DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Suryaningrat, S.TP., MM.
DISUSUN OLEH :
TIP B
Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) utk dilaksanakan
Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
Indikator NET B/C adalah :
Jika Net B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan
Jika Net B/C < 1 , maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan
Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negative
Indikator IRR :
Jika IRR > tk, discount rate yg berlaku maka proyek layak (go) utk
dilaksanakan
Jika IRR < Tk. Discount rate yg berlaku, maka proyek tdk layak (not go)
utk dilaksanakan.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis
sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya. Suatu rencana proyek yang sudah
diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan
pada evaluasi (NPV, PP dan IRR) namun dalam kenyataan tidak menutup
kemungkinan terjadi kesalahan yang disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan
adanya kemungkinan tersebut maka harus diadakan analisis kembali untuk
melakukan penyesuaian perubahan dari
kenaikan harga tersebut. (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu
kesalahan atau perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha teh
poci, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya operasional dan penurunan
penerimaan sebesar 15%, 30% dan 50% serta gabungan antara kenaikan biaya
operasional 15% dan penurunan penerimaan sebesar 15% ; peningkatan biaya
operasional sebesar 30% dan penurunan penerimaan sebesar 15%.
Analisis Cash flow
Biaya Investasi Awal
Total biaya investasi Teh Poci kabupaten Jember sebesar Rp. 3.500.000
Biaya Operasional
Biaya produksi merupakan semua jenis biaya yang harus dikeluarkan untuk
kebutuhan produksi teh poci tiap tahunnya selama 5 tahun. Biaya produksi yang
dibutuhkan Teh Poci rata-rata sebesar Rp 125.400.000 per tahun, yang terdiri dari
Rp. 122.400.000 biaya tetap dan Rp. 3.000.000 biaya variabel.
1. Analisis Kelayakan Finansial
Hasil Analisis data, diperoleh NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR dan PP pada industri Teh Poci
tahun 1-5 dengan tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Keputusan
NPV 223.502.404,5 Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 Layak
IRR (%) 51 Layak
PP 1,988 Layak
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Penilaian kelayakan usaha industri teh poci tidak hanya dilihat dari salah
satu analisis kriteria investasi saja, tetapi harus dilihat dari keseluruhan hasil
analisis kriteria investasi tersebut. Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa
nilai NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa industri teh poci secara finansial layak untuk
diusahakan.
2. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Kenaikan Biaya
Operasional.
Dalam menganalisis sensitivitas industri teh poci ini, diasumsikan bahwa
perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu dengan kenaikan sebesar 15%,
30%, dan 50%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap tetap (Ceteris paribus).
Sehingga kenaikan biaya produksi dianggap tidak meningkatkan jumlah produksi
teh poci.
Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 15% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 150.338.064,2 (-)32,73% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,497815685 (-)13,04% Layak
IRR (%) 51 36 (-)30,2% Layak
PP 1,988 2,801
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari pengamatan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net
B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh
poci tidak peka terhadap kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan layak untuk
dilanjutkan.
Tabel 3. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (30%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 30% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 771.737.23,93 (-)65,47% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,324990799 (-)23,08% Layak
IRR (%) 51 19 (-)62,12% Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 30% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 4. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap kenaikan
biaya operasional (50%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 50% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 -20.378.729,75 (-)109,12% Tidak Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,148325359 (-)33,33% Layak
IRR (%) 51 -6 (-)111,34% Tidak Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR < 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap kenaikan biaya operasional
sebesar 50% dan tidak layak untuk dilanjutkan.
Usaha Teh Poci secara finansial layak diusahakan, dengan nilai NPV Rp.
223.502.404,5; Net B/C ratio 1,722488038 dan IRR sebesar 51%. Analisis
sensitivitas kenaikan biaya operasional berturut-turut sebesar 15%,30% dan 50%
serta penurunan pendapatan sebesar 15% dan 30%. Titik kritis NPV didapat pada
kenaikan operasional 45% sebesar Rp. 4.009.383,669dan penurunan penerimaan
25% sebesar Rp 13.461.236,24.
DAFTAR PUSTAKA