B. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan pembelajaran umum:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta memahami bahwa pejabat struktural harus
mempunyai kompetensi dasar, bidang dan khusus sesuai Permenkes 971 yang dapat
dilatih dan dikembangkan.
b. Tujuan pembelajaran khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu:
Menjelaskan Pengertian kompetensi secara umum.
Menjelaskan kompetensi Dasar sesuai Permenkes No. 971 tahun 2009
Menjelaskan kompetensi Bidang sesuai Permenkes No. 971 tahun 2009
Menjelaskan kompetensi Khusus sesuai Permenkes No. 971 tahun 2009
Menjelaskan risiko bagi organisasi apabila pejabat tidak kompeten
D. Bahan Belajar
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Pada saat Tahap 1 (E- Learning)
Para peserta membaca secara detil Permenkes 971/2009 dan berbagai referensi.
F. URAIAN MATERI
a. Pengertian Kompetensi secara umum
KOMPETENSI
Kementrian Kesehatan telah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 971/MENKES/PER/2009 tanggal 5 November 29 tentang standard
Kompetensi Pejabat Sruktural Kesehatan. Dalam Keputusan tersebut mengatur
kualifikasi dan standard kompetensi Pejabat struktural di Rumah sakit , Dinas
Kesehatan, Puskesmas dan UPT/UPTD.
Standar kompetensi jabatan structural yang diatur dalam Permenkes 971 th 2009
meliputi Kompetensi Das ar , Kompetensi Bidang dan Kompetensi Khusus.
PENGERTIAN KOMPETENSI
UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10) menyatakan bahwa:
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Sedangkan kompetensi menurut Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002.
tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.
yang nantinya akan membawa perusahaan kepada kondisi tertentu yang diinginkan
dengan sumber daya yang telah ditentukan.
Smith (1999) mengemukakan manfaat yang dapat dihasilkan dalam model
penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja diantaranya:
a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan menfokuskan sumber daya
menuju outcome yang kritis dan penting;
b) menggunakan sumber daya publik yang terbatas;
c) Meningkatkan pengambilan keputusan mengenai cara yang paling efektif
untuk
d) operasi dengan menghubungkan anggaran dengan kinerja program
sepanjang waktu;
e) Meningkatkan pemahaman dan komunikasi tentang isu dan prioritas kritis
pada sumber daya;
f) Membuat manajer lebih akuntabel untuk keputusan program yang
mempengaruhi outcome anggaran, dan
g) Mendukung manajemen dengan menghubungkan hasil anggaran dan
pengukuran kinerja anggaran dengan pengukuran kinerja program dalam
proses pengawasan, pengevaluasian, dan pelaporan hasil.
Beberapa penulis menggunakan istilah yang berbeda untuk penganggaran berbasis
kinerja ini. Hatry (1999) menggunakan istilah penganggaran berbasis hasil (resultsbased budgeting), sedangkan Osborne dan Gaebler (1992) menggunakan istilah
penganggaran untuk hasil (budgeting for results).
Menurut Supriyono (1990, p.15), Penganggaran merupakan perencanaan keuangan
perusahaan yang dipakai sebagai dasar pengendalian (pengawasan) keuangan
perusahaan untuk periode yang akan datang.
Dalam perspektif produk kebijakan, perencanaan daerah merefleksikan sebuah
gugatan terhadap sisi kelayakan dan rasionalitas atas substansi kebijakan
perencanaan. Berangkat dari fenomena yang telah digambarkan, dengan segenap
kekuatan pada derajat analisis pengalaman, penelitian formulasi kebijakan berusaha
menginterpretasikan persoalan pada proses perencanaan (formulasi) dan kelayakan
substansi perencanaan (produk) dari kebijakan perencanaan.
5) Pengorganisasian
Pengorganisasian (Tjiptoherijanto, 1999:70 75): Pengorganisasian yang dilakukan
untuk mengatur/menata semua anggota dalam organisasi agar mampu bekerja dalam
unit kerja yang ada. Hal ini dilakukan untuk menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasinya.
6) Kerja sama
Adalah komitmen di antara anggota organisasi untuk saling mendukung satu sama
lain dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Ini berarti setiap anggota
organisasi harus menghindari ego sektoral dan mementingkan bagian organisasinya
sendiri, yang mengorbankan tujuan organisasi secara keseluruhan. Nilai-nilai dasar
budaya kerja yang berkaitan erat dengan nilai luhur ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Kepemimpinan dan keteladanan,
Kepemimpinan dan keteladanan bertujuan untuk memberikan motivasi
kepada bawahan untuk mencontoh sikap dan perilaku pimpinan yang selalu
berpegang teguh pada nilai-nilai moral yang tinggi.
2) Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja,
Kebersamaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan karena akan
menumbuhkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Kebersaaman yang
diikuti oleh dinamika kelompok akan mendorong timbulnya inisiatif dari
anggota kelompok untuk melakukan hal-hal yang diperlukan tanpa harus
menunggu perintah dari atasan.
3) Keteguhan dan ketegasan,
Ketegasan artinya sifat dan watak tindakan yang jelas dan tidak ragu-ragu.
Keteguhan dalam mempertahankan prinsip dan kebenaran akan
menghindarkan seseorang dari melakukan perbuatan tercela. Dengan sikap
yang teguh dan tegas akan mendukung tegaknya aturan yang telah
ditetapkan dan membentengi seseorang dari godaan untuk melakukan
penyimpangan.
4) Semangat dan motivasi
Semangat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan akan dipengaruhi
oleh motivasinya. Motivasi yang jelas akan mendorong timbulnya
semangat untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
7) Fleksible
Fleksibilitas (Flexibility) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan
efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.
Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan
yang berbeda dan bertentangan mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya
karena suatu perubahan situasi, dan dapat menerima dengan mudah perubahan
dalam organisasinya.
7
Indikator Perilaku:
Selalu mengikuti prosedur
1.
2.
3.
Menyesuaikan tindakan
Melakukan penyesuaian tindakan atau perilaku berdasarkan situasi
untuk mencapai tujuan organisasi.
Mengambil tanggung jawab atau tugas yang berbeda dengan deskripsi
pekerjaan.
Mengadaptasi taktik dengan situasi yang ada.
4.
public servant yaitu mampu menjadi pelayan publik. Oleh karena itu para pimpinan
institusi pemerintah harus mampu menggerakan organisasinya dan stafnya untuk
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Karena kenyataan betapa pentingnya pelayanan publik yang diberikan pemerintah
untuk masyarakat, maka sering dijadikan indikator keberhasilan suatu rejim
pemerintahan. Demikian pula dengan program reformasi nasional, tidak akan ada
artinya apa-apa manakala pelayanan publik masih dirasakan buruk. Apalagi dalam
rangka perwujudan good governance, dimana akuntabilitas menjadi salah satu
prinsip yang harus dikedepankan dalam penyelenggaraan pemerintah, maka pelayan
publik yang akuntable menjadi keharusan yang tidak bisa ditunda lagi.
Pelayanan mengandung arti melayani dan pelayanan, Melayani adalah membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang sedangkan Pelayanan
adalah usaha melayani kebutuhan orang lain (kamus besar Bahasa Indonesia,
1995). Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan oleh organisasi
atau perorangan kepada konsumen (customer/ yang dilayani). Menurut Norman
(1991) bahwa pelayanan merupakan tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang
sifatnya tindakan sosial. Sedangkan Daviddow dan Utal (1989) menyatakan bahwa
pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelangga
(whatever enhances customer satisfaction). Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63 tahun 2003 menetapkan bahwa
Pelayanan Publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan umum (publik) terdapat
tiga fungsi pelayanan, yaitu enviromental sevice, development service, dan
protective service. Pelayanan yang diberikan pemerintah dibedakan juga
berdasarkan sasarannya baik secara individu, kelompok atau kolektif / masyarakat.
Oleh karena itu konsep barang layanan pada dasarnya terdiri dari jenis barang
layanan privat (private goods) dan barang layanan yang dinikmati secara kolektif (
public goods).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab untuk menciptakan
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya memberikan kepuasan kepada
masyarakat, sehingga kesehatan masyarakat dapat tercipta. Oleh karena itu agar
pelayanan kesehatan di wilayah kabupaten/ kota sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat, maka pimpinannya harus memiliki orintasi terhadap
pelayanan, bagaimana menggerakan organisasi puskesmas, rumah sakit, klinik dan
institusi lain yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk
9
10
Memenuhi standar
Memfasilitasi penyususnan standar pelayanan, mengukur penyimpangan, dan
memperbaiki kekurangan.
Perbaikan berkesinambungan
Mempercepat siklus pekerjaan, menerima umpan balik, dan mengantisipasi
perkembangan kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan.
