Pembimbing:
Dr Gunawan Widjaja LLB,LLM,PhD,MPH,MHA,B.Pharm,MM
Mahasiswa:
Yohanes Firmansyah
2010622044
Pendahuluan
Aborsi
Pengertian
• Abortus merupakan ancaman pengeluaran kandungan atau hasil
Williams konsepsi pada usia dibawah 20 bulan atau berat badan bayi dibawah
, 2009 500 gram.
Medisinalis
Aborsi Unsafe Abortion
Kriminalis/
Provaktus
Epidemiologi
520 kematian per 100000 aborsi tidak aman (unsafe abortion) di Afrika
sub-Sahara.
Indonesia, tidak ada angka pasti mengenai berapa jumlah aborsi provokatus
kriminalis. Berdasarkan data yang tercatat, diperkirakan sudah mencapai 3
juta kasus.
Millenium Development Goals
• HAM sebagai hak yang umat manusia miliki disegala waktu dan
A.J.M. Milnen segala tempat karena pentingnya keberadanya sebagai
manusia.
C. • Hak yang dimiliki setiap individu sebagai manusia dan bersifat universal serta
dimiliki oleh semua orang, baik kaya maupun miskin, laki-laki maupun wanita. Hak
Derover ini bisa dilanggar akan tetapi tidak bisa dihapuskan serta merta karena hak asasi
, manusia adalah hak hukum.
Terbentuknya HAM di Indonesia
Penciptaan hak asasi manusia bagi masyarakat internasional ditandai dengan
diadopsinya sistem hak asasi manusia yang dikenal dengan International Bill of
Human Rights, 3 dokumen dasar, yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
Kovenan Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia, HAM
didefinisikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada kodrat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan anugerah-
Nya yang wajib dihormati dan dibela serta dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan
martabat manusia itu sendiri.
Hal ini berarti bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa, bukan hak yang diperoleh
atau diberikan oleh negara.
Pandangan HAM mengenai Aborsi (3)
Jika hal ini terjadi, petugas kesehatan telah melanggar rule of law,
sumpah jabatan dan kode etik yang telah ditetapkan, terhadap
kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara untuk melindungi anak, termasuk anak dalam
kandungan, seperti ditetapkan dalam pasal UU HAM tersebut di atas.
HAK UNTUK
HIDUP (RIGHT
TO LIVE) DAN
HUBUNGANNYA
DALAM ABORSI
Hak untuk Hidup
Pada tahun 1444, Statuta Poljica menyatakn bahwa hak untuk hidup adalah
mutlak ada selamanya sejak pertama.
Deklarasi Universal HAM, yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun
1948, menyatakan dalam pasal tiga bahwa setiap orang berhak untuk hidup,
kebebasn dan keamann sebagai pribadi.
Pernyataan Yuridis
Pada tahun 1950, Konvensi Eropa menyetujui Dewan HAM Eropa, yang dalam pasal 2
menyatakan hak asasi manusia untuk hidup dilindungi. Sejak itu, Protokol 6 Konvensi
telah meminta negara-negara untuk melarang hukuman mati kecuali pada saat
perang atau keadaan darurat nasional dan saat ini berlaku di semua negara anggota
Majelis Eropa. Protokol 13 mengatur penghapusan hukuman mati sepenuhnya dan
telah dilaksanakan di sebagian besar negara anggota Majelis.
Pernyataan Yuridis
Piagam Hak dan Kebebasn Kanada 1982 menyatakn bahwa setiap individu berhak
atas kehidupn, kebebasn dan keamanan pribadinya dan hak untuk tidak
mengingkarnya, kecuali sesuai dengan prinsip-prinsip dasar keadilan. (Piagam Hak
dan Kebebasan Bangsa Kanada, Bagian 7)
Pasal 21 Konstitusi India 1950 menjamn hak hidup semua orag diwilayah India.
Pasal 21, meskipun ditulis dalam bahasa negatf, memberikn setiap orang hak
dasar untuk hidup dan kebebasn pribadi, yang telah menjadi sumber tak terbatas
dari banyak hak lainnya..
