1 FEBRUARI 2020
ABSTRAK
Perkawinan merupakan ikatan yg sangat kuat lahir batin (mistâqan ghalîdhâ) antara suami
dan isteri yang bersifat kekal. Salah satu prinsip perkawian Islam adalah mempersulit
perceraian. Namun dalam praktik pelaksaan perkawinan sering ditemukan penyimpangan
terhadapnya. Bentuk penyimpangan perkawinan pun beragam dalam hal ini ditemukan
praktik penyimpangan dalam bentuk pelaksaan nikah muth’ah - kawin kontrak. Kasus ini
ditemukan di salah satu desa di Kabupaten Jepara. Kawin kontrak merupakan perkawinan
yang dilaksanakan dengan berdasar pada perjanjian-perjanjian tertentu pihak yang biasanya
mengatur mengenai jangka waktu, hak, kewajiban, serta besaran imbalan dari hasil
perkawinan. Kawin kontrak tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Jurnal ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris dengan
spesifikasi penulisan deskriptif analitis. Berakhirnya kawin kontrak, karena pada dasarnya
masalah pokoknya saja (perkawinan) dalam hal ini sejak awal sudah tidak diakui sehingga
terhadap berakhirnya pun tidak diakui. Harta dalam kawin kontrak hanya dapat diperoleh
melalui hibah, hal inilah yang sangat merugikan baik bagi pihak wanita maupun anak dalam
hubungan ini.
ABSTRACT
Marriage is a relationship with the aim of forming a happy and eternal family based on the Almighty
God. But in the practice of marriage often found irregularities against it. The form of marital
deviations also varies in this case, the practice of irregularities in the form of the implementation of
contract marriages. This case was found in one village in Jepara Regency. Contract marriages are
marriages that are carried out based on certain agreements between the parties that usually regulate
the period, rights, obligations, and the amount of compensation for the results of the
marriage.Contract marriages are not regulated in Undang-Undang Number 1 of 1974 concerning
Marriage. This journal uses empirical juridical research methods with descriptive analytical writing
specifications. The results of this study indicate that there will be no way to validate contract marriage
when viewed through the legal aspect because contract marriages are not regulated in applicable law
in Indonesia. The same case happens with the termination of contract marriage, because basically the
main problem in this case, being marriage, from the beginning has not been recognized so that the
ending was not recognized either.Assets in contract marriages can only be obtained through grants,
this is very detrimental to both women and children in this relationship.
732
Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Serta Akibat Hukum
Atas Harta Perkawinan Dan Harta Waris
733
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
atas kesanggupannya menjadi istri kontrak. Serta Akibat Hukum atas Harta
Bentuk materi yang diberikan pun Perkawinan dan Harta Waris”
beragam, dapat berupa uang, rumah, Berdasarkan uraian latar belakang
perhiasan, dan lain-lain. tersebut, maka penulis merumuskan
Kawin kontrak / Nikah mut’ah pokok-pokok permasalahan sebagai
didefinisikan secara harafiah sebagai nikah berikut:
“enak-enakan”, nikah untuk sekedar 1. Bagaimana keabsahan dan berakhirnya
memenuhi dorongan seksual. 83 Oleh kawin kontrak menurut Undang-
karena itu, pada umumnya nikah ini tidak Undang Nomor 1 Tahun 1974?
disaksikan orang banyak dan tidak
dilakukan dihadapan pegawai pencatat 2. Bagaimana pembagian harta bersama
nikah. Kawin ini dianggap sah menurut akibat kawin kontrak menurut hukum
agama, tetapi melanggar ketentuan perdata apabila jangka waktu kontrak
pemerintah. berakhir?