3) Berfikir analitis
Dalam menghadapi permasalahan yang kompleks ini, maka kepala dinas kesehatan
sebagai penggerak dan pimpinan di wilayah kabupaten /kota harus mampu berfikir
kritis, logis dan strategis, karena dengan cara yang analitis ini kan membuat
pemimpin mampu menyelesaikan segala persoalan dengan dengan cermat dan bijak.
Kemudian mampu menentukan sikap demi terciptanya kesejahteraan masyarakat.
4) Berfikir konseptual
Berpikir konseptual adalah proses berpikir yang melibatkan pemikiran kreatif, dan
juga suatu cara mencari ide-ide untuk memecahkan masalah. Tidak hanya melihat
dari skala masalah yang kecil, tetapi juga termasuk masalah yang besar. Disatu
pihak berfikir konseptual (kreatif) berarti mencari gambaran besar, sedangkan
berpikir analitis melihat gambaran yang lebih kecil. Kedua jenis pemikiran ini
diperlukan dan saling melengkapi satu sama lain. Kreativitas dapat dikembangkan
melalui peningkatan jumlah dan ragam masukan ke otak, terutama tentang hal yang
baru, dengan memanfaatkan daya ingat, daya khayal dan daya serap dari otak akan
dapat ditumbuhkan berbagai ide baru menuju kreativitas.
Kreativitas adalah karya yang merupakan hasil pemikiran dan gagasan. Ada
rangkaian proses yang panjang dan harus digarap terlebih dahulu sebelum suatu
gagasan menjadi suatu karya. Rangkaian tersebut antara lain meliputi fiksasi
(pengikatan, pemantapan) dan formulasi gagasan, penyusunan rencana, dan program
tindakan nyata yang harus dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun
untuk mewujudkan gagasan tersebut. Kreativitas merupakan sebuah proses yang
dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Namun, kemampuan ini berbeda dari satu
11
orang terhadap orang lainnya. Kemampuan dan bakat merupakan dasarnya, tetapi
pengetahuan dari lingkungannya dapat juga mempengaruhi kreativitas seseorang.
Selama ini ada anggapan yang salah mengenai orang yang kreatif. Ada yang
mengatakan hanya orang jenius/pintar saja yang memiliki kreativitas. Kreativitas
bukanlah suatu bakat misterius yang diperuntukkan hanya bagi segelintir orang.
Mengingat kreativitas merupakan suatu cara pandang yang sering kali justru
dilakukan secara tidak logis. Proses ini melibatkan hubungan antar banyak hal di
mana orang lain kadang-kadang tidak atau belum memikirkannya.
Yang dimaksud dengan kreativitas dalam hal ini adalah menghadirkan suatu
gagasan baru. Kreativitas itu merupakan sebuah proses yang dapat dikembangkan
dan ditingkatkan. Anda harus mengetahui bahwa kreativitas tiap-tiap orang berbedabeda, kemampuan seseorang dalam bakat, pengetahuan, dan lingkungan juga dapat
mempengaruhi kreativitas. Kreativitas merupakan sumber yang penting dari
kekuatan persaingan karena adanya perubahan lingkungan. Kreativitas adalah
kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan.
Pendapat lain menyebutkan kreativitas itu adalah kemampuan untuk menciptakan
suatu produk baru yakni:
a) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi atau
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel, yang sudah ada
sebelumnya.
b) Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang
telah ada sebelumnya. Conny Semiawan (1984).
De Bono, berpendapat bahwa pola pemikiran yang kreatif merupakan motivator
yang sangat besar, karena membuat orang sangat tertarik akan pekerjaannya.
Pemikiran kreatif juga memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mencapai
sesuatu tujuan.
Randsepp, menyebutkan ciri-ciri tentang pemikiran kreatif sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
12
13
Inkubasi
Akumulasi
Pengetahuan
Proses
Kreatif
Gagasan
Evaluasi
dan
Implementasi
Gambar 1. Proses Sikap Pemikiran Kreatif
pemimpin mereka tidak tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya,
maka dia tidak akan mampu membuat keputusan yang tepat tentang cara efektif
mempekerjakan mereka, menerapkan perubahan yang berdampak positif terhadap
kinerja, dan meningkatkan kemampuan tim untuk memanfaatkan peluang masa
depan.
Bahkan lebih penting adalah kesediaan pemimpin untuk mengakui ketika ia tidak
tahu bagaimana melakukan sesuatu.
