dapat berasosiasi tidak hanya terhadap
jenis tanaman inang tertentu saja. Walaupun untuk masing-masing mikoriza
ada tanaman inang yang disukainya dan ada pula tanaman inang yang tidak
disukainya. Tanaman inang yang tidak disukai ditandai dengan sedikitnya
koloni dan produksi spora mikoriza yang terbentuk. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya eksudat yang dikeluarkan oleh tanaman inang
bersifat racun bagi mikoriza.
6. Pengaruh fungisida
Fungisida benomyl konsentrasi relatif rendah (0,001-0,1m/ml)
berpengaruh meningkatkan perkecambahan spora Glomus mosseae.
Fungisida benomyl konsentrasi relatif tinggi (1-2,12m/ml) berpengaruh
menghambat perkecambahan spora Glomus mosseae. Fungisida benomyl
konsentrasi

relatif

sangat

tinggi

(10-21,25m/ml)

berpengaruh

menggagalkan perkecambahan spora mikoriza. Berkecambahnya spora pada


perlakuan yang diberi benomyl konsentrasi relatif rendah (0,001-0,1m/ml)
meningkatkan

perkecambahan

spora

Glomus

mosseae,

pertama:

dikarenakan pemberian fungisida dengan konsentrasi rendah tersebut masih


belum menghalangi proses pindahnya air dari larutan fungisida ke larutan
sel spora secara osmosis, dan kedua: pemberian fungisida tersebut diduga
mengakibatkan terangsangnya tanaman inang menghasilkan eksudat akar.

Terangsangnya

tanaman

inang

menghasilkan

eksudat

akar

dapat

berpengaruh mempercepat perkecambahan spora Glomus mosseae. Eksudat


akar yang dikeluarkan tanaman inang dapat merangsang perkecambahan
spora FMA. Eksudat yang dapat merangsang perkecambahan spora FMA
tersebut kemudian dikenal dengan faktor M. Pemberian benomyl
konsentrasi relatif tinggi (1-2,12m/ml) menghambat perkecambahan spora
FMA, dikarenakan pemberian fungisida konsentrasi tinggi tersebut
meurunkan laju pindahnya air dari larutan fungisida ke larutan sel spora
FMA secara osmosis. Pemberian benomyl konsentrasi relatif sangat tinggi
(10- 21,25m/ml) bahkan dapat menyetop pindahnya air ke larutan sel spora
FMA.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar
tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza banyak mendapat perhatian karena
kemampuannya berasosiasi membentuk simbiosis mutualistik dengan hampir 80%
spesies tanaman. Pertumbuhan dan aktivitas mikoriza berbeda sesuai spesies dan
lingkungan mikoriza. Setiap spesies mikoriza mempunyai innate effectiveness
atau kemampuan spesifik dari setiap spesies mikoriza untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang kurang menguntungkan. Faktor
kemampuan spesifik dimaksud adalah kemampuan membentuk hifa yang
ekstensif di dalam tanah, membentuk infeksi hifa yang ekstensif pada seluruh
sistem perakaran yang berkembang dari suatu tanaman, menyerap fosfor dari
larutan tanah oleh hifa dan lamanya mekanisme transpor sepanjang hifa ke dalam
akar tanaman. Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman
inang mikoriza dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu ektomikoriza,
ektendomikoriza, dan endomikoriza.

DAFTAR PUSTAKA
Citrawati.
2013.
Peranan
Mikoriza
Terhadap
Tanaman.
https://citrawati330.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 November
2015 pukul 19.29 WIB.
Fajri R.2013. Peranan Mikoriza. https://rahmaniafajri.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 13 November 2015 pukul 19.40 WIB.
Irnalda D. 2014. Peranan Mikoriza Bagi Tanaman. http://www.petanihebat.com.
Diakses pada tanggal 13 November 2015 pukul 19.45 WIB.
Rahmawati. 2015. Pengertian Mikoriza. http://www.pengertianilmu.com. Diakses
pada tanggal 13 November 2015 pukul 19.18 WIB.
Sudjono. 2015. Pengertian dan Manfaat Mikoriza. http://fungsi.web.id. Diakses
pada tanggal 13 November 2015 pukul 19.36 WIB.

Anda mungkin juga menyukai