Anda di halaman 1dari 14

PAPER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI


TEH POCI
(Studi Kasus di Teh Poci Jalan Kalimantan Kabupaten Jember)
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Teknik

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ida Bagus Suryaningrat, S.TP., MM.
DISUSUN OLEH :

1. M. Afif Junaedi 171710301012


2. Grasia Nanci 171710301014
3. Dinasty Alfajar Rizky 171710301039
KELAS: TIP A
4. Rizki Agustian 171710301075

TIP B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENDAHULUAN

Teh Poci dikelolah oleh perusahaan kecil yang memiliki cabang di


beberapa wilayah Jember. Usaha Teh Poci ini dimiliki oleh satu orang dengan
memiliki 5 cabang di kabupaten Jember yaitu di Jalan Kalimantan, depan
Indomaret Jalan Danau Toba, depan Indomaret Jalan Mastrip, depan Alfamart
Jalan Karimata, dan di Jalan Mastrip . Salah satunya di Jalan Kalimantan.
Penjualan teh poci ini dimulai pukul 09.30-21.30 setiap harinya. Dalam setiap hari
nya dapat memproduksi 150-250 cup teh poci. Usaha teh poci ini sudah berdiri 1
tahun yang lalu..
Harga Teh Poci pada umumnya antara Rp 2.500 untuk rasa original dan
Rp 3.000 untuk rasa susu. Modal yang dikeluarkan oleh pemilik usaha teh poci
seharga Rp 128.900.000. Modal tersebut digunakan untuk membeli mesin
pengemas, gerobak, bahan baku, biaya listrik, dan gaji pegawai. Perusahaan
tersebut dihitung produksinya selama lima tahun. Perlu dilakukan analisis
kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha tersebut
untuk dikelola serta menganalisis sensitivitas perusahaan terhadap perubahan
biaya operasional, penurunan pendapatan serta gabungan antara keduanya. Studi
kelayakan usaha dalam suatu perusahaan akan memberikan peluang dan gambaran
mengenai layak atau tidaknya suatu usaha tersebut dijalankan (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
Penelitian ini bertujuan menganalisa kelayakan finansial dari industri Teh
Poci untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan dan
mengetahui kepekaan perusahaan terhadap kenaikan biaya operasional dan
penurunan pendapatan serta perubahan harga produk dengan metode Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP) serta Analisis Sensitivitas.
Informasi tentang kelayakan finansial yang diperoleh dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan usaha
Teh Poci.
PEMBAHASAN

Metode Analisa Data

1. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih
sekarang. NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang
(present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada
discount rate terentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan
dengan cost/biaya (A. Choliq dkk, 1994).
NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang
diukur pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam perhitungan NPV ini perlu
kiranya ditentukan dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu,
NPV juga dapat diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu cash flow yang diperoleh
dari suatu investasi yang dilakukan.

Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
Indikator NPV :
 Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
 Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) utk dilaksanakan

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)


Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah
NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat
(benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1,
maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan.
Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha
yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan.

Keterangan.
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
N = umur ekonomis proyek (10 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (16%)
t = tahun ke-t
Indikator NET B/C adalah :
 Jika Net B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan
 Jika Net B/C < 1 , maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan

3. Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian internal
yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). IRR ini
merupakan tingkat discount rate yang membuat NPV proyek = 0.
Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR
menunjukkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan
demikian untuk mencari IRR kita harus menaikkan discount factor (DF) sehingga
tercapai nilai NPV sama dengan nol.

Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negative
Indikator IRR :
 Jika IRR > tk, discount rate yg berlaku maka proyek layak (go) utk
dilaksanakan
 Jika IRR < Tk. Discount rate yg berlaku, maka proyek tdk layak (not go)
utk dilaksanakan.

4. Payback Period (PP)


Payback Period (PP) merupakan jangka waktu /periode yang diperlukan
untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Rumus yang digunakan untuk mencari payback period
adalah :
Investasi awal
PP =
Jumlah net benefit/ntahun
Indikator Payback Periods :
Semakin cepat kemampuan proyek mampu mengembalikan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka proyek semakin baik (satuan
waktu).

