Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4 (2) Desember 2017 ISSN 2355-987X (Print) ISSN 2622-061X (Online)

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/jiph.v4i2.1950

Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/gakkum

Tinjauan Yuridis Akibat Perceraian terhadap Pembagian


Harta Gono-Gini Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata pada Putusan Nomor : 706/Pdt.G/2012/PN.Medan
Juridical Review Due to Divorce Against Gono-Gini Property
Distribution According to the Civil Code on Decision
Number: 706/Pdt.G/2012/PN.Medan
Binka LG Simatupang & Taufik Siregar *
Fakultas Hukum, Universitas Medan Area, Indonesia

* Email: taufuksiregar@staff.uma.ac.id
Abstrak
Tujuan utama manusia melaksankan perkawinan adalah untuk membentuk sebuah rumah tangga yang
harmonis. Berdasarkan undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan
lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia atau kekal berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Apabila
perceraian terjadi didalam suatu rumah tangga dapat digambarkan akan menimbulkan akibat-akibat
terhadap orang yang bersangkutan dalam rumah tangga tersebut, dimana dalam masa perkawinan
rumah tangga tersebut memiliki harta kekayaan atau dalam bahasa sehari-hari dikatakan harta gono-
gini. Dalam penelitian ini jenis penilitian yang digunakan adalah yuridis normative yaitu penelitian
yang difokuskan untuk mengkaji penerapan atau kaidah-kaidah atau norma dalam hokum positif. Sifat
penelitian ini deskriptif analitis, yaitu menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta
untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan pembagian harta gono-gini dan untuk mengetahui hambatan pelaksanaan
pembagian harta gono gini. Selain diatur dalam Kompilasi Hukum Islam, pembagian harta gono-gini
juga diatur dalam KHPerdata
Kata Kunci: Tinjauan Yuridis, Akibat Perceraian, Harta Gono-Gini.

Abstract
The main goal of humans in slimming is to form a harmonious household. Based on the marriage law
number 1 of 1974, marriage is a birth bond between a man and a woman as a husband with a family
(household) goal that is pleasant or eternal through the Almighty Godhead. If the divorce occurs indoors,
the household can be described as having a result of the person in dispute in the household, where during
the marriage, the household that has assets or in everyday language in Indonesia is said to be a "gono-
gini" property. In this study, the research engineers are normative juridical, namely research aimed at
examining or norms in positive law. The characteristics of this research are analytical descriptive, which is
uniquely from the facts to determine something that happened. The purpose of this study was to find out
the implementation of the sharing of shared assets and to find out the obstacles to the distribution of
shared assets. In addition, in the Compilation of Islamic Law, the distribution of shared assets is also
regulated in KHPerdata.
Keywords: Juridical Review, Due to Divorce, Joint Assets..

How to Cite : Binka LG Simatupang. & Taufik Siregar. (2017). Tinjauan Yuridis Akibat Perceraian Terhadap Harta
Gono-Gini . Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4 (2) 2017: 30-35.

30
Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4 (2) Desember 2017: 30-35.

