Anda di halaman 1dari 4

ISSN PRINT : 2714-978

ISSN ONLINE : 2715-2677

ANALISIS PERJANJIAN KAWIN SETELAH PELAKSANAAN PERKAWINAN


(STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-
XIII/2015)

1)
Usni Fadli, 2)Rahmat, 3)Irda Pratiwi
Fakultas Hukum, Universitas Asahan, Jl. Ahmad Yani, Kisaran
Sumatera Utara
Email : usnifadli@gmail.com

ABSTRAK

Perjanjian perkawinan merupakan perjanjian yang mengatur akibat suatu dari adanya ikatan
perkawinan. Aspek-aspek merupakan perjanjian selama usia perkawinan masih berlangsung.
Mahkamah konstitusi mengeluarkan keputuannya tercantum dalam nomor 69/PUU-XIII/2015.
Dalam pembahsan jurnal akan menganalisa tata cara aturan tentang perjanjian dalam perkawinan
pasca berjalannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XII/2015 dan akan menata ulang
hukum perkawinan setelah adanya aturan dari mahkamah konstitusi, dengan dirilisnya putusan
tersebut terdapat beberapa mode perjanjian dalam perkawinan yang akan menjadi rujukan untuk
notaris mengeluarkan akta notaris serta surat yang di publis terkait catatan laporan perjanjian
kawin.

Kata Kunci : perjanjian perkawinan, putusan mahkamah konstitusi

1. PENDAHULAN Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 masalah Perkawinan.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin
Di negara Indonesia perjanjian
antara seorang laki-laki dengan seorang
perkawinan ini belum termasuk umum di
perempuan sebagai suami isteri dengan
kalangan masyarakat, Hukum Islam
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
menganggap kekayaan suami dan kekayaan
yang di dasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
isteri masing-masing terpisah satu dengan
Esa.
yang lain. Sementara itu Hukum Perdata dan
Perkawinan merupakan ikatan yang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
sakral karena didalam ikatan perkawinan
tentang Perkawinan sebaliknya menganggap
tersebut tidak hanya terdapat ikatan lahir,
bahwa apabila suami dan isteri pada waktu
akan tetapi ikatan rohani yang berdasarkan
akan melakukan perkawinan tidak
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
mengadakan perjanjian apa-apa diantara
dimaksud ialah bahwa perkawinan bukan
mereka, maka akibat dari perkawinan itu
hanya sekedar komunikasi lahiriah saja,
sendiri adalah percampuran kekayaan suami
namunlebih menjadikan keluarga yang
dan isteri menjadi satu.
bahagia berdasarkan tuhan yang maha esa.
Hak dan kewajiban, harta waris serta
tanggung jawab terhadap keturunan
2. PEMBAHASAN
perkawinan itu berlangsung.
A. Perjanjian Perkawinan
Indonesia merupakan negara hukum
yang selalu mangatur kehidupan terkait hal Harta merupakan isi perjanjian yang
itu yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun dapat dimasukkan dalam baik dari calon
1974 Tentang mengatur terlaksanya suami atauoun calon istri. Umumnya
perkawinan Peraturan Pemerintah Republik perjanjian perkawinan dibuat untuk mengatur
Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang harta perkawinan suami istri selama

Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 208
ISSN PRINT : 2714-978
ISSN ONLINE : 2715-2677

