D. Aspek Keuangan
Pada aspek keuangan akan mencakup penjelasan mengenai: pemilihan pola usaha, asumsi
dan parameter untuk analisis keuangan, komponen biaya investasi dan biaya operasional, kebutuhan
dana untuk investasi dan modal kerja, proyeksi produksi dan pendapatan, proyeksi rugi laba dan
break even point (BEP), proyeksi arus kas dan kelayakan usaha, serta analisis sensitivitas.
Jumlah produksi garam K1 dari unit usaha yang direncanakan selama satu tahun adalah
sebanyak 144 ton (144.000 kg) dan harga jualnya Rp750 per kg. Oleh sebab itu, pendapatan dari
hasil penjualan garam per tahun adalah sebesar Rp108.000.750 (lihat Lampiran 7).
Analisis tingkat keuntungan (profitability) dari usaha yang direncanakan merupakan bagian
sangat penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung
berdasarkan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 8 dan 9 di bawah
masing-masing menunjukkan Proyeksi Rugi/Laba dan BEP dari unit usaha yang direncanakan.
Adapun perincian lengkapnya disajikan dalam Lampiran 8 dan 9.
1
Draft per 15 Desember 2012
Hasil perhitungan Proyeksi Rugi/Laba menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini
telah untung sebesar Rp45.513.117. Laba bersih yang diperoleh ini akan meningkat pada tahun
kedua dan ketiga akibat penurunan komponen biaya bunga dan tidak adanya lagi angsuran pokok
mulai tahun ketiga. Adapun laba bersih pada tahun keempat dan kelima sama dengan pada tahun
ketiga. Profit margin rata-rata per tahun selama 5 tahun periode usaha adalah sebesar 43,4 %.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variable, dan hasil penjualan garam, BEP rata-rata
per tahun selama 5 tahun periode usaha ini adalah: Rp39.065.692 per tahun (BEP Nilai Penjualan),
52.088 kg per tahun (BEP produksi), 36,11% (BEP Persentase Penjualan), Rp361 per kg (BEP Biaya
Operasional), dan Rp402 (BEP Biaya Total).
Berdasarkan analisis arus kas, dilakukan perhitungan Net B/C, Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Sebuah bisnis/usaha berdasarkan kriteria
investasi di atas dikatakan layak jika Net B/C > 1, NPV > 0, dan IRR > DF (discount factor), dan PP <
masa periode bisnis/usaha.
Hasil perhitungan pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa usaha garam rakyat sistem
tradisional plus layak dilaksanakan, bahkan menguntungkan, karena pada tingkat suku bunga
(discount factor) 5,75% per tahun, Net B/C sebesar 4,08 (>1) dan NPV sebesar Rp162.288.423 (>0).
Dengan nilai IRR sebesar 91,46% (> DF 5,75% ), artinya: rencana usaha ini layak untuk dilaksanakan
meskipun tingkat suku bunga (discount factor) hampir mencapai 91,46% per tahun.
2
Draft per 15 Desember 2012
Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan seluruh biaya investasi usaha (PP usaha) adalah sekitar 1 tahun 1 bulan 7 hari
sehingga lebih pendek dibanding periode usaha (5 Tahun). Dengan demikian, usaha ini layak
dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian seluruh investasi lebih pendek dari periode usaha
(5 tahun). Dilihat dari jangka waktu yang dibutuhkan untuk bisa mengembalikan seluruh kredit (PP
kredit), usaha ini pun layak dibiayai bank/lembaga keuangan karena jangka waktu yang dibutuhkan
untuk bisa mengembalikan seluruh kredit adalah selama 5 bulan 24 hari, berarti lebih pendek
dibanding jangka waktu pengembalian kredit (2 tahun).
Dalam analisis setiap investasi usaha, termasuk usaha garam rakyat sistem tradisional plus,
tentu tidak terlepas dari peluang ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan.
Analisis sensitivitas harus dilakukan guna menguji seberapa sensitif usaha yang akan dilaksanakan
terhadap perubahan jumlah dan harga-harga dari input dan output produksi. Dalam analisis
sensitivitas ini digunakan 5 skenario, yaitu:
Pada skenario I (hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 11 di atas), dengan penurunan
hasil produksi sebesar 39% (menjadi 87.841 kg per tahun), didapat nilai Net B/C sebesar 1,04 (>1),
NPV sebesar Rp1.958.287 (>0), nilai IRR 7,02 % (> DF 5,75%), periode pengembalian seluruh investasi
selama 4 tahun 10 bulan 14 hari (kurang dari 5 tahun), serta periode pengembalian kredit investasi
dan kredit modal kerja selama 1 tahun 11 bulan 20 hari (lebih pendek dibanding jangka waktu
pengembanlian kredit). Semua indikator kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih
3
Draft per 15 Desember 2012
layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Namun, pada penurunan hasil produksi sebesar 40%
usaha ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan.
Pada skenario II (hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 12 di atas), dengan penurunan
harga jual garam sebesar 39% (menjadi Rp458 per kg), didapat nilai nilai Net B/C sebesar 1,05 (>1),
NPV sebesar Rp2.508.370 (>0), nilai IRR 7,52 % (> DF 5,75%), periode pengembalian seluruh investasi
selama 4 tahun 10 bulan 14 hari (kurang dari 5 tahun), serta periode pengembalian kredit investasi
dan kredit modal kerja selama 1 tahun 11 bulan 20 hari (lebih pendek dibanding jangka waktu
pengembanlian kredit). Semua indikator kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih
layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Namun, pada penurunan harga jual sebesar 40% usaha
ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan.
Pada skenario III (hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 13 di atas), dengan penurunan
hasil produksi dan harga jual garam secara bersamaan masing-masing sebesar 22% (hasil produksi
menjadi 112.321 kg per tahun dan harga jual menjadi Rp585 per kg), didapat nilai Net B/C sebesar
1,02 (>1), NPV sebesar Rp1.298.696 (>0), nilai IRR 6,59 % (> DF 5,75%), periode pengembalian
seluruh investasi selama 4 tahun 10 bulan 29 hari (kurang dari 5 tahun), serta periode pengembalian
kredit investasi dan kredit modal kerja selama 2 tahun (lebih pendek dibanding jangka waktu
pengembanlian kredit). Semua indikator kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini masih
layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Namun, pada kondisi terjadi penurunan hasil produksi
4
Draft per 15 Desember 2012
dan harga jual garam secara bersamaan masing-masing sebesar 23% usaha ini sudah tidak layak lagi
untuk dilaksanakan.
Pada skenario IV (hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 14 di atas), dengan kenaikan
biaya operasional sebesar 81% (menjadi Rp94.206.729 per tahun), didapat nilai Net B/C sebesar
1,03 (>1), NPV sebesar Rp1.811.254 (>0), nilai IRR 6,93% (> DF 5,75%), periode pengembalian
seluruh investasi selama 4 tahun 11 bulan 18 hari (kurang dari 5 tahun), serta periode pengembalian
kredit investasi dan kredit modal kerja selama 1 tahun 11 bulan 20 hari (lebih pendek dibanding
jangka waktu pengembanlian kredit). Semua indikator kelayakan tersebut menunjukkan bahwa
usaha ini masih layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Namun, pada kondisi terjadi kenaikan
biaya operasional sebesar 82% usaha ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan.
Pada skenario V (hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 15 di atas), yakni terjadi
penurunan hasil produksi, penurunan harga jual garam, dan kenaikan biaya operasional secara
bersamaan masing-masing sebesar 16% (hasil produksi menjadi 120.961 kg per tahun, harga jual
menjadi Rp630 per kg, dan biaya operasional menjadi Rp60.375.583 per tahun), didapat nilai Net
B/C sebesar 1,18 (>1), NPV sebesar Rp9.581.719 (>0), nilai IRR 9,52 % (> DF 5,75%), periode
pengembalian seluruh investasi selama 4 tahun 4 bulan 29 hari (kurang dari 5 tahun), serta periode
pengembalian kredit investasi dan kredit modal kerja selama 1 tahun 8 bulan 9 hari (lebih pendek
dibanding jangka waktu pengembanlian kredit). Semua indikator kelayakan tersebut menunjukkan
5
Draft per 15 Desember 2012
bahwa usaha ini masih layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Namun, pada kondisi terjadi
penurunan hasil produksi, penurunan harga jual garam, dan kenaikan biaya operasional secara
bersamaan masing-masing sebesar 17% usaha ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan.
Hasil analisis aspek keuangan di atas menunjukkan bahwa jika semua asumsi terpenuhi,
maka usaha garam rakyat sistem tradisional plus bisa memberikan pendapatan yang cukup tinggi.
Oleh sebab itu, rencana bisnis/usaha ini layak untuk dilaksanakan dan diberi kredit. Berdasarkan
hasil analisis sensitivitas, jika semua asumsi terpenuhi, maka usaha ini relatif tidak sensitif terhadap
perubahan nilai sejumlah indikator yang dijadikan peubah pada kelima skenario di atas.