Karyawan yang melakukan tugasnya sehari-hari tidak terlalu mengharapkan
pemimpin mereka menjadi ahli pada tugas yang biasa mereka lakukan secara rutin.
Namun mereka mengharapkan pemimpin mereka paham dan mengambil peranan
penting di dalamnya. Ketika atasan memberikan pertanyaan tentang apa yang
karyawan lakukan dan tulus mendengarkan jawabannya, maka dia telah menetapkan
hubungan yang positif dengan karyawannya. Ketika Anda, sebagai pemimpin,
peduli terhadap karyawan dan apa yang dikerjakan oleh mereka maka hal ini
cenderung untuk direspon dengan loyalitas dan dedikasi yang tinggi.
Pemimpin yang sukses mengetahui dan memahami pekerjaan apa yang mereka
kerjakan. Mereka mampu membuat keputusan berdasarkan pengetahuan dalam
meningkatkan kredibilitas mereka. Organisasi yang sukses akan mengakui
keterampilan baru dan tanggung jawab yang diperlukan untuk selalu sukses di
tingkatan yang lebih tinggi, dan mereka bekerja dengan menempatkan orang-orang
yang memenuhi syarat pada posisi-posisi dengan dampak dan tanggung jawab yang
lebih besar.
Kompetensi juga memungkinkan para pemimpin untuk mengetahui cara mendeteksi
ketika mereka tidak diberitahu secara keseluruhan. Masalah kompetensi teknis vs
keahlian teknis sangat penting. Namun, itu adalah salah satu yang banyak pemimpin
gagal untuk memahaminya. Para pemimpin yang paling efektif mampu
menyeimbangkan pendekatan ini.
Keahlian Manajerial
Manajemen adalah proses mengarahkan pada perkembangan, perbaikan, dan alokasi
sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer adalah orang-orang yang
bertanggung jawab bagi perkembangan dan dalam melaksanakan proses
manajemen. Kegiatan utama dari fungsi manajer adalah merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengontrol. Dengan menggunakan empat fungsi
tersebut, manajer akan bekerja untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan
pegawai mereka, proses, proyek, dan organisasi secara keseluruhan.
15
16
Profesional
Suatu pekerjaan yang bersifat profesional akan mempergunakan teknik serta
prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus
dipelajari dan kemudian secara langsung dapat digunakan bagi kemaslahatan orang
lain. Faktor penting dalam hal ini adalah intelektualitas yang di dalamnya tercakup
satu atau beberapa keahlian kerja yang dianggap mampu menjamin proses pekerjaan
dan hasil kerja yang profesional, atau tercapainya nilai-nilai tertentu yang dianggap
ideal menurut pihak yang menikmatinya.
Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atributatribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar
kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor
pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugas.
Sementara itu Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai
individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh
pekerjaan tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat diatas, terdapat sejumlah faktor dominan dalam
mempersoalkan profesionalisme dikalangan pegawai. Pertama, kapasitas intelektual
pegawai yang relevan dengan jenis dan sifat pekerjaannya. Kapasitas intelektual ini
tentu berhubungan dengan jenis dan tingkat pendidikan yang menjadi karakteristik
pengetahuan dan keahlian seseorang dalam bekerja. Kedua, standar kerja yang
sekurang-kurangnya mencakup prosedur, tata cara dan hasil akhir pekerjaan. Ketiga,
standar moral dan etika dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Hal ketiga inilah
yang sulit dirumuskan dan dinyatakan secara utuh, karena proses aktualisasinya
tidak hanya ditentukan oleh sifat dan watak seseorang, tetapi ditentukan juga oleh
sistem nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan kerja. Sebagai contoh, seseorang
yang berwatak jujur dapat berubah menjadi pribadi yang korup, karena sistem nilai
yang berlaku.
6) Inovasi
Beberapa orang kalah bertindak karena terlalu lama berpikir atau terlalu banyak
teori. Sebaliknya seseorang yang sukses umumnya tanggap, berpikir praktis, dan
cepat mengambil keputusan untuk bertidak. Keterlambatan bertindak dapat berarti
kerugian yang tidak ternilai, hal ini berlaku bagi semua orang yang ingin maju.
Waktu, momentum, dan kesempatan benar-benar sangat penting dan menentukan
perjalanan seseorang. Kegagalan sering dialami oleh seseorang atau instansi karena
17
ketika usul diajukan momennya telah berubah akibat keterlambatan. Oleh karena
itu, kecakapan sangat diperlukan dalam keadaan yang mendesak.
