Anda di halaman 1dari 16

Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2. Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Masjid yang mampu menampung jamaah tak kurang dari 15.000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab. Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri

arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan. Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10.000 orang. Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas. Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat. Di area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, auditorium, penginapan, ruang akad nikah, pemandu wisata, museum kebudayaan Islam, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid ini. Untuk memasuki kawasab Masjid Agung Jawa Tengah, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, jika pengunjung ingin memasuki area tertentu seperti Menara Asmaul Husna, pengunjung diwajibkan membayar Rp 3.000 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.0017.30 WIB. Dan apabila pengunjung datang pada jam 17.3021.00 WIB tarif tersebut

meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan teropong yang terdapat di Menara Asmaul Husna itu, maka pengunjung harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar Rp 500,- per menit. Pada saat liburan, masjid banyak di kunjungi wisatawan yang berasal dari berbagai daerah. Bahkan beberapa turis manca negara, khususnya muslim banyak yang melunagkan waktu berkunjung ke masjid ini untuk beribadah sekaligus berwisata.

Kelenteng Sam Po Kong Semarang

Sam Po Kong Semarang (Setyono Budhy Santosa, 2001) Gedung batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan. yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok bernama Zheng He / Cheng Ho ( ) atau

lebih lazim dikenal sebagai Sam Po Tay Djien. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, didalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien.

Sam Po Kong Semarang (Setyono Budhy Santosa, 2001) Menurut cerita, Laksamana Zheng He ( ) sedang mengadakan pelayaran menyusuri pantai

laut Jawa dan sampai pada sebuah teluk atau semenanjung. Karena ada awak kapalnya yang sakit, ia memerintahkan membuang sauh. Kemudian ia menyusuri sungai yang sampai sekarang dikenal dengan sungai Kaligarang. Ia mendarat disebuah desa, Simongan. Setelah sampai didaratan, ia menemukan sebuah gua batu dan dipergunakan untuk tempat bersemedi dan bersembahyang. karena ia tertarik dan merasa tenang ditempat itu, ia memutuskan untuk sementara waktu beristirahat dan menetap ditempat tersebut. Sedangkan awak kapalnya yang sakit dirawat dan diberi obat dari ramuan dedaunan yang ada disekitar tempat itu.

Sam Po Kong Semarang (Setyono Budhy Santosa, 2001)

Konon, setelah Zheng He (

) meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan

pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam dan dimalam hari mereka berkumpul didalam gua batu dan Zheng He memberikan pelajaran serta ajaran-ajaran tata cara pergaulan hidup di dunia. Cara bersyukur kepada Sang Pencipta serta menghormati para leluhur nenek moyang. Sehingga setalah Zheng He ( ) meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan pelayarannya,

mereka yang tinggal di Simongan, secara teratur melakukan pemujaan dan penghormatan kepada Zheng He guna menghormati jasa-jasanya. Sekarang peringatan atau sembahyang dilakukan pada setiap tanggal satu dan lima belas.

Sam Po Kong Semarang (Setyono Budhy Santosa, 2001) Zheng He ( ) mendapat penghargaan dengan diangkat menjadi Thai Kam dengan gelar San

Po atau Sam Po. Seorang Thai Kam adalah seorang pejabat yang dekat dengan keluarga Kaisar. Dan sejak itu Zheng He lebih dikenal dengan sebutan Sam Po Thai kam. Karenanya Zheng He sering juga di sebut Sam Po Tay Djien atau Sam Po Toa Lang. Tay Djien dan Toa Lang artinya orang besar.