PENDAHULUAN perkawinan broken marriage semakin


Semua yang diciptakan oleh Allah besar.
adalah berpasang - pasangan sebagaimana Apabila perceraian terjadi, sudah
berlaku pada makhluk yang paling dapat dipastikan akan menimbulkan
sempurna, yakni manusia. (Saebani, 2008) akibat-akibat terhadap orang-orang yang
Sebuah perkawinan yang dimulai dan berkaitan dalam suatu rumah tangga,
dilandasi rasa saling cinta dan kasih dimana dalam hal ini tentunya
sayang antara kedua belah pihak suami menyangkut pula terhadap pula terhadap
dan istri, akan senantiasa di harapkan harta kekayaan selama dalam perkawinan.
berjalan dengan baik, kekal, dan abadi Harta Gono-gini adalah harta benda
yang di dasarkan kepada Ketuhanan Yang yang diperoleh selama perkawinan. Harta
Maha Esa. Hal ini sesuai dengan tujuan gona-gini dan perjanjian perkawian sering
perkawinan itu sendiri berdasarkan luput dari perhatian masyarakat karena
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sering menganggap perkawinan suatu
tentang perkawinan bahwa : perkawinan yang suci sehingga tidak etis jika
ialah ikatan lahir bathin antara seorang membicarakan masalah benda apalagi
pria dengan seorang wanita sebagai suami pembagian harta benda selama
istri dengan tujuan membentuk keluarga perkawinan. Jika suatu saat terjadi
(rumah tangga) yang bahagia kekal perceraian harta kekayaan dan
berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. pengurusanya dan dalam Buku ketiga Bab
Dalam Yurisprudensi Indonesia VI pasal 126 Pasal 119 Kuhperdata (BW )
memandang bahwa hokum harta benda menyatakan bahwa : Mulai saat
termasuk bidang status personal dan pada perkawinan dilangsungkan, demi hukum
saat sekarang banyak Negara-negara berlakulah persatuan bulat antara harta
menerima bahwa hokum harta benda kekayaan suami dan istri, sekedar
perkawinan termasuk bidang status mengenai itu dengan perjanjian kawin
personal. (Nikmah, 2015) tidak diadakan ketentuan lain.
Setiap suami istri mendambakan Harta gono-gini mencakup segala
terciptanya rumah tangga yang rukun dan bentuk activa dan passiva selama masa
bahagia. Suami istri harus setia satu sama perkawinan. Pasangan calon suami istri
lain, bantu membantu, berdiam bersama- yang akan menikah diperbolehkan
sama,saling memberi nafkah dan bersama- menentukan dalam perjanjian perkawinan
sama mendidik anak. Salah satu faktor bahwa harta perolehan dan harta bawaan
penunjang terwujudnya rumah tangga merupakan harta gono-gini. Hal ini diatur
yang rukun dan bahagia adalah harta dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 49
kekayaan, baik harta bergerak maupun ayat (1): “Perjanjian perkawinan harta
harga tidak bergerak. pribadi dapat meliputi semua harta , baik
Tatkala kondisi rumah tangga dalam yang dibawa masingmasing ke dalam
keadaan rukun, umumnya harta kekayaan perkawinan maupun yang diperoleh
berperan sebagai pelengkap kebahagiaan. masingmasing selama perkawinan .”
Namun apabila rumah tangga mengalami (Rochaeti, 2013)
kondisi yang tidak harmonis lagi, maka Permasalahan dalam penelitian ini
kemungkinan timbulnya perselisihan daari adalah bagaimana pelaksanaan dan
pertengkaran yang cukup besar. Seringkali hambatan pembagian harta gono-gini
perselisihan dimaksud tidak dapat diatasi dalam Putusan Pengadilan Negeri No :
out of control, peluang kondisi rumah 706/Pdt.G/2012/PN.Medan.
tangga mencapai puncak perselisihan yang
mengarah pada kondisi bubarnya