Seperti yang telah dituliskan di
atas, perkawinan pada umumnya diatur II. METODE PENELITIAN
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
negara, dan untuk Indonesia telah diatur Berdasarkan perumusan masalah
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun diatas, maka metode yang digunakan
1974 tentang Perkawinan, namun demikian adalah pendekatan yuridis empiris, yaitu
masih saja ada pihak-pihak yang suatu pendekaan yang meneliti data
melakukan perbuatan baik besar maupun sekunder terlebih dahulu dan kemudian
kecil, baik secara terang-terangan maupun dilanjutkan dengan mengadakan penelitian
sembunyi-sembunyi melakukan perbuatan di lapangan. 84.
yang merusak tatanan dan bertentangan Pendekatan yuridis dalam
dengan aturan-aturan yang diatur negara. penelitian ini, yaitu dengan mengkaji
Salah satunya adalah kawin peraturan-peraturan hukum yang berkaitan
kontrak, seperti contoh yang ditemukan dengan masalah perkawinan, sedangkan
oleh penulis di Desa Kaliaman, Kecamatan pendekatan empiris digunakan dalam
Kembang, Kabupaten Jepara, W (Inisial menganalisis hukum yang dilihat dari
nama) perempuan yang menikah dengan perilaku serta pengakuan masyarakat yang
seorang warga negara asing, berhubungan langsung dengan pelaksanaan
berkebangsaan Belanda berinisial A. W kawin kontrak.
memilih untuk melakukan kawin kontrak Metode pendekatan yuridis empiris
karena kondisi ekonomi keluarga W yang dalam penelitian ini digunakan untuk
sulit dan latar belakang pendidikan W yang memperoleh pengetahuan empiris
rendah, sehingga tanpa pikir panjang W mengenai bagaimana keabsahan dan
bersedia untuk melakukan perkawinan berakhirnya kawin kontrak serta
dengan A dengan batas waktu yang telah bagaimana pembagian harta setelah kawin
ditentukan, dan tanpa memikirkan akibat kontrak berakhir
hukum apa yang dapat terjadi terhadap Spesifikasi penelitian yang
dirinya dan pihak lain yang bersangkutan. digunakan dalam penulisan hukum ini
Oleh karena itu berdasarkan hal yang bersifat deskriptif analitis, artinya hasil
diuraikan di atas, penulis membuat skripsi penelitian ini berusaha memberikan
dengan berjudul gambaran secara menyeluruh, mendalam,
“Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) tentang suatu keadaan atau gejala yang
dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia diteliti. Metode ini menggambarkan
peraturan berlaku yang mengatur
734
Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Serta Akibat Hukum
Atas Harta Perkawinan Dan Harta Waris
735
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
736
Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Serta Akibat Hukum
Atas Harta Perkawinan Dan Harta Waris
737
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
738
Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Serta Akibat Hukum
Atas Harta Perkawinan Dan Harta Waris
739
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
dirundingkan dan diputuskan bersama oleh Artinya, perjanjian kawin ini bisa
suami dan istri.” mengatur hal-hal lain diluar harta
Dalam kasus kawin kontrak seperti kekayaan perkawinan.95
yang dilakukan antara W dengan A, Pada tanggal 21 Maret 2016
menurut Yuli Purnomosidi, S.H,M.H tidak Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan
mungkin muncul harta bersama, karena putusan Nomor 69/PUU-XIII/2015 yang
masalah pokoknya (perkawinan) saja tidak mengubah ketentuan pasal 29 Undang-
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Oleh Dengan demikian, perjanjian kawin
karena itu dalam kasus ini tidak dianggap menurut Undang-Undang Perkawinan
telah terjadi perkawinan. Selain tidak selain mengatur harta kekayaan
mungkin muncul harta bersama, perkawinan juga bisa mengatur hal-hal lain
kedudukan harta dalam perkawinan diluar itu. Dalam hal mengatur harta
semacam ini hanya dapat ditempuh melalui perkawinan, maka dapat dikaitkan dengan
non litigasi/ cara kekeluargaan tidak ketentuan harta perkawinan dalam Pasal 35
berdasarkan yuridis normative. sampai Pasal 37 Undang-Undang
Perkawinan.
