Bab 1
PENDAHULUAN
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis
kelamin yang berlainan, yaitu seorang perempuan dan seorang laki-laki, ada
daya saling menarik satu sama lain untuk hidup bersama.
1
R.Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet.6, (Jakarta: Sumur Bandung,
1974), hal. 7.
Universitas Indonesia
2
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga di
Indonesia, ed.1, cet.2, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hal.
1.
3
Hermien Hadiati Koeswadji, Perkawinan dan Hukum Perkawinan, ed.1, (Surabaya:
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 1976), hal. 10.
4
Wahyono Darmabrata, Hukum Perkawinan Perdata Syarat Sahnya Perkawinan Hak dan
Kewajiban Suami-Istri Harta Benda Perkawinan, jilid.1, (Jakarta: Rizkita, 2009), hal. 54.
Universitas Indonesia
Dari bunyi pasal tersebut dapat tersimpul rumusan arti dan tujuan dari
suatu perkawinan yang dimaksud dengan arti perkawinan disini adalah ikatan
5
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis Dari Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, April 1999),
hlm. 2, mengutip Prof. Dr. Hazairin, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Tintamas, 1961),
hal. 61.
6
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, cet. 2, (Yogyakarta:
Liberty, 1986), hal. 8.
7
Subekti, Pokok-Pokok dari Hukum Perdata, cet. 11, (Jakarta: Intermasa, 1975), hal. 20.
8
Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1.
Universitas Indonesia
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri,
sedangkan yang dimaksud dengan tujuan dari perkawinan adalah membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.9
9
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, cet. 6, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980),
hal. 14.
Universitas Indonesia
10
Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan Dan Keluarga Di
Indonesia, (Jakarta: Rizkita, 2002), hal.7.
Universitas Indonesia
11
Tan Thong Kie, Hukum Orang Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Bandung:
Alumni, 1987), hal. 46.
Universitas Indonesia
12
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, cet.
2, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 76-80.
Universitas Indonesia
“Waktu tunggu bagi seorang janda sebagai dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) Undang-undang ditentkan sebagai berikut :
a. Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan
130 (seratus tiga puluh) hari.
b. Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang
masih berdatang bulan ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-
kurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang tidak berdatang bulan
ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari.
c. Apabila perkawinan putus sedang janda tersebut dalam keadaan hamil,
waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.”
13
Ibid, hal.82.
Universitas Indonesia
14
Subekti, Op. Cit., hal. 42.
15
H. M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. 2, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, Maret 1985), hal. 118.
Universitas Indonesia
Ini belum lagi berbicara tentang perceraian yang tidak tercatat yang
banyak terjadi di seluruh Indonesia, di daerah-daerah perkotaan dan daerah-
daerah pedesaan. Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat
tradisional di mana masalah perkawinan dan perceraian sering dilangsungkan
berdasarkan hukum agama semata tanpa mengikutsertakan peraturan Negara.
Kelompok masyarakat seperti ini seolah berpendapat bahwa masalah
perkawinan dan perceraian menyangkut hati nurani dan hubungan pribadi
anatara anggota masyarakat yang tidak perlu melibatkan pemerintah. Mungkin
juga disebabkan oleh faktor biaya, pelayanan yang tidak memadai dan buta
hukum telah membuat mereka enggan untuk berhubungan dengan pejabat
urusan perkawinan. Akibatnya mereka tidak mendapat perlindungan hukum dan
sering tidak mendapat hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.
Universitas Indonesia
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) tahun berturut-turt
tanpa izin pihak laindan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemauannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan terhadap pihak yang lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/istri;
f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.16
16
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976), hal.37.
17
H. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum
Adat, Hukum Agama, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1990), hal. 170.
Universitas Indonesia
18
Saleh, Op. Cit., hal. 35.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
20
Metode analisa data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
metode pengolahan kualitatif menekankan pada aspek analisis subyektif peneliti
dengan menekankan pada data yang diperoleh, perspektif komprehensif peneliti
dan pendekatan yang dilakukan peneliti, apakah menekankan pada peraturan
perundang-undangan, teoritis, putusan Hakim atau perbandingan.
Adapun sistematika penulisan tesis ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang
terbagi lagi dalam sub bab-sub bab yang sistematikanya adalah sebagai berikut :
Bab 1 : PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Bab 4 : PENUTUP
Universitas Indonesia