31
Binka LG Simatupang & Taufik Siregar. Tinjauan Yuridis Akibat Perceraian Terhadap Harta

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut Soerjono Soekanto Metode Pembagian Harta Gono-Gini
adalah proses, prinsip-prinsip dan tata Pada prinsipnya suatu perkawinan
cara memecahkan suatu masalah ditujukan untuk selamanya dan
(Soekanto, 1986) Penelitian adalah kebahagiaan bagi pasangan suami istri
pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan yang bersangkutan, keluarga yang kekal
tuntas terhadap suatu gejala untuk dan bahagia, tetapi banyak factor yang
menambah pengetahuan manusia. memicu keretakan rumah tangga, dan
Jenis penelitian ini adalah Yuridis perceraian menjadi jalan terakhir.
Normatif. Pendekatan Yuridis Normatif, (Rochaeti, 2013)
yakni penelitian yang difokuskan untuk Sebuah perkawinan yang dimulai dan
mengkaji penerapan atau kaidah-kaidah dilandasi rasa saling cinta dan kasih
atau norma-norma dalam hukum positif. sayang antara kedua belah pihak suami
(Ibrahim, 2006). dan istri, akan senantiasa di harapkan
Penelitian ini bersifat deskriptif berjalan dengan baik, kekal, dan abadi
analitis yaitu penelitian yang bertujuan yang di dasarkan kepada Ketuhanan Yang
menggambarkan secara cermat Maha Esa. Hal ini sesuai dengan tujuan
karakteristik dari fakta-fakta (individu, perkawinan itu sendiri berdasarkan
kelompok atau keadaan) dan untuk undang-undang nomor 1 tahun 1974,
menentukan frekuensi sesuatu terjadi bahwa : perkawinan ialah ikatan lahir
(Abdurrahman, 1999). bathin antara seorang pria dengan seorang
Data yang diperoleh melalui data wanita sebagai suami istri dengan tujuan
sekunder yaitu data yang dikumpulkan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
melalui studi dokumen terhadap bahan bahagia kekal berdasarkan Ketuhan Yang
kepustakaan. Di dalam penelitian hukum, Maha Esa. Dalam hal ini pengertian
data sekunder terdiri dari: Bahan hukum perkawinan menurut pasal 26 Kitab
primer; Bahan hukum sekunder dan Bahan Undang-Undang Hukum Perdata
hukum tersier. (Burgerlijk Wetbook) adalah bahwa suatu
Pengumpulan data yang dilakukan perkawinan yang ditegaskan pada pasal
diperoleh dari studi pustaka (library diatas hanya memandang hubungan
research), peraturan perundang-undangan, perdata saja, yaitu pertalian yang sah
catatan hukum, putusan hakim, antara seorang lelaki dan seorang
dikumpulkan dan dikaji guna menentukan perempuan untuk waktu yang lama.
relevansinya dengan kebutuhan dan Dalam Jurisprudensi Indonesia
rumusan masalah. memandang bahwa hokum harta benda
Analisis data yang digunakan dalam termasuk bidang status personal dan pada
penelitian ini yaitu analisa data kualitatif, saaqt sekarang banyak Negara-negara
dimana data yang terkumpul tidak berupa menerima bahwa hokum harta benda
angka-angka yang dapat dilakukan perkawinan termasuk bidang status
pengukuran. Akan tetapi berdasarkan personal. (Nikmah, 2015)
peraturan perundang-undangan. Analisis Tatkala kondisi rumah tangga dalam
kualitatif menghasilkan data deskriptif, keadaan rukun, umumnya harta kekayaan
dengan cara penarikan data dari induktif berperan sebagai pelengkap kebahagiaan.
ke deduktif dalam arti apa yang Namun apabila rumah tangga mengalami
dinyatakan oleh sasaran penelitian yang kondisi yang tidak harmonis lagi, maka
bersangkutan secara tertulis, lisan dan kemungkinan timbulnya perselisihan daari
perilaku nyata. pertengkaran yang cukup besar. Seringkali
perselisihan dimaksud tidak dapat diatasi
32
Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4 (2) Desember 2017: 30-35.