Sam Po Kong Semarang (Setyono Budhy Santosa, 2001) Mereka memuja Sam Po Kong sebagai orang yang patut dihormati dan dijunjung tinggi serta dimohon berkahnya. Disebelah kiri gua batu itu terdapat sebuah batu piagam, batu berukir tersebut diukir dalam tiga bahasa: China, Indonesia dan Inggris. Baru berukir tersebut dibuat khusus untuk memperingati kedatangan Zheng He ( Djing Tjie pada tahun 1960. ) di Kota Semarang, dan merupakan sumbangan dari keluarga Liem

Vihara Buddhagaya Watugong


Vihara Buddhagaya Watugong terletak 45 menit dari pusat kota Semarang. Vihara ini memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas. Salah satu ikon yang paling terkenal di vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara (Metta Karuna), dimana didalamnya terdapat Buddha Rupang yang besar, hanya saja pagoda ini tidak terdapat anak tangga untuk menuju ke puncak pagoda. Disebelah pagoda ini terdapat relief Buddha sedang tidur dan tetap depan sebelah kanan terdapat rencana pembangunan patung buddha perunggu setinggi 36 meter, namun sejak peresmiannya pada 14 Juli 2008, kami tidak melihat tanda-tanda pembangunan, menurut info bahwa pembangunan ini tertunda karena Pemerintah Kota Semarang belum memberikan izin untuk pembangunan patung buddha perunggu ini, semoga Pemerintah kota dapat segera memberikan izinnya.

Setelah menuruni lokasi tempat rencana buddha perunggu, maka kita akan menemuki kuti bhikkhu. dan kemudian depannya terdapat cotage untuk para tamu bermalam. Tepat di depan cotage ini kita menjumpai Bangunan Dhammasala. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan untuk ruang aula serbaguna yang luas dengan sebuah panggung didepannya sedangkan lantai atas untuk ruang dhammasala. Hanya saja saat menuju dari lantai ruang aula ke ruang dhammasala, kita harus memutar dari luar sebab tidak ada tangga yang langsung sebagai penghubung. Kesulitan ini mengakibatkan apabila terjadi hujan maka yang berada di lantai dasar pasti kehujanan bila ingin menuju ke dhammasala serta bila ingin menuju toilet harus turun memutar ke lantai dasar. pada bagian tembok pagar disekiling dhammasala terdapat relief yang menceritakan tentang paticasamupada. Dengan melihat relief ini kita akan lebih mudah memahami konsep paticasamupada. (Benny Pangadian)
Pagoda Avalokitesvara di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang ini memiliki tinggi 45 meter,

pagoda ini dibangun tujuh tingkat dengan hampir semua konstruksi bangunannya terbuat dari beton, serta banyak menggunakan latar warna merah dan beberapa arca di tiap tingkat pagodanya. Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya ini ditetapkan oleh Museum Rekor Indonesia MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia.

Selain itu, dua gazebo besar tampak mengapit di samping kanan-kirinya, yang digunakan sebagai tempat tambur dan lonceng, yang menjadi salah satu adat kelengkapan pagoda. Pagoda Avalokitesvara juga disebut sebagai Pagoda Metakaruna atau Pagoda Cinta Kasih Sayang karena keberadaannya untuk menghormati figur cinta kasih dan kasih sayang, yaitu Kwan Sie Im Po Sat.

Pohon bodhi ini dibawa oleh Bhikkhu Narada Mahathera pada 1955

Museum Jawa Tengah Ronggowarsito


Museum Jawa Tengah Ronggowarsito merupakan sebuah aset pelayanan publik dibidang pelestarian budaya dan pendidikan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang dan sekitarnya. Sejak diresmikan tanggat 5 Juli 1989, Museum Jawa Tengah Ronggowarsito semakin eksis di tengah masyarakat. Pengunjungnya, bertambah setiap saat, tua-muda, besar-kecil, siswa sekolah maupun masyarakat umum selalu memadati museum, apalagi disaat hari libur nasional, dan liburan sekolah. Saat ini museum Jawa Tengah Ronggowarsito memiliki lebih dari 50.000 buah koleksi. Sebagian disajikan di ruang pamer utama, sebagian yang lain disimpan digudang penyimpanan, ruang karantina, selasar gedung dan di dalam ruang laboratorium. Nama Ronggowarsito sendiri diambil dari nama seorang pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat yang karya-karyanya sangat akrab di tengah masyarakat Jawa. Seperti Serat Kalatidha, dengan bait-baitnya yang meramalkan tentang adanya zaman edan Ketika kami memasuki Kota Semarang, tepatnya di Bundaran Kalibanteng, kami langsung melihat bangunan museum yang berbentuk Joglo. Hampir semua jenis kendaraan umum baik angkot maupun bus kota akan melewati bundaran Kalibanteng tersebut. Museum buka setiap hari, dari hari Senin sampai dengan Minggu, begitu pula pada hari besar nasional maupun keagamaan. Jam buka museum dari jam 08.00- 15.00 WIB, kecuali hari Jumat dari jam 08.00-11.00 WIB. Tiket masuknyapun cukup murah, hanya Rp. 1.000,- untuk anakanak dan Rp. 2.000,- untuk dewasa. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara dikenai tiket Rp. 5.000,-. Pada saat hari besar nasional seperti HUT Kemerdekaan Indonesia atau Hari Raya Idut Fitri, mereka menampilkan berbagai atraksi yang menarik yang berhubungan dengan pelestarian nilainilai budaya, seperti kesenian Barongan, Kuntulan, Kuda Lumping dan lain-lain. Kunjungan pada saat liburan sekolah akan sangat menarik dan mengasyikkan, karena pengunjung dari berbagai sekolah di Jawa Tengah akan dapat berinteraksi langsung dan seringkali mereka mengadakan berbagai permainan dan kuis yang menarik. MANFAAT YANG DAPAT KITA PEROLEH Dengan berkunjung ke Museum, banyak sekali manfaat yang akan kita dapatkan, diantaranya

untuk berwisata budaya, menimba ilmu tentang sejarah dan kebudayaan. Sebagai museum terluas di Indonesia dan terlengkap di Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito berusaha untuk menjadikan museum sebagai jendela informasi, sejarah, seni dan budaya. Itulah sebabnya etos kerjanya adalah Bangga Peduli Budaya. Dengan mengunjungi museum, merupakan pelajaran yang tak mungkin didapat dari lembar halaman buku sejarah. Karena Museum Ronggowarsito berusaha agar museum dan koleksikoleksinya dapat benar-benar dimanfaatkan khususnya dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Tata penyajiannya mengacu pada konteks eksistensi manusia Jawa Tengah dan lingkungannya. Konteks ini dituangkan dalam 4 (empat) gedung pamer utama yang ditata secara kronologis. Dimulai dari sejarah alam, zaman Hindu Budha, Masa Islam, Masa Kolonial, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan kesenian yang berkembang di Jawa Tengah dari dulu hingga sekarang. Diawali dari sebuah tetenger Gunungan Blumbangan berukuran raksasa yang diukir dari kayu jati dan merupakan hasil karya seni siswa SMK Ukir Jepara, yang menggambarkan sistem kehidupan di alam semesta yang tidak kekal dan diwarnai dengan gejala yang saling bertotak belakang, kanan-kiri, atas-bawah, dan depan-belakang. Falsafah yang diyakini masyarakat Jawa adalah bahwa untuk mencapai tujuan mulia, akan selalu mendapat rintangan. Diakhiri dengan kisah Bima Suci yang menggambarkan perjuangan Bima mencapai air kehidupan abadi (Tirta Parwitra). Digambarkan bayangan Dewa Ruci dengan tata pewarnaan yang serba hitam, makna filosofinya menggambarkan bahwa perjalanan sejarah masyarakat Jawa yang bermuara pada pembentukan jati diri di dalam menuju cita-cita. KOLEKSI-KOLEKSI YANG TERDAPAT DI MUSEUM RONGGOWARSITO Museum Ronggowarsito memiliki beragam koleksi yang didisplay dalam 4 gedung pameran tetap, meliputi : 1. Gedung A1 (lantai bawah) : Ruang Sejarah Alam. Ruang sejarah alam menampilkan lukisan sejarah terjadinya alam semesta. Berisi koleksi bantuan meteorit, gerhana, gunung api, batuan dan hewan-hewan yang diawetkan. 2. Gedung A2 (lantai atas) : Ruang Paleontologi Menampilkan koleksi fosil-fosil hewan dan manusia yang sebagian besar ditemukan di daerah Sangiran, Sragen. 3. Gedung B2 (lantai atas) : Ruang Prasejarah dan Masa Peradaban Hindu Budha