Menurut Peter Drucker yang dimuat dalam bukunya innovation dan
entrepreneurship (1985), adalah mereka yang selalu mencari perubahan, berusaha
mengikuti dan menyesuaikan pada perubahan itu, serta memanfaatkannya sebagai
peluang serta mampu memilih dan mengambil keputusan alternatif yang paling
tinggi memberikan produktivitas.
Inovasi-inovasi yang berhasil adalah yang sederhana dan terfokuskan. Inovasi
produk dan pelayanan harus terarah secara spesifik, jelas, dan memiliki desain yang
dapat diterapkan dengan kebaradaan inovasi itu sendiri.
Yang dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan inovasi di bidang produk
dan pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Mulailah belajar berinovasi dari pengalaman,
b. Menghargai karyawan yang memiliki gagasan inovasi,
c. Berorientasi kepada tindakan untuk berinovasi,
d. Menentukan tujuan dalam berinovasi,
e. Buatlah produk dengan penuh inovasi dengan proses secara sederhana,
f. Mulailah membuat produk dengan inovasi yang terkecil,
g. Menjalankan uji coba dan merevisinya,
h. Mengikuti jadwal yang sudah ditentukan di dalam berinovasi,
i. Bekerja dengan semangat, mempunyai keyakinan dan dengan penuh
inovasi dan resiko.
Dalam prosesnya, penerapan kemampuan berinovasi, menurut Kuratko (1955) ada
empat jenis inovasi yaitu:
a. Penemuan ( Invensi),
b. Pengembangan (Eksistensi),
c. Penggandaan (Duplikasi), dan
d. Sintesis.
Untuk sekedar memperjelas dibawah ini terdapat tabel dari jenis-jenis penerapan
kemampuan inovasi dalam praktek berikut ini:
No.
Jenis
1.
Penemuan (invensi)
Keterangan
Contoh
18
2.
Pengembangan
(Eksistensi)
3.
Penggandaan
(Duplikasi)
4.
Sintesis
19
bekerja keras sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW, kita tidak boleh berpangku
tangan, mengharapkan rizki hanya berdoa saja. Berdoa tanpa usaha tidak ada
gunanya. Gagasan analisis akan muncul lewat analisis peluang yang sistematis dan
bertujuan, serta memerlukan pengetahuan kemurnian, keteguhan, dan kerja keras.
1) Kompetensi pendidikan
Salah satu kompetensi khusus pejabat struktural adalah Pendidikan.
Sebelum diuraikan secara lengkap kompetensi pendidikan pejabat struktural baik
pejabat di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas dan UPT/UPTD, perlu kita
simak terlebih dulu apa itu Pendidikan
Pengertian Pendidikan.
Pengertian Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional
adalah suatu daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin)
dan jasmani seseorang sesuai dengan alam dan kodratnya.
Menurut John Stuart Mill (Filosofi Inggris) menjabarkan bahwa pendidikan meliputi
segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya, atau yang dikerjakan
oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan untuk mendekatkan dia dengan tingkat
kesempurnaan.
Sedangkan menurut Thomson, pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap
individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan
perilaku, pikiran, dan sifatnya.
21
22
(strata 1). Jadi kompetensi Pendidikan Jabatan structural sangatlah penting, untuk
memberikan Kompetensi pada para pejabat structural baik itu berupa pendidikan
pada Jalur Formal maupun Jalur Informal. Begitu pula Pendidikan tersebut melalui
Jenis pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi, semuanya melengkapi
kompetensi khusus yang dipersyaratkan Per.menkes no 971 tahun 2011 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan.
Kompetensi Pendidikan Pejabat Struktural Kesehatan Rumah Sakit.
Pejabat Struktural Kesehatan Rumah sakit meliputi:
a. Direktur
b. Wakil Direktur Pelayanan Medis, Administrasi Umum, Keuangan, sumber
Daya Manusia, Pendidikan
c. Kepala Bidang dan atau Kepala Bagian
d. Kepala seksi dan atau Kepala subbagian
Kompetensi Pendidikan dari pejabat struktural rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi Pendidikan Direktur Rumah Sakit, adalah seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumah
sakitan (umpamanya dr Pelayanan Rumah Sakit)
2. Kompetendi pendidikan,
bagi Wakil Direktur, yang membidangi
pelayanan medis, yang menyelenggarakan pendidikan profesi kedokteran
berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya adalah Dokter
Spesialis atau Dokter dengan pendidikan Strata 2 bidang Kesehatan.