berlangsungnya perkawinan. Masing-masing Abdul Kadir Muhammad


suami istri, misalnya, dapat memperjanjikan menyatakan isi perjanjian perkawinan
bahwa harta pribadi mereka yang berasal dari sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
warisan atau hibah dimasukkan kedalam Perkawinan, dapat mengenai segala hal, asal
harta bersama. saja tidak melanggar batas-batas hukum
agama dan kesusilaan.
Mengenai isi perjanjian semua itu
Adapun isi perjanjian perkawinan itu
tergantung kondisi rumah tangga untuk masa
meliputi:
depan mereka berbagai macam perjanjian
1. Menyatukan harta kekayaan suami dan
dapat di tuangkan dalam isi perjanjian
isteri.
tersebut asalkan tidak melanggar norma etika
2. Berkuasa, mengawasi dan perawatan harta
agama dan susila yang berlaku. Walaupun
kekayaan istri kepada suami.
sebenarnya harta bukan lah satu satunya yang
3. Dalam perkawinan suami dan isteri
tertulis dalam perjanjian.
sepakat untuk melaksanakan KB.
Isi perjanjian dalam perkawinan itu
B. Bentuk dan Isi Perjanjian Perkawinan
adalah berupa tata dan aturan untuk
Adapun butir perjajian dalam mengurus mengendalikan harta kekayaan
perkawinan sebagai berikut : suami atau isteri dengan cara langsung
1. Perjanjian perkawinan Untung dan Rugi dilakukan oleh calon suami atau isteri
Maksudnya ialah agar pihak calon berdasarkan musyawarah.
suami dan istriakan tetap dapat
mempertahankan hak mereka, berupa C. Syarat Sah pada Perjanjian Kawin
kekayaan pribadi yang di bawaatau juga Syarat dan ketentuan perjanjian
berupa pemberian yang khusus untuk kepada kawin jika memenuhi pada UU, aturan ini
masing-masing pihak seperti warisan, wasiat dibuat agar calon suami atau istri dapat
dan hibah. Semua pendapatan yang di dapat bertanggung jawab.
dari jerih payahatau modal selama Pada pasal 147 ayat (1) dan ayat (2)
perkawinan berjalan menjadi harta bersama. KUH Pert menerangkan bahwa : “akta dari
Namun sebaliknya, semua kerugian yang di notaris adalah perjanjian yang sah, namun
jalani dalam memenuhi kebutuhan hidup bisa batal jika perkawinan tidak ada lagi
rumah tangga sebagai suami dan isteri akan untuk itu”.Untuk menajdikan perjanjian itu
menjadi kerugian dan beban bersama. sah maka kedua calon menyepakati sebanyak
2. Perjanjian Persatuan Hasil Pendapatan 2 ketentuan yang akan di buat dengan akta
Dalam perjanjian adalah antara notaris dan di terbitkan sebelum perkawinan.
sepasang calon suami atau isteri untuk Diperlukan 4 syarat untuk
menyatukan setiap hasil dan pendapatansaja. mengesahkan peraturan tersebut :
Ini sama persis seperti perjanjian untung 1. Kesepakatan dari kedua mempelai.
semata yang menghitung kerugian. 2. Komunikasi untuk membuat suatu
3. Perjanjian Ta’lik Talak perikatan.
Dalam pasal 29 UU Nomor 1 Tahun 3. Suatu hal Tertentu.
1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa 4. Disebabkan dengan sesuatu yang halal
perjanjian kawin dalam pasal ini tidak Kedua syarat yang pertama mengenai
termasuk ta’lik talak, namun Kompilasi subjek perjanjian. Sedangkan kedua syarat
Hukum Islam memuat aturan mengenai ta’lik terakhir mengenai objek dari perjanjian.
talak termasuk salah satu macam perjanjian D. Waktu Untuk Pembuatan Perjanjian
kawin. Peraturan Kemenag Nomor 3 Tahun Perkawinan
1975 Pasal 11 ayat (2) menyebutkan
Pada pasal 147 KUH Perdata
“Perjanjian yang berupa ta’lik talak dianggap
menyatakan bahwa perjanjian perkawinan
sah kalau perjanjian itu diucapkan dan
harus dibuat sebelum dilangsungkan
ditandatangani oleh suami setelah akad nikah
perkawinan. Pasal ini sangat berhubungan
dilaksanakan”.
erat dengan pasal 149 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa setelah perkawinan

Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 209
ISSN PRINT : 2714-978
ISSN ONLINE : 2715-2677

dilangsungkan, perjanjian perkawinan 472.2/5876/Dukcapil yang ditujukan kepada


dengan cara bagaimanapun tidak dapat untuk Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
diubah. Sipil Kabupaten/Kota se Indonesia, dalam
Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang lampiran surat tersebut tertera tata cara
Perkawinan menyatakan perjanjian pencatatan pelaporan perjanjian perkawinan.
perkawinan dapat dibuat sebelum perkawinan Pelaksanaan pembuatan Perjanjian
dilangsungkan atau pada saat perkawinan Perkawinan bisa di laksanakan pada waktu
dilangsungkan. Dalam pembuatan suatu sebelum atau juga selama dalam masa ikatan
perjanjian perkawinan Undang-Undang perkawinan. Karena hal ini telah diatur dalam
Perkawinan dengan lebih luas diberikan dua Pasal 29 Undang-Undang Perkawinan jo.
macam waktu untuk membuat perjanjian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
perkawinan yaitu pada saat sebelum 69/PUU- 2015.
perkawinan dan pada saat perkawinan
dilangsungkan. E. Akibat Hukum Dari Putusan
Dengankeluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU- 69/PUU-XII/2015.
XIII/2015 waktu pembuatanperjanjian
Dengan Munculnya putusan tentang
perkawinan telah mengalami pergeseran.
bagaimana agar peraturan perjainjian tersebut
Sehingga dalam pembuatan perjanjian
dikenal dikalangan lua diantaranya :
perkawinan dapat dilakukan saat perkawinan
Contoh pada pasal 29 Pada waktu,
berlangsung kapanpun pasangan suami istri
sebelum dilangsungkan atau selama dalam
setuju dan isi perjanjian perkawinan tersebut
ikatan perkawinan kedua belah pihak atas
tidak merugikan pihak ketiga. Sebagaimana
persetujuan bersama dapat mengajukan
dimaksud dalam amar putusan Mahkamah
perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Konstitusi yaitu: “Pada waktu, sebelum
pegawai pencatat perkawinan atau notaris,
dilangsungkan atau selama dalam ikatan
setelah mana isinya berlaku juga terhadap
perkawinan kedua belah pihak atas
pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
persetujuan bersama dapat mengajukan
tersangkut”.
perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatatan perkawinan atau notaris,
4. KESIMPULAN
setelah mana isinya berlaku juga terhadap
Dengan adanya keputusan MK
pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
Nomor 69/PUU-XIII/2015 maka, ketentuan
tersangkut”.
Pasal 29 Undang-Undang Perkawinan
Apabila pasangan suami dan isteri
berubah menjadi perjanjian perkawinan dapat
mengeluarkan perjanjian perkawinan
dilakukan pada saat atau sebelum atau
sepanjang perkawinan masih berlangsung
selama dalam ikatan perkawinan atas tujuan
namun perjanjian tersebut berlaku sejak saat
bersama dan harus dibuat dalam bentuk akta
perkawinan maka telah ada harta bersama
notaris, apabila melanggar agama, hukum
yang terbentuk. Jika kondisi seperti ini maka
dan sebagainya, maka perjanjian tersebut
ada baiknya dianjurkan agar sejak saat
tidak bisa dilanjutkan.
perkawinan hingga tanggal perjanjian
perkawinan dibuat tetap merupakan harta
bersama sedangkan sejak perjanjian
DAFTAR PUSTAKA
perkawinan terjadi pemisahan harta.
Jika ada harta benda yang telah
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
diagunkan pada bank yang apabila dilakukan
Perkawinan.
pembagian diantara suami-isteri dan dapat
Kitab KUUH Perdata tentang Perkawinan.
merugikan pihak bank, maka bagian dari
Sution Usman Adji, Kawin lari dan kawin
harta bersama yang lebih besar kepada salah
antar agama, (Yogyakarta: Liberty,
satu pihak baik istri maupun suami.
1989).
Direktorat Jendral Kependudukan
dan Pencatatan Sipil mengeluarkan Surat
Edaran tanggal 19 Mei 2017 Nomor

Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 210
ISSN PRINT : 2714-978
ISSN ONLINE : 2715-2677

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam


di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2011).
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata,
(Bandung : PT. Intermasa, 1982).
Soedharyo Soimin, S.H. Status Hak Dan
Pembebasan Tanah. (Jakarta : Sinar
Grafika, 2004).
Sriono. 2017. “Analisis Putusan Mahkamah
Konstitusi Tentang Perjanjian Kawin
Yang Dapat Dilakukan Selama
Perkawinan berlangsung”. Jurnal
Ilmiah Advokasi Vol. 05 No. 01
Maret2017.
Dadang Sukandar. Membuat Surat
Perjanjian, (Yogyakarta m: C.V
ANDI OFFSET, 2011).
Happy Susanto. Pembagian Harta Gono-
Gini Sat Terjadi Perceraian, (Jakarta
Selatan : Trans Media Pustaka,
2008).

Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 211

Anda mungkin juga menyukai