BAB II
A. Tinjauan Teori
1. Konsep pernikahan
a. Pengertian
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
1
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
8
9
pernikahan diatur dalam pasal 7 ayat (1), yaitu jika pihak pria sudah
tahun. Jika ada penyimpangan terhadap pasal 7 ayat (1) ini, dapat
oleh kedua orang tua pihak pria atau wanita (pasal 7 ayat 2).
b. Tujuan pernikahan
dan penuh rahmat, agar dapat melahirkan keturunan yang saleh dan
c. Manfaat Pernikahan
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
2
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
10
kepercayaannya.3
d. Kesiapan pernikahan
1) Kesiapan ilmu
dan papan.
3) Kesiapan fisik
3
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
11
membentuk Hb.
4
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
12
persoalan hidup.
1) Faktor Agama
perkawinan.
2) Faktor kepribadian
5
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
6
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
13
sayang.
4) Faktor umur
kedewasaan seseorang.
5) Faktor pendidikan
dan perilaku.
7
Diyan indriani, Asmuji, 2014,Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104 – 104
14
2. Pernikahan Dini
Pernikahan Dini biasa terjadi antara usia 12 tahun sampai usia kurang dari
20 tahun.
ada dua, yaitu sebab dari anak dan dari luar anak.9
1) Faktor Pendidikan
Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian
mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa
sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut
8
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
9
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
15
bahwa karena sudah tidak perawan lagi dan hal ini menjadi aib.
orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan
Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka
beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak
tersebut.
10
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media,
94 – 104
16
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak
Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak
“perzinahan”. Oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal
11
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
17
usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang
Bahwa perbuatan anak yang saling suka sama suka dengan anak
2) Faktor ekonomi.
hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua
yang terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis, maka anak gadis
12
iyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94 –
104
18
diamanatkan UU.
berikut :
a. Segi kesehatan
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko
b. Segi fisik
13
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
19
Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada
d. Segi pendidikan
e. Segi kependudukan
Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum
4. Konsep kecemasan
14
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
15
Diyan indriani, Asmuji, 2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta; Arruz Media, 94
– 104
20
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes
RI, 1990).
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and
Sundeens, 1998).
spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi
5. Teori Kecemasan
a. Teori psikodinamik
merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih
untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari
yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan
sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering
b. Teori perilaku
inginkan.
c. Teori interpersonal
d. Teori keluarga
e. Teori Biologik
(Wibisono, 1990).
2) Gejala Kecemasan
yaitu;
a) Fase 1
18
Abdul Nasir, Abdul Muhit, 2011, Dasar –Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika ;
8.
19
Herri Zan Pieter, Dr. Namora Lumonggo Lubis, 2010, Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan, Edisi I,119.
24
1988).20
b) Fase 2 (dua)
20
Abdul Nasir, Abdul Muhit, 2011, Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika ;
8.
25
c) Fase 3
gerakan lambat.
21
Abdul Nasir, Abdul Muhit, 2011, , Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika
; 8.
27
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.
22
Abdul Nasir, Abdul Muhit, 2011, , Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika
; 8.
28
tensinggung.
lesu.
d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
konsentrasi.
g. Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
23
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
29
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
kategori:
7. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan
1) Respon Fisiologis
2) Respon Kognitif
25
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
31
b. Kecemasan sedang
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.26
1) Respon Fisiologis
c) Mulut kering
d) Anorexia
e) Diare/konstipasi
f) Gelisah
2) Respon Kognitif
26
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia
32
c. Kecemasan Berat
yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntutan.27
1) Respon Fisiologis
d) Penglihatan kabur
2) Respon Kognitif
b) Verbalisasi cepat
c) Blocking
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak
1) Respon Fisiologis
27
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
33
a) Nafas pendek
c) Sakit dada
d) Pucat
e) Hipotensi
2) Respon Kognitif
c) Persepsi Kacau
e. Respon Fisiologis
epigastrium, diare
28
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
34
gatal-gatal
hilang
berdaya.29
8. Fungsi Kecemasan
suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Dalam hal
Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena menurut
manusia.
29
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
35
beberapa mekanisme pertahanan pada satu saat yang bersamaan. Ada dua
Kita sebenarnya berbohong pada diri kita sendiri namun tidak menyadari
telah berlaku demikian. Tentu saja jika kita mengetahui bahwa kita
segala ancaman tetap berada di luar kesadaran kita. Sebagai hasilnya kita
tidak mengetahui kebenaran tentang diri kita sendiri. Kita telah terpecah
a. Represi
30
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
36
perilaku neurosis.
b. Reaksi Formasi
mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial
menjadi orang yang ramah dan sangat bersahabat. Hal ini bukan
dan keekstrimannya.31
c. Proyeksi
menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat
Misalnya seseorang berkata “Aku tidak benci dia, dialah yang benci
d. Regresi
bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi. Regresi
e. Rasionalisasi
rasional dan dapat diterima oleh kita. Kita berusaha memaafkan atau
kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan yang
tidak terlalu bagus untuknya. Jika anda sedang bermain tenis dan
Hal ini dilakukan karena dengan menyalahkan objek atau orang lain
f. Pemindahan
tersedia. Misalnya seorang anak yang kesal dan marah dengan orang
tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa
kesal dan marahnya itu ditimpakan kepada adiknya yang kecil. Pada
g. Sublimasi
lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun dipuji. Misalnya
h. Isolasi
Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat
peristiwa tersebut tanpa emosi. Hal ini sering terjadi pada psikoterapi.
33
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
39
i. Undoing
seksualyang mengganggu.
j. Intelektualisasi
lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan analisis
34
H. Dadang Hawari, 2001, Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi, Edisi I, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas. Indonesia.
40
Tingkat kecemasan
Bondowoso
: Diteliti
: Tidak Diteliti
2. Hipotesis Penelitian
35
Nursalam, 2009 Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta,
Salemba Medika; 55
41
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
penelitian.36
36
Nursalam, 2009 Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta,
Salemba Medika; 55