3. Kompetensi pendidikan bagi Wakil Direktur yang membidangi Pelayanan
Medis Rumah Sakit yang tidak menyelenggarakan pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan tenaga
kesehtan lainny adalah berlatar belakang pendidikan tenaga medis dengan
pendidikn Sarjana Strata 2 bidang kesehatan
4. Kompetensi Pendidikan bagi Wakil direktur Administrasi Umum, adalah
berlatar belakang pendidikan Sarjana dengan Pendidikan Sarjana Strata 2
bidang Kesehatan
5. Kompetensi Pendidikan Wakil Direktur Keuangan, adalah Sarjna Ekonomi
atau akuntansi.
6. Kompetensi pendidikan bagi Wakil Direktur Sumber daya Manusia, adalah
Pendidikan Sarjana dengan pendidikan Sarjana Strata 2 (dua) bidang
kesehatan
7. Kompetensi Pendidikan Wakil Direktur Pendidikan, adalah Pendidikan
Tenaga Medis dengan pendidikan Sarjana Strata 2 bidang kesehatan.
8. Kompetensi pendidikan bagi Kepala Bidang dan atau kepala bagian, adalah
minimal Sarjana sesuai bidang kerjanya.
23
Kepala
Sekretaris
Kepala Bidang dan atau Bagian dan
Kepala Seksi dan atau kepala subbagian
2) Kompetensi pelatihan
Pelatihan adalah salah satu kompetensi yang dipersyaratkan oleh Permenkes No.971
tahun 2011, bagi pejabat structural di Dinas kesehatan propinsi, Kabupaten/ Kota.
Rumah sakit, Puskesmas dan UPT/UPTD.
Sebelum menjelaskan tentang kompetensi Pelatihan pejabat structural di Dinas
Kesehatan, rumh sakit, Puskesmas, Dinas kesehatan provinsi, Kabupaten /Kota,
terlebih dulu kita ketahui dulu apa pengertian pelatihan, tujun pelatihan dan
manfaatnya suatu pelatihan.
24
Pengertian Pelatihan
Menurut Gomes (1997:197), Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung
jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan tujuan
organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan tujuan para
pekerja secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling
umum
dan para
pimpinan mendukung adanya
pelatihan
karena
melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih trampil dan karenanya akan lebih
produktif sekalipun manfaat manfaat tersebut harus diperhitungkan dengan waktu
yang tersita ketika pekerja sedang dilatih.
Pelatihan menurut Gary Dessler (1997:263) adalah Proses mengajarkan karyawan
baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk
menjalankan pekerjaan mereka. Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr
(1999:323), pelatihan merupakan Serangkaian aktivitas yang memberikan
kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan ketrampilan yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya
manusia dalam suatu Organisasi . Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah
bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat
berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
Tujuan Pelatihan
Menurut Moekijat (1991:55) tujuan umum dari pada pelatihan adalah:.
a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif.
b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
secara
rasional.
25
26
27
adalah telah
Pelatihan dimaksud harus dipenuhi sebelum atau paling lama 1 ( satu ) tahun pertama
setelah menduduki jabatan Struktural.
3. Kompetensi Pelatihan bagi Kepala Seksi dan atu Kepala Subbagian adalah telah
mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pelatihan dimaksud harus dipenuhi sebelum atau paling lama 1 ( satu ) tahun pertama
setelah menduduki jabatan structural.
28
29
Tidak memahami tugas pokok dan fungsi jabatan yang akan diembannya
Tidak akan mampu membuat perencanaan sesuai dengan Visi, Misi dan Value
Tidak dapat menentukan prioritas, dengan alasan dan ramalan yang tepat
Tidak mengerti dan tidak dapat membuat serta memaparkan Rencana Strategi
Bisnis
30
Tidak mampu memaparkan kepekaan terhadap keadaan, mempertimbangkan halhal yang bakal terjadi, mempertimbangkan langkah langkahnya, waspada dan cepat
melakukan respon manakala terjadi hal-hal diluar dugaan.