out of control, peluang kondisi rumah membagi kepada pasangannya yang


tangga mencapai puncak perselisihan yang dicerai.
mengarah pada kondisi bubarnya Sebuah perkawinan yang dimulai dan
perkawinan broken marriage semakin dilandasi rasa saling cinta dan kasih
besar. sayang antara kedua belah pihak suami
Pasal 207 KUH Perdata, yaitu dan istri, akan senantiasa di harapkan
Gugatan perceraian perkawinan harus berjalan dengan baik, kekal, dan abadi
diajukan kepada Pengadilan Negeri yang yang di dasarkan kepada Ketuhanan Yang
didaerah hukumnya si suami mempunyai Maha Esa. Hal ini sesuai dengan tujuan
tempat tinggal pokok, pada waktu perkawinan itu sendiri berdasarkan
mengajukan permohonan termaksud Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974,
dalam Pasal 831 Reglemen Acara Perdata bahwa: perkawinan ialah ikatan lahir
ataupun tempat tinggal sebenarnya bila bathin antara seorang pria dengan seorang
tidak mempunyai tempat tinggal pokok. wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Jika waktu mengajukan surat membentuk keluarga (rumah tangga) yang
permohonan tersebut di atas suami tidak bahagia kekal berdasarkan Ketuhan Yang
mempunyai tempat tinggal pokok atau Maha Esa. Dalam hal ini pengertian
tempat tinggal sesungguhnya di Indonesia , perkawinan menurut pasal 26 Kitab
maka gugatan itu harus dia jukan di Undang-Undang Hukum Perdata
Pengadilan Negeri tempat kediaman isteri (Burgerlijk Wetbook) adalah bahwa suatu
sebenarnya. Pasal 208 KUH Perdata perkawinan yang ditegaskan pada pasal
Perceraian suatu perkawinan sekali- kali diatas hanya memandang hubungan
tak dapat dicapai dengan suatu perdata saja, yaitu pertalian yang sah
persetujuan antar kedua belah pihak. antara seorang lelaki dan seorang
Pasal 210 KUH Perdata, yaitu: perempuan untuk waktu yang lama
Apabila si suami atau si isteri telah dijatuhi Tatkala kondisi rumah tangga dalam
hukuman dengan suatu keputusan yang keadaan rukun, umumnya harta kekayaan
menyalahakan telah melakukan zinah, berperan sebagai pelengkap kebahagiaan.
maka untuk memperoleh perceraian Namun apabila rumah tangga mengalami
cukuplah kiranya jika sebuah turunan dari kondisi yang tidak harmonis lagi, maka
keputusan itu di samapaikan di Pengadilan kemungkinan timbulnya perselisihan daari
Negeri, disertai dengan surat keterangan pertengkaran yang cukup besar. Seringkali
bahwa keputusan itu telah memperoleh perselisihan dimaksud tidak dapat diatasi
kekuatan mutlak. out of control, peluang kondisi rumah
Ketentuan itu berlaku juga, jika tangga mencapai puncak perselisihan yang
perceraian dituntut karena dihukumnya si mengarah pada kondisi bubarnya
suami dan isteri dengan hukuman penjara perkawinan broken marriage semakin
lima tahun lamanya, atau dengan hukuman besar.
yang lebih berat. Seperti perkawinan yang selalu
Perceraian mempunyai akibat diharapkan berjalan dengan baik dapat
perceraian yang diatur dalam KUH perdata saja berakhir dengan suatu perceraian.
pada pasal 229,230 b, 225 dan 126 ayat 3e. Perceraian dalam kaca mata hukum
Sedangkan faktor-faktor yang melatar merupakan suatu peristiwa hukum yang
belakangi diajukannya permohonan tentunya akan menimbulkan serangkaian
gugatan pembagian harta bersama adalah: akibat-akibat hukum, termasuk salah
1) Kedua belah pihak atau salah satunya satunya dalam ruang lingkup harta
membutuhkan harta bersama tersebut; 2) kekayaan dalam perkawinan. Pembagian
Salah satu pihak berniat tidak baik atau Harta bersama harus di lakukan dengan
menguasai harta bersama atau tidak