Pernyataan Yuridis
Abortus Infeksiosa
• abortus dengan komplikasi. Komplikasi disini dapat berupa sepsis, septicemia yang dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun
janin.37
Abortus Provocatus dari Sudut Pandang Hukum
KUHP
Abortus Provocatus dari Sudut
Pandang UUK
UU No. 36 Tahun 2009 Mengenai
Kesehatan
Abortus Provocatus dari Sudut Pandang UUK
UU No. 36 Tahun 2009 Mengenai Kesehatan
dan tindakan yang dimaksud dalam pasal 75 butir 2 dijelaskan aborsi itupun
hanya boleh dilakukan sesudah orang yang bersangkutan mendapatkan
pemahaman mengenai hal-hal yang akan terjadi sebelum dilakukannya tindakan,
saat tindakan dan setelah tindakan diberikan oleh orang yang berkompeten
dalam bidangnya.
Abortus Provocatus dari Sudut Pandang UUK
UU No. 36 Tahun 2009 Mengenai Kesehatan
Hal ini juga sesuai dengan Deklarasi Oslo menjelaskan bahwa “Penghentian
kehamilan atas indikasi medis mengacu hanya pada gangguan kehamilan
karena alasan kesehatan, sesuai dengan prinsip kedokteran yang berbasis
praktik klinis yang baik dan harus dilakukan oleh dokter yang berwenang
dan tentunya harus kompeten sesuai dengan bidangnya.
PP No. 61 Tahun 2014 Mengenai
Kesehatan Reproduksi Pasal 31,
32, 33, dan 35
Abortus Provocatus dari Sudut Pandang UUK
PP No. 61 Tahun 2014
Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum terhadap petugas medis dalam
bentuk peraturan per-UU baru dengan memperhatikan berbagai aspek yang ada
agar petugas medis tidak was-was dalam menjalankan tugasnya.
Alhasil berlakulah peraturan perundang-undangan yang baru yaitu UUK No. 36 tahun
2009 pengganti UU No. 23 Tahun 1992.
UUK No. 36 tahun 2009 Pasal 76
Setiap tindakan aborsi dilarang dan dapat dikecualikan tindakan aborsi dapat dilakukan
yaitu apabila terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki akibat kasus pemerkosaan.
Tindakan medis yang legal dilakukan terhadap aborsi yaitu:
Hanya boleh dilakukan sesudah orang yang bersangkutan mendapatkan pemahaman mengenai hal-hal yang akan
terjadi sebelum dilakukannya tindakan, saat tindakan dan setelah tindakan diberikan oleh orang yang berkompeten
dalam bidangnya.
Bisa dilakukan tindakan aborsi bila kandungan wanita belum mencapai usia kehamilan enam minggu (bila dihitung
dari HPHT), kecuali atas adanya indikasi kegawatdaruratan medis, hal ini tidak berlaku.
Tindakan aborsi hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan) yang berwenang dan tentunya harus
kompeten sesuai dengan bidangnya. Dan dilakukan di tempat penyedia layanan kesehatan yang telah memenuhi
syarat dan telah mendapat sertifikasi oleh Menteri.
Syarat wajib berupa “informed consent” atau persetujuan baik lisan maupun tertulis dari ibu hamil yang
bersangkutan.
Pemerkosaan
Kasus pemerkosaan adalah kejahatan dan masuk ke dalam tindak pidana sehingga
pelaku pemerkosaan dapat diancam hukuman penjara selama 12 tahun
Alasan dari tekanan psikologis akibat korban pemerkosaan yang seharusnya bisa
dijadikan pertimbangan apakah korban pemerkosaan dapat melakukan tindakan
aborsi dan dapat dilegalkan sehingga tidak perlu mendapat hukuman.
Hal ini sesuai dengan yang tertera pada Pasal 75 butir 2 UUK No. 36 Tahun 2009.
Bagaimana dengan dokter yang harus melakukan tindakan
aborsi?