Tidak dapat menelaah anggaran, baik yang berasal dari pendapatan instansi,
APBD, APBN, ataupun lainnya. menyimpulkan dan mengambil kebijakan
anggaran
Tidak dapat merencanakan anggaran gabungan dari berbagai sumber, baik dari
Pemerintah (APBN) APBD, Intern Instansi, Fihak Ketiga dll. Dan dikaitkan
dengan Rencana Strategi Bisnis.
Tidak mampu memaparkan dan Tidak dapat menganalisa arus kas, membuat
neraca surplus-defisit, neraca awal, dan menarik kesimpulan
Tidak mampu memaparkan struktur organisasi yang sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi instansi, efektif, efisien dan tepat sasaran
Tidak mampu memaparkan tatakelola instansi, alur kerja, langkah kerja, dan
tujuan kerja, sehingga Tidak dapat menjadi pedoman karyawan untuk bekerja
Tidak mampu mengorganisasi sumberdaya yang ada, dengan alur kerja, langkah
kerja, tujuan kerja dan tolok ukur kinerja yang jelas
31
Tidak mampu memaparkan tolok ukur kinerja, sesuai dengan kontrak kinerja
pada setiap unit kerja
Tidak mampu menerima kebenaran pendapat orang lain sehingga tidak mampu dan
tidak dapat menerima pendapat orang lain, dan mau menghargai dengan
menindak- lanjuti pendapat tersebut
Tidak mampu memaparkan standar mutu pada setiap pelayanan utamanya yang
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat
Tidak mampu menguraikan masalah menjadi bagian bagian yang lebih rinci
menemukan sebab akibat dan mengkaji konsekwensi dari setiap tidakan yang
dilakukan
32
Tidak mampu memaparkan langkah yang jelas, bisa diukur , dapat dilaksanakan
dan memberikan solusi / jalan keluar
Tidak mampu memaparkan Keahlian tehnik, Profesi dan manajerial yang sesuai
dengan tugas dan fungsi instansi yang diembannya, yang Tidak dapat dibuktikan
serta memiliki motivasi untuk menggunakan keahlannya secara optimal
Tidak mampu memaparkan tolok ukur kinerja yang berkualitas, efektif, efisien dan
sesuai dengan kebutuhan pelanggan
Tidak mampu bekerjasama dan bernegosiasi dengan instansi dan badan yang
terkait dg saling menguntungkan, seperti dengan jaringan pelayanan j, aringan
pemasok bahan, jaringan pemasaran.
Tidak mampu menganilisis tentang potensi Stake Holder, tidak dapat bernegosiasi,
dan tidak dapat menjalankan policynya dengan baik
Tidak dapat memahami dan tidak mampu menganalisa SIM ( sistem informasi
manajemen ) dan SIA (Sistem Informasi Akuntansi )
Tidak mampu membuat perencanaan produk /jasa, sehingga tidak dapat diprediksi
kebutuhan pelayanan, dan tidak dapat dicapai kelancarannya
Tidak mampu memaparkan masalah penilaian mutu dan tidak dapat membuat
standar mutu pelayanan
Tidak peka, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial, sehingga masyarakat miskin
tidak dapat terlayani
33
Tidak dapat memahami perhitungan dan telaahan SDM dari segi Kompetensi dan
Profesi yang terkait dengan pendidikan dan latihan
Tidak mampu menguraikan dengan jelas, kondisi dan masalah kesehatan setra
potensi sumber daya di wilayah dimana ia akan bertugas
Demikian sekian banyak hal yang dapat terjadi dalam organisasi apabila pejabat
struktural tidak kompeten yang dapat berpengaruh terhadap input, proses dan out put
organisasi yang akhirnya akan mempengaruhi tujuan, visi dan misi organisasi.
G. REFERENSI
Conny Semiawan (1984).
Goestch dan Davis (1994) pengertian mutu Goestch dan Davis (1994) pengertian mutu
James Brian Quinn (1955) kemampuan Inovasi
Kamus besar Bahasa Indonesia, 1995).
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63 tahun 2003
Permenkes no 971 th 2009 , pasal 1 ayat 3
Ratminto & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, 2005 (Ratminto & Atik Septi
Winarsih, Manajemen Pelayanan, 2005)
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10)
Website ; Hatry (1999) penganggaran berbasis hasil (results-based budgeting),
Website ; Howel dan Heggins,1990) Penerapan kemampuan Inovasi
Website ; Edward de Bono (1970) proses kreatif,
Website ; Gary Dessler (1997 : 263) , John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323), Pengertian
Pelatihan
Website ; James Brian Quinn (1955)
34
profesionalisme
35