33
Binka LG Simatupang & Taufik Siregar. Tinjauan Yuridis Akibat Perceraian Terhadap Harta

Adil agar tidak terjadi Hal-hal yang terbukti menghilangkan harta bersama
merugikan kedua belah pihak. dengan permohonan tersendiri.
Dari hasil Penelitian yang di lakukan
penulis di Pengadilan Negeri Medan. Tidak Hambatan Pelaksanaan Pembagian
setiap putusan perceraian diikuti Harta Gono-Gini
pembagian harta bersama berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian penulis
beberapa hal: 1) mereka tidak bersengketa di Pengadilan Negeri Medan bahwa
atau tidak mempermasalahkan harta penyelesaian harta gono-gini dalam
bersamanya. Dalam hal ini biasanya kedua Putusan NO706/Pdt.G/2012/PN.MEDAN
belah pihak bersepakat atau untuk yang menjadi hambatan dalam
membagi harta bersama secara penyelesaian harta gono-gini adalah
kekeluargaan di luar sidang, cara ini kurangnya pengetahuan Tergugat dan
sebetulnya yang paling baik karena ringan Pengugat untuk harta gono-gini dan
biaya singkat waktu dan tidak ada kurang mengerti akan peraturan-
permusuhan; 2) Ada pula kedua belah peraturan yang berlaku di republik
pihak bersepakat agar harta bersama itu Indonesia yang harus dipatuhi oleh lapisan
tidak dibagi kepada suami istr yang warga negara . Karena putusan hakim yang
bercerai tetapi dengan persetujuan bijaksana dan teliti akhirnya kedua yang
bersama diberikan kepada anak-anaknya; bersengketa antara Tergugat dan
3) ada pula di antara para pihak itu yang Penggugat akhirnya mengerti akan
tidak mempermasalahkan harta bersama peraturan-peraturan yang berlaku di
yang penting cerai. Republik Indonesia. Akan tetapi ada
Sedangkan faktor-faktor yang beberapa hambatan-hambatan yang sering
melatar belakangi diajukannya terjadi di Pengadilan Negeri Medan yaitu:
permohonan gugatan pembagian harta 1) untuk pembagian harta gono-gini yang
bersama adalah: 1) kedua belah pihak atau berbentuk tanah yang bidang dan tempat
salah satunya membutuhkan harta yang berbeda-beda, sangat sulit
bersama tersebut; 2) salah satu pihak menentukan bagian masing-masing,
berniat tidak baik atau menguasai harta walaupun telah dilakukan pembagian
bersama atau tidak membagi kepada masing-masing ½ (satu perdua) tapi para
pasangannya yang dicerai. pihak tidak puas terhadap pembagian
Pembagian harta bersama lewat tersebut; 2) dalam kondisi dan keadaan
Pengadilan Negeri, bisa diajukan serempak tertentu, terjadi kesulitan dalam
dengan pengajuan gugatan perceraian membuktikan harta gono-gini. Sebagai
(kumulatif) atau dapat pula digugat contoh : sebelum perkwinan si istri telah
tersendiri setelah putus perceraian baik memiliki sebidang tanah, maka apabila
secara langsung oleh yang bersangkutan merujuk kepada pasal 35 ayat 1 undang-
maupun memakai jasa pengacara. undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Pemeriksaan pembagian harta bersama perkawinan merupakan harta bawaan.
dalam hal yang kumulatif dilakukan Namun kemudian dalam perkawian tanah
setelah pemeriksaan gugatan cerai. tersebut dijual dan dibelikan rumah atas
Apabila gugatan cerainya ditolak, maka nama suami, maka dalam kasus ini
pembagian harta bersamanya biasanya kedudukan harta menjadi rumit karena
juga ditolak. Karena pembagian harta apabila mengacu kepada pasal 35 ayat 1
bersama tersebut menginduk pada Undang-undang No Tahun 1974 dan pasal
gugatan cerai. Kecuali kalau minta 119 KUH Perdata yaitu harta yang
pemisahan harta bersama, karena salah diperoleh dalam perkawian adalah harta
satu pihak dikuatirkan atau bahkan gono-gini, tanpa mempersoalkan asal harta
34
Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, 4 (2) Desember 2017: 30-35.