1. 2.Pembagian Harta Benda Walaupun dalam kawin kontrak juga
Perkawinan dalam Kawin dikenal adanya perjanjian perkawinan,
Kontrak namun perjanjian perkawinan dalam kawin
Berbeda dengan kawin sunnah kontrak sangat bertentangan dengan
(kawin yang sesuai dengan ketentuan- perjanjian perkawinan dalam perkawinan
ketentuan syariah), kawin kontrak Sunnah (permanen). Dalam Pasal 29 ayat
berdampak buruk dalam berlangsungnya (2) perjanjian perkawinan yang diadakan
hidup bagi pihak yang dikontrak dalam antara suami dan istri adalah perjanjian
kasus ini pihak perempuan. Dampak tertulis kecuali ta’lik talak yang disahkan
hukum yang terjadi bila jangka waktu oleh Pegawai Pencatat Nikah, apapun yang
kontrak telah selesai adalah, istri sulit diperjanjikan diperbolehkan selama tidak
untuk mendapatkan hak atas harta apabila melanggar batas-batas hukum, agama dan
suami tidak memberikan. Selanjutnnya, kesusilaan, serta jika terjadi perjanjian
bila suami meninggal dunia dan memiliki perkawinan itu disahkan bukan oleh
warisan, istri akan sangat sulit untuk Pegawai Pencatat Nikah, maka perjanjian
mendapatkan harta waris tersebut. itu tidak dapat dikatakan perjanjian
Perbedaan lain antara kawin sunnah perkawinan melainkan hanya perjanjian
(permanen) dengan kawin kontrak adalah, biasa yang berlaku secara umum.96 Seperti
dalam perkawinan sunnah pihak laki-laki yang diketahui bahwa dalam perjanjian
dan perempuan dapat membuat suatu perkawinan kontrak mengatur mengenai
perjanjian perkawinan. Hal ini seperti jangka waktu perkawinan, imbalan
diatur dalam pasal 29 Undang-Undang perkawinan, serta hak dan kewajiban dari
Nomor 1 Tahun 1974 para pihak. Dimana hal-hal yang diatur
Sebelum keluar Putusan Mahkamah dalam perjanjian perkawinan tersebut
Konstitusi No.69/PUU-XIII/2015 terhadap bertentangan dengan agama serta tidak
pasal di atas K.Wantjik Saleh mengatakan, disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah.
bahwa ruang lingkup perjanjian kawin Dari pernyataan tersebut jelas
tidak ditentukan perjanjian tersebut bertentangan dengan perjanjian
mengenai apa, umpamanya mengenai harta
benda. Karena tidak ada pembatasan itu
maka, dapat ditafsirkan bahwa pengertian
perjanjian kawin dalam Undang-Undang
Perkawinan menganut pengertian luas.
740
Nikah Muth’ah (Kawin Kontrak) Dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia Serta Akibat Hukum
Atas Harta Perkawinan Dan Harta Waris
perkawinan dan syarat perkawinan yang dipenuhi atau tidak. Setelah syarat dan
diatur dalam Undang-Undang rukun perkawinan diperiksa barulah dapat
Perkawinan.Selainbertentangan dengan dikatakan perkawinan tersebut sah/ tidak.
Undang-Undang Perkawinan, perjanjian Berkaitan dengan berakhirnya kawin
kawin kontrak juga tidak dapat dibenarkan kontrak tidak dapat digolongkan kedalam
bila dilihat melalui KUH Perdata. Dalam putusnya perkawinan seperti yang tertera
pasal 1320 yang menganut tentang syarat pada Pasal 38 Undang-Undang
sah sebuah perjanjian, terdapat suatu unsur Perkawinan, dimana putusnya perkawinan
yang tidak terpenuhi yaitu suatu sebab dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
yang halal. Sehingga menyebabkan kawin kematian, perceraian, dan keputusan
kontrak tidak dibenarkan / tidak disahkan pengadilan. Berakhirnya kawin kontrak
baik secara agama maupun pemerintahan. tidak dapat digolongkan kedalam putusnya
Pernyataan di atas menegaskan perkawinan karena perceraian, dikarenakan
bahwa dalam kawin kontrak tidak dapat pada hakikatnya dari awal, perkawinan
dibuat perjanjian perkawinan sebagaimana dianggap tidak sah atau dengan kata lain
tertulis dalam Undang-Undang Perkawinan tidak pernah terjadi perkawinan.
sehingga persengketaan terhadap
pembagian harta benda perkawinan dalam 2. Undang-Undang Perkawinan
kawin kontrak tidak ada perlindungan mengatur mengenai harta benda
terhadap harta pelaku serta sulit untuk perkawinan dalam Pasal 35 dan 36
menemukan titik terangnya. Undang-Undang Perkawinan.
Apabila, dalam kawin kontrak Dimana dalam pasal 35, harta
terdapat anak maka anak tersebut dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu harta
memperoleh harta hanya melalui hibah bawaan dan harta bersama.
bukan melalui kewarisan. Dalam kasus ini Harta benda perkawinan adalah
waris pun tidak mungkin terjadi karena semua harta yang dikuasai suami istri
perkawinannya tidak sah. Sehingga apabila selama mereka terikat dalam ikatan
anak menerima harta dari pelaku maka itu perkawinan, baik harta kerabat yang
terhitung sebagai hibah bukan waris. dikuasai, maupun harta perorangan yang
Namun perlu diingat kembali, bahwa berasal dari harta warisan, harta
posisi anak atau perempuan sangat lemah penghasilan sendiri, hibah, maupun harta
karena itu semua kembali lagi kepada pencarian bersama suami istri dan barang-
pihak yang mengontrak, mau memberikan barang hadiah. Akan menjadi sebuah
hibah atau tidak karena itu bukan masalah baru apabila perkawinan
merupakan kewajibannya. dilaksanakan tidak sesuai dengan Undang-
Undang Perkawinan, seperti yang
IV. KESIMPULAN ditemukan penulis dalam penelitian ini.
1. Keabsahan kawin kontrak apabila Seperti yang telah tertulis sebelumnya
dilihat dari Undang-Undang yang pada penjelasan umum Undang-Undang
mengatur, dalam hal ini adalah Undang- Perkawinan angka 4, bahwa suami dan istri
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang memiliki hak dan kedudukan yang sama
Perkawinan (Undang-Undang dalam sebuah perkawinan, namun pada
Perkawinan). Perkawinan kontrak tersebut kenyataannya dalam perkawinan kontrak
tidak sah karena bertentangan dengan yang dilakukan oleh W dengan A,
Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan kedudukan W sangat lemah bahkan dapat
dimana sebuah perkawinan harus dikatakan bahwa W tidak memiliki
dicatatkan. Meskipun perkawinan sudah perlindungan hukum sama sekali terhadap
dilaksanakan secara Islam namun perlu kedudukan maupun harta benda
diperhatikan lagi syarat dan rukun dari perkawinan mereka.
perkawinan apakah benar-benar telah
741
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syariffudin, Hukum Perkawinan Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,
Islam di Indonesia, Antara Fiqh Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
Munakahat dan Undang-Undang Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan
Perkawinan, (Jakarta:Kencana, Penerangan Ekonomi dan
2007) Sosial,1987)
H.A.Damanhuri,HR. Segi-Segi Hukum Ronny Hanitijo Sumitro, Metodologi
Perjanjian Perkawinan Harta Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia
Bersama, (Mandar Maju, Indonesia, 1994)
Bandung,2012) Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Hukum, (Jakara:UI Press, 1984)
Indonesia, (Jakarta: Ghalia Syarafuddin al-Musawi, Ikhtilaf Sunnah
Indonesia,1980) Syi’ah, (Bandung: Mizan)
Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-Hak
Reproduksi Perempuan, Penerbit
Mirzan,1997.
742