Koleksi yang dipamerkan berupa situs-situs pemujaan seperti Menhir, Dolmen, Punden berundak, Arca perwujudan nenek moyang, Nekara dan Alat upacara. Arca-arca Hindu yang berasal dari komplek Candi Ngempon, Kec. Pringapus, Kab. Semarang. Arca-arca ini dalam keadaan utuh yang diselamatkan di Museum Ronggowarsito. Seperti Arca Siwa, Arca Durga, Arca Agastya, Arca Ganesha dan Prasasti. 4. Gedung B1 (lantai bawah) : Masa Peninggalan Islam dan Masa Kolonia Menampilkan hiasan terakota, ornamen Mantingan yang unik dengan sulur-suluran bentuk bunga, maket, Masjid Demak dan Kudus, Kaligrafi. Masih di Gedung B1, terdapat foto kota tua Semarang (Semarang Old Cities), gedung-gedung tua peninggalan kejayaan mass Kolonialisme Belanda. Komplek kota tua Semarang yang sampai saat ini masih dilestarikan seperti Gereja Blenduk, Stasiun Tawang, Kantor Pos Johar, Pasar Johar dan hal inilah yang membuat Semarang mendapat julukan "Venesia van lava". 5. Gedung C1 (lantai bawah) : Masa Perjuangan Bangsa Koleksi yang paling menarik adalah ruang diorama. Yang menampilkan delapan adegan peristiwa bersejarah yang berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa dalam bentuk boneka kecil. Di ruang diorama ini, pengunjung juga dapat mendengarkan narasi dari setiap peristiwa melalui earphone yang ada di setiap diorama tersebut. 6. Gedung C2 (lantai atas) : Ruang Ethnografi Menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa Tengah sehari-hari. Dalam bidang teknologi pencaharian, teknologi industri, teknologi kerajinan, teknologi rumah tinggal dan lain-lain. Evokatif teknologi industri Besalen (pande besi) merupakan bengkel pembuatan alat-alat pertanian dan pertukangan serta alat-alat rumah tangga, bahkan membuat benda pusaka seperti keris, tombak, dan pedang yang dibuat oleh seorang empu. 7. Gedung D2 (lantai atas) : Ruang Kesenian Menampilkan kesenian daerah yang berkembang di Jawa Tengah, berupa benda, peralatan maupun jenis kesenian musik, pagelaran maupun pertunjukkan. Salah satunya adalah Barongan dan Kuda Lumping yang merupakan seni pertunjukan yang berbau magis sehingga diperlukan seseorang yang dapat menetralkan kembali para pemain yang mengalami trans (kesurupan). Barongan sangat berkembang pesat sebelum masuknya agama Islam. 8. Gedung D1 (lantai bawah) : Terbagi menjadi beberapa ruang, di antaranya ruang pembangunan, ruang numismatika /