tersebut.Apabila hal ini dipermasalahkan harta gono-gini adalah sering sekali para
oleh si isteri sewaktu pembagian harta pihak itu tidak punya bukti yang lengkap,
gono-gini akan sangat susah untuk apakah itu hak bersama benar atau bukan.
melakukan pembuktian atas harta Bukti tertulis seperti serifikat dimana
tersebut; 3) dalam acara pembuktian harta itu tidak lengkap.
dipersidangan diperlukan pemeriksaan
setempat apabila terdapat barang sengketa DAFTAR PUSTAKA
yang dilakukan penyitaan diamana barang Anwar, D. (2001), KBBI, Karya Abditama, Surabaya.
Fatima & Muthmainnah, Y, (2006), Harta Gona-
tersebut berada diluar wilayah yuridiksi
gini; Mencari Formula yang Adil untuk
Pengadilan Negeri Medan . Sehingga Perempuan, Swara Rahima, Jakarta.
perkara tersebut dalam hal ini memakan Ibrahim, J, (2006), Teori dan Metodologi Penelitian
waktu lama, tempat dan biaya yang tidak Hukum Normatif, Banyu Media Publishing,
sedikit; 4) Sering sekali para pihak itu Malang.
Jimmy, P.M.M. (2009), Kamus Hukum, Reality
tidak punya bukti yang lengkap, apakah itu
Publisher, Surabaya.
hak bersama benar atau bukan. Kansil, C.S.T. (1979), Pengantar Ilmu hukum dan
Bukti tertulis seperti sertifikat Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
dimana harta itu tidak lengkap. Contoh : Jakarta.
ukuran luas tidak jelas, batas-batas tanah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Mertokusumo, S, (2009), Hukum Acara perdata
tidak jelas, tempat membeli sudah
Indonesia, Liberti, Yogyakarta.
meninggal. Nikmah, H.Y. (2015) Pembagian Harta Bersama
Pembuktian harta gono-gini Akibat Perceraian dari Perkawinan
merupakan suatu hal yang sangat rumit Campuran Berdasarkan Undang-Undang
dalam proses pembagian harta gono-gini. Nomor 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan
dan KaidahHukum Perdata Internasional,
Pembuktian mengenai tanah atau harta
Jurnal Privat Law, Edisi 06 November 2014-
yang diduga merupakan milik pribadi, Februari 2015.
dapat dilakukan dengan melihat bukti Rochaeti, E. (2013), Analisis Yuridis Tentang Harta
dokumen-dokumen penting, keterangan Bersama (Gono-Gini) Dalam Perkawinan
saksi-saksi dan melihat proses MEnurut Pandangan Hukum Islam, Dan
Hukum Positif, Jurnal Wawasan Hukum, Vol.
pendaftaran tanah dalam harta yang
28 No.01
berbentuk tanah ke pejabat Badan Saebani, A.B. (2008), Perkawinan Dalam Hukum
Pertanahan Nasional, setelah hal itu Islam Dan Undang-Undang, Cet-1, Pustaka
dilaksankan kemudian hakim Setia, Bandung.
memutuskan. Saleh, K.W. (1980). Hukum Perkawinan Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Satrio. J, (2008), Hukum Harta Perkawinan, PT Citra
SIMPULAN aditya Bakti, Bandung
Pelakasanaan dalam pembagian hal Soekanto, S. (1999), Pengantar Penelitian Hukum,
pembagian harta gono-gini dilakukan atas UI- Press, Jakarta.
dasar Undang-undang Nomor 1 tahun Subagyo, P.J. (1991). Metode Penelitian Dalam
1974 tentang perkawinan dan KUH Teori dan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Subekti, (2003), Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT
perdata, maka harta kekayaan yang
Intermasa, Jakarta.
diperoleh baik dari pihak suami atau isteri Suggono, B, (1997), Metodeologi Penelitian Hukum,
menjadi hak bersama sepanjang tidak PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
ditentukan lain dalam perjanjian Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
perkawinan dan jika perkawinan putus 1945
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun
masing-masing mendapat ½ (satu perdua) 1974 tentang Perkawinan.
dari harta tersebut. Hambatan-Hamban
yang sering muncul dalam pembagian

35

Anda mungkin juga menyukai