Analisis Sensitivitas
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja
system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis
sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya. Suatu rencana proyek yang sudah
diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan
pada evaluasi (NPV, PP dan IRR) namun dalam kenyataan tidak menutup
kemungkinan terjadi kesalahan yang disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan
adanya kemungkinan tersebut maka harus diadakan analisis kembali untuk
melakukan penyesuaian perubahan dari
kenaikan harga tersebut. (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu
kesalahan atau perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha teh
poci, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya operasional dan penurunan
penerimaan sebesar 15%, 30% dan 50% serta gabungan antara kenaikan biaya
operasional 15% dan penurunan penerimaan sebesar 15% ; peningkatan biaya
operasional sebesar 30% dan penurunan penerimaan sebesar 15%.
Analisis Cash flow
Biaya Investasi Awal
Total biaya investasi Teh Poci kabupaten Jember sebesar Rp. 3.500.000
Biaya Operasional
Biaya produksi merupakan semua jenis biaya yang harus dikeluarkan untuk
kebutuhan produksi teh poci tiap tahunnya selama 5 tahun. Biaya produksi yang
dibutuhkan Teh Poci rata-rata sebesar Rp 125.400.000 per tahun, yang terdiri dari
Rp. 122.400.000 biaya tetap dan Rp. 3.000.000 biaya variabel.
1. Analisis Kelayakan Finansial
Hasil Analisis data, diperoleh NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR dan PP pada industri Teh Poci
tahun 1-5 dengan tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Keputusan
NPV 223.502.404,5 Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 Layak
IRR (%) 51 Layak
PP 1,988 Layak
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Penilaian kelayakan usaha industri teh poci tidak hanya dilihat dari salah
satu analisis kriteria investasi saja, tetapi harus dilihat dari keseluruhan hasil
analisis kriteria investasi tersebut. Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa
nilai NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa industri teh poci secara finansial layak untuk
diusahakan.
2. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Kenaikan Biaya
Operasional.
Dalam menganalisis sensitivitas industri teh poci ini, diasumsikan bahwa
perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu dengan kenaikan sebesar 15%,
30%, dan 50%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap tetap (Ceteris paribus).
Sehingga kenaikan biaya produksi dianggap tidak meningkatkan jumlah produksi
teh poci.
Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 15% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 150.338.064,2 (-)32,73% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,497815685 (-)13,04% Layak
IRR (%) 51 36 (-)30,2% Layak
PP 1,988 2,801
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari pengamatan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net
B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh
poci tidak peka terhadap kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan layak untuk
dilanjutkan.
Tabel 3. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (30%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 30% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 771.737.23,93 (-)65,47% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,324990799 (-)23,08% Layak
IRR (%) 51 19 (-)62,12% Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap kenaikan biaya
operasional sebesar 30% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 4. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap kenaikan
biaya operasional (50%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 50% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 223.502.404,5 -20.378.729,75 (-)109,12% Tidak Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,148325359 (-)33,33% Layak
IRR (%) 51 -6 (-)111,34% Tidak Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR < 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap kenaikan biaya operasional
sebesar 50% dan tidak layak untuk dilanjutkan.

Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Penurunan


Pendapatan
Penurunan pendapatan merupakan faktor kepekaan yang cukup tinggi
dalam sebuah perusahaan. Untuk menganalisis sensitivitas industri teh poci ini,
diasumsikan bahwa perubahan hanya terjadi pada penurunan penerimaan yaitu
dengan kenaikan sebesar 15% dan 30%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap
tetap (Ceteris paribus).
Tabel 5. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
15% Perubahan
NPV 223.502.404,5 97.477.703,53 (-)56,39% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,464114833 (-)14,99% Layak
IRR (%) 51 24 (-)52,99% Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka
terhadap penurunan penerimaan sebesar 15% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 6. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
penurunan penerimaan (30%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan Persentase Keputusan
30% Perubahan
NPV 223.502.404,5 -28.546.997,41 (-)112,77% Tidak Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,205741627 (-)29,99% Layak
IRR (%) 51 -8 (-)116,14% Tidak Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa NPV < 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai
IRR < 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci peka terhadap
penurunan penerimaan sebesar 30% dan tidak layak untuk dilanjutkan.
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Teh Poci terhadap Peningkatan Biaya
Operasional dan Penurunan Pendapatan
Analisis sensitivitas ketiga adalah menggabungkan cara pertama dan
kedua yaitu meningkatkan biaya operasional serta penurunan pendapatan. Cara
ketiga adalah menggabungkan antara biaya operasional sebesar 15% dan
penurunan penerimaan sebesar 15% serta gabungan antara biaya operasional 30%
dan penurunan penerimaan sebesar 15%.
Tabel 7. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (15%) serta penurunan penerimaan (15%) pada tingkat
suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Biaya operasional Persentase Keputusan
naik dan Perubahan
penerimaan turun
(15%)
NPV 223.502.404,5 24.313.363,26 (-)89,12% Layak
Net B/C Ratio 1,722488038 1,273143333 (-)26,09% Layak
IRR (%) 51 6 (-)87,36% Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Tabel 7 menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR >
9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri teh poci tidak peka terhadap
kenaikan biaya operasional sebesar 15% dan penurunan penerimaan 15%
sehingga layak untuk dilanjutkan.
Tabel 8. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri teh poci terhadap
kenaikan biaya operasional (30%) serta penurunan penerimaan (15%) pada tingkat
suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Biaya operasional naik Persentase Keputusan
(30%) dan penerimaan Perubahan
turun (15%)
NPV 223.502.404,5 -48.850.977 (-)121,86% Tidak Layak
Net B/C 1,722488038 1,126242179 (-)34,61% Layak
Ratio
IRR (%) 51 -15 (-)128,90% Tidak Layak
PP
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Pada tabel 8 menunjukkan dengan kenaikan biaya operasional sebesar 30%
dan penurunan penerimaan sebesar 15% akan menurunkan NPV hingga ke level
negatif (-) yaitu sebesar Rp. -48.850.977 yang berarti bahwa industri teh poci
tidak mampu menutupi biaya yang telah dikeluarkan dan secara finansial industri
tersebut mengalami kerugian sebesar Rp -48.850.977, serta Net B/C ratio > 1
dan IRR bernilai (-) sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya-upaya preventif, terutama dari segi penekanan biaya
operasional, untuk mencegah terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30% dan
penurunan penerimaan sebesar 15%.
Tabel 9. Perubahan sensitivitas terendah industri teh poci
Perubahan sensitivitas terendah NPV (Rp)
Kenaikan biaya operasional 45% 4.009.383,669
Penurunan penerimaan 25% 13.461.236,24
Sumber : Data Primer diolah tahun 2018
Dari beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mencari batas terendah
nilai NPV hingga menjadi negatif (-), pada Tabel 9 menunjukkan kenaikan
operasional didapat perubahan kenaikan operasional sebesar 45% dengan nilai
NPV Rp. 4.009.383,669. Sedangkan untuk nilai NPV terendah pada penurunan
penerimaan didapat nilai NPV terendah sebesar Rp. 13.461.236,24 dengan
penurunan penerimaan 25% (Tabel 9). Jika kenaikan biaya operasional dan
penurunan penerimaan ditambah lagi sebanyak 5% maka akan didapat nilai NPV
negatif (-) sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.
KESIMPULAN

Usaha Teh Poci secara finansial layak diusahakan, dengan nilai NPV Rp.
223.502.404,5; Net B/C ratio 1,722488038 dan IRR sebesar 51%. Analisis
sensitivitas kenaikan biaya operasional berturut-turut sebesar 15%,30% dan 50%
serta penurunan pendapatan sebesar 15% dan 30%. Titik kritis NPV didapat pada
kenaikan operasional 45% sebesar Rp. 4.009.383,669dan penurunan penerimaan
25% sebesar Rp 13.461.236,24.
DAFTAR PUSTAKA

Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: LPFE UI.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi Keempat.


Jogjakarta: UPP AMP YKPN.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.


Jakarta: Erlangga.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.


LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai