TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Kompetensi
Menurut Boulter et al (dalam Rosidah, 2003), kompetensi adalah karakteristik dasar
dari seseorang yang memungkinkan ia untuk mengeluarkan kinerja superior dalam
pekerjaannya. Berdasarkan uraian tersebut, kompetensi mengandung makna bagian
kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat
diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik
dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.
Menurut Boulter et al (dalam Rosidah, 2003) level kompetensi adalah sebagai
berikut : Skill, Knowledge, Social Role, Self Image, Trait dan Motive. Skill adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik. Knowledge adalah informasi yang
dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu). Social role adalah sikap dan nilai-nilai
yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri),
misalnya menjadi pemimpin. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri
maupun merekflesikan identitas. Trait adalah karakteristik abadi dari seseorang yang
membuatnya berperilaku, misalnya sifat percaya diri sendiri. Motive adalah sesuatu dorongan
seseorang secara konsisten berperilaku, sebab perilaku seperti hal tersebut dirasakan sebagai
sumber kenyamanannya.
Pendapat lain dari Spencer dan Spencer (dalam Moeheriono, 2009) menyatakan
bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan
efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya maupun karakteristik dasar individu yang
memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Beberapa
makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik dasar (underlying characteristic), kompetensi adalah bagian dari
kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang
dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas pekerjaan.
b. Hubungan kausal (causally related), berarti kompetensi dapat menyebabkan atau
digunakan untuk memprediksikan kinerja seseorang, artinya jika mempunyai kompetensi
yang tinggi maka akan mempunyai kinerja yang tinggi pula (sebagai akibat).
c. Kriteria (criterian referenced), yang dijadikan sebagai acuan bahwa kompetensi secara
nyata akan memprediksikan seseorang dapat bekerja dengan baik, terukur, dan spesifik
atau terstandar.
Kompetensi berdasarkan penjelasan tersebut merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang
yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang
dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu. Dengan
beberapa pengertian dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah
karakteristik dasar yang dimiliki oleh seseorang yangdapat menciptakan kinerja yang baik
dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah sebagai berikut
(Gordon dalam Sutrisno, 2010):
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya seorang
karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi belajar dan cara melakukan
pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan yang ada di perusahaan.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Misalnya, seorang karyawan dalam melaksanakan pembelajaran harus
mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi kerja secara efektif
dan efisien.
3. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya, standar perilaku para karyawan dalam
melaksanakan tugas (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).
4. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar..
6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Misalnya melakukan suatu aktivitas kerja.
Menurut Moeheriono ( 2009), terdapat lima dimensi kompetensi yang harus dimiliki
oleh semua individu yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan menjalankan tugas (Task-skills), yaitu keterampilan untuk melaksanakan
tugas-tugas rutin sesuai dengan standar di tempat bekerja.
2. Keterampilan mengelola tugas (Task management skills), yaitu keterampilan untuk
mengelola serangkaian tugas yang berbeda yang muncul dipekerjaannya.
3. Keterampilan mengambil tindakan (Contingency management skills), yaitu keterampilan
mengambil tindakan yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah di dalam pekerjaan.
4. Keterampilan bekerja sama (Job role environment skills), yaitu keterampilan untuk
bekerja sama serta memelihara kenyamanan lingkungan kerja.
5. Keterampilan beradaptasi (Transfer skill), yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja yang baru.
Model kompetensi dapat digunakan untuk mengembangkan sistem remunerasi
(imbalan) yang dianggap lebih adil. Kebijakan remunerasi akan lebih terarah dan transparan
dengan mengaitkan sebanyak mungkin keputusan dengan suatu set perilaku yang ditampilkan
seorang karyawan. Dalam era perubahan yang sangat cepat, sifat dari suatu pekerjaan sangat
cepat berubah dan kebutuhan akan kemampuan baru terus meningkat. Model kompetensi
memberikan sarana untuk menetapkan keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan yang selalu berubah.
Moeheriono (2009) mengemukakan lima manfaat dan keuntungan pengembangan
sistem kompetensi ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dipakai sebagai acuan kesuksesan awal bekerja seseorang.
2. Dapat dipakai sebagai dasar untuk merekut karyawan yang baik dan handal.
3. Dapat dipakai sebagai dasar penilaian dan pengembangan karyawan selanjutnya.
4. Dapat dipakai sebagai dasar penilaian kinerja dan pemberian kompensasi (reword) bagi
karyawan berprestasi atau sebagai hukuman (punishment) bagi karyawan tidak
berprestasi.
5. Pihak manajemen bisa menarik kesimpulan bahwa kompetensi sangat bermanfaat untuk
training need analysis atau TNA.
Suatu instansi dapat berprestasi unggul apabila orang-orang yang bekerja dalam
perusahaan dapat memberikan kontribusi maksimal kepada instansi sesuai dengan tugas dan
kemampuannya. Dapat dikatakan bahwa orang-orang tersebut mampu bekerja dengan
prestasi terbaiknya yaitu mampu berprestasi pada saat ini dan masa yang akan datang, baik
pada situasi yang stabil maupun yang berubah-ubah kedepannya (Moeheriono, 2009).
Kompetensi yang tepat merupakan faktor yang menentukan keunggulan prestasi dapat
dimiliki oleh suatu instansi apabila instansi tersebut memiliki fondasi yang kuat, yang
tercermin pada seluruh proses yang terjadi dalam instansi tersebut. Dalam hal ini artinya
instansi harus memiliki kompetensi inti (core competency) yang kuat dan sesuai dengan
bisnis intinya (core business). Kompetensi inti adalah yang selayaknya dimiliki oleh semua
anggota instansi yang membuat anggota instansi tersebut berbeda dari instansi lainnya.
Kompetensi inti biasanya merupakan komponen pembentuk misi dan budaya pada instansi
tersebut. Kompetensi inti harus diperkuat oleh kompetensi departemen atau bagian yang ada
di instansi tersebut (Moeheriono, 2009).
Setiap dokter diharapkan memperoleh minimal 50 sistem kredit poin (SKP) per tahun
melalui kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan. Aktivitas akan terdiri dari
kegiatan eksternal yang relevan (pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan), internal
(evaluasi dan pengembangan praktik), pembelajaran pribadi dan penelitian/kategori
pengajaran. Selain itu, setiap dokter diharapkan menyelesaikan satu audit klinis per tahun.
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk menerapkan pemeliharaan kompetensi profesional
yang mana akan memungkinkan dokter memperbarui serta mengembangkan terus ilmu
pengetahuannya baik keterampilan maupun sikap mereka untuk memenuhi kebutuhan yang
dinilai sendiri. Dokter akan merefleksikan kegiatan dan mengambil tindakan untuk mencapai
tujuan ini (Medical Council of Ireland, 2011).
Dokter akan mengumpulkan dan menyimpan bukti kegiatan yang mereka lakukan
untuk mempertahankan kompetensi profesionalnya. Konsil kedokteran dapat meminta untuk
melihat bukti ini untuk memeriksa bahwa dokter sudah mempertahankan kompetensi
profesional sesuai dengan standar mereka (Medical Council of Ireland, 2011).
Gambar 3. Ilustrasi standar pemeliharaan kompetensi professional