heraidika, ruang tradisi Nusantara, ruang lntisari dan diakhiri dengan ruang hibah. Ruang hibah merupakan ruang khusus yang menyimpan berbagai koleksi yang berasal penyerahan (hibah) langsung dari masyarakat. Benda-benda yang dihibahkan berasal dari perorangan maupun instansi. Contohnya berbagai macam tosan aji, yaitu berupa keris, tombak dan lain-lain adalah sebuah sepeda yang dahulu digunakan untuk mengantarkan surat dan paket oleh PT POS Indonesia. 9. Ruang Koleksi Emas : Disini ditampilkan beraneka macam benda koleksi yang terbuat dari emas pada zaman klasik, seperti gelang, kalung berbentuk jambu mete, kelat bahu, binggel, cincin stempel, keris dan beberapa peralatan atau wadah. Beberapa koleksi emas ini ada yang ditemukan oleh Witotakon di Wonoboyo, Kabupaten Klaten. Temuan berupa berbagai macam perhiasan dengan berat keseluruhannya 25 kilogram. FASILITAS-FASILITAS YANG TERDAPAT DI MUSEUM RONGGOWARSITO Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Museum Ronggowarsito, diantaranya: 1. Perpustakaan Koleksi buku yang dimiliki Museum Ronggowarsito cukup beragam, terutama yang berhubungan dengan sejarah budaya dan buku ilmu pengetahuan, serta berbagai tulisan hasil penetitian budaya dari beberapa ilmuwan. Ditunjang dengan ruangan yang sejuk berAC, akan membuat pengunjung nyaman dan menyenangkan. 2. Ruang Audio Visual Merupakan sebuah ruangan yang didesain seperti sebuah bioskop mini berkapasitas 40 orang yang ditengkapi dengan stereo sound system, ruangan berAC dan kedap suara. 3. Coin Box Berupa kotak audio yang memperdengarkan berbagai cerita rakyat yang berkembang di Jawa Tengah. Hanya dengan memasukkan sebuah koin Rp. 100,- anda akan dapat mendengarkan cerita rakyat selama lebih kurang 3 menit dan dengan koin Rp. 500,- dapat menyaksikan cerita bergambar. 4. Ruang Apresiasi Disediakan pula sebuah ruangan yang didesain unik untuk pameran khusus, pergelaran budaya, lomba-lomba dan festival yang mengedepankan pemahaman edukatif kultural. 5. Taman dan Arena Germain

Terletak diantara gedung pameran. Pengunjung dapat istiiahat dan melepas lelah dengan menikmati keindahan taman dengan diiringi gemercik suara air terjun di tengah kolam ikan serta kicauan burung nan merdu. 6. Souvenir Shop Menyediakan souvenir khas JawaTengah seperti Batik, souvenir dan lain-lain. 7. Auditorium

Bandara Ahmad Yani Semarang

bandara di Semarang dan dikelola PT Angkasa Pura I. Terletak di Kecamatan Semarang Barat, bandara ini dekat dengan Bundaran Kalibanteng, salah satu pusat keramaian di Semarang. Sejak tahun 2004 Bandara Ahmad Yani menjadi bandara internasional . Kini Bandara Ahmad Yani melayani penerbangan

untuk hampir seluruh air lines di tanah air. Selain Garuda Indonesia Air Ways, ada pula Sriwijaya Air, Wings Air, Lion Air, Aviastar, Merpati, Trigana Air, Karl Star, juga Batavia Air. Awalnya Bandara Ahmad Yani adalah Pangkalan Udara Angkatan Darat. Dijadikan bandara komersil setelah dibentuk Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di yang diputuskan bersama oleh Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan, dan Menteri Angkatan Darat Sejalan dengan peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pengelolaaan Bandar Udara Ahmad Yani di serahkan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura I. Terhitung tanggal 1 Oktober 1995 kepemilikan dan pengopersian Bandara Ahmad Yani

diserahkan pada PT. (Persero) Angkasa Pura I dengan pembinaan teknis tetap dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Seiring dengan perkembangan arus global, pengguna jasa menghendaki adanya penerbangan internasional. Dengan demikian, tanggal 10 Agustus 2004 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 64 Th 2004 yang mengatur pelayanan Angkatan Udara ke atau dari Luar negeri melalui Bandar Udara Ahmad Yani Semarang.

Study Budaya

Disusun oleh: Kelompok Camellia 1. 2. 3. 4. 5. 6. Evi Sukma Candra Sindi Windi Putri /14 /30 /9 /10 /38 /27

SD negeri Langensari 02 UPTD Pendidikan Kec Ungaran Barat

Anda mungkin juga menyukai